Anda di halaman 1dari 20

Air Bersih Jakarta, antara Ketersediaan, Kebutuhan, dan Kesadaran Bersama

28 Maret 2016 08:08 Diperbarui: 28 Maret 2016 08:12 945 3 1

Air Bersih Jakarta, antara Ketersediaan, Kebutuhan, dan Kesadaran Bersama

[caption caption="Instalasi Pengolahan Air (IPA) I Pejompongan, dengan kapasitas produksi air 2000
liter/detik. (foto :riapwindhu)"][/caption]

AIR adalah sumber kehidupan. Tidak ada manusia yang bisa hidup tanpa air. Siapa pun tidak akan
menyangkal pentingnya air sebagai kebutuhan hidup yang utama. Apalagi jika sudah menyangkut
layanan air yang bersih dan layak untuk pemakaian sehari-hari.

Hal itu pula yang selalu diharapkan oleh keluarga kami sejak menjadi pelanggan PAM mulai tahun
1994. Kontrak kerjasama berupa pendelegasian pengelolaan air bersih dari PAM Jaya kepada swasta,
selama 25 tahun mulai 1 Februari 1998 hingga tahun 2023, pada wilayah bagian Barat Jakarta,
memang telah mengubah sebutan PAM menjadi PALYJA (PT PAM Lyonnaise Jaya).

[caption caption="Layanan air bersih di Jakarta (gambar:brosurpalyja)"]

[/caption]

Secara tegas, PALYJA menolak anggapan bentuk kerjasama ini sebagai privatisasi. Alasannya, pada
akhir kontrak tahun 2023, segala aset utilitas akan dikembalikan ke PAM Jaya, yang berada di bawah
kewenangan pemerintah provinsi DKI Jakarta. Pemegang saham PALYJA saat ini terbagi atas Suez
Perancis (51%) dan Astratel Nusantara (49%).

Namun sebagai pelanggan, siapa pun operatornya, kebutuhan kami tetap sama, yakni air bersih. Air
yang mengalir lancar tanpa gangguan. Kebutuhan keluarga kami terhadap air bersih saat ini semakin
meningkat. Jika semula air PALYJA hanya digunakan untuk kegiatan mandi, cuci, dan buang
air.Kebutuhan untuk minum yang awalnya dapat dipenuhi dengan air tanah melalui sedotan pompa
air dengan kedalaman tertentu, akhirnya beberapa tahun ini mulai dipenuhi oleh aliran air PALYJA.
Air PALYJA digunakan untuk minum? Saat saya mengatakan hal itu, beberapa teman langsung
menggelengkan kepala. Soal kelayakan dan kebersihan air menjadi salah satu alasan tidak dijadikan
sebagai air minum. Khawatir akan mengganggu kesehatan tubuh.

Suatu hal yang wajar. Saat menyebut air PALYJA yang terbayang adalah hamparan air kali atau air
sungai yang berwarna hitam dan kelam. Tumpukan sampah dan buih busa putih. Belum lagi
ditambah bau tidak enak yang sangat menyengat saat kebetulan melintasi dekat sungai. Mengingat
hal itu, siapa juga yang sudi mengaku telah meminum air yang berasal dari bahan baku air tercemar?

[caption caption="Bapak Khamid dari PALYJA menjelaskan kepada Kompasianer mengenai


pengolahan air bersih di Pejompongan (foto:riapwindhu)"]

[/caption]

Instalasi Pengolahan Air (IPA) Pejompongan

KEINGINTAHUAN mengenai penyediaan dan pelayanan air bersih di Jakarta, telah mengantarkan
saya menjadi salah satu peserta Kompasiana Nangkring bersama PALYJA, Senin, 21 Maret 2016 lalu.
Kegiatan bertema #Bersama Demi Air ini diselenggarakan di Instalasi Pengolahan Air (IPA) 1 PALYJA
Pejompongan, Jalan Penjernihan 1 No.1, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Kegiatan ini juga berkaitan
dengan Hari Air Dunia 2016, yang jatuh pada 22 Maret.

[caption caption="Sumber Sumber Air Baku di wilayah barat Jakarta, terdiri atas pasokan dari luar
Jakarta (94,3%) dan pasokan dari air Jakarta (5,7%). (foto:riapwindhu) "]

[/caption]

Kunjungan ke Instalasi Pengolahan Air Bersih (IPA) Pejompongan itu membuka mata saya. Proses
pengolahan air bersih ternyata cukup panjang dan tidak mudah. Mengenakan helm berwarna hijau
dengan Khamid dari PALYJA memandu para kompasianer, yang dibagi dalam dua bagian. Kami diajak
bergantian meninjau satu persatu proses pengolahan air di IPA Pejompongan.

[caption caption="Air di IPA Pejompongan I, pasokan air dari luar Jakarta 94,3 % dari Waduk
Jatiluhur, Jawa Barat (62,5%), IPA Serpong (31%), Cikokol (0,8%). Pasokan air dari Jakarta, yakni Kali
Krukut (4%) dan Cengkareng Drain (1,7%) (Foto : Riapwindhu)"]

[/caption]
Sambil melihat aliran air berwarna coklat, Khamid menjelaskan sumber bahan baku untuk bagian
Barat Jakarta yang mayoritas berasal dari Waduk Jatiluhur (62,5%). Air itu dialirkan menuju ke
instalasi pengolahan air melewati Sungai Citarum, Saluran Tarum Barat yang berupa saluran terbuka.
Air baku yang sampai IPA Pejompongan kemudian dilakukan pra klorinisasi dan pra sedimentasi.
Setelah itu dilakukan pencampuran bahan kimia yang disebut koagulasi, selanjutnya dilakukan
flokulasi, sedimentasi, dan filtrasi. Sebanyak 48 filter terdapat di IPA Pejompongan.

[caption caption="Proses pengolahan bahan baku air di IPA Pejompongan di Ventury flume
(foto:riapwindhu)"]

[/caption]

Tak hanya itu, air juga melalui proses desinfeksi, yakni proses membunuh bakteri maupun mikroba
organisme penyebab penyakit atau patogen, dengan cara klorinisasi (injeksi gas klorin) sehingga
dapat menghindari penyakit yang ditularkan melalui air.

[caption caption="Pengolahan Bahan Baku Air di Bak Filter (foto:riapwindhu)"]

[/caption]

IPA Pejompongan I mampu memproduksi air dengan kapasitas 2.000 liter/detik, merupakan yang
kedua setelah pejompongan II (3.600 liter/detik), Cilandak (400 liter/detik), dan Taman Kota (150
liter/detik).

[caption caption="Pengolahan Bahan Baku Air antara lain melalui proses koagulasi, filterisasi,
sedimentasi, dan pemberian bahan kimia untuk desinkfektan (foto:riapwindhu)"]

[/caption]

Air yang sudah diolah di instalasi pengolahan air kemudian ditampung di reservoir. Setelah itu baru
kemudian didistibusikan ke pelanggan rumahan dan industri melalui pipa-pipa yang ada. Salah satu
pipa saluran air PALYJA itulah yang salah satunya ada di rumah saya, yang terletak di Kemanggisan,
Palmerah, Jakarta Barat.
[caption caption="Bagian mesin di IPA I Pejompongan, antara lain filter control, siphon, dan ruang
valve. (foto:riapwindhu)"]

[/caption]

Sulitnya Bahan Baku

DALAM paparan dan diskusi yang dilakkan di ruang Tirta Ananta usai peninjauan operasional IPA,
Direktur Costumer Service PALYJA Budi Susilo, mengakui adanya permasalahan sumber air baku dan
olahan untuk penyediaan air bersih.

[caption caption="Diskusi 5 Petinggi PALYJA dengan Kompasianer di ruang Tirta Ananta,


Pejompongan (foto:riapwindhu) "]

[/caption]

Sebanyak 13 sungai yang mengalir di Jakarta, setelah dilakukan penelitian hampir semuanya tidak
begitu layak untuk menjadi bahan baku. Air sungai itu tercemar deterjen dan amonia.

[caption caption="Air sungai, sebagai sumber bahan baku air bersih pencemarannya terbesar
disebabkan limbah rumah tangga (foto:kompas.com)"]

[/caption]

Penyebab terbesarnya adalah sampah rumah tangga yang memenuhi sungai-sungai. Hal ini jelas
karena sektor industri tidak berlokasi di tengah kota Jakarta. Sementara adanya air tanah tidak
diperkenankan untuk diambil atau untuk dipergunakan sebagai bahan baku air bersih. Tentu saja
langkah ini dilakukan untuk menjaga lingkungan dan mencegah semakin merosotnya permukaan
tanah.

Padahal berdasarkan studi PAM Jaya, saat ini terdapat lebih dari 10 juta penduduk yang tinggal di
Jakarta. Setidaknya dibutuhkan 100 liter per hari per orang, dengan total kebutuhan air sebanyak
26.100 liter per detik. Ketahanan air di Jakarta hanya 3 %.
Saat ini, kebutuhan air yang baru dapat dipenuhi oleh kedua operator (PT PALYJA dan Aetra) hanya
mencapai 17.100 detik. Ketersediaan air bersih di Jakarta hingga saat ini masih defisit 9.100
liter/detik.

Untuk wilayah barat Jakarta yang dikelola PALYJA, sumber air baku terbagi atas dua. Pasokan
utamanya berasal dari luar Jakarta (94,3%) yakni waduk Jatiluhur (62,5 %), IPA Serpong (31%), dan
Cikokol (0,8 %). Jakarta hanya memiliki bahan baku air bersih sebesar 5,7%, yang berasal dari Sungai
Krukut (4%) dan Cengkareng Drain (1.7%).

Suatu ironi untuk warga bagian Barat Jakarta karena pasokan air terbesarnya tidak berasal dari
Jakarta dan harus dibeli. Di sisi lain, permintaan kebutuhan air bersih semakin banyak.

Peningkatan Kualitas Air

TINGGINYA kebutuhan masyarakat akan penyediaan air bersih membuat PALYJA harus benar-benar
memperhatikan teknologi pengolahan air. Salah satunya adalah dengan mengoperasionalkan
instalasi pengambilan air baku kanal banjir barat (550 liter/detik) dengan teknologi Moving Bed
Biofilm Reactor (MBRR) pada tahun 2015.

Teknologi MBRR merupakan yang pertama dan satu-satunya di Indonesia dan Asia Tenggara, yakni
berupa pemanfaatan bakteri alami dalam pengolahan air minum sehingga mampu menghilangkan
87 % amonia.

[caption caption="Distribution Monitoring & Control Center (DMCC), Pusat Monitor Tersentral dan
Terkomputerisasi pertama di Indonesia dengan sistem monitorisasai 24/7 (foto:riapwindhu)"]

[/caption]

Pada IPA Pejompongan, juga terdapat pusat monitoring tersentral dan terkomputerisasi
(Distribution Monitoring dan Control Center (DMCC), yang pertama di Indonesia. Sistem monitorisasi
dilakukan 24 jam selama 7 hari dalam seminggu, berupa monitorisasi air baku, monitorisasi air
curah/olahan (IPA dan jaringan), dan kebutuhan untuk perawatan dan perbaikan.Selain di DMCC,
juga dilakukan sistem pelaporan sistem otomatis berupa laporan hasil produksi dan laporan jaringan
distribusi.

Untuk kapasitas produksi, IPA Pejompongan meningkatkan produksi dari 8.600 liter/detik menjadi
8.800 liter/detik. Pada IPA Taman Kota dilakukan Biofiltrasi. Setelah sempat berhenti operasional
pada tahun 2007 dan satu tahun uji coba, IPA Taman Kota akhirnya kembali dioperasikan pada bulan
Juli 2012, dengan kapasitas produksi sekitar 150 liter per detik.

[caption caption="Sistem monitorisasi 24/7 dan sistem pelaporan otomatis di DMCC


(foto:riapwindhu)"]

[/caption]

Selain suplai air bersih PALYJA tetap harus memperhatikan produksi, distribusi, customer services,
perawatan dan rehabilitasi, serta investasi. Total investasi saat ini mencapai Rp.2,089 Triliun yang
ditujukan untuk meningkatkan pelayanan, penjualan, dan transfer teknologi.

Layak dan Amankah Dikonsumsi?

PERTANYAANNYA kini adalah layak dan amankah air bersih PALYJA dikonsumsi?

Setelah mengetahui proses pengolahan air bersih dan meninjau sendiri di instalasi pengolahan air
(IPA) Pejompongan, saya yakin air PALYJA baik-baik saja untuk kesehatan tubuh manusia yang
mengonsumsinya. Selama ini, saya pun telah meminum air PAM selama bertahun-tahun.

Saat berada di ruang Tirta Ananta, para kompasianer pun dapat langsung meminum air PALYJA dari
dispernser yang ada. Tidak ada keluhan sakit perut ataupun lainnya. Rasa airnya bahkan cukup segar
saat diminum siang hari. Airnya bening dan tidak berbau. Rasanya juga cukup enak saat digunakan
untuk membuat kopi.

Irma Gusyani Deputi Operasional PALYJA menegaskan, jika Air PALYJA telah memenuhi Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor 416/MENKES/PER/IX tahun 1990 tentang syarat-syarat dan
pengawasan kualitas air.
[caption caption="Air dispenser PALYJA yang bisa langsung diminum (foto:riapwindhu)"]

[/caption]

Air yang diminum walaupun mengandung bau kaporit juga tidak berbahaya. Sebaliknya, kaporit
dapat membunuh bakteri yang bersifat patogen (berbahaya), seperti E-Coli, Fecal Colifom, Total
Colifom, dan Salmonella, yang dapat menyebabkan penyakit penyakit diare, muntaber, kolera, tifus,
dan disentri.

Bau kaporit bisa dihilangkan dengan mendiamkan air dari keran selama 10-15 menit sehingga aroma
menguap. Kadar kebersihan air PALYJA tetap terjaga. Saya yang sempat menanyakan adanya
lingkaran warna putih yang terkadang tertinggal saat air PALYJA direbus dengan panci, memperoleh
jawaban hal itu juga tidak akan berakibat buruk terhadap kesehatan.

Air PALYJA dinyatakan memenuhi standar kelayakan air sehat, yakni memiliki PH antara 6,8-7,2. Saat
di rumah, saya kemudian memperhatikan air PALYJA yang belum dimasak, air PALYJA yang sudah
dimasak, termasuk air mineral dalam gelas. Semuanya sama-sama bening. Semakin yakin saya akan
keamanan dan kelayakan konsumsi air PALYJA.

[caption caption="Air minum PALYJA di rumah sebelum dimasak dan sesusah dimasak (alas gelas
biru), sama-sama bening (foto:riapwindhu)"]

[/caption]

Meski demikian, PALYJA meminta masyarakat untuk merebus air yang akan dikonsumsi. Hal ini
disebabkan masih banyaknya pipa-pipa tua yang sudah ada sejak tahun 1954 dan akan
mempengaruhi kondisi air jika ada yang berkarat. Di sejumlah kawasan, terutama kota tua bahkan
masih terdapat pipa yang berasal dari tahun 1920-an, saat zaman penjajahan Belanda.

Buat kami yang tinggal di wilayah Kemanggisan, Palmerah, Jakarta Barat, meskipun jarang, sesekali
aliran air PAM berhenti mengalir sementara, terutama selesai turun hujan lebat. Air yang sempat
berhenti mengalir akan berwarna sedikit cokelat kemudian akan berubah menjadi bening.

Misalnya saja Minggu sore, 27 Maret 2016 sekitar pukul 15.30. Air PALYJA tiba-tiba berhenti
alirannya di rumah kami. Sekitar dua jam kemudian, air mulai mengalir kembali perlahan sebelum
akhirnya deras kembali. Aliran air awal berwarna sedikit kecokelatan namun lama-kelamaan mulai
memudar kemudian menjadi bening.

Kehilangan Air

SELAIN memiliki tantangan kesulitan bahan baku dan penyediaan air bersih, PALYJA hingga kini juga
masih menghadapi masalah kehilangan air, yang menyebabkan pasokan air menjadi tidak lancar.

Kehilangan air disebabkan atas dua faktor, yakni faktor teknik dan faktor komersial. Untuk faktor
teknik, seperti air yang keluar dari jalan secara tiba-tiba dan kebocoran pipa di jalan. Untuk faktor
komersial, misalnya berupa meteran yang diubah, memasang keran air sebelum meter air,
penyambungan dan pemakian illegal.

Dalam mengatasi kehilangan air yang disebabkan faktor komersial, PALYJA ternyata masih harus
berhadapan dengan rendahnya kesadaran masyarakat. Ibu Meyritha Maryanie, selaku Corpoorate
Communications & Social Responsibility Division Head mengatakan, ketegasan yang dilakukan
PALYJA berupa pemutusan sambungan ilegal belum mampu menggugah masyarakat. Jika air PALYJA
tidak ada, maka kebutuhan air diambil dari air tanah.

[caption caption="Meteran air adalah salah satu yang terkadang terjadi tindakan ilegal
(foto:riapwindhu)"]

[/caption]

Nancy Elvina, Kepala Divisi Manajemen Aset dan Non Revenue Water /NRW mengatakan, sepanjang
tahun 2015, PALYJA telah melakukan rehabilitasi kebocoran dari penyebab komersial telah dilakukan
penggantian meter sebanyak 11.831 karena anomali dan 9.097 karena usia. Selain itu ditemukan
sejumlah kasus ilegal, yakni sebanyak 1.306 (penyalahgunaan) dan 1.298 (sambungan ilegal).

Rehabilitasi kebocoran fisik yang dilakukan berupa rehabilitasi jaringan (13,5 km), perbaikan
kebocoran (28.067 titik), dan investigasi jaringan dengan metode gas helium (4.864 km), metode
kamera JD7 (20,3 km), metode suara corellator (22,9 km)

Pengembangan Operasional
PENAMBAHAN air baku, peningkatan kualitas air baku, penanganan tindakan ilegal, pengembangan
dan peningkatan distribusi jaringan menjadi tugas PALYJA sebagau penyedia layanan air bersih di
bagian Barat Jakarta.

Wilayah jangkauan layanan diperluas. Jika semula hanya terdapat 201.00 sambungan (1998)
bertambah menjadi 404.769 sambungan (2015). Jumlah total air terjual pun meningkat dari 89,2 juta
M3 (1998) menjadi 160.3 juta m3 (2015). Jumlah akses air bersih semula 32 % (1998) melesat 73,15
% (2015). Cakupan layanan saat ini mencapai 60 % dengan total jaringan sepanjang 5.400 km
berupa tambahan jaringan (1.100 km) dan rehabilitasi jaringan (1.060 km).

Pertumbuhan pelanggan PALYJA ini meningkat di seluruh kelompok, yang dibedakan atas enam
kelompok yakni kelompok usaha skala besar, kelompok rumah tangga mewah dan usaha menengah,
kelompok rumah tangga menengah dan usaha kecil, kelompok rumah tangga sederhana, kelompok
masyarakat penghasilan rendah, dan kelompok sosial. Harga air ini, kecuali kelompok sosial,
meningkat yang digunakan setiap 10 Meter3 .

[caption caption="Kios Air adalah layanan penyediaan air bersih bagi masyarakat prasejahtera
(palyja.co.id)"]

[/caption]

Toto Wirananto selaku kepala Departemen Primary Construction menyampaikan, sebagai komitmen
terhadap masyarakat rendah disediakan 58 kiosk air dan master meter untuk melayani 70.000
pejaga, sebanyak 245 public hydrants untuk melayani 73.500 warga, dan GPOB (Global Partnership
on Output Based Aid) sekitar 5000 connections.

Untuk pengembangan operasional 2016, dilakukan peningkatan kapasitas produksi IPA


Pejompongan dari 8.800 liter per detik menjadi 9.200 liter per detik guna menyuplai wilayah Jakarta
Barat dan Utara.

Peningkatan kualitas air bersih di jaringan atau re-klorinisasi juga dilakukan di booster pump Grogol,
Gajah Mada, dan Tubagus Angke.

[caption caption="Bersama Demi Air (palyja.co.id)"]


[/caption]

Bersama Demi Air

BEGITU pentingnya air dalam kelangsungan hidup manusia merupakan hal yang tidak bisa diragukan.
Meski demikian, hingga kini layanan air bersih belum bisa dilakukan secara maksimal untuk warga
Jakarta.

Lalu apa yang bisa kita lakukan #Bersama Demi Air?

1. Mengingat tingginya penggunaan bahan baku dari luar Jakarta karena tercemarnya air sungai di
Jakarta karena limbah rumah tangga, maka sudah saatnya siapa pun yang tinggal di Jakarta untuk
tidak membuang sampah sembarangan.

2. Mengupayakan tidak terjadinta kebocoran pipa air bersih sehingga pasokan air menjadi lancar dan
tidak tercemar. Terutama dalam hal pengambilan air bersih secara ilegal dengan mengubah
meteran, memasang dan menyambung keran air sebelum meter.

3. Meningkatkan kepedulian dan kesadaran masyarakat, bersama-sama dengan stakeholder untuk


melakukan penghematan air mulai dari hari ini, dimulai dari rumah, dan lingkungan. Hemat air yang
dilakukan juga dapat membuat hemat pengeluaran uang untuk membeli air. (#riapwindhu)

https://www.kompasiana.com/riapwindhu/air-bersih-jakarta-antara-ketersediaan-kebutuhan-dan-
kesadaran-bersama_56f86209d57a614f048b456c

Di Jakarta, Air Sungai Menjadi Air Minum Berkat Teknologi Biofiltrasi

18 November 2016 23:24 Diperbarui: 25 November 2016 14:53 309 1 0


Di Jakarta, Air Sungai Menjadi Air Minum Berkat Teknologi Biofiltrasi

Ini adalah dua diantara tiga bak pengolahan air di Instalasi Pengolahan Air Taman Kota. Di sinilah air
sungai dari Cengkareng Drain diolah menjadi air bersih siap konsumsi. Instalasi ini berkapasitas 150
liter per detik. Foto: Arum sato

Air adalah salah satu komponen penting bagi kehidupan. Hampir 80 persen tubuh kita terdiri atas
air. Kita bisa menahan rasa lapar, namun kita tidak bisa menghindar dari rasa haus. Itulah sebabnya,
air adalah bagian penting dari kehidupan.

Pada minggu lalu, 03 November 2016 tepatnya, saya bersama beberapa kompasianer berkunjung ke
salah satu pengolahan air bersih di Jakarta dalam rangka Kompasiana Visit bersama Palyja: Optimasi
Instalasi sebagai Solusi Defisit Air Bersih Jakarta. Instalasi Pengolahan Air (IPA) Taman Kota menjadi
tujuannya. Namun sebelum kesana, kami berkumpul terlebih dulu di IPA Pejompongan I. Di IPA
Pejompongan I, kami di beri pencerahan tentang apa Palyja beserta peran dan tugasnya. Hadir di IPA
Pejompongan I kala itu Budi Susilo, Direktur Customer Service Palyja, Meyritha Maryani, Kepala
Divisi Corporate Communications dan Social Responsibility Palyja serta Emma Nedi, Kepala
Department Produksi Palyja.

Meyritha Maryani, Kepala Divisi Corporate Communications dan Social Responsibility Palyja saat
mempresentasikan teknologi Palyja kepada kompasianer di Instalasi Pengolahan Air Pejompongan I,
Jalan Penjernihan II, Pejompongan, Jakarta. Foto: Arum sato.

Meyritha Maryani, Kepala Divisi Corporate Communications dan Social Responsibility Palyja saat
mempresentasikan teknologi Palyja kepada kompasianer di Instalasi Pengolahan Air Pejompongan I,
Jalan Penjernihan II, Pejompongan, Jakarta. Foto: Arum sato.

Sekilas Mengenai Palyja

PT PAM Lyonnaise Jaya atau PALYJA merupakan operator penyedia air bersih di Jakarta bagian barat
Sungai Ciliwung. PALYJA adalah bagian dari SUEZ Environment (Perancis) dan PT Astratel Nusantara
(divisi infrastruktur dari Astra). Dibentuk pada tahun 1997 dengan tujuan untuk mengolah dan
menyediakan air bersih untuk masyarakat Jakarta bagian barat. Untuk masyarakat Jakarta bagian
timur dilayani oleh Aetra.

Palyja memiliki 4 instalasi pengolahan air, yaitu: IPA Pejompongan I & II, IPA Cilandak dan IPA Taman
Kota. IPA Taman Kota adalah yang terkecil dari IPA lainnya dari jumlah kapasitas air bersih yang
dihasilkan, yaitu 150 liter per detik. Sedangkan IPA Cilandak mampu memproduksi sekitar 400 liter
per detik. Yang paling besar adalah IPA Pejompongan II dengan kapasitas produksi 3.600 liter per
detik. Sedangkan di IPA Pejompongan I dengan kapasitas produksi 2.000 liter per detik.

Selain memiliki 4 instalasi pengolahan air baku menjadi air bersih, Palyja juga memiliki 2 tempat
penampungan air bersih sementara atau disebutnya Distribution Central Reservoir (DCR). Ada 2 DCR
yaitu: DCR 4 Kebun Jeruk dengan kapasitas 2.000 liter per detik dan DCR 5 Lebak Bulus dengan
kapasitas 1.000 liter per detik.

Selain itu, juga terdapat sebuah instalasi pengolahan air sungai menjadi air baku di Kanal Banjir
Barat, dengan kapasitas 550 liter per detik.

Jakarta dan Air Bersihnya

Jakarta adalah kota yang memiliki banyak air. Ada 13 sungai yang mengaliri Jakarta. Bayangkan,
betapa melimpahnya air yang tersedia, yang bisa digunakan sebagai sumber air bersih. Saat ini
sekitar 10 juta orang tinggal di Jakarta. Ironinya, semakin bertambah jumlah penduduk Jakarta, tak
membuat sungai di Jakarta semakin terjaga. Penduduk semakin banyak, sungai pun semakin tak
layak. Miris!

Dari 13 sungai yang melewati Jakarta, hanya dua sungai yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber air
bersih. Itu pun kondisi ke-dua sungai tersebut dari tahun ke tahun semakin menurun. Dua sungai
tersebut yaitu Sungai Krukut dan Sungai Cengkareng drain. Sungai Cengkareng Drain merupakan
anak sungai dari Kali Pesanggrahan. Dua sungai ini hanya mampu menyumbang 5,7 persen saja
dalam operasional pengolahan air bersih Jakarta.

Ini adalah potret air selokan di sekitar Stasiun Taman Kota, dan selokan di Jakarta pada umumnya.
Limbah dari rumah tangga umumnya langsung menuju selokan. Bisa dilihat limbah detergent/sabun
dari buih dalam selokan tersebut. Dalam sehari, berapa kali pipa limbah tersebut mengalirkan air
sabun? Dan itulah fakta yang terjadi hampir pada setiap selokan yang ada di Jakarta, yang semua
bermuara ke sungai. Foto: Arum Sato

Ini adalah potret air selokan di sekitar Stasiun Taman Kota, dan selokan di Jakarta pada umumnya.
Limbah dari rumah tangga umumnya langsung menuju selokan. Bisa dilihat limbah detergent/sabun
dari buih dalam selokan tersebut. Dalam sehari, berapa kali pipa limbah tersebut mengalirkan air
sabun? Dan itulah fakta yang terjadi hampir pada setiap selokan yang ada di Jakarta, yang semua
bermuara ke sungai. Foto: Arum Sato
Untuk bisa memenuhi kebutuhan air bersih warga Jakarta, selanjutnya Palyja mengimpor atau
membeli air baku dari Waduk Jatiluhur, di Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Provinsi
Jawa Barat. Pasokan air baku dari Waduk Jatiluhur ke Jakarta saat ini mencapai 62,5 persen atau
19.000 liter per detik. Instalasi Pengolahan Air (IPA) Serpong “menyumbang” 31 persen, dan IPA
Cikokol 0,8 persen.

Dengan kondisi air baku seperti itu, saat ini Palyja dan Aetra hanya mampu memproduksi 17.000
liter per detik. Sedangkan Jakarta, dengan 10-an juta penduduk, membutuhkan pasokan air bersih
sekitar 26.100 liter per detik. Angka tersebut dengan ukuran per hari per orang dengan konsumsi air
bersih 100 liter per detik. Angka tersebut berdasarkan studi yang pernah dilakukan oleh Palyja. Jadi,
kekurangan 9.100 liter per detik yang menjadi tantangan Palyja untuk bisa mengairi Jakarta dengan
air bersih, dengan kendala minim air baku.

Untuk itulah, Palyja terus berupaya mengembangkan teknologi untuk bisa memanfaatkan air sungai
di Jakarta yang masih layak olah. Demi kebutuhan khalayak banyak.

Mengenal Lebih Dekat IPA Taman Kota

IPA Taman Kota berada di Jl. Komplek Taman Kota, Jakarta Barat. Kompasianer melakukan
kunjungan pada 03 November 2016, guna melihat dari dekat proses pengolahan air bersih. Foto:
Arum Sato

IPA Taman Kota berada di Jl. Komplek Taman Kota, Jakarta Barat. Kompasianer melakukan
kunjungan pada 03 November 2016, guna melihat dari dekat proses pengolahan air bersih. Foto:
Arum Sato

Dengan segala kendala tentang air baku, Palyja tetap berusaha meningkatkan produksinya. Salah
satunya dengan menciptakan teknologi baru untuk membantu pengolahan air baku.

Dan dengan inovasinya, Palyja berhasil memberdayakan kembali IPA Taman Kota dari mati surinya.
Ya, tahun 2007 IPA Taman Kota pernah ditutup karena masalah air baku. Air baku dari Sungai
Cengkareng Drain mengandung amonium dengan kadar yang sangat tinggi yaitu 8 ppm, jauh dari
jumlah normal 1 ppm yang menjadi standar pengolahan air bersih. Instalasi pengolahan air yang
berdiri dan beroperasi sejak 1982 itu beroperasi kembali pada Juli 2012, berkat teknologi.

Instalasi Pengolahan Air Taman Kota berada di kawasan perumahan padat penduduk. Beralamat di
Jl. Komplek Taman Kota A1 No. 1, Jakarta Barat. Nah, IPA Taman Kota beroperasi kembali dengan
teknologi Biofiltrasi, memanfaatkan mikroorganisme alami yang hidup di dalam air tawar. Teknologi
ini dikembangkan oleh Palyja bekerjasama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(BPPT), di bawah pengawasan supervisi SUEZ Environment sebagai pemegang saham terbesar Palyja.

Menurut Vita, Kepala IPA Taman Kota, air baku IPA Taman Kota sangat tinggi akan amonium.
Amonium ini banyak berasal dari limbah domestik yang didominasi oleh limbah rumah tangga. Hal
tersebut juga diamini oleh Meyritha Maryani. Dengan teknologi Biofiltrasi ini, kadar amonium dalam
air baku bisa dikurangi hingga 87 persen.

“Teknologi Biofiltrasi dengan mikroorganisme alami yang hidup di dalam air, dengan bantuan media
tumbuh. Bentuknya kayak plastik yang di crosspack gitu,” terang Vita di meja kerjanya.

Teknologi yang sama juga digunakan di Instalasi Pengambilan Air Baku Kanal Banjir Barat dengan
dengan bantuan media yang disebut meteor. Kalau di IPA Taman Kota disebut teknologi Biofiltrasi, di
Kanal Banjir Barat disebut dengan teknologi Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR). Dan teknologi
MBBR ini merupakan teknologi pertama di Indonesia dan Asia Tenggara di bidang pengolahan air.

Ini adalah pintu air/intake IPA Taman Kota. Berada di kawasan Kembangan Utara, Jakarta Barat. Dari
sungai ini, air diolah dengan teknologi Biofiltrasi dan bisa langsung dikonsumsi. Foto: Riap Windu.

Ini adalah pintu air/intake IPA Taman Kota. Berada di kawasan Kembangan Utara, Jakarta Barat. Dari
sungai ini, air diolah dengan teknologi Biofiltrasi dan bisa langsung dikonsumsi. Foto: Riap Windu.

Kompasianer juga melakukan blusukan ke Stasiun Pompa, tempat pengambilan air baku IPA Taman
Kota. Foto: Arum Sato

Kompasianer juga melakukan blusukan ke Stasiun Pompa, tempat pengambilan air baku IPA Taman
Kota. Foto: Arum Sato

Namun kelemahaan dari teknologi Biofiltrasi adalah, ketika ada air laut teknologi ini tidak berfungsi
maksimal. Untuk info, IPA Taman Kota berjarak hanya 5 km dari laut. Itu sebabnya, kenaikan (intrusi)
air laut adalah masalah kedua bagi instalasi ini. Meski sudah dikembangkan teknologi pendeteksi air
air laut, namun itu belum maksimal. Mengingat, pasokan air baku berkurang yang berakibat pada
berkurangnya kapasitas produksi air bersi. Bahkan bisa berhenti beroperasi.
“Karena teknologi Biofiltrasi dirancang khusus untuk mengolah air tawar. Jadi, ketika air laut masuk
ke sini, kita stop produksi karena mikroorganismenya mati. Tapi sekarang sudah ada teknologi baru
untuk mendeteksi masuknya air laut,” terang Vita lebih lanjut.

Pada tahun 2015 lalu, Palyja telah mengembangkan teknologi yang bernama Total Dissolve Solid
(TDS) Online Analyzer. Alat ini berfungsi untuk mendeteksi masuknya air laut. Dengan keberadaan
TDS Online Analyzer ini, ketika air laut menyentuh intake maka dapat segera diambil tindakan
pencegahan. Yaitu, dengan menutup pintu masuk air/intake. Di saat seperti ini, maka produksi IPA
Taman Kota menurun bahkan mati suri, karena tidak mendapatkan air baku untuk berproduksi.

Menurut Vita, ada satu cara yang bisa dilakukan agar IPA Taman Kota tetap berproduksi meski
intrusi air laut sedang terjadi. Yaitu dengan menutup pintu air Sungai Cengkareng Drain. Dulu, hal ini
yang dilakukan ketika air laut pasang sedang terjadi. Namun kini masalahnya, apabila dilakukan
penutupan pintu air Sungai Cengkareng Drain, akan mengakibatkan banjir di area Pantai Indak
Kapuk. Dilema yang harus segera dicarikan solusi bersama oleh Palyja maupun Pemda DKI.

Meski diakui Vita, bahwa dengan pengerukan kali yang terus dilakukan oleh Dinas Kebersihan DKI
saat ini, sedikit banyak telah membantu kondisi air baku lebih baik, terutama di Cengkareng Drain.

Solusi untuk mencegah air masuk ke intake adalah dengan menutup pintu air Cengkareng Drain.
Masalah timbul ketika ada daerah yang kebanjiran akibat ditutupnya pintu air ini. Dilema yang harus
segera dicarikan solusinya, demi kebutuhan bersama. Foto: @KebersihanDKI

Solusi untuk mencegah air masuk ke intake adalah dengan menutup pintu air Cengkareng Drain.
Masalah timbul ketika ada daerah yang kebanjiran akibat ditutupnya pintu air ini. Dilema yang harus
segera dicarikan solusinya, demi kebutuhan bersama. Foto: @KebersihanDKI

Kompasianer Blusukan di IPA Taman Kota

Di IPA Taman Kota, dengan area kurang lebih seluas 5.000 meter persegi, terjadi pemrosesan air
baku menjadi air bersih. Dengan dikembangkannya teknologi Biofiltrasi, pemrosesan air baku
menjadi air bersih di IPA Taman Kota bisa kembali dilakukan.

“Pipa coklat ini adalah jalur pertama air baku yang berasal dari intake di Cengkareng Drain,” terang
Febri, staff IPA Taman Kota saat mengawal kompasianer blusukan.
Intake adalah pintu pengambilan air IPA Taman Kota yang berlokasi di Sungai Cengkareng Drain.
Sungai Cengkareng Drain merupakan anak sungai dari Kali Pesanggrahan. Jaraknya 1,5 km dari IPA
Taman Kota. Terdapat 4 pompa air dipasang di Sungai Cengkareng Drain yang memompa air untuk
dialirkan menuju IPA Taman Kota ini.

Di pipa besar inilah proses Koagulasi terjadi. Pada proses ini penambahan zat kimia dilakukan. Foto:
Arum Sato

Di pipa besar inilah proses Koagulasi terjadi. Pada proses ini penambahan zat kimia dilakukan. Foto:
Arum Sato

Pipa coklat berisi air baku dari Cengkareng Drain. Di pipa besar inilah proses Koagulasi terjadi. Pada
proses ini penambahan zat kimia dilakukan. Diantara pipa dan Febri adalah TDS Oline Analyzer. Alat
ini berguna untuk mendeteksi tingkat kekeruhan air, keasaman air serta kelembaban air. TDS Online
Analyzer juga dipasang di intake, guna mendeteksi masuknya air laut. Foto: Arum Sato

Pipa coklat berisi air baku dari Cengkareng Drain. Di pipa besar inilah proses Koagulasi terjadi. Pada
proses ini penambahan zat kimia dilakukan. Diantara pipa dan Febri adalah TDS Oline Analyzer. Alat
ini berguna untuk mendeteksi tingkat kekeruhan air, keasaman air serta kelembaban air. TDS Online
Analyzer juga dipasang di intake, guna mendeteksi masuknya air laut. Foto: Arum Sato

Bentuk depan TDS Oline Analyzer yang terpasang di IPA Taman Kota. Alat ini berguna untuk
mendeteksi tingkat kekeruhan air, keasaman air serta kelembaban air. Online Analyzer juga dipasang
di intake, guna mendeteksi masuknya air laut. Foto: Arum Sato

Bentuk depan TDS Oline Analyzer yang terpasang di IPA Taman Kota. Alat ini berguna untuk
mendeteksi tingkat kekeruhan air, keasaman air serta kelembaban air. Online Analyzer juga dipasang
di intake, guna mendeteksi masuknya air laut. Foto: Arum Sato

Pada pengolahan air, beberapa zat kimia ditambahkan. Penambahan zat kimia ini untuk membuang
polutan yang ada di dalam air. Foto: Arum Sato

Pada pengolahan air, beberapa zat kimia ditambahkan. Penambahan zat kimia ini untuk membuang
polutan yang ada di dalam air. Foto: Arum Sato

Pengolahan air baku menjadi air bersih di IPA Taman Kota harus melalui beberapa tahapan. Dimulai
dengan proses Koagulasi, Flokulasi, Sedimentasi, Biofiltrasi, Filtrasi, dan Desinfeksi.
Selain itu juga ada beberapa jenis zat kimia yang ditambahkan ketika air diolah. Zat kimia tersebut
antara lain: karbon aktiv, koagulan, soda ash dan chlorine.

Proses yang pertama adalah pengambilan air dari intake di Sungai Cengkareng Drain. Dari sana, air
dipompa dan dialirkan ke IPA Taman Kota. Selanjutnya, air akan mengalami proses pertama yaitu
proses Koagulasi.

Yang dimaksud dengan Koagulasi adalah proses pengadukan cepat antara air baku dan zat kimia
yang dibutuhkan untuk membersihkan air. Zat karbon aktiv, koagulan, maupun soda ash, dengan
tugas dan fungsinya masing-masing dicampurkan ke dalam air. Zat karbon aktiv berguna untuk
menghilangkan detergent dan bau. Sedangkan Koagulan yang dipakai disini adalah jenis ach, atau
Aluminium chlorohydrate.

“Koagulan ini bersifat seperti lem. Dia akan mengikat atau merekatkan partikel-partikel padat yang
ada di dalam air supaya lebih besar dan membentuk flok, agar lebih mudah mengendap. Sedangkan
soda ash, dimanfaatkan untuk menetralisir keasaman air (ph air),” tutur Febri menjelaskan.

Setelah proses Koagulasi, air akan dialirkan ke bak-bak penampungan. Tahapan selanjutnya adalah
Flokulasi. Dalam proses Flokulasi, pengadukan air dilakukan secara lambat. Supaya apa? Supaya
gumpalan partikel-partikel atau flok-flok yang terbentuk dari proses Koagulasi tadi lebih besar lagi
dan bisa dengan mudah mengendap.

Tahapan selanjutnya adalah proses Sedimentasi atau pengendapan. Air dari bak Flokulasi dialirkan
menuju bak Sedimentasi. Flok-flok yang menggumpal membentuk lumpur dan akhirnya mengendap.
Di dalam bak Sedimentasi, terjadi proses pemisahan lumpur dan air bersih. Proses ini dibantu
dengan bantuan plate settler untuk mempermudah pengendapan. Pada bak Sedimentasi ini, pada
bagian permukaan bak, air sudah kelihatan lebih jernih. Sedangkan lumpur kelihatan menghitam di
bagian bawah bak.

Ini adalah bak Flokulasi, dimana air diaduk secara lambat. Air ini sudah mengalami proses Koagulasi
dan tambahan zat kimia. Namun polutan masih terlihat di permukaan air. Foto: Arum Sato

Ini adalah bak Flokulasi, dimana air diaduk secara lambat. Air ini sudah mengalami proses Koagulasi
dan tambahan zat kimia. Namun polutan masih terlihat di permukaan air. Foto: Arum Sato
Ini adalah bak Sedimentasi. dari bak Flokulasi, air dialirkan ke sini. Permukaan sudah nampak jernih.
Dari bak ini, air akan mengalir menuju bak Biofiltrasi. Foto: Arum Sato

Ini adalah bak Sedimentasi. dari bak Flokulasi, air dialirkan ke sini. Permukaan sudah nampak jernih.
Dari bak ini, air akan mengalir menuju bak Biofiltrasi. Foto: Arum Sato

Selanjutnya air dialirkan menuju bak Biofiltrasi. Pada bak inilah terjadi apa yang disebut Biofiltrasi.
Yaitu proses removal polutan amonium, detergent, mangan dan lainnya dengan menggunakan
mikroorganisme alami. Migroorganisme ini memang hidup di dalam air. Dengan bantuan media
crosspack, mikroorganisme alami dalam teknologi Biofiltrasi ini hidup pada lapisan Biofilm yang ada
pada media crosspack tersebut.

Untuk menjaga mikroorganisme tetap hidup dan bekerja efektif, digunakan blower dan diffuser. Ini
untuk menjaga aliran air terus mengalir dan mengembuskan udara ke dalam air.

Ini adalah bak Biofiltrasi, dimana proses removal polutan amonium, detergent, mangan dan lainnya
dengan menggunakan mikroorganisme alami terjadi. di bak ini, air terus menerus dialirkan guna
menghidupi mikroorganisme di dalamnya. Pada bak ini dipasang semacam teralis penutup, guna
menahan busa yang kadang sangat banyak, supaya tidak melimpah. Foto: Arum Sato

Ini adalah bak Biofiltrasi, dimana proses removal polutan amonium, detergent, mangan dan lainnya
dengan menggunakan mikroorganisme alami terjadi. di bak ini, air terus menerus dialirkan guna
menghidupi mikroorganisme di dalamnya. Pada bak ini dipasang semacam teralis penutup, guna
menahan busa yang kadang sangat banyak, supaya tidak melimpah. Foto: Arum Sato

etelah tahapan Biofiltrasi, air ditampung pada bak pengumpul pertama yang lebih besar, Bak
Biofilter/Kelder Biofilter, untuk diendapkan. IPA Taman Kota memiliki 2 bak pengumpul sementara:
Bak Biofilter/Kelder Biofilter dan Bak Air Bersih.

Dari Bak Biofilter/Kelder Biofilter, air dipompa untuk selanjutnya melalui tahapan Filtrasi atau
penyaringan. Proses penyaringan ini di lakukan di tempat terpisah dari ke-tiga tahapan sebelumnya.

Pada tahapan Filtrasi ini, dilakukan penyaringan sisa partikel padat yang kemungkinan masih
terbawa dalam air bersih keluaran dari proses Biofiltrasi. Proses penyaringan ini menggunakan
media pasir silika dan pasir gravel. Supaya pasir tetap berfungsi maksimal sebagai media penyaring,
dilakukan proses pencucian pasir atau backwash per 24 jam sekali.
“Proses Filtrasi atau penyaringan ini adalah proses untuk menjernihkan air ke tahap maksimalnya,”
jelas Febri, staff IPA Taman Kota yang menjadi komandan saat kompasianer blusukan ke bak-bak
pengolahan air.

Selanjutnya, air hasil penyaringan ini akan ditampung di bak pengumpul ke-dua, Bak Air Bersih. Nah,
tahapan proses pengolahan air yang terakhir adalah Desinfektan, yang dilakukan di dalam Bak Air
Bersih tersebut. Yaitu proses removal bakteri dengan menggunakan zat kimia chlorine, atau bahasa
umumnya kaporit.

Sebelum didistribusikan, air mengalami pengecekan terlebih dahulu, termasuk kadar chlorine yang
perbolehkan. Ketika belum memenuhi angka standar yang ditetapkan, air akan diproses ulang hingga
benar-benar sesuai standar. Foto: Arum Sato

Sebelum didistribusikan, air mengalami pengecekan terlebih dahulu, termasuk kadar chlorine yang
perbolehkan. Ketika belum memenuhi angka standar yang ditetapkan, air akan diproses ulang hingga
benar-benar sesuai standar. Foto: Arum Sato

Setelah bersih dan sesuai standar yang ditetapkan, air dipompa untuk didistribusikan ke pelanggan.
Ini pompa yang ada di IPA Taman Kota. Foto: Aum Sato

Setelah bersih dan sesuai standar yang ditetapkan, air dipompa untuk didistribusikan ke pelanggan.
Ini pompa yang ada di IPA Taman Kota. Foto: Aum Sato

Dalam proses Desinfektan, tidak semua chlorine hilang. Dalam persentase tertentu (sesuai peraturan
yang ditetapkan Kemenkes) disisakan agar dalam proses distribusi air bersih ke pelanggan, proses
removal bakteri terus berjalan. Sehingga air yang diterima oleh pelanggan aman untuk dikonsumsi.
Dari Bak Air Bersih, dicek terlebih dulu untuk memenuhi standar air bersih sesuai peraturan yang
berlaku. Baru setelahnya dipompa dan siap didistribusikan.

“Air dari sini dipompain ke pipa Daan Mogot (pipa 800) dan bercampur air bersih di Distribution
Central Reservoir (DCR) 4. Dari Daan Mogot barulah air itu di sebar ke pelanggan. Kawasan
Kembangan Utara, Rawa Buaya, Kedaung Kali Angke, Kapuk, Cengkareng Timur, Cengkareng Barat,
Tegal Alur, Kamal, Kamal Muara, Pegadungan, Kalideres adalah kawasan yang menjadi pelanggan,”
jelas Vita disela obrolan menunggu kompasianer lain selesai blusukan.

Jakarta, 18 November 2016


https://www.kompasiana.com/setyaningrum/di-jakarta-air-sungai-menjadi-air-minum-berkat-
teknologi-biofiltrasi_582f2b4fc923bd151877e798

–– ADVERTISEMENT ––

–– ADVERTISEMENT ––

Anda mungkin juga menyukai