Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH ANALISIS AIR

(Analisis Mutu Air Sungai)

Dosen Pengampu : Fatimah,S.Si.,M.Si

Oleh

 Widya Aziza
 Sri Wahyuni
 Miftahul Jannah
 Sindy Putri Maharani

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA


T. A 2020/202

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang bertema
“Analisis Airl” ini. Tak lupa shalawat serta salam kepada junjungan kita Nabi
Besar Muhammad SAW.

Makalah ini tidak serta merta dapat terselesaikan tanpa adanya bantuan dari
beberapa pihak. Oleh karena itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah ikut andil dalam proses penyelesaian makalah ini baik
langsung maupun tidak langsung.

Kami menyadari bahwa sekeras apapun usaha yang dilakukan, ketidak


sempurnaan pasti mengiringinya, karena kesempurnaan itu hanya milik Allah
SWT semata. Begitupun dalam penulisan makalah ini yang masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun.

Bulukumba, 18 Juni 2021

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB I.......................................................................................................................4

A. Latar Belakang..............................................................................................4

B. Rumusan Masalah.........................................................................................5

C. Tujuan Penulisan...........................................................................................5

BAB II......................................................................................................................6

A. Pengertian Air...............................................................................................6

B. Kriteria Mutu Air..........................................................................................7

C. Parameter Analisis Air..................................................................................9

D. Metode Analisis Air....................................................................................15

BAB III..................................................................................................................20

A. Kesimpulan.................................................................................................20

B. Saran...........................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................22

LAMPIRAN...........................................................................................................23

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air memiliki banyak fungsi bagi seluruh makhluk hidup, termasuk


manusia. Manusia membutuhkan air untuk keperluan minum, masak, mandi,
mencuci dan berbagai keperluan penting lainnya. Pada negara berkembang
seperti Indonesia, tingkat kebutuhan air sekitar 30 – 60 liter air perorang
perhari (Fatma, 2018). Air bersih yang ideal tidak harus jernih, tidak
berwarna, tidak berasa dan tidak berbau, serta tidak mengandung kuman
pathogen dan segala makhluk yang membahayakan kesehatan manusia.
Untuk menjamin bahwa suatu sistem penyediaan air minum aman, higienis
dan baik serta dapat diminum tanpa kemungkinan dapat menginfeksi para
pemakai air, maka harus memenuhi persyaratan kualitas air (Aronggear et al.,
2019).

Kualitas air yang dibutuhkan akan berbeda dari suatu kegiatan ke


kegiatan lain. Kualitas minimum untuk keperluan air minum misalnya, akan
berbeda dengan kualitas minimum untuk air keperluan irigasi (Azwar, 2020).
Kualitas tiap sumber air dapat diukur berdasarkan konsentrasi komponen
yang terkandung di dalamnya dan kemudian dibandingkan dengan nilai
standar baku mutu. Standar baku mutu umumnya berupa angka atau
pernyataan yang harus dipenuhi agar air tidak menyebabkan gangguan
kesehatan, gangguan teknis dan gangguan dalam segi estetika (Souisa &
Janwarin, 2018).

Tubuh manusia sekitar 50-60% terdiri dari air sehingga konsumsi air
yang dianjurkan per harinya kurang lebih 1,5 liter atau setara dengan 8 gelas.
Sedangkan air bersih untuk keperluan sehari-hari per orang, rata-rata
penggunaan air sekitar 30-60 liter (Briawan dkk., 2011dan Notoatmodjo,
2011). Kuantitas pemakaian air berhubungan erat dengan tingkat risiko

4
mengalami gangguan kesehatan. Semakin rendah pemakaian air, semakin
tinggi risiko terjadinya gangguan kesehatan (WHO, 2003).

Secara geografis wilayah Indonesia sebagian besar terdiri dari air.


Namun faktanya, air yang dapat digunakan untuk kegiatan seharihari masih
dalam kategori cukup dalam segi kualitas dan masih banyak dijumpai wilayah
Indonesia yang mengalami krisis air bersih. Penyediaan air untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat merupakan salah satu agenda penting dalam menjamin
kebutuhan dasar masyarakat.

Hal tersebut menjelaskan bahwa kebutuhan penduduk terhadap air


bersih yang layak adalah kebutuhan yang sangat krusial (Alihar, 2018). Hasil
survey tentang water acid tahun 2016 diperoleh hasil bahwa Indonesia
menduduki peringkat ke-enam dalam daftar negara yang memiliki penduduk
terbanyak dan mengalami kesulitan akses mendapatkan air bersih. Capaian
akses air bersih di Indonesia mencapai angka (72,55%) (BPS, 20018). Namun
angka tersebut belum mencapai target RPJMN 2019 di Indonesia yaitu 100%
akses air bersih yang layak.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari air ?


2. Apa klasifikasi air ?
3. Bagaimana metode dari analisis air sungai?
4. Apa saja parameter dalam analisis air ?

C. Tujuan Penulisan

1. Dapat mengetahui pengertian dari air.


2. Dapat mengetahui klasifikasi air.
3. Dapat mengetahui metode dari analisis air sungai.
4. Dapat mengetahui apa saja parameter analisis air.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Air

Air merupakan sesuatu yang berbentuk cair yang bisa menyesuaikan


bentuk sesuai dengan wadahnya. Air juga merupakan salah satu kebutuhan
manusia yang sangat penting karena digunakan untuk minum, masak, dan
mencuci. Tetapi tidak semua air baik digunakan karena air yang baik
mempunyai ciri-ciri khusus yang menerangkan bahwa kualitas air itu baik.
Air sungai merupakan air permukaan yang banyak digunakan untuk
keperluan masyarakat. Sungai biasanya digunakan untuk tempat
penampungan air, sarana transportasi, pengairan sawah, keperluan
peternakan, keperluan industri, perumahan, ketersedian air, irigasi, tempat
memelihara ikan dan juga sebagai tempat rekreasi (Hendrawan 2005).
Berbagai aktivitas manusia yang dilakukan di aliran sungai
menyebabkan pencemaran dan berdampak pada terjadinya penurunan
kualitas air. Pencemaran logam berat paling banyak ditemukan pada air
sungai yang digunakan sebagai lokasi penambangan. Limbah pertambangan
jika tidak diolah dengan baik akan menimbulkan dampak yang kurang
menguntungkan bagi lingkungan sekitar sehingga dapat menimbulkan
masalah pencemaran lingkungan.
Aktifitas industri, pemukiman, pertanian, serta pertambangan di
bagian hulu pada umumnya menimbulkan masalah-masalah lingkungan
seperti pencemaran air, menurunnya kualitas sumber daya alam, bahan
kritis, gangguan kesehatan, penurunan otensi sumber daya alam hayati,
bencana lam, serta sedimentasi di bagian hilir (Suparjo, 2009). Sehingga
secara kualitas engalami penurunan, dan secara kuantitas tidak dapat

6
memenuhi kebutuhan yang terus meningkat. Salah satu sumber daya alam
perairan yang mengalamipenurunan kuantitas dan kualitas air adalah sungai.
Air dalam kehidupan manusia merupakan salah satu kebutuhan paling
esensial, sehingga Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 93-
106 ISSN 2541-1470 97 kita perlu memenuhinya dalam jumlah dan kualitas
yang memadai. Selain untuk dikonsumsi air bersih juga dapat dijadikan
sebagai salah satu sarana dalam meningkatkan kesejahteraan hidup melalui
upaya peningkatan derajat kesehatan (Sutrisno, 1991:1).
Mengingat betapa pentingnya air bersih untuk kebutuhan manusia,
maka kualitas air tersebut harus memenuhi persyaratan, yaitu :
 Syarat fisik: air harus bersih dan tida k keruh, tidak berwarna, tidak
berbau dan tidak berasa, suhu antara 10o – 25o C (sejuk).
 Syarat kimiawi: tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung
racun, tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan, cukup
yodium, pH air antara 6,5 – 9,2 3
 Syarat bakteriologi: tidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti
disentri, kolera dan bakteri patogen penyebab penyakit (Mulia, 2005).

B. Kriteria Mutu Air

Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas


Air dan Pengendalian Pencemaran Air yang disusun berbasis kelas mutu air
sebagai berikut:
 Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air
minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut;
 Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan,
air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukkan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;

7
 Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan
tersebut;
 Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut.

Dalam peraturan ini untuk kelas II terdapat 28 parameter kualitas air


yaitu adalah: FISIKA (Temperatur, Residu Terlarut, Residu Tersuspensi);
KIMIA ANORGANIK (pH, BOD, COD, DO, Total fosfat, Nitrat, Arsen,
Kobalt, Boron, Selenium, Kadmium, Khrom 6+, Tembaga, Timbal, Air
Raksa, Seng, Sianida, Fluorida, Nitrit-N, Khlorin Bebas, Belerang sbg H2S),
MIKROBIOLOGI (Fecal coliform, Total Coliform).
Terkait dengan pemanfaatan air irigasi disebutkan bahwa air untuk
mengairi pertanaman adalah KMA kelas II sampai dengan kelas IV yang
berarti tidak dijelaskan secara spesifik dan bahkan ada beberapa parameter
kunci yang seyogianya diperlukan malah tidak dipersyaratkan seperti %Na
atau SAR (Sodium Absorption Ratio) dan RSC (Residual Sodium Carbonate).
Kalau melihat kembali ke peraturan lama yaitu Peraturan Pemerintah No. 20
Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air yang diberlakukan tahun
1990-2001 yaitu yang kemudian digantikan oleh Peraturan Pemerintah No. 82
Tahun 2001. Peraturan ini terbagi dalam 4 golongan yang berbasis
pemanfaatan air sebagai berikut:
 Golongan A : Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara
langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu;
 Golongan B : Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum;
 Golongan C : Air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan;

8
 Golongan D : Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, dan
dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, pembangkit listrik
tenaga air.

C. Parameter Analisis Air

parameter yang harus diukur untuk menentukan kualitas air adalah


parameter fisika. Beberapa parameter fisika yang digunakan untuk
menentukan kualitas air meliputi suhu, kekeruhan, warna, daya hantar listik
(DHL), jumlah zat padat terlarut (TDS), rasa, dan bau (Effendi,2003).
Parameter fisika yang diukur mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan
kualitas air minum. Penurunan kualitas air dapat diindikasikan dengan adanya
peningkatan kadar parameter fisika terukur. Misalnya pada peningkatan kadar
parameter warna, berubahnya warna air menjadi kecoklatan hingga hitam
dapat mengindikasikan adanya kandungan bahan kimia seperti logam besi,
mangan dan sianida yang berasal dari pembuangan limbah pabrik. Air yang
memiliki bau yang tidak enak, mengindikasikan salah satunya adanya
pencemaran oleh bakteri coli tinja (E.coli) yang dapat menyebabkan penyakit
tipus. Jika air telah tercemar dengan logam berat dan bakteri E.coli, maka
secara otomatis air tersebut akan memiliki rasa (Handayani, 2010).

 Parameter Fisika
1) Bau

Air minum yang berbau selain tidak etis juga tidak akan di sukai oleh
masyarakat. Bau air dapat memberi petunjuk akan kualitas air.
Misalnya, bau amis dapat disebabkan oleh tumbuhnya algae.

2) Jumlah Zat Padat Terlarut (TDS)

TDS biasanya terdiri dari zat organik, garam anorganik dan gas
terlarut. Bila TDS bertambah maka kesadahan akan naik pula. Untuk

9
air tanah atau air permukaan di dekat daerah pantai TDS biasanya
mempunyai korelasi dengan kadar salinitas atau konsentrasi garam
(NaCl). Selanjutnya, efek TDS ataupun kesadahan tehadap kesehatan
tergantung pada spesies kimia penyebab masalah tersebut.

3) Kekeruhan

Kekeruhan air dapat disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik
yang bersifat anorganik maupun yang bersifat organik. Zat organik,
biasanya berasalkan pelapukan batuan dan logam, sedangkan yang
bersifat organik dapat berasal dari pelapukan tanaman atau hewan.
Limbah industri dapat juga merupakan sumber kekeruhan. Zat organik
dapat menjadi makanan bakteri, sehingga mendukung perkembangan
biaknya.

4) Rasa

Air minum biasanya tidak berasa (tawar). Air yang berasa (tidak
tawar) menunjukan adanya kandungan berbagai zat yang dapat
membahayakan kesehatan. Rasa yang sering ada di dalam air antara
lain yakni rasa logam/amis, rasa pahit, asin, dan sebagainya. Pengaruh
rasa terhadap kesehatan tergantung dari penyebab timbulnya rasa
tersebut.

5) Suhu

Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi
pelarutan zat kimia yang ada pada saluran/pipa, yang dapat
membahayakan kesehatan. Selain itu temperatur yang tinggi dapat
mempercepat reaksi-reaksi biokimia di dalam saluran/pipa.

6) Warna

10
Air minum sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetika dan untuk
mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun
milkroorganisme yang berwarna.

7) pH

Air minum sebaiknya netral, tidak asam/basa, untuk mencegah


terjadinya pelarutan logam berat, dan korosi jaringan ditribusi air
minum..

 Parameter Kimia
1) Air Raksa

Air raksa atau mercury adalah unsur logam yang termasuk logam
berat yang bersifat racun terhadap tubuh manusia. Biasanya secara
alami ada dalam air dengan konsentrasi yang sangat kecil.

2) Almunium

Almunium (Al) adalah metal yang dapat dibentuk, dan karenanya


banyak digunakan, sehinggga terdapat banyak di lingkungan dan
didapat pada berbagai jenis makanan.

3) Arsen

Arsen (As) adalah logam yang mudah patah, berwarna keperakan


dan sangat toxik. As elemental didapat di alam dalam jumlah tang
sangat terbatas; terdapat bersama-sam Cu,sehingga didapatkan produk
sampingan pabrik peleburan Cu.

4) Barium

11
Barium (Ba) juga suatu metal, berwarna putih. Sumber alamiah
Ba adalah BaSO4 dan BaCO3. Barium digunakan di dalam industri
gelas, keramik, textil, plastik, dan lain-lain.

5) Besi

Besi atau Ferrum (Fe) adalah metal berwarna abu-abu, liat, dan
dapat di bentuk. Di alam didapat sebagai hematit. Didalam air minum
Fe menimbulkan warna (kuning), rasa, pengendapan.

6) Fluorida

Fluorida adalah senyawa Fluor. Fluor (F) adalah halogen yang


sangat reaktif, karena di alam selalu di dapat dalam bentuk senyawa.
Fluorida anargonik bersifat lebih toxis dan lebih iritant daripada
organik.

7) Cadmium

Cadmium (Cd) adalah metal berbentuk kristal putih keperakan.


Cd didapat bersama-sama Zn, Cu, Pb, dalam jumlah yang kecil. Cd
didapat pada industri alloy, pemurnian Zn, pestisida, dan lain-lain..

8) Kesadahan

Kesadahan dapat menyebabkan pengendapan pada dinding pipa.


Kesadahan yang tinggi di sebabkan sebagian besar oleh Calcium,
Magnesium, Strontium, dan Ferrum.

9) Klorida

Klorida adalah senyawa hologen Khlor (Cl). Toksisitasnya


tergantung pada gugus senyawanya. Misalnya NaCI sangat tidak

12
beracun, tetapi karboksil khlorida sangat beracun. Di Indonesia, Khlor
digunakan sebagai desinfektan dalam penyediaan air minum.

10) Khromium Valensi 6

Khromium (Cr) adalh metal kelabu yang keras. Cr didapatkan


pada industri gelas, metal, fotografi, dan elektroplating.

11) Mangan

Mangan (Mn) adalah metal abu-abu-kemerahan. Keracunan


seringkali bersifat kronis sebagai akibat inhalasi debu dan uap logam.

12) Natrium

Natrium elemental (Na) sangat reaktif, karena bila berada


didalam air akan terdapat sebagai suatu senyawa. Natrium sendiri
bagi tubuh tidak merupakan benda asing,

13) Nitrat, Nitrit

Nitrat dan Nitrit dalam jumlah besar dapat menyebabkan


gangguan GI, diare campur darah, disusul oleh konvulsi, koma, dan
bila tidak tertolong akan meningggal.

14) Fluorida (F)

Fluorida adalah senyawa kimia yang secara alami ada dalam air
pada berbagai konsentrasi. Pada konsentrasi yang lebih kecil 1,5 mg/l
sangat bermanfaat bagi kesehatan khususnya kesehatan gigi, karena
dapat mencegah kerusakan gigi.

15) Perak

13
Perak atau Argentum (Ag) adala metal berwana putih. Ag didapat
pada industri antaralain industri alloy, keramik, gelas, fotografi,
cermin, dan cat rambut.

16) Selenium

Selenium adalah logam berat yang berbau bawang putih; didapat


bersama-sama dengan Cu, Au, Ni, dan Ag. Selenium juga dapat antara
lain pada industri gelas, kimia, plastik, dan semikonduktor.

17) Seng

Seng (Zn) adalah metal yang didapat antara lain pada industri
alloy, keramik, kosmetik, pigmen, dan karet. Toxisitas Zn pada
hakekatnya rendah. Tubuh memerlukan Zn untuk proses metabolisme,
tetapi dalam kadar tinggi dapat bersifat racun.

18) Sianida

Sianida adalah senyawa sian (Cn) yang sudah lama terkenal


sebagai racun. Didalam tubuh akan menghambat pernafasan jaringan,
sehingga terjadi asphyxia, orang merasa akan tercekik dan cepat
diikuti oleh kematian

19) Sulfat

Sulfat bersifat iritan bagi saluran gastro-intestinal, bila dicampur


dengan ma gnesium atau natrium.

20) Sulfida

Senyawa sulfida menimbulkan rasa dan bau, bersifat korosif


daniritan. Dalam dosis tinggi merusak SSP.

14
21) Tembaga

Tembaga (Cu) sebetulnya diperlukan untuk perkembangan tubuh


manusia.

D. Metode Analisis Air Sungai

1. Metode Penentuan Klasifikasi Mutu Air Sungai dengan Metode STORET


Metoda STORET merupakan salah satu metoda untuk menentukan
status mutu air yang umum digunakan. Dengan metoda STORET ini dapat
diketahui parameter-parameter yang telah memenuhi atau melampaui baku
mutu air.Secara prinsip metoda STORET adalah membandingkan antara
data kualitas air dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan
peruntukannya guna menentukan status mutu air.
Cara untuk menentukan status mutu air adalah dengan menggunakan
sistem nilai dari “US-EPA (Environmental Protection Agency)” dengan
mengklasifikasikan mutu air dalam empat kelas, yaitu :
1. Kelas A : baik sekali, skor = 0 –> memenuhi baku mutu
2. Kelas B : baik, skor = -1 s/d -10 –> cemar ringan
3. Kelas C : sedang, skor = -11 s/d -30 –> cemar sedang
4. Kelas D : buruk, skor ≥ -31 –> cemar berat

 Bahan
Sampel air sungai, timbal (II) Nitrat, tembaga (II) sulfat, asam
nitrat, mangan Sulfat, alkali Iodide-azide, asam sulfat 6 N, natrium
tiosulfat 0,023 N, indikator amilum, kalium dikromat 0,025 N, perak
sulfat-asam sulfat, indikator ferroin, ferro ammonium sulfat 0,0874 N,
asam askorbat, ammonium molybdat-asam sulfat, dan aquades.
 Peralatan
Alat pengambilan sampel kualitas air, botol polietilen 1,5 liter,
botol BOD 250 mL, termometer, pH meter (enz), konduktometer
(Istek), oven, desikator, kaca arloji, kertas saring whatman No. 42

15
diameter 99 mm, penjepit, gelas ukur 50 mL, gelas beaker 50 dan 100
mL, labu ukur 10, 100, 500 dan 1000 mL, erlenmeyer 150 mL, pipet
Tetes, pipet volume 1, 2, 4, 5, 10, 25 dan 50 mL, Seperangkat alat
refluks, neraca analitik, buret, Penyangga, statif, ball filler, corong,
spektrofotometer UV-Vis dan spektrofotometer Serapan atom.
 Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel air sungai berdasarkan metode Purporsive
Random Sampling yaitu sampel dipilih berdasarkan pertimbangan
tertentu sesuai dengan SNI 6989.57:2008. Sampel diambil di Tukad
Yeh Poh Kabupaten Badung, Bali. Lokasi pengambilan sampel air
ditetapkan Sebanyak 3 titik sampling yang mewakili kondisi Daerah
hulu, tengah, dan hilir sungai. Pengambilann sampel dilakukan setiap
bulan. Analisis parameter fisika dan kimia dilakukan dan analisis
biologi dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi. Metode yang
digunakan dalam penentuan klasifikasi mutu air sungai adalah metode
STORET.
 Analisis Parameter Fisika dan Kimia
1) Padatan Tersuspensi Total (TSS)
Metode yang digunakan untuk mengukur total suspended solid
air sungai adalah Gravimetri (SNI 06-6989.3-2004).
Perhitungan:
1000 x (B-A)
Mg/L TSS =
Volume sampel (Ml)

Keterangan:
A = Berat kertas saring bersih yang akan dipakai (mg)
B = Berat kertas saring beserta padatannya (mg)

16
2) Biochemical Oxygen Demand (BOD)
Sebelum dilakukan pengukuran BOD terlebih dahulu
dilakukan pengukuran oksigen terlarut (DO) 0 hari dan DO setelah
diinkubasi dengan suhu 20oC selama lima hari. Pengukuran nilai
DO dilakukan dengan cara seperti berikut:
 Larutan MnSO4 dan alkali iodida azide masing- masing
dipipet 1 mL ditambahkan ke dalam sampel air sunagi yang
telah dimasukkan ke dalam botol Winkler 250 mLmL
 Kemudian sampel dikocok hingga larutan tercampur
sempurna.
 Larutan didiamkan hingga terbentuk endapan berwarna coklat
kekuningan, kemudian ditambahkan 1 mL H2SO4 pekat,
 Selanjutnya dikocok hingga endapan larut sempurna. Sebanyak
50 mL sampel tersebut dipipet dan dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer 150 mL kemudian dititrasi dengan larutan natrium
tiosulfat 0,023 N sampai berrwarna kuning muda,
 Lalu ditambahkan 2-3 tetes indikator amilum. Titrasi
dilanjutkan dengan arutan natrium tiosulfat hingga bening.
 Volume Natrium tiosulfat yang digunakan dicatat, kemudian
dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus berikut (SNI 06-
6989.14-2004):
V titrasi x N tiosulfat x 8000 x F
DO (mgO2/L) =
V sampel (50ml)

Keterangan:
DO = Oksigen terlarut (mg O2/L)
V = Volume natrium tiosulfat (mL)
N = Normalitas natrium tiosulfat (grek/L)

17
F = Faktor (volume botol 250 mL dibagi volume botol 250
mL dikurangi volume Pereaksi MnSO4 1 mL dan alkali iodide
azida 1 mL)

Setelah diperoleh nilai DO 0 hari dan DO 5 hari kemudian


dilakukan penentuan nilai BOD. Nilai BOD dihitung berdasarkan
selisih konsentrasi oksigen terlarut 0 hari dan 5 hari dengan
perhitungan seperti berikut (SNI 6989.72- 2009):
DO0 – DO5
BOD220 (MgO2/L) =
P
Keterangan :
BOD22 0= Sebagai mg O2/L
DO0 = Oksigen terlarut sampel pada saat 0 hari (mg O2/L)
DO = Oksigen terlarut sampel setelah inkubasi 5 hari (mgO2/L)
P = Derajat pengenceran
3) Chemical Oxygen Demand (COD)
Sampel air sungai dipipet sebanyak 20 mL dan dimasukkan
ke dalam labu refluks, kemudian ditambah 10 mL K2Cr2O7
0,025 N dan 25 mL larutan Ag2SO4-H2SO4 serta beberapa batu
didih. Kemudian larutan direfluks selama 1,5 jam. Setelah 1,5 jam
sampel didinginkan dan ditambahkan aquadest hingga volumenya
100 mL. Setelah itu ditambahkan indikator feroin sebanyak 3-5
tetes dan dititrasi dengan ferro ammonium sulfat 0,0874 N sampai
terbentuk warna merah bata. Volume ferro ammonium sulfat yang
diperlukan dicatat. Pengukuran blanko menggunakan prosedur
yang Sama (SNI 06-6989.15-2004)
(a-b) x N FAS x 8000
COD (mgO2/L) =
c

18
Keterangan :
a = Volume ferro ammonium sulfat yang digunakan untuk
titrasi blanko (mL)
b = Volume ferro ammonium sulfat yang digunakan untuk
titrasisampel air (mL)
c = Volume sampel air (mL)
N FAS = Normalitas ferro ammonium sulfat (grek/L)
4) Penentuan Fosfat
Larutan standar fosfat dipipet sebanyak 10 mL, ditambah 1 mL
larutan ammonium molybdat- asam sulfat dan 0,1 g kristal asam
askorbat. Selanjutnya dikocok dan dididihkan sampai terbentuk
warna biru, kemudian larutan didinginkan. Setelah larutan dingin,
dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis absorbansi larutan
diukur pada panjang gelombang maksimal dari larutan standar
fosfat yang diperoleh pada saat pengukuran yaitu 830 nm. Dengan
cara yang sama dilakukan pengukuran untuk larutan blanko
(aquades) dan sampel (SNI 06-6989.31- 2005).
5) Penentuan Logam Timbal (Pb) dan Logam Tembaga (Cu)
Sebanyak 100 mL sampel air sungai dimasukkan ke dalam
gelas beker, kemudian ditambahkan 5 mL HNO3. Selanjutnya
sampel air dipanaskan hingga mendidih dan muncul uap Putih,
kemudian sampel air didinginkan dan dianalisis konsentrasi logam
Pb pada panjang gelombang 217,0 nm serta logam Cu pada
panjang gelombang 324,7 nm menggunakan spektrofotometer
Serapan Atom (SNI 6989.8- 2009; SNI 6989.6:2009)
6) pH
Pengukuran pH sampel air menggunakan pH meter dan diawali
dengan melakukan kalibrasi menggunakan buffer pH 4, 7, dan 10.
Kemudian lakukan pengukuran pada sampel air. Pengukuran pH
dilakukan di lokasi sampling.

19
7) Nitrat
Kadar nitrat diukur dengan spektrofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang 275 nm. Sampel ditambahi HCl 1N. dan
dihomogenkan, dilakukan hal yang sama pada larutan standar dan
blanko (SNI 01-3554, 2006).
8) Total Coliform

Pengujian parameter mikrobiologi pada sampel air sungai


dilakukan dengan mengukur sebanyak 5 mL sampel dimasukkan ke
dalam botol yang telah berisi 45 ml larutan (pepton water) PW lalu
dihomogenkan sehingga diperoleh pengenceran 10-1. Selanjutnya
pengenceran dilakukan dengan cara ang sama pada pengenceran
10-2, 10-3, dan 10-4. Pengenceran selesai dilakukan dan
selanjutnya dilakukan pemupukan. Pemupukan dilakukan dari
pengenceran 10-2, 10-3, dan 10-4 pemupukan dilakukan pada
media EMBA. Setelah memadat, campuran diinkubasi selama 48
jam pada suhu 37oC. Jumlah mikroba dihitung pada semua koloni
yang tumbuh dalam setiap cawan petri.

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Air merupakan sesuatu yang berbentuk cair yang bisa menyesuaikan


bentuk sesuai dengan wadahnya. Air juga merupakan salah satu kebutuhan
manusia yang sangat penting karena digunakan untuk minum, masak, dan
mencuci.
2. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air yang disusun berbasis kelas mutu
air sebagai berikut:
 Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku
air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut;
 Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukkan
lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut;
 Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan air
yang sama dengan kegunaan tersebut;

21
 .Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
3. Parameter yang harus diukur untuk menentukan kualitas air adalah
parameter fisika. Beberapa parameter fisika yang digunakan untuk
menentukan kualitas air meliputi suhu, kekeruhan, warna, daya hantar
listik (DHL), jumlah zat padat terlarut (TDS), rasa, dan bau
(Effendi,2003). Parameter kimia seperti kandungan PH, besi, Florida,
kesadahan, mangan, nitrat, nitrit, sianida, air raksa, magnesium,arsen,
kadmium, seng, sulfat, dan timbal,

B. Saran

Mudah-mudahan dengan pemaparan makalah ini kita lebih dapat


mengetahui bagaimana cara menganalisis mutu air, terutama untuk air sungai
dan kita lebih mengetahui tentang air,yang mana yang wajar di konsumsi
dengan yang tidak wajar, yang tidak menggangu kesehatan tubuh.

22
DAFTAR PUSTAKA

Munfiah, Siti. Nurjazali & Setiani Onny. 2013. “Kualitas Fisik dan Kimia Air Sumur
Gali dan Sumur Bor di Wilayah Kerja Puskesmas Guntur II Kabupaten Demak”
dalam Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia. Vol. 12 No. 2 (halaman 1-2).

Setioningrum, Rica Naudita Karisma. Sulistyorini, Lilis & Rahayu, Wahyu Istining.
2019. “GAMBARANN KUALITAS AIR BERSIH KAWASAN DOMESTIK DI JAWA
TIMUR PADA TAHUN 2019” dalam Jurnal Ikesma. Vol. 16 Nomor 2 ( halaman 2).

Triono, Mohammad Oni. 2018. “AKSES AIR BERSIH PADA MASYARAKAT KOTA
SURABAYA SERTA DAMPAK BURUKNYA AKSES AIR BERSIH TERHADAP
PRODUKTIVITAS MASYARAKAT KOTA SURABAYA” dalam Jurnal Ilmu Ekonomi
Terapan Desember 2018; 03(2): 93-106 ISSN 2541-1470 (halaman 2-4).

Yususf, Iskandar A. 2014. “KAJIAN KRITERIA MUTU AIR IRIGASI REVIEW OF


WATER QUALITY CRITERIA FOR IRRIGATION” dalam Jurnal Irigasi – Vol.9, No.1
(halaman 3).

Mukarromah, Rosyida & Sunarno, Ian Yulianti. 2016. “ANALISIS SIFAT FISIS
KUALITAS AIR DI MATA AIR SUMBER ASEM DUSUN KALIJERUK, DESA SIWURAN,
KECAMATAN GARUNG, KABUPATEN WONOSOB” dalam Unnes Physics Journal 5
(1) ( halaman 2/41).

Romdania, Yuda dkk. 2018. “KAJIAN PENGGUNAAN METODE IP, STORET, dan
CCME WQI DALAM MENENTUKAN STATUS KUALITAS AIR” dalam SPATIAL
WAHANA KOMUNIKASI DAN INFORMASI GEOGRAFI VOL.18 NO.2 P-ISSN : 1693 –
1408 E-ISSN : 2580 – 9830 (halaman 2 ).

Esta, Kadek Ari. Dkk. 2016. “PENENTUAN STATUS MUTU AIR TUKAD YEH POH
DENGAN METODE STORET” dalam JURNAL KIMIA 10 (1), ISSN 1907-9850
(halaman 2-4).

Artini, Ni Putu Rahayu. Dkk. 2018. “PENELITIAN KUALITAS AIR SUNGAI BALIAN,
TABANAN, BALI TAHUN 2018 “ dalam JURNAL KESEHATAN TERPADU 2(1) : 25 –
30 ISSN : 2549-8479 (halaman 2-3).

23
Hanisa, Estu. Nugraha, Winardi Dwi & Sarminingsing, Anik. 2017. “PENENTUAN
STATUS MUTU AIR SUNGAI BERDASARKAN METODE INDEKSKUALITAS AIR–
NATIONAL SANITATION FOUNDATION (IKA-NSF) SEBAGAI PENGENDALIAN
KUALITAS LINGKUNGAN” dalam Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (halaman
4-5).

LAMPIRAN

 Jurnal 1

24
 Jurnal 2

25
 Jurnal 3
 Jurnal 4

26
 Jurnal 5

27
 Jurnal 6

28
 Jurnal 7

29
 Jurnal 8

30
 Jurnal 9

31
 Jurnal 10

32
 Jurnal 11

33
 Jurnal 12

34
35

Anda mungkin juga menyukai