Status Epileptikus
Penyaji: Audrey. N; 07120110014
Pembimbing: dr. Azis. M, SpA
Status Pasien
Identitas Pasien
Nama
No. RM
Jenis Kelamin
Tanggal Lahir
Alamat
Agama
Tgl Masuk
Penjamin
: An. K.P.R
: 34-34-54
: Perempuan
: 10 Oktober 2014
: Cilandak Timur, Jakarta
: Islam
: 18 Agustus 2015
: BPJS Mandiri
Identitas Pasien
Nama Ayah: Tn. S.R
Usia Ayah : 27 tahun
Agama
: Islam
Pekerjaan : Pegawai Restoran
Pendidikan : SMA
Anamnesis
Keluhan Utama
Pasien datang ke UGD RSAL Marinir Cilandak
pada tanggal 18 Agustus 2015 dan dilakukan
aloanamnesis pada pukul 07.00.
Keluhan Utama: Demam dan kejang 7 kali sejak
3 jam SMRS.
Riw. Kelahiran
Pasien lahir secara normal dibantu oleh bidan
setempat. Berat badan pasien saat lahir adalah
2700 gr, orangtua pasien lupa panjang badan
pasien saat lahir. Kehamilan sang ibu cukup
minggu yaitu 38 minggu. Pasien lahir normal
dengan ketuban jernih tidak ada komplikasi
selama proses kelahiran, anus (+), cacat (-).
Riw. Kebiasaan
Orangtua pasien mengatakan bahwa anak ini
aktif dan aktif menyusu (tapi bukan ASI
eksklusif, melainkan susu formula).
Riw. Imunisasi
Imunisasi pasien lengkap sesuai dengan
usianya.
Riw. Pengobatan
Pasien tidak mengonsumsi obat-obatan dan
jamu-jamuan untuk keluhannya ini.
Pemeriksaan Fisik
Antropometri
Berat Badan
Panjang Badan
Status Gizi
: 8 kg
: 68 cm
: Persentil 63.7%
(Gizi Baik)
Status Generalis
Kepala
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Leher
Aksilla
Status Generalis
Kardio-
vaskular
Respirasi
Abdomen
Ekstremitas
Edema
(-),
Kulit
:dka
terdapat
kelainan,
turgor
baik,
akral
hangat,
deformitas
(-)
Reeks
Pem. Penuunjang
18 Agustus 2015
Pemeriksaan
Hasil
Hb
10.9 g/dL
Hct
31%
WBC
Trombosit
455 x 103/uL
273 mg/dL
104 mg/dL
21 Agustus 2015
Pemeriksaan
Hasil
Hb
11.3 g/dL
Hct
35%
WBC
Trombosit
422 x 103/uL
SGOT
54 u/l
SGPT
24 u/l
27 Agustus 2015
Pemeriksaan
Hasil
Hb
9.4 g/dL
Hct
27 %
WBC
Trombosit
405 x 103/uL
91 mg/dL
Ureum
Crea:nine
14
mg/dL
0.7
mg/dL
Ringkasan
Ringkasan
Pasien perempuan 10 bulan, datang ke RSAL
Marinir Cilandak dengan keluhan demam dan
kejang 7 kali, 3 jam SMRS. Pada pemeriksaan
tanda-tanda vital didapatkan suhu tinggi dan
kesadaran somnolen. Status generalis pasien
dalam batas normal. Pada hasil pemeriksaan
darah rutin didapatkan leukositosis.
Diagnosis
Diagnosis Kerja
Diagnosis Kerja:
Status Epileptikus
Pengkajian
Atas dasar:
Anamnesis: Pasien kejang sebanyak 7 kali
dan masing-masing selama kira - kira 10
menit (total durasi kejang kira-kira 70 menit).
Pemeriksaan Fisik: Pasien tampak sakit berat
dengan kesadaran somnolen.
Penatalaksanaan
Penatalaksanan
IVFD RL 12 tetes per menit
Inj. Ceftriaxone 1x500 drip NaCl 50 cc
Inj. Ranitidine 2x12
Inj. Dexamethasone 3x2
Loading phenytoin 120 mg diencerkan dengan NaCl,
pengenceran 20x dalam syringe pump selama 30 menit
Bila kejang teratasi, 12 jam kemudian diinjeksi Phenytoin
2x30 mg diencerkan NaCl pengenceran 20x dalam
syringe pump selama 15 menit
O2 nasal 1-2 liter per menit
Pasien dipuasakan
Prognosis
Quo ad Vitam
: dubia ad bonam
Quo ad Functionam
: dubia ad bonam
Quo ad Sananctionam : dubia ad malam
Follow Up
19 Agustus 2015
Kejang (-), Demam naik turun (P1), Muntah (-), Makan & Minum dipuasakan,
BAK & BAB normal.
Suhu: 36.5 C
A
Status Epileptikus
R/ Tatalaksana:
Pasien dipuasakan
20 Agustus 2015
Kejang (-), demam naik turun (P2-BP1), muntah (-), batuk (+), pilek (+), makan
dipuasakan, minum sedikit-sedikit/bertahap, BAK & BAB normal.
Suhu: 36.6 C
Nadi: 80 x/menit
RR: 24 x/menit
A
R/ Diagnosis:
Urinalisis diulang
R/Tatalaksana:
21 Agustus 2015
Kejang (-), demam naik turun (P3-BP2), muntah (-), batuk (+), pilek (+), makan
& minum normal, BAK normal, belum BAB dari kemarin
: 11.3 g/dL
Hct
: 35 %
WBC
: 4.9 x 10 /uL
Trombosit
: 422 x103/uL
SGOT
: 54 u/l
SGPT
: 24 u/l
R/Tatalaksana:
22 Agustus 2015
Kejang (-), tidak demam (P4-BP3), muntah (-), batuk (+), pilek (+) ringan,
makan & minum normal, BAK normal, BAB 1x pagi ini
R/Tatalaksana:
23 Agustus 2015
Semalam pasien kejang pukul 18.30 selama 5 menit dan diberikan stesolid supp
10 mg, Phenytoin injeksi dinaikkan menjadi 2x30 mg, O2 2 liter per menit dan
makan/minum di stop. Batuk (+), Pilek (+), BAB kemarin 2x warna kecoklatan
dan ampas >> cair. Tangan kanan pasien bengkak bekas infus.
Suhu: 36.8 C
Nadi: 130 x/menit
RR: 30 x/menit
A
R/Tatalaksana:
24 Agustus 2015
Pagi ini kejang 1x jam 09.08-09.12, stesolid supp 5 mg & O2 1 liter per menit
masuk pukul 09.10. BAB 1x kemarin, ampas > cair. Demam (-), Minum normal,
makan dipuasakan. Tangan kanan sudah tidak bengkak.
R/Tatalaksana:
25 Agustus 2015
Pasien kejang semalam 1x, tonic clinic, 01.10-01.12, langsung sadar dan
menangis setelah kejang berhenti. Pilek (+), Batuk (-), Demam semalam naik
0
Suhu: 37.4 C
Nadi: 120 x/menit
RR: 24 x/menit
A
R/ Diagnosis:
R/Tatalaksana:
26 Agustus 2015
Kejang (-), Batuk Pilek (-), Demam (-), belum BAB sejak kemarin, Minum baik
R/ Diagnosis:
R/Tatalaksana:
O2 di aff
27 Agustus 2015
Suhu: 36.6 C
Nadi: 116 x/menit
RR: 22 x/menit
A
R/ Diagnosis:
R/Tatalaksana:
28 Agustus 2015
Kejang (-)/Bebas Kejang 1 Hari, Pilek (+), Demam (P13/P5-BP1), Makan &
Minum baik
R/ Diagnosis:
R/Tatalaksana:
O2 di aff
Tinjauan Pustaka
Status Epileptikus
Status Epileptikus
International League Against Epilepsy
mendefinisikan status epileptikus sebagai
aktivitas kejang yang berlangsung terus
menerus selama 30 menit atau lebih.
Epidemiologi
Jumlah kasus status epileptikus di Amerika
Serikat saja telah diperkirakan dari studi
epidemiologi menjadi sekitar 102.000-152.000
episode per tahun dan sebanyak 55.000 kematian
per tahun telah dikaitkan dengan status
epileptikus. Status epileptikus memiliki kejadian
tahunan berkisar 10-86 per 100.000 orang.
Etiologi
Penyakit serebrovaskular
Hipoksia
Gangguan metabolik
Alkohol
Tumor
Infeksi
Trauma
Idiopatik
Patofisiologi
Instabilitas membran sel saraf sel lebih mudah
mengalami pengaktifan;
Neuron hipersensitif ambang untuk melepaskan
muatan menurun, apabila terpicu akan melepaskan
muatan secara berlebihan;
Kelainan polarisasi (polarisasi berlebihan,
hipopolarisasi) disebabkan oleh kelebihan
asetilkolin atau defisiensi GABA
Patofisiologi
Instabilitas membran sel saraf sel lebih mudah
mengalami pengaktifan;
Neuron hipersensitif ambang untuk melepaskan
muatan menurun, apabila terpicu akan melepaskan
muatan secara berlebihan;
Kelainan polarisasi (polarisasi berlebihan,
hipopolarisasi) disebabkan oleh kelebihan
asetilkolin atau defisiensi GABA
Patofisiologi
Ketidak seimbangan ion yang mengubah
keseimbangan asam-basa atau elektrolit
mengganggu homeostasis kimiawi neuron terjadi
kelainan pada depolarisasi neuron peningkatan
berlebihan neurotransmitter eksitatorik atau deplesi
neurotransmitter inhibitorik.
Patofisiologi
Semua kejang diinisiasi oleh mekanisme yang
sama. Namun status epileptikus melibatkan
adanya kegagalan dalam pemutusan rantai kejang
tersebut
Diagnosa - Anamnesa
Gejala klinis adalah kejang dengan tonik, klonik,
atau tonik-klonik pada gerakan tungkai. Pasien
mungkin hanya menunjukkan gerakan kejang
dengan amplitudo yang kecil pada wajahnya,
tangan, kaki dan sentakan nistagmoid pada
kedua matanya.
Jika kejang ini berhenti, pasien akan tetap
dalam kondisi tidak sadar dan tidak memberikan
respon atau kemungkinan pasien bingung
kemudian kejang kembali terjadi.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan neurologis, pasien tidak
akan memberikan respon terhadap komando
verbal.
Tonus otot dapat meningkat atau menurun,
dengan gerakan yang tidak perlu pada tungkai,
dan akan memperlihatkan refleks Babinski
positif.
Umumnya, tanda neurologis yang ditemukan
bersifat simetris
Pemeriksaan Penunjang
EEG
MRI
CT Scan dengan kontras
Penatalaksanaan
Stadium
Penatalaksanaan
Monitor
status
metabolic,
AGD
dan
status
hematologi
!
Pemeriksaan EKG
waktu
pembekuan
dan
kadar
Pemberian
OAE
emergensi
Diazepam
0.2
Berilah
50
hipoglikemia
cc
glukosa
50%
pada
keadaan
Penatalaksanaan
Menentukan etiologi
menit)
Bila
kejang
pemberian
berlangsung
lorazepam
terus
setelah
diazepam,
beri
Atau
dapat
mg/kg
pula
dengan
diberikan
kecepatan
<
fenobarbital
100
10
mg/menit
Mengoreksi komplikasi
bangkitan
memulai
dan
EEG,
pemberian
tekanan
OAE
dosis
Penatalaksanaan
Tipe
Terapi Pilihan
Terapi Lain
SE Lena
Benzodiazepin IV/Oral
Valproate IV
SE Parsial Complex
Klobazam Oral
Lorazepam / Fenintoin /
Fenobarbital IV
SE Lena Atipikal
Valproat Oral
Benzodiazepin,
Lamotrigin,
Topiramat,
Lamotrigine Oral
Fenobarbital
IV
Metilfenidat, Steroid
atau Anastesi
tiopenton,
dengan
Penobarbital,
Penatalaksanaan
Status Epileptikus Refrakter:
Terapi bedah epilepsy
Stimulasi N.Vagus
Modifikasi tingkah laku
Relaksasi
Mengurangi dosis OAE
Kombinasi OAE
Penatalaksanaan
Kombinasi OAE yang dapat
digunakan pada SE refrakter:
Kombinasi OAE
Indikasi
Bangkitan Lena
Topiramat + Lamotrigin
Analisa Kasus
Analisa Kasus
Pasien datang ke UGD dan diberi diagnosa :
Analisa Kasus
Pasien memiliki faktor risiko yang cukup tinggi
untuk kejang demam karena ibu pasien memiliki
riwayat kejang demam saat usia 1 tahun.
Pada pasien dengan kejang demam, terapi
pertama yang diberikan adalah diazepam rektal.
Pada pasien ini, karena pasien masih kejang
selama sekitar 70 menit, diberikan fenitoin IV
dengan dosis 10-20 mg/kgBB dengan kecepatan
1 mg/kgBB/menit. Jika setelah evaluasi selama
5 menit pasien masih kejang, dapat dilakukan
transfer ke ICU atau PICU.
Analisa Kasus
Diagnosa akhir pasien :
Status Epileptikus
Setelah reanamnesis, orangtua pasien
mengatakan pasien tidak sadarkan diri di antara
7 kali kejang tersebut. Dikarenakan pasien tidak
sadarkan diri di antara kejang selama lebih dari
30 menit, pasien dapat didiagnosis sebagai
status epileptikus.
Kesimpulan
Kesimpulan
Pasien perempuan 10 bulan, datang ke RSAL Marinir Cilandak
dengan keluhan demam dan kejang 7 kali selama 10 menit
tiap kejang sejak 3 jam SMRS. Pada pemeriksaan tandatanda vital didapatkan suhu tinggi dan kesadaran somnolen.
Status generalis pasien dalam batas normal. Pada hasil
pemeriksaan darah rutin didapatkan leukositosis. Pada saat
rawat inap, pasien kejang total sebanyak 4 kali dengan 2 kali
kejang dibawah 24 jam. Pada pasien ditegakkan diagnosis
status epileptikus dengan masalah kejang demam kompleks,
atas dasar anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang tersebut di atas.
Kesimpulan