Anda di halaman 1dari 42

Konsep Dasar sterilisasi dan desinfeksi

KONSEP DASAR DESINFEKTAN


PENGERTIAN DESINFEKTAN

 Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang digunakan
untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus,
juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit
lainnya. 
 Sedangkan antiseptik didefinisikan sebagai bahan kimia yang dapat menghambat atau
membunuh pertumbuhan jasad renik seperti bakteri, jamur dan lain-lain pada jaringan
hidup. Bahan desinfektan dapat digunakan untuk proses desinfeksi tangan, lantai,
ruangan, peralatan dan pakaian (Signaterdadie, 2009).

 Pada dasarnya ada persamaan jenis bahan kimia yang digunakan sebagai antiseptik dan
desinfektan. Tetapi tidak semua bahan desinfektan adalah bahan antiseptik karena adanya
batasan dalam penggunaan antiseptik. Antiseptik tersebut harus memiliki sifat tidak
merusak jaringan tubuh atau tidak bersifat keras. Terkadang penambahan bahan
desinfektan juga dijadikan sebagai salah satu cara dalam proses sterilisasi, yaitu proses
pembebasan kuman. Tetapi pada kenyataannya tidak semua bahan desinfektan dapat
berfungsi sebagai bahan dalam proses sterilisasi.

 Bahan kimia tertentu merupakan zat aktif dalam proses desinfeksi dan sangat
menentukan efektivitas dan fungsi serta target mikroorganisme yang akan dimatikan.
Dalam proses desinfeksi sebenarnya dikenal dua cara, cara fisik (pemanasan) dan cara
kimia (penambahan bahan kimia). Dalam tulisan ini hanya difokuskan kepada cara kimia,
khususnya jenis-jenis bahan kimia yang digunakan serta aplikasinya.

 Banyak bahan kimia yang dapat berfungsi sebagai desinfektan, tetapi umumnya
dikelompokkan ke dalam golongan aldehid atau golongan pereduksi, yaitu bahan kimia
yang mengandung gugus -COH; golongan alkohol, yaitu senyawa kimia yang
mengandung gugus -OH; golongan halogen atau senyawa terhalogenasi, yaitu senyawa
kimia golongan halogen atau yang mengandung gugus-X; golongan fenol dan fenol
terhalogenasi, golongan garam amonium kuarterner, golongan pengoksidasi, dan
golongan biguanida.

 Telah dilakukan perbandingan koefisien fenol turunan aldehid (formalin dan


glutaraldehid) dan halogen (iodium dan hipoklorit) terhadap mikroorganisme
Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi yang resisten terhadap ampisilin dengan
tujuan untuk mengetahui keefektifan dari disinfektan turunan aldehid dan halogen yang
dibandingkan dengan fenol dengan metode uji koefisien fenol. 
 Fenol digunakan sebagai kontrol positif, aquadest sebagai kontrol negatif dan larutan
aldehid dan halogen dalam pengenceran 1 : 100 sampai 1 : 500 dicampur dengan suspensi
bakteri Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi resisten ampisilin yang telah
diinokulum, keburaman pada tabung pengenceran menandakan bakteri masih dapat
tumbuh. 
 Nilai koefisien fenol dihitung dengan cara membandingkan aktivitas suatu larutan fenol
dengan pengenceran tertentu yang sedang diuji. Hasil dari uji koefisien fenol menunjukan
bahwa disinfektan turunan aldehid dan halogen lebih efektif membunuh bakteri
Staphylococcus aureus dengan nilai koefisien fenol 3,57 ; 5,71 ; 2,14 ; 2,14 berturut-turut
untuk formalin, glutaraldehid, iodium dan hipoklorit, begitu juga dengan bakteri
Salmonella typhi, disinfektan aldehid dan halogen masih lebih efektif dengan nilai
koefisien fenol 1,81 ; 2,72 ; 2,27 dan 2,27 berturut-turut untuk formalin, glutaraldehid,
iodium dan hipoklorit. (Signaterdadie, 2009).

PENGGUNAAN DESINFEKTAN

 Desinfektan sangat penting bagi rumah sakit dan klinik. Desinfektan akan membantu
mencegah infeksi terhadap pasien yang berasal dari peralatan maupun dari staf medis
yang ada di rumah sakit dan juga membantu mencegah tertularnya tenaga medis oleh
penyakit pasien. Perlu diperhatikan bahwa desinfektan harus digunakan secara tepat
(Imbang, 2009).

a. Desinfektan tingkat rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan :


1. Golongan pertama

 Desinfektan yang tidak membunuh virus HIV dan Hepatitis B.

1. Klorhexidine (Hibitane, Savlon).


2. Cetrimide (Cetavlon, Savlon).
3. Fenol-fenol (Dettol).

Desinfektan golongan ini tidak aman untuk digunakan :

1. Membersihkan cairan tubuh (darah, feses, urin dan dahak).


2. Membersihkan peralatan yang terkena cairan tubuh misalnya sarung tangan yang terkena
darah.

 Klorheksidine dan cetrimide dapat digunakan sebagai desinfekan kulit

 fenol-fenol dapat digunakan untuk membersihkan lantai dan perabot seperti meja dan
almari namun penggunaan air dan sabun sudah dianggap memadai.

2. Golongan kedua

 Desinfektan yang membunuh Virus HIV dan Hepatistis B.


a). Desinfektan yang melepaskan klorin.

 Contoh : Natrium hipoklorit (pemutih, eau de javel), Kloramin (Natrium tosilkloramid,


Kloramin T) Natrium Dikloro isosianurat (NaDDC), Kalsium hipoklorit (soda
terklorinasi, bubuk pemutih)

b). Desinfektan yang melepaskan Iodine misalnya : Povidone Iodine (Betadine, Iodine lemah)

1. Alkohol : Isopropil alkohol, spiritus termetilasi, etanol.


2. Aldehid : formaldehid (formalin), glutaraldehid (cidex).
3. Golongan lain misalnya : Virkon dan H2O2. (Imbang, 2009)

DESINFEKSI
²  Desinfeksi adalah menghancurkan atau membunuh kebanyakan kebanyakan organisme patogen pada
benda atau instrumen dengan menggunakan campuran zat kimia cair.
Hasil proses desinfeksi dipengaruhi oleh beberapa faktor:
ü  Beban organik (beban biologis) yang dijumpai pada benda.
ü  Tipe dan tingkat kontaminasi mikroba.
ü  Pembersihan/dekontaminasi benda sbelumnya.
ü  Konsentrasi desinfektan dan waktu pajanan
ü  Struktur fisik benda
ü  Suhu dan PH dari proses desinfeksi.
DEKONTAMINASI
²  Membuang semua material yang tampak (debu,kotoran)pada benda,lingkungan,permukaan kulit dengan
menggunakan sabun, air dan gesekan.        
Tujuan prosedur dekontaminasi:
1.    Untuk mencegah penyebaran infeksi melalui peralatan pasien atau permukaan lingkungan.
2.    Untuk membuang kotoran yang tampak.
3.    Untuk membuang kotoran yang tidak terlihat (Mikroorganisme).
4.    Untuk menyiapkan semua permukaan untuk kontak langsung dengan alat pensteril atau desinfektan.
5.    Untuk melindungi personal dan pasien.
Terdapat 3 tingkat desinfeksi:
²  Desinfeksi tingkat tinggi
          Membunuh semua organisme dengan perkecualian spora bakteri.
²  Desinfeksi tingkat sedang
          Membunuh bakteri kebanyakan jamur kecuali spora bakteri.
²  Desinfeksi tingkat rendah
Membunuh kebanyakan bakteri beberapa virus dan beberapa jamur tetapi tidak dapat
membunuh mikroorganisme yang resisten seperti basil tuberkel dan spora bakteri.
STERILISASI
²  Defenisi
Secara komplit membunuh semua mikroorganisme termasuk spora bakteri pada benda yang
telah didekontaminasi dengan tepat
²  Tujuan
Memusnahkan semua bentuk kehidupan mikroorganisme patogen termasuk spora, yang mungkin
telah ada pada peralatan kedokteran dan perawatan yang dipakai.
Hal-Hal Yang Perlu Dipertimbangkan Dalam Memilih Metode Sterilisasi
²  Sifat bahan yang akan disterilkan
²  Metode yang paling mudah, murah namun cukup efektif.
²  Bila terdapat beberapa fasilitas untuk melakukan sterilisasi, haruslah dipilih cara yang baik
Sterilisasi dapat dilakukan dengan cara:
1. Sterilisasi dengan pemanasan kering
    a. Pemijaran/flambir
Cara ini dipakai langsung, cara ini sederhana, cepat dan dapat menjamin sterilisasinya,hanya
penggunaannya terbatas pada beberapa alat saja, misalnya: 
                        - Benda-benda dari logam (instrument)
                        - Benda-benda dari kaca.
                        - Benda-benda dari porselen.     
²  Caranya:
ü  Siapkan     :  - Bahan yang disterilkan
                                       - Waskom besar yang bersih
                                       - Brand spritus
                                       - Korek api.             
ü   Kemudian brand spritus dituangkan secukupnya ke dalam waskom tersebut. Selanjutnya dinyalakan
dengan api.
ü  Alat-alat instrumen dimasukkan ke dalam nyala api.
b. Dengan cara udara panas kering
Cara ini pada dasarnya adalah merupakan suatu proses oksidasi, cara ini memerlukan suhu yang
lebih tinggi bila dibandingkan dengan sterilisasi pemanasan basah.
            Adapun alat yang dapat dilakukan dengan cara ini:
ü  Benda-benda dari logam.
ü  Zat-zat seperti bubuk, talk,vaselin,dan kaca.
²  Caranya :
ü  Alat bahan harus dicuci, sikat dan desinfeksi terlebih dahulu
ü  Dikeringkan dengan lap dan diset menurut kegunaannya
ü  Berilah indikator pada setiap set               
ü  Bila menggunakan pembungkus, dapat memakai kertas aluminium foil.
ü  Oven harus dipanaskan dahulu sampai temperatur yang diperlukan.
ü  Kemudian alat dimasukkan dan diperhatikan derajat pemanasannya.
2. Sterilisasi dengan pemanasan basah.
            Ada beberapa cara :
a)    Dimasak dalam air biasa.
Suhu tertinggi 100 ºC, tapi pada suhu ini bentuk vegetatif dapat dibinasakan tetapi bentuk yang
spora masih bertahan. Oleh karna itu agar efektif membunuh spora maka dapat ditambahkan natrium
nitrat 1% dan phenol 5%.
²  Caranya :
ü  Alat atau bahan instrumen dicuci bersih dari sisa-sisa darah, nanah atau kotoran lain.
ü  Kemudian dimasukkan langsung ke dalam air mendidih.
ü  Tambahkan nitrit 1% dan phenol 5%, agar bentuk sporanya mati    
ü  Waktu pensterilan 30-60 menit (menurut pharmacope –Rusia).
ü  Seluruh permukaan harus terendam.
b)    Dengan uap air.
Cara ini cukup efektif dna sangat sederhana. Dapat dipakai dengan dandang yang bagiannya
diberi lubang/sorongan, agar uap air dapat mengalir bagian alat yang akan disterilkan.waktu sterilisasi
30 menit.
²  Caranya :
ü  Alat-alat yang akan disterilkan: dicuci, dibersihkan, disikat serta didesinfeksi.
ü  Kemudian dibungkus dan dimasukkan dalam dandang
c)    Sterilisasi dengan uap air bertekanan tinggi.
Jenis sterilisasi dengan cara ini merupakan cara yang paling umum digunakan dalam setiap
rumah sakit.menggunakan alat yang disebut autoclave.
²  Caranya :
ü  Alat-alat atau bahan-bahan yang akan disterilkan dicuci, disikat, dan didesinfeksi.
ü  Kemudian diset menurut penggunaannya dan diberi indikator.
ü  Kemudian dibungkus kain/kertas.
ü  Masukkan alat/bahan yang telah dibungkus ke dalam autoclave.    
3.Sterilisasi dengan penambahan zat-zat kimia
²  Cara ini tidak begitu efektif bila dibandingkan dengan cara pemanasan kering. Cara ini dipergunakan
pada bahan-bahan yang tidak tahan pemanasan atau cara lain tidak bisa dilaksanakan karena keadaan.
            Contoh zat kimia         : Formaldehyda, hibitane, Cidex.
4. Sterilisasi dengan radiasi.
²  Radiasi ultraviolet
Karena disemua tempat itu terdapat kuman2x, maka dilakukan sterilisasi udara dan biasanya
dilakukan di tempat-tempat khusus.
Misalnya: di kamar operasi, kamar isolasi, dsb. udaranya harus steril.Hal ini dapat dilakukan
dengan sterilisasi udara (air sterilization) yang memakai radiasi ultraviolet.
5. Sterilisasi dengan filtrasi
²  Cara ini digunakan untuk udara atau bahan-bahan berbentuk cairan. Filtrasi udara disebut HEPA (Hight
Efficiency Paticulate Air).
²  Tujuannya :
Filtrasi cairan secara luas hanya digunakan dalam produksi obat-obatan atau pada sistem irigasi
dalam ruang operasi, maupun dalam perawatan medik lainnya yang membutuhkan adanya cairan steril.
Jenis filternya yang penting ialah pori-porinya harus lebih kecil dari jenis kuman. Pori-pori
filter ukurannya minimal 0,22 micron.

ASEPTIK/ASEPSIS
²  Aseptik tidak adanya patogen penyebab sakit.
²  Teknik aseptik adalah usaha mempertahankan klien sedapat mungkin bebas dari mikroorganisme.
²  Asepsis ada 2 macam:
1.    Asepsis medis
Tehnik bersih, termasuk prosedur yang digunakan untuk mencegah penyebaran
mikroorganisme.
ex: mencuci tangan,mengganti linen tempat tidur, dan menggunakan cangkir untuk obat.     
2.    Asepsis bedah
Teknik steril, termasuk prosedur yang digunakan untuk membunuh mikroorganisme dari suatu
daerah.   
Prinsip-Prinsip Tindakan Asepsis Yang Umum
²  Semua benda yang menyentuh kulit yang merekah atau diamsukkan ke dalam kulit untuk menyuntikkan
sesuatu ke dalam tubuh, atau yang dimasukkan ke dalam rongga badan yang dianggap steril, haruslah
steril.  
²  Jangan sekali-kali menjauhi atau membelakangi tempat yang steril.
²  Peganglah objek-objek yang steril, setinggi atas pinggang dengan demikian objek-objek itu selalu akan
terlihat jelas dan ini mencegah terjadinya kontaminasi diluar pengawasan.
²  Hindari berbicara, batuk, bersin atau menjangkau suatu objek yang steril
²  Jangan sampai menumpahkan larutan apapun pada kain atau kertas yang sudah steril.
²  Bukalah bungkusan yang steril sedemikian rupa, sehingga ujung pembungkusnya tidak mengarah pada si
petugas.
²  Objek yang steril menjadi tercemar, jika bersentuhan dengan objek yang tidak steril.
²  Cairan mengalir menurut arah daya tarik bumi, jika forcep dipegang sehingga cairan desinfektan
menyentuh bagian yang steril, maka forcep itu sudah tercemar.

ANTISEPTIK
²  Anti Septik yaitu suatu zat atau bahan yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. 
²  Tujuan : Memusnahkan semua kuman-kuman patogen, tetapi spora dan virus yang mempunyai daya tahan
yang sangat kuat masih tetap hidup.            
Macam-macam bahan yang sering digunakan untuk antiseptik dan kegunaanya:

1. Ethyl alkohol

Larutan alkohol yang dipakai sebaiknya 65-85% karena daya kerjanya akan menurun bila dipakai
konsentrasi yang lebih rendah atau lebih tinggi.
2. Jodium Tinctura.

Larutan 2% jodium dalam alkohol 70% adalah suatu desinfeksi yang sangat kuat. Larutan ini
dipakai untuk mendisinfeksi kulit dengan membasmi kuman-kuman yang ada pada permukaan kulit.
Penggunaan desinfektan/antiseptic :
²  Desinfeksi kulit secara umum (Pre Operasi).
            Larutan savlon 1:30 dalam alkohol 70%. Hibiscrup 0,5% dalam alkohol 70%.
²  Desinfeksi tangan dan kulit
            Chlorrhexidine 4% (hibiscrup) minimal 2 menit
²  Untuk kasus Obgin (persiapan partus,vulva hygiene, neonatal hygiene).
            Hibiscrup 0,5% dalam Aquadest Savlon 1:300 dalam aqua hibiscrup.

BAB IV Penanganan Limbah

A.    PENANGANAN LIMBAH CAIR


Pernahkah kamu mendengar mengenai intalasi pengolahan Air Limbah (IPAL) merupapakan
sebutan bagi fasilitas pengolahan limbah cair/ air limbah yang dibuang masyarakat ataupun
industri. Setiap industri yang menghasilkan limbah pencemar seharusnya memiliki fasilitas
IPAL. Daerah pemukiman atau perkotaan juga idealnya memiliki IPAL yang dapat menagani
limbah domestik. Taukah kamu apa fungsi IPAL ? di IPAL, limbah cair diolah melalui berbagai
proses untuk menghilangkan atau mengurangi bahan-bahan pencemar (polutan) yang terkandung
dalam limbah sehingga tidak melebihi bakau mutu. Setelah melalui proses pengolahan, air
limbah diharapkan dapat dibuang ke lingkungan dengan aman.

Metode dan tahapana proses pengolahan limbah cair yang telah dikembangkan sangat beragam.
Limbah cair dengan kandungan polutan yang berbeda kemungkinan akan membutuhkan proses
pengolahan yang berbeda pula. Berikut ini akan kamu pelajari beberapa proses pengolahan
limbah cair yang telah diaplikasikan secara umum. Perlu kamu ketahui bahwa proses-proses
pengolahan tersebut dapat diaplikasikan secara keseluruhan, berupa kombinasi beberapa proses,
atau hanya salah satu. Proses pengolahan tersebut juga dapat dimodifikasi, sesuai dengan
kebutuhan atau faktor finansial.


1.    Pengolahan Primer (Primary Treatment)
Tahap pengolahan primer limbah cair sebagian besar adalah berupa proses pengolahan secara
fisika. Pertama, limbah yang mengalir melalui saluran pembuangan disaring menggunakan jeruji
saring (bar screen). Metode ini disebut penyaringan (screening). Metode penyaringan merupakan
cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan-bahan padat berukuran besar dari air
limbah. Kedua, limbah yang telah disaring kemudian disalurkan ke suatu tangki atau bak yang
berfungsi untuk memisahkan pasir dan partikel padat tersuspensi lain yang berukuran relatif
besar. Tangki ini dalam bahasa inggris disebut grit chamber dan cara kerjanya adalah dengan
memperlambat aliran limbah sehingga partikel-partikel pasir jatuh ke dasar tangki sementara air
limbah terus dialirkan untuk proses selanjutnya. Kedua proses yang dijelaskan si atas sering
disebut juga sebagai tahap pengolahan awal (pretreatment).
Setelah melalui tahap pengolahan awal, limbah cair akan dialirkan kea tangki atau bak
pengendapan. Metode pengendapan adalah metode pengolahan utama dan yang paling banyak
digunakan pada proses pengolaha primer limbah cair. Di tangki pengendapan, limbah cair
didiamkan agar partikel-partikel padat yang tersuspensi dalam air limbah dapat mengendap ke
dasar tangki. Endapan partikel tersebut akan membentuk lumpur yang kemudian akan dipisahkan
dari air limbah ke saluran lain untuk diolah lebih lanjut.

Selain metode pengendapan, dikenal juga metode pengapungan (flotation) . Metode ini efektif
digunakan untuk menyingkirkan polutan berupa minyak atau lemak. Proses pengapungan
dilakukan dengan menggunakan alat yang dapat menghasilkan gelembung-gelembung udara
berukuran kecil (± 30 – 120 mikron). Gelembung udara tersebut akan membawa partikel-partikel
minyak dan lemak ke permukaan air limbah sehingga kemudian dapat disingkirkan.
Bila limbah cair hanya mengandung polutan yang telah dapat disingkirkan melalu proses
pengolahan primer, maka limbah cair yang telah mengalami pengolaha primer tersebut dapat
langsung dibuang ke lingkungan (perairan). Namun, bila limbah tersebut juga mengandung
polutan lain yang sulit dihilangkan melalui proses diatas, misalnya, agen penyebab penyakit atau
senyawa organik dan anorganik terlarut, maka limbah tersebut perlu disalurkan ke proses
pengolahan selanjutnya.
1.      Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)
Tahap pengolahan sekunder merupakan proses pengolahan secara biologis, yaitu dengan
melibatkan mikroorganisme yang dapat mengurangi/mendegradasi bahan organik.
Mikroorganisme yang digunakan umumnya adalah bakteri aerob.
Terdapat tiga metode pengolahan secara biologis yang umum digunakan, yaitu metode
penyaringan dengan tetesan (trickling filter), metode lumpur aktif (aktivated sludge), dan metode
kolam perlakuan (treatment ponds/lagoons).
a.      Metode trickling filter
Pada metode ini, bakteri aerob yang digunakan untuk mendegradasi bahan organik melekat dan
tumbuh pada suatu lapisan media kasar, biasanya berupa serpihan batu atau plastik, dengan
ketebalan ±1 – 3m. Limbah cair kemudian disemprotkan ke permukaan media dan dibiarkan
merembes melewati media tersebut. Selama proses perembesan, bahan organik yang terkandung
dalam limbah akan didegradasioleh bakteri aerob. Setelah merembes sampai ke dasar lapisan
media, limbah akan menetes ke suatu wadah penampungdan kemudian disalurkan ke tangki
pengendapan. Dalam tangki pengendapan, limbah kembali mengalami proses pengendapan
untuk memisahkan partikel padat tersuspensi dan mikroorganisme dari air limbah. Endapan yang
terbentuk akan mengalami proses pengolahan lebih lanjut, sedangkan air limbah akan dibuang ke
lingkungan atau disalurkan ke proses pengolahan selanjutnya jika masih diperlukan.

b.    Metode activated sludge


Pada Metode activated sludge atau lumpue aktif, limbah cair disalurkan ke sebuah tangki dan
didalamnya limbah dicampur dengan  lumpur yang kaya akan bakteri aerob.proses degradasi
berlangsung didalam tabgki selama beberapa jam. Dibantu dengan pemberian gelembung udara
untuk aerasi pemberian oksigen. Aerasi dapat mempercepat kerja bakteri  dalam mendegradasi
limbah. Selanjutnya limbah di salurkan ke tangki pengendapan untuk mengalami proses
pengendapan. Sementara lumpur yang mengandung bakteri disalurkan kembali ke tangki aeras.
Seperti pada metode tricking filter. Limbah yabg telah melalui proses ini dapat dibuang di
lingkungan atau diproses lebih lanjut jika masih diperlukan.

c.    Metode treatment ponds / lagoons


Metode treatment ponds / lagoons atau kolam perlakuan merupakan metode yang murah namun
prosesnya berlangsung relatif lambat. Pada metode ini, limbah cair ditempatkan pada kolam-
kolam terbuka. Algae yang tumbuh dipermukaan kolam akan berfotosintesis menghasilkan
oksigen. Oksigen tersebut digunakan oleh bakteri aerob untuk proses penguraian/ degradasi
bahan organik dalam limbah. Pada metode ini.kolam juga diaerasi. Selama proses degradasi di
kolam limbah juga mengalami proses pengendapan. Setelah limbah terdegradasi dan terbentuk
endapan di dasar kolam, air limbah dapat disalurkan untuk dibuang ke lingkungan atau diolah
lebih lanjut.

3.    Pengolahan tersier ( tertiary  treatment )


Pengolahan tersier dilakukan juka setelah pengolahan primer dan sekunder masih terdapat zat
tertentu dalam limbah cair yang dapat berbahaya bagi lingkungan atau masyarakat.pengolahan
tersier bersifat khusus, artinya pengolahan disesuaikan dengan kandungan zat  yang tersisa dalam
limbah cair/ air limbah. Omomnya zat yang tidak dapat dihilangkan sepenuhnya melalui proses
pengolahan primer maupun sekunder adalah zat-zat anorganik terlarut, seperti nitrat, fosfat dan
garam-garaman.
Pengolahan tersier sering disebut juga pebgolahan lanjutan ( advenced  treatment ). Pengolahan
ini meliputi berbagai rangkaian proses kimia dan fisika. Contoh metode pengolahan tersier yang
dapat digunakan adalah metodesaring pasir ( sand filter )saringan multimedia, precoal filter,
microstaining, vacum filter, penyerapan ( adsorption )dengan karbon aktif. Pengurangan besi dan
mangan , dan osmosis bolak-balik.
    Metode pengolahan tersier jarang digunakan pada  fasilitas pengolahan limbah. Hal ini
disebabkan biaya yang diperlukan untuk melakukan proses pengolahan tersier cenderung tinggi
sehingga tidak ekonomis.
4.    Desinfeksi  ( desinfection )
Desinfeksi atau pembunuhan kuman bertujuan untuk membunuh atau mengurangi
mikroorganisme patogen penyebab penyakit yang ada dalam limbah cair/air limbah. Mekanisme
desinfeksi dapat secara kimi, yaitu dengan menambahkan senyawa/ zat tertentu atau dengan
perlakuan fisik.dalam menentukan senyawa/zat untuk membunuh mikroorganisme dapat
beberapa hal yang perludiperhatikan, yaitu :
•    Daya racub zat
•    Waktu kontak yang diperlukan
•    Efektivitas zat
•    Kadar dosis yang digunakan
•    Tidak boleh bersifat toksik ( racun terhadap manusia dan hewan )
•    Tahan terhadap air
•    Biayanya murah
Contoh mikroorganisme desinfeksi pada limbahcair adalah  penambahan klorin/ klorinas,
penyinaran  sinar ultraviolet ( UV ) atau dengan ozon ( O3 ).
Proses desinfeksi pada limbah cair biasanya dilakukan setelah prosespebgolahan limbah selesai,
yaitu setelah proses primer, skunder,sebelum limbah dibuang ke lingkungan.
5.    Pengolahan lumpur ( sludge treatment )
Setiap pengolahan limbah cair baik primer skunder maupun tersier akan menghasilkan endapan
polutan berupa lumpur. Lumpur tersebut tidak dapat dibuang secara langsung, melainkandiolah
lebih lanjut.endapan lumpur hasil pengolahan limbah biasanya akan diolah dengan cara diurai/
dicerna secaraanaerob ( anaerob digestion ), lalu disalurkan ke beberapa alternatif, yaitu dibuang
ke laut atau ke lahan pembuangan landfill, dijadikan pupuk kompos, atau dibakar  (incinerated).

 Kaji Ulang
1.    Jelaskan proses pengolahan primer limbah cair.
2.    Sebutkan 3 metode pengolahan sekunder limbah cair (metode biologis).
3.    Hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam proses desinfeksi.

B. PENANGANAN LIMBAH PADAT

Taukah kamu berapa banyak sampah yang dihasilkan oleh penduduk seluruh Indonesia per hari?
Data Kementrian Lingkungan Hidup menyebutkan bahwa  rata – rata jumlah sampah yang
dihasilkan per hari Indonesia pada tahun 2000 adalah sekitar 1 kg/kapita. Coba kalikan jumlah
sampah tersebut dengan jumlah pendududk di Indonesia yang lebih dari 200.000.000 orang.
Hasilnya sangat besar bukan? Coba kamu kalikan lagi jumlah itu dengan banyaknya hari dalam
setahun, kemudian dengan beberapa tahun. Tentu kamu akan mendapatkan angka ratusan jua
ton. Pernahkah kamu berpikir,kemana perginya sampah berton – ton itu?
Sampah yang dihasilkan manusia begitu banyak sehingga bila tidak ditangani akan menimbulkan
banyak masalah pencemaran.beberapa metode pengolahan sampah telah diterapkan manusia
yang dapat menyelesaikan masalah sampah dengan sempurna. Oleh karena itu, masih perlu terus
dikembangkan berbagai metode baru atau modifikasi yang dapat menyempurnakan metode
pengolahan limbah padat (sampah) yang telah umum diterapkan.

1.    Penimbunan
Terdapat dua cara penimbunan sampah yang umum dikenal, yaitu metode penimbunan terbuka
(open dumping)dan metode sanitary landfill. Pada metode penimbunan terbuka, sampah
dikupulkan dan ditimbun begitu saja dalam lubang yang dibuat di suatu lahan, biasanya di
tempat pembuangan akhir (TPA). Metode ini merupakan metode kuno yang sebenarnya tidak
menguntungkan. Di lahan penmbunan terbuka, berbagai hama dan kuman penyebab penyakit
dapat berkembang biak. Gas metan yang dihasilkan oleh organic yang dapat menyebar ke udara
sekitar dan menimbulkan bau busuk serta mudah terbakar. Cairan yang tercampur dengan
sampah dapat merembes ke tanah serta air. Bersqama rembesan cairan tersebut, dapat terbawa
zat-zat yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan.
Berbagai masalag yang ditimbulkan oleh metode open dumping menyebabkan dikembangkan
metode penimbunan sampah yang lebih banyak, yaitu sanitary landill. Pada metode sanitary
landill, smpah ditimbun dalam lubang yang dialasi lapisan lempung dan lembaran plastic untuk
mencegah perembesan limbah ke tanah. Sampah yang ditimbun didapatkan, kemudian ditutupi
dengan lapisan tanah tipis setiap hari.  Hal ini akan mencegah tersebarnya gas metan yang dapat
mencemari udara dan berkembangbiaknya berbagai jenis penyakit.
Pada landill yang lebih modern lagi, biasanya dibuat system lapisan ganda (plastik-lempung-
plastik-lempung) dan pipa – pipa saluran untuk mengumpulkan cairan serta gas metan yang
terbentuk dari proses pembusukkan sampah. Gas tersebut kemudian digunakan untuk
menghasilkan listrik.
Di sebagian Negara maju, penimbunan sampah dengan metode open dumping telah banyak
diganti dengan metode sanitary landfill. Namun di Indonesia, tempat penimbunan sampah
menggunakan metode sanitary landfill masih jauh lebih sedikit jumlahnyadibanding dengan
melakukan penimbunan terbuka (open dumping).
Kelemahan utama penanganan sampah dengan cara penimbunan adalah cara ini menghabiskan
lahan. Sampah akan terus terproduksi sementara lahan penimbunan semakin berkurang.
Sampah yang ditimbun sebagian besar sulit terdegradasi sehingga akan tetap berada di area
penimbunan untuk waktu yang sangat lama. Selain itu, meskipun telah menggunakan sanitary
landfill, masih ada kemungkinan terjadi kebocoran lapisan sehingga zat – zat berbahaya
merembes dan mencemari tanah dan air. Gas metan yang terbentuk dalam timbunan mungkin
saja menggalami akumulasi dan beresiko meledak.

1.       Insinerasi
Insenerasi adalah pembakaran sampah/limbah padat menggunakan suatu alat yang disebut
insinerator. Kelebihan dari proses insinerasi adalah berkurang sangat banyak (bisa mencapai
90%). Selain itu, proses insinerasi menghasilkan panas yang dapat dimanfaatkan untuk pemanas
ruangan. Meski demikian, tidak semua jenis limbah padat dibakar dalam incinerator. Jenis
limbah padat yang cocok untuk insinerasi di antaranya adalah kertas,plastik, dan karet,
sedangkan contoh jenis limbah padat yang kurang sesuai untuk insinerasi adalah kaca,sampah
makanan, dan baterai. Kelemahan utama metode insinerasi adalah biaya operasi yang
mahal.selain itu,insinerasi menghasilkan asap buangan yang dapat manjadi pencemaran udara
serta abuhasil pembakaran yang kemungkinan mengandung senyawa berbahaya.

3.  Pembuatan Kompos


Kompos adalah pupuk yang dibuat dari sampah organik,seperti sayuran,daun, dan ranting,serta
kotoranhewan, melalui proses degradasi/penguraian oleh mikroorhanisme tertentu.kompos
berguna untuk memperbaiki struktur tanah dan menyediakan zat makanan yang diperlukan
timbuhan,sementara mikroba yang ada dalam kompos dapat membantupenyerapan zat makanan
yang dibutuhkan tanaman.
Pembuatan kompos merupakan salah satu cara terbaik untuk mengurangi  timbunan sampah
organik. Cara ini sangat cocok diterapkan diindonesia,karena cara pembuatannya relative mudah
dan tidak membutuhkan biaya yang besar.selain itu,kompos dapat dijual sehingga dapat
memberikan pemasukan tambahan atau bahkan menjadi alternative mata pencaharian.
Berdasarkan bentuknya,kompos ada yang berbentuk padat dan cair.pembuatan kompos dapat
dilakukan dengan menggunakan kompos yang tetah jadi,kultur mikroorganisme,atau cacing
tanah.Contoh kultur organism yang telah dijual di pasaran dan dapat digunakan untuk membuat
kompos adalah EM4(Effective Microorganisme 4).EM4 merupakan kultur campuran
mikroorganisme  yang dapat meningkatkan degradasi limbah/sampah organic,menguntungkan
dan bermanfaat bagi kesuburan tanah maupun pertumbuhan dan produksi tanaman,serta ramah
lingkungan.EM4 mengandung mikroorganisme yang terdiri dari beberapa jenis bakteri,di
antataranya lactobacillus sp,rhodopseudomas sp,actinomyces sp,dan streptomyces sp,dan khamir 
(ragi),yaitu saccaharomyces cerevisiae.kompos  yang dibuat menggunakan EM4 dikanal juga
dangan sebutan bokashi.
Kompos dapat juga dibuat dengan bantuan cacing tanah karena cacing tanah mampu
menguraikan bahan organic.kompos yang bibuat dengan bantuan cacing tanah dikenal juga
dengan sebutan kascing.cacing tanahyang dapat digunakan adalahcacing dari spesies lumbricus
terrestis,lumbricus rebellus,pheretima defingens, dan Eisenia foetida.cacing tanah akan
menguraikan bahan-bahan kompos yang sebelumnya sudah diuraikan oleh
mikroorganisme.keterlibatan cacing tanah dan mikroorganisme dalam pembuatan kompos
menyebabkan pembentukan kompos lebih efektif dan lenih cepat.
Macam-Macam Desinfektan Dan Antiseptika 

Desinfektan dan antiseptika bisa digolongkan berdasarkan cara fisis dan kimiawi. Secara fisis,
yang penting adalah penggunaan panas dan sinar. Panas dapat diperoleh dengan dilewatkan
melalui pemanas atau dengan air yang dipanaskan, kemudian disemprotkan ke tempat yang
disucihamakan. Jenis sinar yang digunakan dalam sterilisasi adalah sinar ultraviolet dan sinar
gamma. Di Indonesia, kecuali untuk peternakan ayam, secara fisis di atas hanya dilakukan
dengan menggunakan air panas, selain murah dan gampang dilakukan, juga memiliki kelebihan
lain yaitu air dapat memasuki lubang-lubang kecil.

Desinfektan bisa digunakan dengan variasi cara, antara lain : spray, sabun, aerosol atau fumigan.

Secara kimiawi, terdapat beberapa jenis senyawa desinfektan yang tersedia secara komersial
dengan karakteristik pemakaian tertentu, yaitu : 

Kresol, merupakan biosida yang murah dan efektif bila digunakan untuk bangunan dan tanah,
termasuk dinding kandang dan peralatan kandang, Bersifat korosif, toksik pada konsentrasi
tinggi dan meninggalkan warna. Senyawa ini tidak boleh digunakan pada kandang yang di
dalamnya ada ternak hidup, telur atau daging yang diproses, karena dapat mengakibatkan
kontaminasi pada produk-produk tersebut dan bersifat toksik pada manusia dan ternak.
Desinfektan ini sangat efektif mengatasi jamur, virus, bakteri, karena mampu mematikan
mikroorganisme tersebut. 
Fenol organik, cocok digunakan untuk tempat penetasan (hatchery) dan untuk desinfeksi
peralatan di dalamnya. Fenol ektif melawan bakteri, virus dan fungi, termasuk bakteri penyebab
Tuberkulosis dan John’s Disease serta virus PMK. Fenol dan beberapa senyawa fenolik
mempunyai kegunaan sebagai antiseptika, desinfektan atau bahan pengawet. 

Amonium kuarterner, dianjurkan untuk mendesinfeksi kandang, peralatan dan tempat


penetasan Senyawa ini memiliki dua bagian pada struktur kimianya, satu bagian bersifat
hidrofilik dan bagian lain bersifat hidrofobik. Desinfektan ini efektif melawan bakteri gram
negatif maupun positif, fungi, virus, tetapi tidak efektif melawan virus PMK ataupun
Mycobacterium paratuberculosis, bakteri penyebab John’s Disease. Keberadaan materi organik,
seperti feses akan menurunkan aktifitasnya. Desinfektan ini tergolong mudah larut dalam air,
sangat efektif menghilangkan bau-bauan, daya kerja tinggi dan tidak berefek pada kulit manusia,
meskipun juga menyebabkan karat. Keunggulan lain dari desinfektan ini adalah mudah
menembus bagian-bagian sebelah dalam yang menjadi sasaran sanitasi. Kelemahan desinfektan
ini adalah menyebabkan karat dan memiliki sifat racun yang tinggi 

Klorin, banyak digunakan di rumah potong, disamping itu pula digunakan untuk menjernihkan
air pada peternakan, air minum, sanitasi telur, desinfeksi abattoir (RPH) dan RPA serta kandang
ayam. Kaporit atau hipoklorit sering untuk sanitasi sapi perah dan lebih aktif dalam air hangat.
Efektif melawan bakteri, banyak virus, terutama parvovirus. Bisa dicampur dengan sabun, tetapi
jangan dicampur asam. Aktivitasnya yang kuat menurun dengan adanya materi organik, terutama
amoniak atau senyawa-senyawa amino. Desinfektan ini termasuk golongan halogen keras yang
bisa mematikan bakteri, virus dan jamur dalam waktu relatif singkat. Kelemahan desinfektan ini
adalah mudah menyebabkan perkaratan pada peralatan yang berasal dari bahan metal serta dapat
merusak kulit manusia. Larutan chlorin efektif sebagai bakterisidal yang digunakan dalam kolam
renang. Khlor (Cl2} dalam air membentuk asam hipoklorit (HOCl) dan asam Hidrokhloride
(HCl) dengan reaksi : Cl2 + H2O ↔ HOCl. Asam HOCl selanjutnya berperan sebagai
desinfektan, bereaksi dengan bervariasi senyawa, baik dengan senyawa anorganik maupun
organik atau terurai menjadi menjadi ion H+ dan OCl-, dengan reaksi : HOCl → H+ + OCl-
Derajat ionisasi dipengaruhi oleh pH. Ionisasi terjadi pada pH asam sampai netral, sedangkan
pada pH alkalis, ionisasi akan dihambat. 

Formalin/formaldehid, cocok untuk fumigasi telur yang terdapat di dalam almari yang
dirancang khusus dan harus hati-hati terhadap petugas yang menggunakannya, karena formalin
merupakan senyawa korosif dan bersifat karsinogenik. Keunggulan dari desinfektan ini adalah
mudah menembus bagian-bagian sebelah dalam yang menjadi sasaran sanitasi. Gas dapat
diperoleh dengan jalan mencampur Kalium Permanganat dengan formalin. Supaya efektif, maka
fumigasi dilakukan pada suhu 30o – 60oC dan kelembaban di atas 75%. Fumigasi ini sangat
efektif untuk desinfeksi kandang ayam, dengan syarat kandang dikosongkan, seluruh sela-sela
ditutup tirai plastik cukup rapat, dan didiamkan selama 3 – 5 hari. Kandang akan terbebas dari
bakteri, jamur dan virus yang mungkin bisa menyebabkan wabah penyakit. 

Iodofor, bisa digunakan sebagai antiseptika dan desinfektansia. Iodofor adalah kombinasi iodine
dan agen-agen yang larut di dalamnya. Iodofor akan membebaskan iodin bebas jika dilarutkan
dalam air. Iodofor merupakan desinfektan yang baik, namun tidak efektif bila ada senyawa
organik. Sifat Iodofor kurang toksik dibandingkan desinfektan yang lain. Kekurangannya adalah
meninggalkan bekas warna pada pakaian dan permukaan yang lain. Iodine bebas bersifat toksik
pada kulit, sehingga dalam penggunaannya Iodine dikombinasikan dengan senyawa organik
yang lain dan disebut Iodophor. Contoh Iodophor adalah povidone-iodine (Betadine) yang sering
digunakan sebagai antiseptik di rumah sakit. Iodophor merupakan desinfektan yang termasuk
golongan halogen. Bahan ini merupakan sintetis dari yodium dan zat organis yang memiliki
kemampuan mikrosidal. Desinfektan ini cocok untuk mengatasi semua bakteri gram positif
maupun gram negatif, virus dan jamur. Pada konsentrasi 50 – 75 ppm digunakan sebagai
desinfektan pada inkubator, kandang ayam dan RPA. Pada konsentrasi 12,5 – 25 ppm untuk
sanitasi telur. Pada konsentrasi yang lebih rendah dari 12,5 ppm digunakan untuk antiseptika,
dan dicampurkan dalam air minum ayam. 

Dikenal juga berbagai antiseptika dan desinfektan bersifat asam, antara lain : 

Asam anorganik, HCl dan H2SO4 0,1 N telah dipakai untuk desinfeksi ruangan yang tercemar
tinja. Keduanya korosif, sehingga tidak dianjurkan. Asam borat 2 – 5% digunakan untuk jaringan
kulit. Bersifat tidak merangsang jaringan, namun daya mematikan jasad reniknya tidak besar. 

Asam organik, seperti asam salisilat dan benzoat banyak dipakai sebagai salep. Bersifat germisid
lemah, melunakkan tanduk dan dapat membunuh jamur. 

Beberapa alkali juga bisa digunakan untuk desinfeksi. Contoh-contoh alkali yang bisa berperan
sebagai desinfektan, antara lain : 

Caustic soda/ NaOH (sodium hydroxide), sangat aktif jika dicampur dengan air panas, namun
bersifat merusak cat, plitur dan tekstil. Perlu melindungi diri pada saat penggunaan, dengan
pakaian, sarung tangan, sepatu karet. 

CaO (lime/Quiclime) atau gamping, jika ditambah dengan air maka CaO menjadi Ca(OH)2,
yang bersifat melarutkan kuman. Gamping banyak dipakai untuk lantai maupun halaman.
Apabila berlebihan, akan merusak kuku babi, kambing maupun sapi. Gamping tidak bisa
membunuh spora kuman anthrax dan Clostridium. Ca(OH)2 di dalam air dengan perbandingan
1 : 4, menghasilkan milk of lime, digunakan untuk desinfeksi lantai tercemar tinja dan guna
mencapai hasil yang memuaskan, maka penggunaan minimal 2 jam. Larutan campuran CaO
dengan belerang yang direbus, bisa dipakai sebagai pembunuh parasit. 

Khlorhexidine (Nolvasan-S), merupakan sediaan khlor sintetik, alkalis dan mudah larut dalam
air serta tidak bersifat toksik. Secara luas bersifat virusidal, terutama terhadap penyebab rabies,
efektif melawan bakteri gram positif maupun negatif. Daya kerja tidak dipengaruhi oleh darah,
nanah, percikan air susu dan cairan jaringan. Khlor sintetik dipakai untuk desinfeksi alat-alat
pemerahan dan ambing. Larutan 0,2 – 5%, digunakan untuk teat dipping. Kadang-kadang
khlorhexidine dikombinasi dengan surfaktan, zat warna atau bahan lain, misal : gliserin. Sediaan
khlor yang juga banyak dipakai, antara lain : sodium dan kalsium hipoklorit, kaporit, khloramin-
T dan iodine monokhloride.

Bab 1: Limbah
Kaji Ulang (halaman 3)

1. Limbah adalah sisa/buangan dari suatu usaha dan/atau kegiatan manusia.

2. Baku mutu lingkungan adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen
yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu
sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup.

3. Limbah yang ada di lingkungan harus berada di bawah batas baku mutu lingkungan agar tidak
menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan.

Kaji Ulang (halaman 16)

1. Limbah organik secara kimiawi berarti segala limbah yang mengandung unsur karbon, sedangkan
secara teknis berarti limbah yang berasal dari makhluk hidup dan sifatnya mudah busuk. Limbah
anorganik secara kimiawi berarti segala limbah yang tidak mengandung unsur karbon, sedangkan
secara teknis berarti limbah yang tidak dapat atau sulit terurai secara alami (sulit membusuk).

2. Limbah cair dapat dibagi menjadi:

 Limbah cair domestik

 Limbah cair industri

 Rembesan dan luapan

 Air hujan

3. Contoh limbah padat organik yang berasal dari limbah domestik:

 Sisa makanan

 Sampah sayuran dan kulit buah-buahan

 Bangkai binatang

 Daun-daun kering

4. Contoh limbah yang dapat didaur ulang:

 Kertas

 Plastik

 Kaleng alumunium

 Karet

5. Limbah B3 adalah sisa suatu kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun, yang
karena sifat dan/atau konsentrasinya, baik secara langsung maupun tak langsung merusak
lingkungan hidup, kesehatan, maupun manusia.
Latihan Akhir Bab (halaman 17)

A.

1. b 2. a 3. d 4. a 5. c

6. d 7. e 8. c 9. d 10. e

11. e 12. a 13. d 14. e 15. e

B.

1. Limbah adalah sisa/buangan dari suatu usaha dan/atau kegiatan manusia.

2. Limbah organik mengandung unsur karbon dan umumnya mudah busuk sedangkan limbah
anorganik tidak mengandung unsur karbon dan/atau sulit busuk.

3. Berdasarkan sumbernya, secara umum limbah dapat dibagi menjadi:

 Limbah domestik, yaitu limbah hasil kegiatan rumah tangga dan usaha.

 Limbah industri, yaitu limbah buangan proses industri.

 Limbah pertanian, yaitu limbah dari daerah pertanian atau perkebunan.

 Limbah pertambangan, yaitu limbah dari kegiatan pertambangan.

4. Limbah padat dapat dibagi menjadi:

 Sampah organik mudah busuk, yaitu yaitu limbah padat organik semi basah yang mudah
membusuk secara alami.

 Sampah anorganik dan organik tak membusuk, yaitu limbah padat anorganik atau organik cukup
kering yang sulit membusuk secara alami.

 Sampah abu, yaitu limbah padat berupa abu atau debu.

 Sampah bangkai binatang

 Sampah sapuan, yaitu limbah padat hasil sapuan jalanan

 Sampah industri

5.a.Macam-macam limbah gas di antaranya adalah karbon monoksida, karbon dioksida, nitrogen
oksida, sulfur oksida, metan, amonia, dan nitrogen sulfida.

b.Sifat gas-gas tersebut adalah:

 karbon monoksida dan karbon dioksida à tidak berwarna, tidak berbau


 nitrogen oksida à berwarna, berbau

 sulfur oksida dan amonia à tidak berwarna, berbau

 metan dan nitrogen sulifda à berbau

6. Limbah cair dapat dibagi menjadi:

 Limbah cair domestik, yaitu limbah cair hasil buangan rumah tangga, perdagangan, perkantoran, dan
sarana sejenis.

 Limbah cair industri, yaitu limbah cair hasil buangan industri.

 Rembesan dan luapan, yaitu limbah cair yang berasal dari berbagai sumber yang memasuki saluran
pembuangan limbah cair melalui rembesan ke dalam tanah atau melalui luapan dari permukaan.

 Air hujan, yaitu limbah cair yang berasal dari aliran air hujan di atas permukaan tanah.

7. Limbah B3 adalah sisa suatu kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun, yang
karena sifat dan/atau konsentrasinya, baik secara langsung maupun tak langsung merusak
lingkungan hidup, kesehatan, maupun manusia. Yang termasuk limbah B3 adalah senyawa:

 Mudah meledak

 Pengoksidasi

 Amat sangat mudah terbakar, sangat mudah terbakar, mudah terbakar

 Amat sangat beracun, sangat beracun, beracun

 Berbahaya bagi lingkungan

 Karsinogenik

 Teratogenik

 Mutagenik

8. Contoh limbah yang bersifat reaktif adalah amonia, sianida, sulfida, dan senyawa peroksida.

9. Limbah beracun adalah limbah yang mengandung pencemar bersifat racun bagi manusia atau
lingkungan yang dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk ke dalam tubuh
melalui pernapasan, kulit, atau, mulut. Contoh limbah beracun adalah yang mengandung merkuri,
pestisida, dan racun tikus.

10. --------Jawaban bervariasi (sesuai jawaban siswa)----------

Bab 2: Polusi

Kaji Ulang (halaman 21)


1. Polusi adalah masuknya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan
oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
lingkungan tidak dapat berfungsi sesuai peruntukannya.

2. Suatu zat dapat menjadi polutan apabila keberadaannya di lingkungan melebihi baku mutunya, di
tempat yang tidak semestinya, atau di saat yang tidak tepat.

3. Polusi di lingkungan terus meningkat akibat populasi manusia terus meningkat dan teknologi serta
perekonomian semakin pesat sehingga limbah yang dihasilkan manusia juga bertambah banyak dan
akhirnya menjadi polutan di lingkungan.

Kaji Ulang (halaman 33)

1. Polutan primer adalah polutan udara yang timbul langsung dari sumber polusi udara.

2. Contoh polutan udara yang berasal dari kendaraan bermotor adalah:

 Timbal

 Mangan

 karbon monoksida

 karbon dioksida

 senyawa hidrokarbon

3. Contoh polutan air yang berasal dari limbah rumah tangga adalah:

 Agen-agen penyebab penyakit

 Limbah yang memerlukan oksigen

 Deterjen

 Plastik

 Nutrien tumbuhan

4. Pestisida adalah senyawa yang digunakan untuk membunuh makhluk hidup yang dianggap
mengganggu oleh manusia.

5. Sumber utama polusi tanah adalah dari kegiatan pertanian. Selain itu, polusi tanah dapat juga
berasal dari rumah tangga dan industri.

Kaji Ulang (halaman 35)

1. Polutan yang dapat dihasilkan oleh lingkungan pertanian di antaranya adalah:

 Nitrogen
 Fosfor

 Pestisida

 Amonia

 Partikel tanah

2. Polutan udara yang dapat dihasilkan oleh lingkungan industri di antaranya adalah:

 Sulfur oksida

 Nitrogen oksida

 Karbon dioksida

 Tetrakloroetilen

3. --------Jawaban bervariasi (sesuai jawaban siswa)----------

Kaji Ulang (halaman 42)

1. Indikator polusi adalah faktor-faktor di lingkungan yang dapat diukur untuk menunjukkan adanya
degradasi atau kerusakan pada lingkungan yang tercemar.

2. Indikator kimia yang dapat mengindikasikan adanya polusi udara di antaranya adalah:

 Senyawa karbon monoksida

 Senyawa sulfur dioksida

 Senyawa nitrogen oksida

 Materi partikulat

3. Indikator fisik bagi polusi air di antaranya adalah kekeruhan, bau, warna, dan suhu air.

4. DO adalah jumlah oksigen terlarut dalam air. BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh
makhluk hidup dalam air.

5. Cacing tanah dapat menjadi indikator biologi bagi polusi tanah karena caicing tanah memiliki
habitat asli di tanah dan keberadaannya sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah (suhu, kelembapan,
pH, dll). Polusi tanah akan mempengaruhi kondisi tanah sehingga juga akan mempengaruhi populasi
cacing tanah.

Latihan Akhir Bab (halaman 44)

A.

1. c 2. e 3. a 4. a 5. b
6. c 7. b 8. a 9. c 10. d

11. b 12. a 13. c 14. c 15. d

16. d 17. d 18. e 19. a 20. a

B.

1. Polusi adalah masuknya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan
oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
lingkungan tidak dapat berfungsi sesuai peruntukannya.

2. --------Jawaban bervariasi (sesuai jawaban siswa)----------

3. Knalpot kendaraan bermotor dan cerobong pabrik mempunyai andil besar dalam pencemaran udara
karena keduanya menghasilkan polutan-polutan udara dalam jumlah besar, di antaranya karbon
monoksida, karbon dioksida, dan nitrogen oksida.

4. Polutan yang dihasilkan lingkungan industri yang dapat menyebabkan polusi air di antaranya adalah:

 limbah yang memerlukan oksigen

 plastik

 senyawa asam

 merkuri

 nutrien tumbuhan

5. Sumber langsung polusi air berarti sumber polusi yang membuang polutan di lokasi spesifik
melalui saluran pembuangan langsung menuju badan atau permukaan air. Sumber tidak langsung
polusi air berarti sumber polusi yang asalnya dari berbagai area dan memasuki badan air tidak di
lokasi spesifik atau melalui saluran langsung, melainkan terbawa oleh aliran air atau udara.

6. Lingkungan kerja yang dapat menjadi sumber polutan air berupa bahan kimia organik di antaranya
adalah:

 lingkungan pertanian

 lingkungan perkebunan

 kilang minyak

 industri kertas

7. Polusi tanah adalah berbagai perubahan fisik dan kimia pada tanah yang memberi dampak
negatif bagi kehidupan tumbuhan dan makhluk hidup lain yang hidup di tanah.
8. Sumber utama polusi tanah adalah kegiatan pertanian dan perkebunan, yaitu dari pupuk, pestisida,
dan kegiatan irigasi. Selain itu, kegiatan industri dan rumah tangga juga dapat menyebabkan polusi
tanah, yaitu dengan menghasilkan sampah padat.

9. Polusi tanah, polusi air, dan polusi udara saling berhubungan satu sama lain karena adanya siklus
atau perputaran materi. Artinya, polutan di tanah dapat mencemari air dan udara, begitu juga
sebaliknya, karena polutan tersebut terbawa aliran materi, dari tanah ke perairan, menguap ke udara,
terpresipitasi dan turun kembali ke tanah (daratan) dan/atau perairan, dan seterusnya berulang.

10.a.Indikator polusi udara di antaranya adalah:

 indikator fisik à warna, bau

 indikator kimia à kadar senyawa-senyawa polutan

 indikator biologi à lumut kerak

b.Indikator polusi tanah di antaranya adalah:

 indikator fisik à warna, kepadatan, porositas, tekstur

 indikator kimia à pH, salinitas, kandungan nitrogen dan fosfor

 indikator biologi à cacing tanah

Bab 3: Dampak Polusi terhadap Kesehatan Manusia dan Lingkungannya

Kaji Ulang (halaman 58)

1. Asbut industri adalah asbut yang berasal dari senyawa polutan yang dihasilkan oleh industri atau
kegiatan pembakaran, yaitu terutama sulfur oksida. Asbut fotokimia adalah asbut yang berasal dari
senyawa polutan yang dapat mengalami reaksi fotokimia di atmosfer, yaitu terutama nitrogen oksida
dan senyawa hidrokarbon.

2. Gas karbon monoksida (CO) yang terhirup dapat menyebabkan gejala pusing, sakit kepala, rasa
mual, kerusakan otak, dan kematian. Hal ini disebabkan gas CO dapat bereaksi dan berikatan
dengan hemoglobin pada sel darah merah sehingga mengganggu suplai oksigen yang sangat
diperlukan tubuh.

3. Hujan asam adalah hujan yang memiliki pH rendah (asam-dibawah 5,6) akibat senyawa-senyawa
polutan yang terlarut dengan air hujan.

4. Dampak pemanasan global di antaranya adalah:

 Meningkatkan permukaan air laut sehingga dapat menimbulkan banjir atau menenggelamkan pulau-
pulau

 Meningkatkan penyebaran penyakit menular

 Menimbulkan perubahan pola iklim sehingga dapat terjadi kekeringan, angin besar, atau banjir besar di
beberapa wilayah
5. Contoh polutan yang dapat menyebabkan penipisan ozon adalah:

 Klorofluorokarbon (CFC)

 Metil bromida

 Metil kloroform

 Karbon tetraklorida

Kaji Ulang (halaman 68)

1. Polusi air dapat menyebabkan air tidak dapat digunakan lagi untuk aktivitas rumah tangga,
seperti untuk memasak, mencuci, mandi, dan minum.

2. Mikroorganisme patogen yang dapat tersebar melalui air di antaranya adalah:

Jenis Mikroorganisme Penyakit


Virus hepatitis A Hepatitis A

Virus polio Polio

Escherichia coli (strain patogen) Diare

Vibrio cholerae Kolera

Shigella dysentriae Disentri

Salmonella typhi Tifus

Balantidium coli Balantidiasis

Entamoeba histolytica Disentri amuba

Giardia lamblia Giardiasis

Ascaris lumbricoides Ascariasis

Taenia saginata Taeniasis

Schistosoma sp. schistosomiasis

3. Keracunan timbul dapat menyebabkan:

 Keguguran, kelahiran prematur, atau kematian janin pada wanita hamil

 Cacat mental dan gangguan fisik pada anak-anak

 Meningkatkan resiko hipertensi pada orang dewasa


4. Eutrofikasi adalah peristiwa meningkatnya jumlah nutrien dalam perairan sehingga menjadi
berlebih dan dapat menimbulkan ledakan populasi alga (algae blooming).

5. Polusi air oleh limbah yang mudah busuk akan menyebabkan populasi mikroorganisme
pembusuk dalam perairan akan meningkat. Akibatnya, kebutuhan oksigen perairan (BOD) meningkat
sehingga DO menurun.

Kaji Ulang (halaman 70)

1. Limbah padat anorganik dapat menyebabkan polusi tanah karena limbah ini sulit terurai sehingga
akan menumpuk untuk waktu lama, menyebabkan tanah tidak dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan
lain. Selain itu, jika limbah tersebut mengandung senyawa beracun maka senyawa tersebut dapat
meracuni biota tanah dan makhluk hidup lain.

2. Salinisasi adalah peningkatan kadar garam pada tanah.

3. Polusi tanah dapat menyebabkan tanah tidak dapat dimanfaatkan oleh manusia sesuai
peruntukkannya, seperti untuk pertanian dan lahan pemukiman, serta juga dapat menimbulkan
gangghguan kesehatan atau penyebaran penyakit.

Latihan Akhir Bab`(halaman 73)

A.

1. a 2. c 3. b 4. d 5. c

6. d 7. c 8. a 9. d 10. c

11. d 12. c 13. a 14. d 15. c

16. d 17. c 18. b 19. c 20. c

Ralat: Soal nomor 13 seharusnya logam Co (kobalt), bukan CO (karbon monoksida)

B.

1. Dampak hujan asam di antaranya adalah sebagai berikut:

 Menurunkan pH perairan sehingga membahayakan biota air

 Merusak tanaman

 Melarutkan logam-logam berat yang dapat mencemari air dan tanah

 Korosif bagi bangunan dan bahan-bahan logam

 Menyebabkan gangguan kesehatan

2. Pemanasan global terjadi akibat gas-gas rumah kaca memerangkap panas matahari yang
seharusnya terpantul ke luar atmosfer sehingga permukaan bumi semakin panas. Hal ini dapat
terjadi saat ini karena gas-gas rumah kaca semakin banyak jumlahnya di atmosfer karena terus
dihasilkan manusia dalam jumlah besar melalui kegiatan pembakaran bahan bakar fosil.

3. Materi partikulat dapat menyebabkan berbagai gangguan pernapasan, seperti radang paru-
paru dan tumor paru-paru, serta menyerang saraf, pencernaan, jantung, atau organ lainnya.

4. Penipisan ozon di lapisan stratosfer menyebabkan berkurangnya pelindung terhadap sinar


UV yang dipancarkan matahari. Sinar UV dapat menyebabkan kanker pada manusia, penyakit
pada tumbuhan, dan berbagai mutasi yang dapat membahayakan makhluk hidup.

5. --------Jawaban bervariasi (sesuai jawaban siswa)----------

6. Contoh penyakit menular yang dapat tersebar melalui air adalah:

 Hepatitis A à disebabkan oleh virus hepatitis A; gejala berupa demam, sakit kepala,
sakit perut, kehilangan selera makan, pembengkakan hati

 Kolera à disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae; gejala berupa diare yang sangat
parah, muntah-muntah, kejang dan lemas

 Disentri amuba à disebabkan oleh protozoa Entamoeba histolytica, gejala berupa diare,
sakit perut, infeksi usus besar, tinja mengandung lendir dan darah

7. DDT dianggap sebagai senyawa berbahaya karena sifatnya persisten di alam dan
terakumulasi dalam tubuh, kemudian dapat menyebabkan kerusakan pada berbagai organ tubuh
dan kanker.

8. Eutrofikasi dapat menurunkan kadar oksigen terlarut di perauran karena peristiwa ini dapat
menyebabkan ledakan populasi algae (algae blooming). Populasi algae yang sangat banyak
tersebut kemudian ketika mati akan dibusukkan oleh bakteri pembusuk. Akibatnya, populasi
bakteri yang membutuhkan oksigen meningkat sehingga kadar oksigen terlarut turun.

9. Pada wanita hamil, keracunan timbal dapat menyebabkan keguguran, kelahiran prematur,
atau kematian janin. Pada anak-anak, keracunan timbal dapat menyebabkan kecacatan mental
dan gangguan fisik. Pada orang dewasa dapat meningkatkan resiko terserang hipertensi (tekanan
darah tinggi).

10. Dampak polusi tanah pada kegiatan pertanian di antaranya adalah penurunan hasil panen
karena tanaman mati akibat polutan tanah yang bersifat racun bagi tumbuhan atau yang sifatnya
mengurangi kesuburan tanah.

Bab 4: Penanganan Limbah

Kaji Ulang (halaman 84)

1. Proses pengolahan primer limbah cair meliputi tahap penyaringan, pemisahan partikel dengan
grit chamber, dan pengendapan. Endapan dan partikel hasil penyaringan atau pemisahan akan
dipisahkan dari air limbah untuk diolah lebih lanjut, sementara air limbah yang telah melewati tahap
pengolahan primer dapat dibuang ke lingkungan atau disalurkan untuk tahap pengolahan lebih lanjut.

2. Metode pengolahan sekunder limbah cair di antaranya adalah:

 Metode trickling filter

 Metode activated sludge

 Metode treatment ponds/lagoons

3. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses desinfeksi adalah:

 Daya racun zat

 Waktu kontak yang diperlukan

 Efektivitas zat

 Kadar dosis yang digunakan

 Tidak bersifat toksik bagi makhluk hidup lain

 Tahan terhadap air

 Biaya relatif murah

Kaji Ulang (halaman 94)

1. Penimbunan sampah dapat dilakukan dengan cara penimbunan terbuka (open dumping) atau
dengan sanitary landfill.

2. Sanitary landfill tidak dapat mengatasi masalah limbah padat secara tuntas karena pada metode
tersebut limbah hanya ditumpuk tanpa berkurang jumlahnya. Lama-kelamaan lahan penimbunan
akan habis dan tidak ada tempat lagi untuk membuang limbah padat.

3. Insinerasi adalah proses pembakaran sampah/limbah padat menggunakan alat insinerator.

4. Kompos dapat memperbaiki struktur tanah dan menyediakan zat makanan yang diperlukan
tumbuhan. Mikroba yang terkandung dalam kompos juga dapat membantu penyerapan zat makanan
oleh tumbuhan.

5. Contoh bahan yang dapat didaur ulang adalah:

 Kertas

 Kaca

 Plastik
 Karet

 Logam (besi, baja, alumunium, dll)

Kaji Ulang (halaman 98)

1. Desulfurisasi adalah proses menghilangkan gas sulfur oksida dari udara.

2. Alat pengendap siklon memanfaatkan gaya sentrifugal sedangkan pengendap sistem gravitasi
hanya mengandalkan gaya gravitasi. Ukuran partikel yang mampu diendapkan oleh pengendap
siklon lebih kecil dari pengendap sistem gravitasi.

3. Alat pengendap elektrostatik menggunakan elektroda yang akan mengionisasi materi partikulat
sehingga tertarik ke bawah sementara udara bersih dihembuskan ke luar alat pengendap.

Kaji Ulang (halaman 101)

1. Bioremediasi menggunakan bakteri/mikroorganisme untuk mendegradasi/mengurai limbah B3,


sedangkan fitoremediasi menggunakan tumbuhan untuk menyerap dan mengakumulasi limbah B3.

2. Metode pembuangan limbah B3 di antaranya adalah:

 Sumur dalam/sumur injeksi (deep well injection)

 Kolam penyimpanan (surface impoundments)

 Secure landfill untuk limbah B3

3. Kelemahan metode secure landfill di antaranya adalah:

 Biaya operasi tinggi

 Mungkin mengalami kebocoran

 Bukan solusi jangka panjang karena limbah terus menumpuk

Latihan Akhir Bab (halaman 104)

A.

1. c 2. a 3. d 4. c 5. e

6. c 7. e 8. b 9. d 10. e

11. b 12. d 13. d 14. a 15. b

16. a 17. c 18. a 19. e 20. b

B.
1. Pada tahap pengolahan primer, limbah mengalami pengolahan secara fisika, yaitu dengan
penyaringan (screening), kemudian pemisahan partikel menggunakan grit chamber, dan
pengendapan. Selanjutnya air limbah mengalami pengolahan sekunder yang terutama berupa
pengolahan secara biologi. Pengolahan secara biologi berarti menggunakan mikroorganisme untuk
mendegradasi kandungan senyawa organik dalam limbah cair. Terdapat tiga metode pengolahan
sekunder yang dapat digunakan, yaitu metode trickling filter, activated sludge, dan treatment
ponds/lagoons.

2. Endapan lumpur hasil pengolahan limbah cair tidak dapat langsung dibuang ke lingkungan sebab
endapan tersebut mengandung berbagai senyawa polutan yang telah terkonsentrasi hasil pemisahan
dari limbah cair. Oleh karena itu endapan tersebut perlu diolah terlebih dahulu agar kandungannya
tidak berbahaya bagi lingkungan.

3. Limbah padat yang berbahan plastik, logam, dan kaca dapat diolah dengan cara didaur ulang
menjadi produk baru yang dapat dimanfaatkan kembali.

4. Pada metode penimbunan terbuka, sampah langsung ditimbun dalam lubang yang dibuat pada suatu
lahan di tempat pembuangan akhir, sementara pada metode sanitary landfill, sampah ditimbun pada
lubang yang telah dialasi suatu lapisan lempung dan plastik untuk mencegah rembesan limbah ke
tanah.

5. Kelemahan proses insinerasi di antaranya adalah:

 Tidak dapat digunakan untuk semua jenis limbah padat

 Biaya operasi tinggi

 Menghasilkan asap dan abu buangan yang dapat menjadi pencemar juga

6. Alat pada gambar adalah alat pengendap siklon yang digunakan untuk mengendapkan materi
partikulat yang terkandung dalam udara buangan. Alat ini memanfaatkan gaya sentrifugal dari udara
yang dihembuskan ke dalam alat sehingga materi partikulat yang ukuran partikelnya relatif besar
akan jatuh ke bawah sementara udara bersih terhembus ke luar alat.

7. Cara mengontrol pembuangan limbah gas ke udara di antaranya adalah:

 Desulfurisasi

 Menurunkan suhu pembakaran

 Menggunakan alat pengubah katalitik untuk menyempurnakan pembakaran

8. Kompos merupakan salah satu cara efektif untuk menanganani limbah padat organik, sebab
metode ini relatif murah dan sederhana sehingga dapat dilakukan oleh banyak orang, serta dapat
pula menghasilkan suatu produk yang memiliki nilai ekonomi.

9. Pengolahan limbah B3 secara biologi dapat dengan menggunakan metode bioremediasi atau
fitoremediasi. Keduanya menggunakan makhluk hidup untuk menghilangkan limbah B3 dari
lingkungan yang tercemar. Kelebihan metode ini adalah biaya relatif murah, sementara
kelemahannya adalah waktu yang relatif lama dan dikhawatirkan dapat membahayakan rantai
makanan dalam ekosistem.
10. Beberapa cara pembuangan limbah B3:

 Metode sumur dalam/sumur injeksi (deep well injection) à limbah B3 dipompakan ke lapisan batuan
dalam.

 Metode kolam penyimpanan (surface impoundments) à limbah B3 ditampung dalam kolam-kolam yang
diberi lapisan pelindung untuk mencegah rembesan limbah.

 Metode secure landfill à limbah B3 ditimbun dalam landfill dengan tingkat keamanan tinggi (lapisan
ganda dan alat monitor)

Latihan Ulangan Umum (halaman 107)

A.

1. d 2. e 3. b 4. d 5. a

6. c 7. b 8. d 9. a 10. c

11. c 12. c 13. b 14. d 15. a

16. e 17. b 18. e 19. e 20. c

21. a 22. e 23. c 24. c 25. d

26. e 27. e 28. b 29. a 30. b

B.

1. Agar pengolahan limbah organik dan anorganik dapat berlangsung efektif dan efisien, limbah
organik dan anorganik perlu dipisahkan dengan baik karena metode pengolahan kedua jenis
limbah tersebut berbeda. Jika pemisahan tersebut telah dilakukan sejak proses pembuangan,
maka pengolahan akan lebih mudah.

2. Limbah cair rembesan dan luapan adalah limbah cair yang berasal dari berbagai sumber yang
memasuki saluran pembuangan limbah cair melalui rembesan ke dalam tanah atau melalui
luapan dari permukaan. Contoh limbah cair ini adalah:

 air buangan dari talang atap

 air buangan AC

 aliran air dari tempat parkir dan bangunan perdagangan

3. Karakteristik limbah reaktif adalah:

 Pada keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkan perubahan


 Dapat bereaksi hebat dengan air

 Apabila bercampur dengan air berpotensi menimbulkan ledakan, gas, uap, atau asap
beracun dalam jumlah membahayakan

 Apabila pada pH rendah atau tinggi berpotensi menimbulkan ledakan, gas, uap, atau
asap beracun dalam jumlah membahayakan

 Dapat mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan tekanan standar

 Menyebabkan kebakaran karena melepas atau menerima oksigen, atau tidak stabil pada
suhu tinggi

4. Limbah yang menyebabkan infeksi tergolong limbah B3 karena limbah tersebut


membahayakan kesehatan manusia sebab mengandung berbagai agen penyebab penyakit
menular. Sumber utama limbah tersebut adalah rumah sakit dan tempat-tempat pelayanan
kesehatan lain.

5. Polutan adalah senyawa atau suatu zat yang mencemari lingkungan sehingga menurunkan
kualitas lingkungan, sementara limbah adalah senyawa atau zat buangan kegiatan manusia yang
belum tentu mencemari lingkungan. Limbah akan menjadi polutan apabila jumlahnya melebihi
batas normal, berada di tempat yang tidak sesuai, atau di waktu yang tidak tepat.

6. Contoh polutan di air beserta sumbernya adalah:

Jenis polutan Sumber utama


Agen penyebab penyakit Limbah rumah tabngga, kotoran hewan

Limbah yang memerlukan oksigen Kotoran hewan, limbah industri, limbah


rumah tangga
Minyak
Buangan mesin dan kendaraan bermotor,
Pestisida tumpahan tangki dan kebocoran pipa atau
sumur minyak
Plastik
Lahan pertanian dan perkebunan
Deterjen
Limbah rumah tangga dan industri
Timbal
Limbah rumah tangga dan industri
Merkuri
Bahan bakar mengandung timbal, beberapa
Senyawa asam pestisida, tempat peleburan timbal

Limbah industri
Pertambangan dan limbah industri

7. Pestisida adalah senyawa yang digunakan untuk membunuh makhluk hidup yang dianggap
mengganggu oleh manusia, Macam pestisida adalah:

 Insektisida à organisme target adalah serangga

 Herbisida à organisme target adalah tumbuhan pengganggu

 Fungisida à organisme target adalah jamur

Apabila digunakan berlebihan, pestisida dapat bersifat racun bagi tumbuhan dan biota tanah
lain, dapat mencemari air, dan dapat terakumulasi dan persisten dalam tubuh makhluk hidup dan
menimbulkan kerusakan organ atau gangguan kesehatan.

8. Contoh Indikator biologi:

 Polusi udara à lumut kerak

 Polusi air à diatom, zooplankton, bakteri koliform

 Polusi tanah à cacing tanah

9. beberapa gas berbahaya yang dapat mencemari udara adalah:

 Karbon monoksida à menimbulkan kerusakan saraf dan kematian

 Sulfur oksida dan nitrogen oksida à menimbulkan gangguan pernapasan seperti


bronkitis, emfisema, dan asma

 Asap rokok à Dapat menimbulkan kanker

10. Algae blooming terjadi akibat peristiwa eutrofikasi, yaitu adanya nutrisi yang berlebihan dalam
perairan sehingga algae tumbuh subur dan populasinya meningkat drastis. Algae blooming ini dapat
menyebabkan gangguan penetrasi cahaya ke dalam perairan sehingga mengganggu kehidupan biota
air lain, dapat mengeluarkan racun yang membahayakan biota air lain, dan dapat menurunkan DO
perairan akibat dibusukkan oleh bakteri pembusuk.

11. Tempat pembuangan sampah dapat menyebabkan dampak negatif berikut:

 lahan tidak dapat digunakan untuk keperluan lain

 menimbulkan bau tak sedap

 menganggu estetika
 menjadi sumber penyakit

12.a.Mekanisme desinfeksi limbah cair adalah dengan menggunakan senyawa atau zat tertentu yang
dapat membunuh mikroorganisme (secara kimia), atau dengan perlakukan fisik.

b.Contoh mekanisme desinfeksi adalah:

 klorinasi

 penyinaran dengan sinar UV

 ozonisasi

13. Kompos dibuat dengan menggunakan mikroorganisme atau makhluk hidup lain yang dapat
mengurai bahan-bahan organik sehingga menjadi pupuk yang bermanfaat bagi tumbuhan. Contoh
makhluk hidup yang dapat digunakan adalah:

 bakteri

 khamir

 cacing tanah

14. Bahan yang dapat didaur ulang:

 plastik à pot tanaman, hanger, mainan anak-anak

 karet à campuran bahan pembuatan jalan

 kaca à wadah kaca, hiasan, bahan pembuat jalan

 kaleng alumunium à menjadi kaleng baru kembali

 kertas à menjadi kertas baru kembali

15. Kelemahan sistem pengolahan limbah B3 secara biologi di antaranya adalah:

 waktu yang diperlukan relatif lama

 dapat membawa senyawa beracun ke dalam rantai makanan di ekosistem sehingga membahayakan
makhluk hidup lain

BAB IV
PENANGANAN LIMBAH

Tujuan Pembelajaran:
        Memahami cara penanganan limbah cair
        Memahami cara penanganan limbah padat
        Mampu membuat kompos secara sederhana
        Mampu mendaur ulang kertas secara sederhana
        Memahami cara penanganan limbah gas

A. Penanganan Limbah Cair


IPAL merupakan sebutan bagi fasilitas pengolahan limbah cair/ air limbah
yang dibuang masyarakat ataupun industri. Di IPAL, limbah cair diolah melalui
berbagai proses untuk menghilangkan atau mengurangi bahan-bahan pencemar
(polutan) yang terkandung dalam limbah sehingga tidak melebihi baku mutu.
Setelah melalui proses pengolahan, air limbah diharapkan dapat dibuang ke
lingkungan dengan aman.
Metode dan tahapan proses pengolahan limbah cair yang dikembangkan
sangat beragam. Limbah cair dengan kandungan polutan yang berbeda
kemungkinan akan membutuhkan proses pengolahan yang berbeda pula.

1. Pengolahan Primer (Primary Treatment)


Tahap pengolahan primer limbah cair sebagian besar adalah berupa proses
pengolahan secara fisika. Pertama, limbah yang mengalir melalui saluran
pembuangan disaring menggunakan jeruji saring (bar screen). Metode ini di sebut
penyaringan (screening). Metode penyaringan merupakan cara yang efisien dan
murah untuk menyisihkan bahan-bahan padat berukuran besar dari air limbah.
Kedua, limbah yang telah disaring kemudian disalurkan kesuatu tangki atau bak
yang berfungsi untuk memisahkan pasir dan partikel padat tersuspensi lain yang
berukuran relative besar. Tangki ini dalam bahasa Inggris disebut grit chamber
dan cara kerjanya adalah memperlambat aliran limbah sehingga partikel-partikel
pasir jatuh kedasar tangki sementara air limbah terus dialirkan untuk proses
selanjutnya. Kedua proses yang dijelaskan diatas sering disebut juga sebagai tahap
pengolahan awal (pretreatment)
Setelah melalui tahap pengolahan awal, limbah cair akan dialirkan ke tangki
atau bak pengendapan. Metode pengendapan adalah metode pengolahan utama dan
yang paling banyak digunakan pada proses pengolahan primer limbah cair.
Ditangki pengendapan, limbah cair didiamkan agar partikel-partikel padat yang
tersuspensi dalam air limbah dapat mengendap ke dasar tangki. Endapan partikel
tersebut akan membentuk Lumpur yang kemudian akan dipisahkan dari air limbah
ke saluran lain untuk diolah lebih lanjut.
Selain metode pengendapan, dikenal juga metode pengapungan (flotation).
Metode ini efektif digunakan untuk menyingkirkan polutan berupa minyak atau
lemak. Proses pengapungan dilakukan dengan menggunakan alat yang dapat
menghasilkan gelembung-gelembung udara berukuran kecil (± 30 – 120 mikron).
Gelembung udara tersebut akan membawa partikel-partikel minyak dan lemak ke
permukaan air limbah sehingga kemudian dapat disingkirkan.
Bila limbah cair hanya mengandung polutan yang telah dapat disingkirkan
melalui proses pengolahan primer, maka limbah cair yang telah mengalami
pengolahan promer tersebut dapat langsung dibuang ke lingkungan (perairan).
Namun, bila limbah tersebut juga mengandung polutan lain yang sulit dihilangkan
melalui proses diatas, misalnya agen penyebab penyakit atau senyawa organic dan
anorganik terlarut, maka limbah tersebut perlu disalurkan ke proses pengolahan
selanjutnya.

2. Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)


Tahap pengolahan sekunder merupakan proses pengolahan secara biologis,
yaitu dengan melibatkan mikroorganisme yang dapat mengurai/mendegradasi
bahan organic. Mikroorganisme yang digunakan umumnya adalah bakteri aerob.
Terdapat tiga metode pengolahan secara biologis yang umum digunakan, yaitu
metode penyaringan dengan tetesan (trickling filter), metode Lumpur aktif
(activated sludge), dan metode kolam perlakuan (treatment ponds/lagoons)

a. Metode trickling filter


Pada metode ini, bakteri aerob yang digunakan untuk mendegradasi bahan
organic melekat dan tumbuh pada suatu media lapisan kasar, biasanya berupa
serpihan batu atau palstik, dengan ketebalan ± 1 – 3 m. limbah cair kemudian
disemprotkan kepermukaan media dan dibiarkan merembes melewati media
tersebut. Selama proses perembesan, bahan organic yang terkandung dalam limbah
akan didegradasi oleh bakteri aerob. Setelah merembes sampai ke dasar lapisan
media, limbah akan menetes ke suatu wadah penampung dan kemudian disalurkan
ke tangki pengendapan. Dalam tangki pengendapan, limbah kembali mengalami
proses pengendapan untuk memisahkan partikel padat tersuspensi dan
mikroorganisme dari air limbah.

b. Metode activated sludge


Pada metode activated sludge atau Lumpur aktif, limbah cair disalurkan ke
sebuah tangki dan didalamnya limbah dicampur dengan Lumpur yang kaya akan
bakteri aerob. Proses degradasi berlangsung di dalam tangki tersebut selama
beberapa jam, dibantu dengan pemberian gelembung udara untuk aerasi
(pemberian oksigen). Aerasi dapat mempercepat kerja bakteri dalam mendegradasi
limbah. Selanjutnya, limbah disalurkan ke tangki pengendapan untuk mengalami
proses pengendapan, sementara Lumpur yang mengandung bakteri disalurkan
kembali ke tangki aerasi. Seperti pada metode trickling filter, limbah yang telah
melalui proses ini dapat dibuang ke lingkungan atau diproses lebih lanjut jika
masih diperlukan.

c. Metode Treatment ponda/lagoons


Metode treatment ponds/lagoons atau kolam perlakuan merupakan metode
yang murah namun prosesnya berlangsung relative lambat. Pada metode ini,
limbah cair ditempatkan dalam kolam-kolam terbuka. Algae yang tumbuh
dipermukaan kolam akan berfotosintesis menghasilkan oksigen. Oksigen tersebut
kemudian digunakan oleh bakteri aerob untuk proses penguraian/degradasi bahan
organic dalam limbah. Pada metode ini, terkadang kolam juga diaerasi. Selama
proses degradasi di kolam, limbah juga akan mengalami proses pengendapan.
Setelah limbah terdegradasi dan terbentuk endapan didasar kolam, air limbah dapat
disalurkan untuk dibuang ke lingkungan atau diolah lebih lanjut.

3. Pengolahan Tersier (Tertiary treatment)


Pengolahan tersier dilakukan jika setelah pengolahan primer dan sekunder
masih terdapat zat tertentu dalam limbah cair yang dapat berbahaya bagi
lingkungan atau masyarakat. Pengolahan tersier bersifat khusus, artinya
pengolahan ini disesuaikan dengan kandungan zat yang tersisa dalam limbah
cair/air limbah. Umumnya zat yang tidak dapat dihilangkan sepenuhnya melalui
proses pengolahan primer maupun sekunder adalah zat-zat anorganik terlarut,
seperti nitrat, fosfat dan garam-garaman.
Pengolahan tersier sering disebut juga pengolahan lanjutan (advanced
treatment). Pengolahan ini meliputi berbagai rangkaian proses kimia dan fisika.
Contoh metode pengolahan tersier yang dapat digunakan adalah metode saringan
pasir (sand filter). Metode pengolahan tersier jarang diaplikasikan pada fasilitas
pengolahan limbah. Hal ini disebabkan biaya yang diperlukan untuk melakukan
proses pengolahan tersier cendrung tinggi sehingga tidak ekonomis.

4. Desinfeksi (Desinfection)
Desinfeksi atau pembunuhan kuman bertujuan untuk membunuh atau
mengurangi mikroorganisme pathogen (penyebab penyakit) yang ada dalam
limbah cair/air limbah. Mekanisme desinfeksi dapat secara kimia, yaitu dengan
menambahkan senyawa/zat tertentu, atau dengan perlakuan fisik. Dalam
menentukan senyawa/zat untuk membunuh mikroorganisme, terdapat beberapa hal
yang perlu diperhatikan, yaitu:
        Daya racun zat
        Waktu kontak yang diperlukan
        Efektivitas zat
        Kadar dosis yang digunakan
        Tidak boleh bersifat toksik (racun) terhadap manusia dan hewan
        Tahan terhadap air
        Biaya murah
Contoh mekanisme desinfeksi pada limbah cair adalah penambahan klorin
(klorinasi), penyinaran dengan sinar ultraviolet (UV) atau dengan ozon (O 3).
Proses disinfeksi pada limbah cair biasanya dilakukan setelah proses pengolahan
limbah selesai, yaitu setelah pengolahan primer, sekunder atau tersier, sebelum
limbah dibuang ke lingkungan.

5. Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)


Setiap tahap pengolahan limbah cair, baik primer, sekunder maupun tersier,
akan menghasilkan edndapan polutan berupa Lumpur. Lumpur tersebut tidak dapat
dibuang secara langsung melainkan perlu diolah lebih lanjut. Endapan Lumpur
hasil pengolahan limbah biasanya akan diolah dengan cara diurai/dicerna secara
anaerob (anaerob digestion), kemudian disalurkan ke beberapa alternative, yaitu
dibuang ke laut atau ke lahan pembuangan (landfill), dijadikan pupuk kompos atau
dibakar (incinerated).

B. Penanganan Limbah Padat


Beberapa metode pengolahan limbah padat (sampah) yang telah umum
diterapkan.
1. Penimbunan
Terdapat dua cara penimbunan sampah yang umum dikenal, yaitu metode
penimbunan terbuka (open dumping) dan metode sanitary landfill. Pada metode
penimbunan terbuka, sampah dikumpulkan dan ditimbun begitu saja dalam lubang
yang dibuat pada suatu lahan, biasanya dilokasi tempat pembuangan akhir (TPA).
Gas metan yang dihasilkan oleh pembusukan sampah organic dapat menyebar ke
udara sekitar dan menimbulkan bau busuk serta mudah terbakar. Cairan yang
tercampur dengan sampah dapat merembes ke tanah dan mencemari tanah serta air.
Berbagai permasalahan yang ditimbulkan oleh metode open dumping
menyebabkan dikembangkan metode penimbunan sampah yang lebih baik, yaitu
sanitary landfill. Pada landfill yang lebih medrn lagi, biasanya dibuat system
lapisan ganda (plastic – lempung – plastic – lempung) dan pipa-pipa saluran untuk
mengumpulkan cairan serta gas metan yang terbentuk dari proses pembusukan
sampah. Gas tersebut kemudian dapat digunakan untuk menghasilkan listrik.
Kelemahan utama penanganan sampah dengan cara penimbunan adalah cara
ini menghabiskan lahan. Sampah akan terus terproduksi sementara lahan untuk
penimbunan akan semakin berkurang, meskipun telah menggunakan sanitary
landfill, masih ada kemungkinan terjadi kebocoran lapisan sehingga zat-zat
berbahaya dapat merembes dan mencemari tanah serta air.

2. Insinerasi
Insinerasi adalah pembakaran sampah/limbah padat menggunakan suatu alat
yang disebut insinerator. Kelebihan dari proses incinerator adalah volume sampah
berkurang sangat banyak (bisa mencapai 90%). Selain itu, proses insinerasi
menghasilkan panas yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik atau
untuk pemanas ruangan, tidak semua jenis limbah padat dapat dibakar dalam
incinerator. Jenis limbah padat yang cocok untuk insinerasi di antaranya adalah
kertas, plastic dan karet sedangkan contoh jenis limbah padat yang kurang sesuai
untuk insinerasi adalah kaca, sampah makanan dan baterai.
Kelemahan utama metode incinerator adalah biaya operasi yang mahal. Selain
itu, insinerasi menghasilkan asap buangan yang dapat menjadi pencemar udara
serta abu hasil pembakaran yang kemungkinan mengandung senyawa berbahaya.

3. Pembuatan Kompos
Kompos adalah pupuk yang dibuat dari sampah organic, seperti sayuran, daun
dan ranting, serta kotoran hewan, melalui proses degradasi/penguraian oleh
mikroorganisme tertentu. Pembuatan kompos merupakan salah satu cara terbaik
untuk mengurangi timbunan sampah organic. Cara ini sangat cocok diterapkan di
Indonesia, karena cara pembuatan relative mudah dan tidak membutuhkan biaya
yang besar. Selain itu kompos dapat dijual sehingga dapat memberikan pemasukan
tambahan atau bahkan menjadi alternative mata pencaharian.
Berdasarkan bentuknya, kompos ada yang berbentuk padat dan cair.
Pembuatan kompos dapat dilakukan dengan menggunakan kompos yang telah jadi,
kultur mikroorganisme, atau cacing tanah. Contoh kultur mikroorganisme yang
telah banyak dijual dipasaran dan dapat digunakan untuk membuat kompos adalah
EM4 (Effective Microorganism 4). EM4 merupakan kultur campuran
mikroorganisme yang dapat meningkatkan degradasi limbah/sampah organic,
menguntungkan dan bermanfaat bagi kesuburan tanah maupun tumbuhan dan
produksi tanaman, serta ramah lingkungan. EM4 mengandung mikroorganisme
yang terdiri dari beberapa jenis bakteri, diantaranya Lactobacillus sp,
Rhodopseudomonas sp, Actinomyces sp, Streptomyces sp dan khamir (ragi) yaitu
Saccaharomyces cerevisiae. Kompos yang dibuat menggunakan EM4 dikenal juga
dengan sebutan bokashi.
Kompos dapat juga dibuat dengan bantuan cacing tanah karena cacing tanah
mampu menguraikan bahan organic. Kompos yang dibuat dengan bantuan cacing
tanah dikenal juga dengan sebutan kascing. Cacing tanah yang dapat digunakan
adalah cacing dari spesies Lumbricus terrestis, Lumbricus rebellus, Pheretima
defingens dan Eisenia foetida. Cacing tanah akan mengurai bahan-bahan kompos
yang sebelumnya sudah diuraikan oleh mikroorganisme dalam pembuatan kompos
menyebabkan pembentukan kompos lebih efektif dan lebih cepat.

4. Daur Ulang
Berbagai jenis limbah padat dapat mengalami proses daur ulang menjadi
produk baru. Proses daur ulang sangat berguna untuk mengurangi timbunan
sampah karena bahan buangan diolah menjadi bahan yang dapat digunakan
kembali. Contoh beberapa jenis limbah padat yang dapat didaur ulang adalah
kertas, kaca, logam (seperti besi, baja dan alumunium) plastic dan karet.
Meskipun daur ulang sangat bermanfaat untuk menangani limbah padat, solusi
ini masih memiliki kelemahan. Seperti halnya proses produksi lain, proses daur
ulang masih menghasilkan polutan sebagai hasil sampingan/sisa proses daur ulang
tersebut.

Kaji Ulang
1. Sebutkan dua cara penimbunan sampah dalam penanganan limbah padat
2. Apakah menurutmu sanitary landfill dapat mengatasi masalah limbah padat secara
tuntas? Jelaskan jawabanmu
3. Apa yang dimaksud dengan insinerasi?
4. Jelaskan manfaat kompos bagi kesuburan tanah
5. Sebutkan tiga contoh bahan yang dapat di daur ulang

C. Penanganan Limbah Gas


Pengolahan limbah gas secara teknis dilakukan dengan menambahkan alat
Bantu yang dapat mengurangi pencemaran udara. Pencemaran udara sebenarnya
dapat berasal dari limbah berupa gas atau materi partikulat yang terbawa bersama
gas tersebut.

1. Mengontrol Emisi Gas Buang


Gas-gas buangan seperti sulfur oksida, nitrogen oksida, karbon monoksida
dan hidrokarbon dapat dikontrol pengeluarannya melalui beberapa metode. Gas
sulfur oksida dapat dihilangkan dari udara hasil pembakaran bahan baker dengan
cara desulfurisasi menggunakan filter basah (wet scrubber). Mekanisme kerja
filter basah ini akan dibahas lebih lanjut pada pembahasan berikutnya, yaitu
mengenai metode menghilangkan materi partikulat, karena filter basah juga
digunakan untuk menghilangkan materi partikulat.

2. Menghilangkan Materi Partikulat dari Udara Pembuangan


a. Filter udara
Filter udara adalah alat untuk menghilangkan materi partikulat padat, seperti
debu, serbuk sari dan spora dari udara. Alat ini terbuat dari bahan yang dapat
menangkap materi partikulat sehingga udara yang melewatinya akan tersaring dan
keluar sebagai udara bersih (bebas dari materi partikulat)

b. Pengendap siklon
Pengendapan siklon atau Cyclone Separator adalah alat pengendap materi
partikulat yang ikut dalam gas atau udara buangan. Prinsip kerja pengendap siklon
adalah pemanfaatan gaya sentrifugal dari udara/gas buangan yang sengaja
dihembuskan melalui tepi dinding tabung siklon sehingga partikel yang relative
berat akan jatuh ke bawah.

c. Filter basah
Filter basah (wet scrubber) membersihkan udara yang kotor dengan cara
menyalurkan udara ke dalam filter kemudian menyemprotkan air ke dalamnya.
Saat udara kontak dengan air, materi partikulat padat dan senyawa lain yang larut
air akan ikut terbawa air turun ke bagian bawah sedangkan udara bersih
dikeluarkan dari filter.

d. Pengendap system gravitasi


Alat pengendap system gravitasi hanya dapat digunakan untuk membersihkan
udara yang mengandung materi partikulat dengan ukuran partikel relative besar,
yaitu sekitar 50µ atau lebih. Cara kerja ini sangat sederhana sekali, yaitu dengan
mengalirkan udara yang kotor ke dalam alat yang dapat memperlambat kecepatan
gerak udara.

e. Pengendap elektrostatik
Alat pengendap elektrostatik (Electrostatic precipitator) digunakan untuk
membersihkan udara yang kotor dalam jumlah (volume) yang relative besar dan
pengotor udaranya umunya adalah aerosol atau uap air.

Kaji Ulang
1. Apa yang dimaksud dengan proses desulfurisasi?
2. Jelaskan perbedaan antara alat pengendap siklon dengan alat pengendap system
gravitasi
3. Jelaskan prinsip kerja alat pengendap elektrostatik
D. Penanganan Limbah B3
Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) tidak dapat begitu saja ditimbun,
dibakar atau dibuang ke lingkungan, karena mengandung bahan yang dapat
membahyakan manusia dan makhluk hidup lain.

1. Metode pengolahan secara kimia, fisik dan biologi


Proses pengolahan limbah B3 dapat dilakukan secara kimia, fisik atau biologi.
Proses pengolahan limbah B3 secara kimia atau fisik yang umum dilakukan adalah
stabilisasi/solidifikasi. Stabilisasi/solidifikasi adalah proses pengubahan bentuk
fisik atau sifat kimia dengan menambahkan bahan pengikat atau senyawa pereaksi
tertentu untuk memperkecil/membatasi kelarutan, pergerakan atau penyebaran
daya racun limbah sebelum dibuang.
Metode insinerasi (pembakaran) dapat diterapkan untuk memperkecil volume
limbah B3. Namun saat melakukan pembakaran perlu dilakukan pengontrolan
ketat agar gas beracun hasil pembakaran tidak mencemari udara. Proses
pengolahan limbah B3 secara biologi yang telah cukup berkembang saat ini
dikenal dengan istilah bioremediasi dan fitoremediasi. Bioremediasi adalah
penggunaan bakteri dan mikroorganisme lain untuk mendegradasi/mengurai
limbah B3, sedangkan fitoremediasi adalah penggunaan tumbuhan untuk
menabsorbsi dan mengakumulasi bahan-bahan beracun dari tanah. Kedua proses
ini sangat bermanfaat dalam mengatasi pencemaran oleh limbah B3 dan biaya yang
diperlukan lebih murah dibandingkan metode kimia atau fisik.
Namun proses ini juga masih memiliki kelemahan. Proses bioremediasi dan
fitoremediasi merupakan prose salami sehingga membutuhkan waktu yang relative
lama untuk membersihkan limbah B3, terutama dalam skala besar. Selain itu
karena menggunakan makhluk hidup, proses ini dikhawatirkan dapat membawa
senyawa-senyawa beracun ke dalam rantai makanan di ekosistem.

2. Metode Pembuangan Limbah B3


a. Sumur dalam/sumur injeksi (deep well injection)
Salah satu cara membuang limbah B3 agar tidak membahayakan manusia
adalah dengan memompakan limbah tersebut melalui pipa ke lapisan batuan yang
dalam, dibawah lapisan-lapisan air tanah dangkal maupun air tanah dalam. Secara
teori, limbah B3 ini akan terperangkap di lapisan itu sehingga tidak akan
mencemari tanah maupun air.

b. Kolam penyimpanan (surface impoundments)


Limbah B3 cair dapat ditampung pada kolam-kolam yang memang dibuat
untuk limbah B3. kolm-kolam ini dilapisi lapisan pelindung yang dapat mencegah
perembesan limbah. Ketika air limbah menguap, senyawa B3 akan terkonsentrasi
dan mengendap didasar. Kelemahan metode ini adalah memakan lahan karena
limbah akan semakin tertimbun dalam kolam, ada kemungkinan kebocoran lapisan
pelindung dan ikut menguapnya senyawa B3 bersama air limbah sehingga
mencemari udara.

c. Landfill untuk limbah B3 (secure landfill)


Limbah B3 dapat ditimbun pada landfill, namun harus dengan pengamanan
tinggi. Pada metode pembuangan secure landfill, limbah B3 ditempatkan dalam
drum atau tong-tong, kemudian dikubur dalam landfill yang didesain khusus untuk
mencegah pencemaran limbah B3. Landfill ini harus dilengkapi peralatan
monitoring yang lengkap untuk mengontrol kondisi limbah B3 dan harus selalu
dipantau. Metode ini jika diterapkan dengan benar dapat menjadi cara penanganan
limbah B3 yang efektif.

Kaji Ulang
1. Jelaskan perbedaan antara bioremediasi dan fitoremediasi
2. Sebutkan tiga metode pembuangan limbah B3
3. Apa kelemahan metode secure landfill untuk penanganan limbah B3?
Pengolahan Limbah Cair
Primary Treatmen
      1.      Penapisan
      2.      Pencacahan
      3.      Penghilangan pasir
      4.      Penangkapan minyak
      5.      Kolam equalisasi

Secondary Treatment
      1.      Kolam lumpur aktif
      2.      Trickling filter
      3.      Oxidation pond

Tertiary Treatment
      1.      Penyaringan
      2.      Penyerapan
      3.      Peleburan CN (Carbon Nitrogen)
      4.      Osmosis
Desinfection (Desinfeksi)
Desinfeksi adalah pembunuhan pemnyebab penyakit dalam limbah cair.
Mekanisme desinfeksi dapt secara kimia yaitu dengan menambahkan senyawa/zat tertentu atau
dengan perlakuan kimia.
Dalam menentukan senyawa/zat untuk membunuh mikroorganisme terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan yaitu :
      1.      Daya racun zat
      2.      Waktu kontak yang diperlukan
      3.      Efektifitas zat
      4.      Kadar dosis yang diperlukan
      5.      Tidak boleh bersifat toksin (bagi manusia/hewan)
      6.      Tahan terhadap air
      7.      Biaya murah
Contoh mekanisme desinfeksi
      1.      Penambahan klorin (klorinasi)
      2.      Penyinaran dengan sinar UV
      3.      Dengan menggunakan O3 (Ozon)
Proses desinfeksi ini dilakukan setelah proses sebelumnya sebelum limbah cair dibuang ke
lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai