0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
178 tayangan13 halaman
Good Laboratory Practice (GLP) adalah standar untuk menjamin kualitas dan keakuratan hasil pengujian laboratorium melalui organisasi, personel, dan prosedur yang tepat. Penerapan GLP memastikan data pengujian yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan hukum. Dokumen ini menjelaskan prinsip-prinsip GLP untuk mengorganisasi laboratorium dan memastikan kualitas hasil pengujian.
Good Laboratory Practice (GLP) adalah standar untuk menjamin kualitas dan keakuratan hasil pengujian laboratorium melalui organisasi, personel, dan prosedur yang tepat. Penerapan GLP memastikan data pengujian yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan hukum. Dokumen ini menjelaskan prinsip-prinsip GLP untuk mengorganisasi laboratorium dan memastikan kualitas hasil pengujian.
Good Laboratory Practice (GLP) adalah standar untuk menjamin kualitas dan keakuratan hasil pengujian laboratorium melalui organisasi, personel, dan prosedur yang tepat. Penerapan GLP memastikan data pengujian yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan hukum. Dokumen ini menjelaskan prinsip-prinsip GLP untuk mengorganisasi laboratorium dan memastikan kualitas hasil pengujian.
Good Laboratory Practice (GLP) adalah keterpaduan suatu proses
organisasi, fasilitas, personel dan kondisi lingkungan laboratorium yang
benar sehingga menjamin pengujian di laboratorium selalu direncanakan, dilaksanakan, dimonitor, direkam, dan dilaporkan sesuai dengan persyaratan kesehatan dan keselamatan serta perdagangan. Penerapan GLP dapat menghindari kekeliruan atau kesalahan yang mungkin timbul sehingga dapat menghasilkan data yang tepat, akurat dan tak terbantahkan yang pada akhirnya dapat dipertahankan secara ilmiah maupun secara hukum. Dari definisi tersebut GLP adalah suatu alat manajemen laboratorium yang memberlakukan bagaimana mengorganisasikan laboratorium. Penerapan GLP bertujuan untuk meyakinkan bahwa data hasil uji yang dihasilkan telah mempertimbangkan : 1. Perencanaan dan pelaksanaan yang benar (Good Planning and execution) 2. Praktek pengambilan sampel yang baik (Good Sampling Practice) 3. Praktek melakukan analisa yang baik (Good Analytical Practice) 4. Praktek melakukan pengukuran yang baik (Good Measurement Practice) 5. Praktek mendokumentasikan hasil pengujian/data yang baik (Good Dokumentation Practice) 6. Praktek menjaga akomodasi dan lingkungan kerja yang baik (Good Housekeeping Practice). Peranan GLP : 1. Sebagai manajemen untuk mengorganisasi suatu laboratorium klinik/medik agar meningkatkan mutu laboratorium. 2. Untuk menghasilkan uji yang baik, akurat dan dapat diterima dalam pengujian dilaboratorium. 3. Sebagai panduan agar dapat menghindari kekeliruan atau kesalahan yang mungkin timbul atau meminimalisir kesalahan. 4. Sebagai panduan standart operational procedure pada pelaksanaan pengerjaan dilaboratorium agar mendapatkan hasil yang konsisten, tepat dan akurat. Untuk meningkatkan mutu hasil pemeriksaan laboratorium mutlak perlu dilaksanakan kegiatan pemantapan mutu, yang mencakup berbagai komponen kegiatan, salah satu komponen kegiatan adalah praktek laboratorium yang benar (Good Laboratory Practice / GLP) yaitu sebagai berikut : 1. Organisasi Laboratorium Untuk mendapatkan suatu laboratorium pengujian yang efisien dan efektif sesuai dengan GLP diperlukan suatu organisasi dan manajemen dengan uraian yang jelas mengenai susunan, fungsi, tugas dan tanggung jawab serta wewenang bagi para pelaksananya. Struktur organisasi laboratorium harus menunjukan garis kewenangan, ruang lingkup tanggung jawab, uraian kerja serta hubungan timbal balik semua personel yang mengelola, melaksanakan atau memverifikasi pekerjaan yang dapat mempengaruhi mutu pengujian. Kelengkapan organisasi disesuaikan dengan jenjang dan jenis laboratorium yang bersangkutan. Pimpinan laboratorium menunjuk manajer mutu yang diberi tanggung jawab dan wewenang untuk meyakinkan bahwa sistem manajemen mutu diterapkan dan diikuti sepanjang waktu. Manajer mutu tersebut harus dapat berhubungan langsung dengan manajer tertinggi laboratorium. Di samping itu, laboratorium harus mempunyai manajer teknis yang mempunyai tanggung jawab atas seluruh operasional teknis serta menetapkan sumber daya yang dibutuhkan untuk meyakinkan bahwa operasional laboratorium telah memenuhi persyaratan mutu. 2. Komunikasi Di dalam laboratorium selalu ada komunikasi baik antara petugas laboratorium maupun antar unit. Komunikasi dibagi menjadi : Komunikasi Intern Komunikasi yang terjadi antara petugas laboratorium yang saling bertukar pikiran maupun berkonsultasi di dalam laboratorium itu sendiri. Komunikasi ektern Komunikasi yang terjadi antar unit laboratorium yang satu dan yang lainnya. Sebagai penanggung jawab laboratorium harus dapat berkomunikasi komunikasi ekspertis/keahlian/konsultatif untuk memberikan penjelasan kepada pemakai jasa. 3. Pencacatan dan pelaporan Pencatatan atau rekaman berfungsi untuk mendokumentasikan apa yang diperoleh dari perhitungan atau pengamatan orisinil tanpa direkayasa. Pengamatan, pencatatan data dan perhitungan harus direkam pada saat pengujian dilakukan serta dapat diidentifikasi untuk pekerjaan tertentu. Diperlukan dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Kesalahan dalam pencatatan & pelaporan akan mempengaruhi aktivitas laboratorium. Pencatatan meliputi : kegiatan pelayanan, keuangan, logistik kepegawaian Pelaporan meliputi kegiatan rutin : harian, triwulan, tahunan Penyimpanan dokumen : surat permintaan pemeriksaan laboratorium, hasil pemeriksaan laboratorium, surat permintaan dan hasil rujukan Pemusnahan dokumen setelah 5 tahun. 4. Ruang Dan Fasilitas Penunjang Ruangan laboratorium yang baik harus terpisah antara ruang penerimaan, ruang administrasi dan ruang pemeriksaan. Fasilitas penunjang : Pencahayaan. Untuk mendapatkan cahaya matahari yang cukup disarankan laboratorium menggunakan jendela kaca dengan luas sekitar satu pertiga (1/3) dari luas lantai ruangan. Jika bahan kimia atau peralatan instrumentasi sensitif terhadap sinar matahari langsung gedung laboratorium harus didisain sedemikian rupa untuk menghindari penembusan langsung sinar matahari yang melebihi intensitas 70 W/m2. Pencahayaan dalam laboratorium yang diperlukan berkisar antara 540 – 1075 lux atau lumen per m2 pada area kerja. Kualitas dan intensitas pencahayaan harus dikontrol agar masih dalam kisaran yang dapat diterima. Untuk itu, seluruh rekaman pencahayaan dalam laboratorium serta pengendaliannya harus dipelihara. Ventilasi Ventilasi harus didesain sedemikian rupa sehingga memungkinkan kontaminasi udara yang terjadi di ruang laboratorium yang disebabkan bahan kimia dapat keluar dan digantikan dengan udara segar. Sistem ventilasi laboratorium dapat dilakukan dengan menggunakan ventilasi alamidan buatan (AC). Jika digunakan AC di ruang laboratorium maka kebutuhan AC pada ruangan tersebut diperhitungkan sebesar 1 PK untuk 20 m2. Penggunaan ventilasi alami tidak dimungkinkan pada ruang instrumentasi, ruang srteril, atau ruang timbang karena akan menyebabkan adanya debu atau pergerakan udara yang dapat mempengaruhi peralatan dan instrumentasi laboratorium. Seluruh sistem ventilasi laboratorium harus dimonitor setidak-tidaknya 3 bulan sekali jika pemantauan kontinu tidak tersedia, serta harus dievaluasi ulang ketika ada perubahan pada sistem tersebut, Sumber Energi Laboratorium harus memastikan bahwa sumber energi cukup untuk kegiatan operasionalnya. Selain itu, laboratorium harus mempunyai jenset untuk cadangan energi apabila sewaktu-waktu ada pemadaman aliran listrik. Jika laboratorium menggunakan peralatan instrumentasi, kestabilan arus listrik adalah hal yang perlu diperhatikan, karena arus listrik akan sangat mempengaruhi kinerja instrumentasi yang mempunyai sensitivitas tinggi. Karena itu perlu dipertimbangkan penggunaan stabiliser, disamping isolated ground circuit dan instalasi listrik yang memenuhi persyaratan. Persediaan Air Laboratorium harus memastikan persediaan air cukup untuk kegiatan operasional, baik air destilasi, air bidestilasi, air demineralisasi, air untuk keperluan sehari-hari, misalnya air untuk pencucian peralatan gelas, cuci tangan, atau keperluan di kamar kecil. Peralatan Loboratorium Peralatan dan instrument yang tersedia harus diinspeksi secara periodik, dijaga kebersihan, distel dan dikalibrasi sesuai dengan standar. Peralatan dan instrumentasi harus dioperasikan oleh personel yang ahli, terlatih dan ditunjuk. Sebelum menentukan jenis alat yang akan dibeli, perlu dipertimbangkan beberapa faktor, yaitu : Sesuai dengan jenis pemeriksaan, volume spesimen, jenis pemeriksaan Sesuai dengan fasilitas yang tersedia Tersedia tenaga yang ada untuk mengoperasikan alat laboratorium Tersedia reagensia dan komunitas pengaadaan alat Mempunyai reputasi yang baik, fasilitas uji fungsi Tersedianya pemasok/vendor Menyediakan petunujuk operasional penggunaan alat Bahan Laboratorium Macam / jenis : reagen, standar, bahan control, air media Dasar pemilihan : kualitas bahan produksi pabrik yang telah dikenal deskripsi lengkap dari bahan/produk masa kadaluarsa yang panjang volume/isi kemasan mudah diperoleh di pasaran-biaya tiap satuan (nilai ekonomis) pemasok/vendor kelancaran & kesinambungan pengadaan terdaftar di DepKes (BPOM) 5. Spesimen Macam-macam spesimen pemeriksaan di laboratorium : darah (serum/plasma), urin, feses, sputum dan lain lain. Persiapan : pasien (puasa, diet, obat-obatan, alkohol, merokok, umur, ras, kehamilan, aktivitas fisik, demam, trauma, variasi harian). Pengambilan, syarat-syarat : Peralatan Wadah pengawet/tidak waktu pengambilan yang paling baik lokasi pengambilan yang tepat volume spesimen yang dibutuhkan Pemberian identitas : tgl & jam nama pasien jenis kelamin umur no register laboratorium pemeriksaan laboratorium yang diminta 6. Metode Pemeriksaan Pemilihan metode pemeriksaan perlu dipertimbangkan : Tujuan pemeriksaan Tiap pemeriksaan sensitifitas & spesifisitas yang berbeda-beda. Pemeriksaan dengan sensitifitas yang tinggi terutama dipersyaratkan untuk tujuan pemeriksaan penyaring. Metode yang baik adalah yang mempunyai sensitifitis & spesifisitis setinggi mungkin. Kecepatan hasil pemeriksaan yang diinginkan, misalnya : pada keadaan gawat darurat. Rekomendasi resmi dari lembaga/badan yang diakui atau organisasi profesi. 7. Bakuan Mutu Bakuan mutu dapat dibagi beberapa jenis berdasarkan jenjang hierarki dalam suatu organisasi. Pada umumnya jenjang dokumen bakuanmutu terbagi atas 3 jenjang : Normatif (Pedoman Mutu / Kebijakan Mutu) Yang memuat segala kebijakan dalam hal mutu yang berlaku dalam laboratorium yang bersangkutan. Dari pedoman ini harus tercermin secara garis besar sasaran mutu yang ingin dicapai & segala upaya yang dilakukan agar sasaran mutu tersebut dapat benar-benar tercapai. Tingkat menengah : Prosedur Tetap (Standard Operating Prosedure / SOP) Yang memuat langkah-langkah utama dalam mengerjakan suatu aktifitas. Teknis : Petunjuk Teknis / Instruksi Kerja yang mengatur bagaimana segala langkah teknis harus dilakukan. 8. Pemantapan Mutu Pemantapan Mutu Internal PMI adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang dilaksanakan oleh masing-masing laboratorium sendiri secara rutin, teratur dan terus menerus terhadap setiap tahap pemeriksaan mulai dari tahap pra analitik, analitik sampai pasca analitik, agar dapat memperoleh hasil pemeriksaan yang tepat dan teliti. Pemantapan Mutu Eksternal PME adalah kegiatan yang diselenggarakan secara periodik oleh pihak lain diluar laboratorium yang bersangkutan untuk menilai penampilan suatu laboratorium dalam bidang pemeriksaan tertentu. Setiap laboratorium harus mengikuti PME tersebut. Kegiatan ini merupakan pengecekan terakhir dari kegiatan pemantapan mutu. Dalam mengikuti kegiatan PME ini, pelaksanaan pemeriksaan haruslah tidak dilakukan secara khusus, tapi dilakukan sama seperti yang dilakukan pada pemeriksaan sehari-hari. Tahap-tahap pemantapan mutu Audit Adalah proses menilai atau memeriksa kembali secara kritis berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan didalam laboratorium. Audit dapat dilakukan oleh petugas yang sudah senior di laboratorium yang bersangkutan (internal audit) atau oleh pihak lain di luar laboratorium (external audit). Validasi Hasil Merupakan upaya untuk memantapkan kualitas hasil pemeriksaan melalui pemeriksaan ulang oleh laboratorium rujukan, termasuk disini adalah cross-check. Akreditasi Merupakan inspeksi yang dilakukan oleh badan yang berwenang untuk menentukan apakah suatu laboratorium layak dan kompeten untuk melakukan suatu pelayanan laboratorium. Pendidikan dan Pelatihan Pendidikan & pelatihan harus direncanakan secara berkelanjutan dan berkesinambungan, serta dilaksanakan dan dipantau pelaksanaannya. Keamanan Laboratorium Setiap petugas laboratorium harus memahami dan menguasai : Hal-hal umum yang berkaitan dengan pencegahan infeksi Pengaturan dan tata ruang laboratorium Penggunaan peralatan laboratorium Sterilisasi, desinfeksi dan dekontaminasi Pengelolaan specimen Pengelolahan limbah A. LABORATORIUM KIMIA KLINIK Laboratorium klinik merupakan laboratorium kesehatan yang melakukan pemeriksaan specimen klinik untuk mendapatkan informasi kesehatan perorangan terutama untuk menunjang diagnosis penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Di dalam penerapan GLP pada laboratorium klinik secara garis besar dilakukan pemantapan mutu internal sehingga terlaksananya GLP. Penerapan ini dilakukan oleh semua petugas laboratorium. Jika pemantapan mutu internal telah terlaksana maka pemantapan mutu eksternal dapat di jalankan sehingga dapat pengakuan dari luar. Contoh : akreditasi (ISO). Penerapan komponen GLP di laboratorium Kimia Klinik - Organisasi laboratorium Pada Laboratorium Kimia Klinik Jurusan TLM Poltekkes Denpasar memiliki organisasi laboratorium yaitu tim dosen mata kuliah dan penanggung jawab mata kuliah dari mahasiswa. Fungsi dari tim dosen mata kuliah ini untuk mengintruksikan kepada penanggung jawab mata kuliah/mahasiswa lainnya mengenai praktikum yang akan dilaksanakan. Sedangkan fungsi dari penanggung jawab mata kuliah adalah untuk mengkordinir mahasiswa lainnya dalam mempersiapkan suatu praktikum. - Komunikasi Sebelum melakukan praktikum, persiapan alat dilakukan oleh penanggung jawab mata kuliah serta mahasiswa lainnya. Yang mana penanggung jawab mata kuliah ini sudah berkoordinasi dengan kakak tingkat/senior ataupun dosen sebelum mempersiapkan alat tersebut, sehingga miss komunikasi dapat diminimalisir. Komunikasi ini sangat penting dilakukan agar pelaksanaan praktikum dapat berjalan dengan lancar. - Pencacatan dan pelaporan Pada saat mengambil suatu reagen ataupun alat, penanggung jawab mata kuliah melakukan pencatatan di buku logbook yang ada di ruangan laboratorium tersebut dan melaporkannya. Pencatatan tersebut seperti bahan/alat apa saja yang diambil, jumlahnya berapa, merknya apa, sisanya berapa, dan lain sebagainya. - Ruang Dan Fasilitas Penunjang Pencahayaan Pencahayaan di Laboratorium Kimia Klinik Jurusan TLM Poltekkes Denpasar sangat bagus. Setiap jendela dilengkapi dengan korden sehingga pencahayaan di siang hari dapat diatur. Serta terdapat juga lampu sebagi alat bantu penerangan. Ventilasi Sistem ventilasi laboratorium dapat dilakukan dengan menggunakan ventilasi alami dan buatan (AC). Di Laboratorium Kimia Klinik Jurusan TLM Poltekkes Denpasar memiliki AC sebanyak 2 buah. Persediaan Air Laboratorium Kimia Klinik Jurusan TLM Poltekkes Denpasar memiliki persediaan air yang cukup untuk keperluan sehari-hari misalnya air untuk cuci tangan dan air unurk mencuci peralatan laboratorium yang sudah digunakan atau kotor. Pada tempat cuci tangan ini juga sudah dilengkapi dengan sabun ataupun sikat yang digunakna untuk membersihkan peralatan laboratorium. Peralatan Loboratorium Peralatan dan instrument yang tersedia harus diinspeksi secara periodik, di jaga kebersihan, di atur dan di kalibrasi sesuai dengan standar. Peralatan dan instrumentasi harus dioperasikan oleh personel yang ahli, terlatih dan ditunjuk. Biasanya alat yang ada di laboratorium ini dihidupkan oleh dosen sendiri ataupun oleh penanggung jawab mata kuliah yang sebelumnya sudah dilatih/diberitahu cara pengoperasian alat yang ada di Laboratorium Kimia Klinik Jurusan TLM Poltekkes Denpasar. Alat tersebut misalnya spektrofotometer, mikroskop, dan centrifuge. Untuk kalibrasi dilakukan secara berkala yaitu sebelum melakukan praktikum. Pada saat selesai melakukan praktikum, mahasiswa selalu melakukan pembersihan alat dan memastikannya dikembalikan ke tempat semula. Bahan Laboratorium Bahan laboratorium yang ada di laboratorium Kimia Klinik Jurusan TLM Poltekkes Denpasar seperti reagen, standar, bahan control, dan aquadest. Bahan tersebut disimpan dilemari pendingin yang sudah diatur suhunya bisa juga disimpan lemari kaca ataupun lemari yang tidak ada pencahayaannya. Spesimen Macam-macam spesimen pemeriksaan di laboratorium Kimia Klinik Jurusan TLM Poltekkes Denpasar adalah darah (serum/plasma), feses, dan urine. Spesimen ini diletakkan dengan wadah yang bersih dan kering. Metode Pemeriksaan Tiap pemeriksaan memiliki sensitifitas & spesifisitas yang berbeda-beda. Metode pemeriksaan ini tergantu pada pemeriksaan apa yang akan dilakukan. Bakuan Mutu Laboratorium Kimia Klinik Jurusan TLM Poltekkes Denpasar memiliki (Standard Operating Prosedure/SOP) dalam melakukan praktikum dan memiliki Petunjuk Teknis/Instruksi kerja yang mengatur bagaimana segala langkah teknis harus dilakukan. Sebelum memasuki atau sebelum memulai praktikum di laboratorium Kimia Klinik Jurusan TLM Poltekkes Denpasar juga harus memenuhi SOP yang ada seperti memakai APD yang baik dan benar, menggunkan sepatu, menggunakan celana panjang, dan lain sebagainya. Pada setiap parameter pemeriksaan yang ada juga memiliki SOP yang berbeda. Pemantapan Mutu 1. Pemantapan Mutu Internal PMI adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang dilaksanakan oleh masing-masing laboratorium sendiri secara rutin, teratur dan terus menerus terhadap setiap tahap pemeriksaan mulai dari tahap pra analitik, analitik sampai pasca analitik, agar dapat memperoleh hasil pemeriksaan yang tepat dan teliti. Pada PMI ini biasanya dipantau oleh dosen (seperti : apakah praktikum yang dilakukan oleh mahasiswa sudah benar sesuai perintah yang ada atau belum) 2. Pemantapan Mutu Eksternal PME adalah kegiatan yang diselenggarakan secara periodik oleh pihak lain diluar laboratorium yang bersangkutan untuk menilai penampilan suatu laboratorium dalam bidang pemeriksaan tertentu. Setiap laboratorium harus mengikuti PME tersebut. Kegiatan ini merupakan pengecekan terakhir dari kegiatan pemantapan mutu. Dalam mengikuti kegiatan PME ini, pelaksanaan pemeriksaan haruslah tidak dilakukan secara khusus, tapi dilakukan sama seperti yang dilakukan pada pemeriksaan sehari-hari. Biasanya pengecekan ini dilakukan oleh dosen agar mahasiswa lebih tertib dalam mentaati peraturan yang berlaku. seperti misalnya, apakah mahasiswa sudah menjaga kebersihan laboratorium tersebut atau belum, apakah mahasiswa sudah meletakkan alat/bahan ditempatnya atau belum. Contoh Pelaksanaan GLP dalam laboratorium kimia klinik : 1. Perencanaan Sebelum praktikum direncanakan alat/bahan apa saja yang akan digunakan. 2. Pencatatan Setiap alat dan bahan yang diambil dilakukan pencatatan pada buku logbook yang ada di laboratorium tersebut 3. Monitoring Tim dosen mata kuliah ataupun penanggung jawab mata kuliah memonitoring alat dan bahan yang dipersiapkan apakah sudah benar atau belum. 4. Pelaksanaan Pada saat melakukan praktikum disesuaikan dengan SOP yang berlaku, baik dari tahap pre analitik, analitik, dan post analitik. 5. Pelaporan Alat dan bahan yang digunakan tadi dicatat dan dilaporkan berapa sisanya, keadaannya bagaimana, dan lain sebaginya. Setelah melaksanakan praktikum mahasiswa juga menyusun laporan mengenai praktikum yang dikerjakan. 6. Arsip Logbook dan laporan disimpan dengan baik.