Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Air merupakan asalmuasal dari segala macam bentuk kehidupan di planet
bumi ini. Bagi manusia kebutuhan akan air ini amat mutlak karena sebenarnya zat
pembentuk tubuh manusia sebagian besarter diri dari air yang jumlahnya sekitar 65%
dari bagian tubuh. Sehingga untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya manusia
berupaya mengadakan air yang cukup bagi dirinya.Semakin maju tingkat kebudayaan
masyarakat maka penggunaan air makin meningkat. Diketahui bahwa volume total air
di bumi adalah sekitar 1,4 milyar km3 yang 97,4% adalah air laut. Sisanya 2,6%
adalah berupa air tawar. Dari jumlah tersebut hanya 0,14% dari total jumlah air di
bumi yang dengan segera dapat dimanfaatkan oleh manusia dan makhluk hidup
lainnya (Al-Layla M.A, et al, 1978).
Keberadaan air di bumi berlangsung melalui siklus yang dikenal dengan
siklus hidrologi.Sebesar 40.000 km3 per tahun air mengalir dari daratan kelautan dan
sebaliknya atmosfer mengangkut uap air dari lautan kedaratan dan sebanyak 31.000
km3 langsung kembali kelaut sebagai limpahan banjir atau melalui kawasan tidak
berpenghuni kembali kelaut. Sisanya lebih kurang 9.000 km 3 air tawar yang siap
digunakan oleh manusia. Jumlah ini cukup besar dan secara teori cukup untuk
penyediaan air bagi 20 milyar manusia jika ditinjau secara kuantitas, akan tetapi hal
tersebut mungkin tidak mencukupi kebutuhan hidup manusia di bumi jika ditinjau
dari segi kualitas (Said, 2004).
Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh umat manusia terhadap
ketersediaan sumber daya air adalah air secara sangat cepat menjadi sumber daya
yang semakin langka yang disebabkan antara lain:
1. Adanya variasi musim dan ketimpangan spasial ketersediaan air. Pada musim hujan
di beberapa daerah mengalami kelimpahan air yang luar biasa yang berakibat
terjadinya banjir. Pada musim kering, kekurangan air dan kekeringan menjadi
bencana di bagian daerah lain.
2. Adanya keterbatasan jumlah air segar di suatu daerah yang dapat dieksplorasi dan
dikonsumsi, sedangkan jumlah penduduk terus bertambah yang menyebabkan
konsumsi air segar meningkat drastis, dan kerusakan lingkungan termasuk kerusakan
sumber daya air yang terjadi secara konsisten (Salman, 2002).
Fenomena kelangkaan air sangat terasa di perkotaan. Keperluan air untuk
penduduk perkotaan, termasuk sanitasi dan pembuangan limbahnya tidak akan dapat
dicukupi oleh ketersediaan air yang ada. Akses yang terbatas terhadap air bersih akan
mengakibatkan penduduk rentan terhadap penyakit yang disebabkan oleh konsumsi
air yang kotor dan terkontaminasi bakteri. Oleh karena itu, pengelolaan sumber daya
air sangat penting agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dengan tingkat mutu
yang diinginkan (Effendi, 2003).

1.2 Tujuan
a Mengetahui informasi mengenai PDAM Pontianak sebagai penyedia air bersih
kota Pontianak.
b Mengetahui sistem pengolahan air bersih di PDAM Pontianak.
c Studi kasus permasalahan sistem pengolahan air di Indonesia terutama di
PDAM Tirta Khatulistiwa Pontianak
d BAB II
e STUDI KASUS
f 2.1 Adminitrasi Wilayah Dan Gambaran Umum PDAM Tirta
Khatulistiwa Kota Pontianak
g PDAM Tirta Khatulistiwa Kota Pontianak beralamat di jalan
Imam Bonjol No. 430, Kota Pontianak. Perusahaan Daerah Air Bersih
(PDAM) Tirta Khatulistiwa adalah salah satu Badan Usaha Milik Pemerintah
Kota Pontianak yang memiliki tugas dan tanggung jawab memberikan
pelayanan air bersih kepada masyarakat Kota Pontianak, dan sebagai Badan
Usaha, PDAM diharapkan dapat memberikan pelayanan yang terbaik.
Pemerintah Indonesia melalui Perusahaan Perancis (Degremont SE)
membangun Instalasi Pengolahan Air pada tahun 1959 yang menandai
dimulainya Sistem Penyediaan Air Bersih (SPAM) melalui perpipaan di Kota
Pontianak. Kapasitas awal Produksi 100 liter/detik dibangun di Komplek
Instalasi Pengolahan Air jalan Imam Bonjol, yang pengelolaannya
dilaksanakan oleh Dinas Saluran Air Bersih. Pada tahun 1975, PDAM Kota
Pontianak didirikan berdasarkan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat
II Pontianak Nomor 03 tahun 1975, tanggal 14 Mei 1975 dan disyahkan
Kepala Daerah Tingkat I Kalimantan Barat melalui Keputusan Nomor 42
tahun 1976, tanggal 18 Maret 1976, dan bergerak dalam bidang jasa
pelayanan air bersih bagi masyarakat Kota Pontianak dan sekitarnya.
h Sarana dan prasarana air bersih yang menjadi aset PDAM pada
saat berdirinya merupakan bantuan dari Pemerintah Pusat berupa hibah. Asset
ini terus bertambah dari tahun ke tahun sesuai dengan program penyediaan air
bersih yang merupakan proyek yang berkelanjutan. Semua asset ini telah
dilakukan serah terima pengelolaanya dari Pemerintah Pusat kepada
Perusahaan Daerah Air Bersih (PDAM) Kota Pontianak sesuai dengan berita
acara serah terima Nomor: 06/BA/W.15/97, tanggal 3 Juni 1997 tentang
Penghibahan Status Tetap Asset Eks Proyek Penyediaan dan Pengelolaan Air
Bersih (P2AB) dari Departemen Pekerjaan Umum kepada Pemerintah Kota
Pontianak sebagai Penyertaan Modal Pemerintah Daerah pada PDAM Kota
Pontianak.
i Tahun 1979 dibagun Instalasi Pengelolaan Air (IPA) yang baru
disebelah IPA yang lama. Instalasi Pengelolaan Air yang baru dibangun
tersebut berkapasitas 200 liter/detik. Pembangunan IPA yang baru tersebut
selesai pada tahun 1982 dan mulai dioperasikan pada tahun yang sama.
Sehubungan dengan semakin meningkatnya permintaan konsumen akan
pelayanan air bersih pada tahun 1987 pihak PDAM Kota Pontianak
membangun satu lagi Instalasi Pengelolaan Air yang berkapasitas 50
liter/detik di wilayah Sungai Jawi Luar khusus untuk kebutuhan air bersih
bagi penduduk yang berada di komplek PERUMNAS. Dengan selesainya
pembangunan IPA ini maka jumlah kapasitas terpasang menjadi 325
liter/detik. Namum karena disebabakan oleh pengelolaan yang kurang
semestinya, kapasitas produksi air jauh dibawah kapasitas efektifnya.
j PDAM segera didorong untuk meningkatkan kapasitas produksinya
melalui upgrading terhadap kedua Instalasi Pengolahan Air (IPA) di Jalan
Imam Bonjol dengan memanfaatkan pinjaman dari Bank Pembangunan
Derah (BPD) sehingga kapasitas produksinya dapat ditingkatkan
sebanyak 150 liter/detik. Langkah yang diambil ini segera diikuti dengan
mengajukan pinjaman lunak sebesar Rp. 7,7 Milyar kepada Departemen
Keuangan guna memperluas dan merehabilitasi sistem dan fasilitas
distribusi agar kapasitas produksi air tambahan yang ada didistribusikan
kepada masyarakat. Pemerintah Pusat melalui Departemen Pekerjaan
umum juga membantu PDAM dengan membantu IPA paket yang
berkapasitas 100 liter/detik dengan dana yang berasal dari Anggaran
Perencanan Belanja Negara (APBN). Bank Dunia menyetujui pemberian
pinjaman kepada PDAM Kota Pontianak pada tahun 1995 sebesar Rp.
29,2 Milyar guna membiayai Program Jangka Menengah (PJM) sektor air
bersih Kota Pontianak. Perencanaan dan persiapan dilakukan dibawah
proyek Kalimantan Urban Development Project (KUDP).
k PDAM Kota Pontianak pada akhir Desember tahun 2005 telah
memiliki kapasitas produksi 1.210 l/dt yang melayani 61.699 sambungan
pelanggan atau 73% dari jumlah penduduk termasuk penduduk kabupaten
Pontianak. Sumber air yang digunakan seluruhnya berasal dari air permukaan
yaitu Sungai Kapuas dan Sungai Landak, pada bagian hulu digunakan sebagai
cadangan pada musim kemarau. Seluruh Unit Produksi berjumlah 9
(sembilan) unit dengan proses pengolahan lengkap yang terletak di 3 lokasi
yaitu Komplek Instalasi Jl. Imam Bonjol, Komplek Instalasi Sei Jawi Luar
dan Komplek Instalasi Selat Panjang. Sistem pengaliran mulai dari Sistem
Pengolahan dan Sistem Pendistribusian ke Pelanggan seluruhnya menggunkan
sistem pemompaan yang membutuhkan energi listrik sangat besar. Sistem
tersebut dilengkapi dengan catu daya cadangan dari generator set berkapasitas
2,5 MW.
l Saat ini kebutuhan air bersih bagi masyarakat semakin
meningkat, tahun 2008 air bersih yang dikonsumsi oleh 68.875 pelanggan
sebesar 624 l/detik dengan kapasitas produksi 1.032 l/detik, sementara air
baku yang diolah sebesar 1.106 l/detik. Sampai dengan tahun 2020 kebutuhan
air baku menjadi 1.600 l/detik. Saat normal sumber air baku utama dapat
dieksploitasi secara optimal, namun demikian pada saat kemarau sumber air
baku utama Sungai Kapuas dan Sungai Landak tidak dapat dipergunakan
sebagai sumber air baku akibat naiknya kadar garam diatas ambang batas (>
600 ppm) sehingga PDAM terpaksa mengalirkan air baku dari sumber air
baku cadangan di Penepat sejauh 24 km dari Instalasi Imam Bonjol dengan
kapasitas terbatas (300-400) liter/detik atau sekitar 30% dari kebutuhan air
baku saat kemarau, sehingga terjadi penurunan kualitas pelayanan dan
kekurangan air bersih dimana hanya 30% penduduk Kota Pontainak
mendapatkan suplai air dari PDAM Kota Pontianak.
m
n 2.2 SUMBER AIR BAKU
o Intake (Bangunanpengambilan air baku)
p Merupakan tahapan pertama dalam proses pengolahan air. Bangunan
intake ini berfungsi sebagai bangunan pertama untuk masuknya air dari
sumber air. Pada umumnya, sumber air untuk pengolahan air bersih,
diambil dari sungai.Padabangunan intake ini biasanya terdapat bar screen
yang berfungsi untuk menyaring benda-benda yang ikut tergenang dalam
air terutama yang berukuran agak besar seperti kayu, plastik, rumput, dan
dedaunan. Selanjutnya, air akan masuk kedalam sebuah bak yang
nantinya akan dipompa kebangunan selanjutnya.
q Instalasi Pengolahan Air Di PDAM Kota Pontianak :
IPA I, Lokasi di Jl. Imam Bonjol, Kapasitas 150 liter/detik.
IPA II, Lokasi di Jl. Imam Bonjol, Kapasitas 300 liter/detik.
IPA III, Lokasi di Jl. Imam Bonjol, Kapasitas 110 liter/detik.
IPA IV, Lokasi di Jl. Imam Bonjol, Kapasitas 300 liter/detik.
IPA V, Lokasi di Jl. SelatPanjang, Kapasitas 300 liter/detik.
IPA SJL, Lokasi di YosSudarso, Kapasitas 50 liter/detik.
r Total Kapasitas 1210
liter/detik.
s

t
u Intake PDAM Tirta Khatulistiwa (Sumber air baku berasal dari Sungai
Kapuas)
v 2.3 KINERJA PDAM DAN BIAYA AIR
w Sesuai dengan Peraturan Wali Kota Pontianak, Nomor : 35
Tahun 2014, tanggal 01 Juli 2014, tentang tarif Air Minum Pada PDAM Tirta
Khtulistiwa yang secara efektif berlaku terhitung pemakaian bulan Agustus
2014 yang dibayarkan pada bulan September 2014 sebagai berikut:
x
y
z
aa
ae Ta
rif
Ba
ru
ai Pe
ma
ad kai
ab
ac Golongan Pelanggan K an
Ai
r
(M
3)
am an
0 1

aq ar as
ao ap Kelompok I

av aw ax
at au 1. Sosial Umum ( 8 1

ba bb bc
ay az 2. Sosial Khusus A ( 1 2

bf bg bh
bd be 3. Sosial Khusus B ( 1 2

bk bl bm
bi bj 4. RT. Sederhana ( 1 3

bp bq br
bo 5. RT. Sederhana Ada
bn ( 1 3
Usaha

bu bv bw
bs bt
bx bz ca cb
by Kelompok II

ce cf cg
cc cd 1. RT. Semi Permanen ( 2 3

cj ck cl
ci 2. RT. Semi Permanen Ada
ch ( 2 4
Usaha

co cp cq
cm cn 3. RT. Permanen ( 2 4

ct cu cv
cs 4. RT. Permanen Ada
cr ( 2 4
Usaha

cy cz da
cx 5. RT. Daerah Perdalaman
cw ( 2 4
Dalam Gang

dd de df
dc 6. RT. Perdagangan Jalan
db ( 2 5
Raya

di dj dk
dg dh

dl
dn do dp
dm Kelompok III

ds dt du
dq dr 1. RT. Permanen Mandiri ( 3 5

dx dy dz
dv dw 2. Kedutaan / Konsulat ( 4 6

ec ed ee
ea eb 3. Instansi Pemerintah ( 4 6

eh ei ej
ef eg 4. Niaga Kecil ( 4 6

ek el 5. Niaga Menengah em en eo
( 4 6
er es et
ep eq 6. Niaga Besar ( 4 8

ew ex ey
eu ev 8. Industri Menengah ( 4 7

fb fc fd
ez fa 9. Industri Besar ( 4 8

fg fh fi
fe ff

fj fl fm fn
fk Khusus

fq fr fs
fo fp 1. Pelabuhan ( 2 2

fv fw fx
fu 2. Mobil Tangki / Alat
ft ( 2 2
Angkut Lainnya

ga gb gc
fy fz

gf gg gh
gd ge

gk gl gm
gi gj

gp gq gr
gn go Keterangan :

gu gv gw
gs gt RT : Rumah Tangga
gx
gy 2.4 SISTEM PENGOLAHAN
gz Sistem pengolahan air bersih PDAM Pontianak terdiri: intake, koagulasi,
flokulasi, sedimentasi, filtrasi, desinfeksi, dan penyaluran air ke
konsumen. Adapun system pengolahannya sebagai berikut:
ha 2.4.1 Koagulasi ( Proses pencampurankoagulan ( tawas )
hb Koagulasi adalah proses perubahan cairan atau larutan menjadi
gumpalan- gumpalan lunak baik secara seluruhan ataupun hanya sebagian.
Atau dengan kata lain, koagulasi adalah proses penggumpalan suatu cairan
atau larutan sehingga terbentuk padatan lunak ataupun keras seperti gel.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) definisi koagulasi adalah suatu
kata yang berhubungan dengan keadaan atau perihal menjadi keras atau padat,
baik secara keseluruhan ataupun sebagian cairan sebagai akibat dari
perubahan kimiawi. Dalam pengolahan air koagulasi diartikan sebagai
pemanbahan koagulan pada air dengan tujuan menggumpalkan partikel-
partikel tersuspensi yang ada dalam air dengan bahan kimia tertentu seperti,
tawas, vac, kaporit,batug amping, dll. Sehingga partikel tersebut dapat
menggumpal menjadi gumpalan yang lebih besar.

hc Dari bangunan intake, air akan dipompa ke bak koagulasi ini.


pada proses koagulasi ini dilakukan proses destabilisasi partikel koloid,
karena pada dasarnya air sungai atau air-air kotor biasanya berbentuk koloid
dengan berbagai partikel koloid yang terkandung di dalamnya. Destabilisasi
partikel koloid ini bisa dengan penambahan bahan kimia berupa tawas,
ataupun dilakukan secara fisik dengan rapid mixing (pengadukan cepat),
hidrolis (terjunan atau hydrolic jump), maupun secara mekanis (menggunakan
batang pengaduk). Lamanya proses adalah 30-90 detik.
hd

he Bak koagulasi
hf 2.4.2Flokulasi (Proses pembentukan flok)
hg Flokulasi merupakan proses pembentukan flok, yang pada
dasarnya merupakan pengelompokan/ aglomerasi antara partikel dengan
koagulan (menggunakan proses pengadukan lambat atau slow mixing), Proses
pengikatan partikel koloid oleh flokulan. Pada flokulasi terjadi proses
penggabungan beberapa partikel menjadi flok yang berukuran besar. Partikel
yang berukuran besar akan udah diendapkan.

hh Pada pengolaha air flokulasi diartikan sebagai pembentukan


gumpalan partikel karena telah di beri koagulan sehinggga terbentuk
gumpalan yang lebih besar sebelum mengendap. Pada proses ini pengadukan
dilakukan secara lamban ( slow mixing) hal ini ditujukan agar gumpalan yang
terbentuk tidak pecah akibat pengadukan. Flokulasi pada IPA I hanya
menggunakan bak berbentuk persegi panjang dengan sekat di kedua
sisinya.Waktu detensi flokulasi adalah 11 menit. Proses flokulasi IPA I sudah
efisien dalam menurunkan parameter kekeruhan dan warna, namun waktu
detensi dan bangunan dari flokulasi perlu adanya perbaikan untuk
mengoptimalkan kinerjadari proses flokulasi.
hi

hj Bak flokulasi
hk 2.4.3 Sedimentasi (proses pengendapan flok)
hl Di dalam proses sedimentasi partikel-partikel / flok- flok
yang terbentuk dari flokulasi akan mengendap pada bak sedimentasi. Pada bak
sedimentasi dilengkapi tube settler yang bertujuan untuk mempercepat
proses pengendapan. Proses pengendapan memanfaatkan gaya gravitasi untuk
proses pengendapannya.
hm Salah satu fungsi dari bangunan sedimentasi adalah
menyingkirkan partikel yang terkandung di dalam air berupa partikel yang
sudah terkoagulasi seperti kekeruhan dan warna serta hasil endapan dari
proses presipitasi seperti besi. Proses sedimentasi IPA I sudah efisien dalam
menurunkan parameter kekeruhan, warna dan besi.

hn
ho Bak sedimentasi
hp 2.4.4 Filter (Proses penyaringandengan media anthrasite dan pasir)
hq Proses filtrasi bertujuan untuk melakukan penyaringan flok-
flok halus yang belum dapat terendapkan pada bak sedimentasi. Proses f
hr
hs iltrasi dilakukan dengan cara melewatkan air melalui media
porous yaitu; pasir silica/ kwarsa.

ht
hu Bak filtrasi
hv 2.4.5 Desinfektan (proses penghilangan bakteri)
hw Desinfektan yang digunak anadalah gas klor, dan masih
berfungsi dengan baik. Kontak desinfeksi terjadi di dalam reservoar air
bersih.Pembubuhan dilakukan dengan dosering pump dari ruang gas klor
menuju inlet reservoar air bersih secara continue. Dosis klor yang digunakan
untuk IPA I dengan kapasitas 150 L/ detik adalah 0,0014 kg/detikatau 1,40
gr/detik dengan kadar murni 99%. Dikarenakanbersifat gas, sehingga
pembubuhan langsung di dalam pipa menuju reservoir, agar gas tidak
terakumulasi dengan udara. Sisa klor di reservoir (PDAM, 2013) adalah
hx rata-rata 0,17 mg/L di bawah standar baku mutu air minum menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
492/MENKES/PER/2010 yaitu 5 mg/L.
hy
hz 2.4.6 Penyaluran air kekonsumen
ia Tahapan ini merupakan tahapan akhir dalam proses penyediaan
air. Tahapan ini harus sangat diperhatikan karena harus memastikan air dapat
diterima dengan baik oleh konsumen. Kita harus melihat kualitas air yang
diterima, mengecek kebocoran pipa yang menyebabkan kehilangan air
daripihak PDAM yang berakibat pada kerugian materi.
ib BAB III
ic PEMBAHASAN
id 3.1 Permasalahan
ie Kendala utama yang dihadapi saat ini adalah :
if 1. Tekanan air rendah pada sebagian besar pelanggan akibat pengaliran
air kepada pelanggan tidak merata terutama pada wilayah Pontanak Barat
dan daerah pelayanan yang berada dilingkaran luar. Hal ini dapat
disebabkan karena kurangnya sarana penambah tekanan seperti boster
dititik tertentu yang membuat lokasi distribusi yang jauh dari PDAM
mengalami kurang tekanan sehingga pelanggan harus menyediakan
pompa pribadi untuk dapat suplai air bersih.
ig 2. Tingkat kehilangan air sebesar 41% (2005) berada diatas toleransi 20%
dan diatas rata-rata nasional 38%. Hal ini dapat disebabkan oleh system
distribusi yang kurang memadai terutama jaringan perpipaan yang kurang
baik, apalagi saat terjadi kebocoran sulit untuk terdeteksi hingga
kehilangan air tinggi dan menyebabkan kerugian bagi PDAM.
ih 3. Saat kemarau sumber air baku utama yaitu Sungai Kapuas terinterusi
air asin sehingga pengambilan air baku dialihkan ke Sungai Landak
melalui intake Penepat yang berjarak 24,5 Km dengan kapasitas terbatas
hanya mampu menyediakan (25-30)% dari kebutuhan air baku saat
normal.
ii 4. (30-40)% jaringan pipa sudah tua berumur rata-rata diatas 20 tahun dan
sudah tidak mampu mencukupi kapasitas pengaliran.
ij 5. Biaya Operasional meningkat dengan kenaikan harga bahan kimia,
TDL, biaya pegawai.
ik 6. Air hasil produksi sering kali masih keruh
il 7. Pendapatan operasional belum mencukupi biaya pemulihan biaya
penuh hingga belum mencukupi kebutuhan investasi dan memenuhi
pembayaran.
im
in
io
ip
iq 3.2 Solusi
ir 1. Tekanan air rendah dengan pembangunan booster area yang
mengalami kurang tekanan terutama didaerah pontianak barat untuk
meningkatkan tekanan air agar tekanan air dapat memenuhi persyaratan.
is 2. Perlu penanaman alat koordinat untuk mengetahui titik koordinat pipa
bertujuan untuk mengetahui letak kebocoran pada pipa secara sistematis. Hal
ini juga akan memperkecil tingkat kehilangan air sehingga kerugian dapat
diminimalkan. Selain itu jika terjadi kebocoran dapat ditangani dengan dengan
cepat dan tidak mengganggu distribusi ke konsumen dalam waktu yang lama
dan mempermudah pekerjaan perbaikan bagi pihak PDAM.
it 3. Pembangunan intake sumur bor/ air tanah sebagai intake cadangan.
Karena setiap musim kemarau intake PDAM terkena interusi air asin maka
dapat dilakukan pembangunan intake cadangan ketika musim kemarau agar
kebutuhan air mersih dapat tercukupi dan instalasi perpipaan dapat terhindar
dari korosi karena mengalirkan air dengan kadar garam tinggi.
iu 4. Pipa-pipa yang telah tidak memenuhi kriteria pemakaian dapat diganti
secara periodik agar tidak mempengaruhi kualitas air yang didistribusikan.
iv
iw 3.3 REWARD
ix Adapun reward yang pernah didapatkan PDAM Tirta Khatulistiwa
adalah sebagai berikut: Penghargaan pembangunan infrastruktur air bersih untuk
kategori 50.000 sampai 500.000 sambungan, Kalimantan Barat sukses membawa
pulang Perpamsi (Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia) Award 2015
pada acara Indonesia Water and Wastewater Expo & Forum (IWWEF) 2015.

iy Direktur Utama PDAM Kota Pontianak Ir. Syahril Japarin BUMD


AWARD 2006, PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KOTA
PONTIANAK mendapatkan BUMD AWARD 2006 yang diselenggarakan
Majalah Business Review dan DEPDAGRI :
1. Keuangan untuk Industri Jasa Non Keuangan terbaik 2006 (terbaik 1)
2. Pemasaran dan Pelayanan Pelanggan terbaik 2006 (terbaik 3)

3. Pengembangan SDM terbaik 2006 (terbaik 3)

4. PDAM terbaik 2006 (terbaik 1)

5. CEO on LEADERSHP dan BUSINESS MANAGEMENT 2006

3.4 PETA
iz Informasi mengenai lokasi PDAM Tirta Khatulistiwa dapat dilihat pada peta
berikut

ja
jb Peta lokasi PDAM Tirta Khatulistiwa
jc
jd
je
jf
jg
jh
ji
jj
jk
jl
jm
jn
jo
jp BAB IV
jq PENUTUP
jr 4.1 KESIMPULAN
js Dari hasil pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Sistem pengolahan air bersih PDAM Pontianak terdiri: intake, koagulasi,
flokulasi, sedimentasi, filtrasi, desinfeksi, dan penyaluran air ke konsumen.
2. Beberapa masalah yang sering dialami oleh PDAM Pontianak adalah kurang
tekanan dibeberapa titik distribusi, kualitas air yang terkadang tidak
memenuhi persyaratan, tingkat kebocoran tinggi, intake terinterusi air asin
saat musim kemarau, dan lain-lain.
3. Perbaikan system distribusi dan hal lainnya sebenarnya sudah direncanankan
namun pihak PDAM terkendala masalah pendanaan.
jt 4.2 SARAN
ju Saran yang dapat kami berikan untuk perbaikan selanjutnya adalah ketika
pihak PDAM merencanakan pembangunan haruslah direncanakan secara
matang agar pembangunan benar-benar efektif untuk mengatasi
permasalahan dan tidak menimbulkan kerugian bagi pihak PDAM
maupun masyarakat.
jv
jw
jx
jy
jz
ka
kb
kc
kd
ke
kf
kg
kh
ki DAFTAR PUSTAKA
kj Abidin, Said Zainal. 2004. Kebijakan Publik. Jakarta: Yayasan Pancur
Siwah
kk Al-Layla, M.Anis Et.Al.1978. Water Suplay Engineering Design. Ann
Arbor Science Publishers Inc. Michigan. Usa.
kl Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya Dan
Lingkungan Perairan. Cetakan Kelima. Yogjakarta : Kanisius.
km Perusahaan Dagang Air Minum Tirta Khatulistiwa, Kota Pontianak.
kn Salman, Otje. 2002. Kesadaran Hukum Masyarakat Terhadap Hukum
Waris. Bandung: Penerbit Alumni
ko
kp
kq

Anda mungkin juga menyukai