Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang digunakan
untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus,
juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit
lainnya.
Sedangkan antiseptik didefinisikan sebagai bahan kimia yang dapat menghambat atau
membunuh pertumbuhan jasad renik seperti bakteri, jamur dan lain-lain pada jaringan
hidup. Bahan desinfektan dapat digunakan untuk proses desinfeksi tangan, lantai,
ruangan, peralatan dan pakaian (Signaterdadie, 2009).
Pada dasarnya ada persamaan jenis bahan kimia yang digunakan sebagai antiseptik dan
desinfektan. Tetapi tidak semua bahan desinfektan adalah bahan antiseptik karena adanya
batasan dalam penggunaan antiseptik. Antiseptik tersebut harus memiliki sifat tidak
merusak jaringan tubuh atau tidak bersifat keras. Terkadang penambahan bahan
desinfektan juga dijadikan sebagai salah satu cara dalam proses sterilisasi, yaitu proses
pembebasan kuman. Tetapi pada kenyataannya tidak semua bahan desinfektan dapat
berfungsi sebagai bahan dalam proses sterilisasi.
Bahan kimia tertentu merupakan zat aktif dalam proses desinfeksi dan sangat
menentukan efektivitas dan fungsi serta target mikroorganisme yang akan dimatikan.
Dalam proses desinfeksi sebenarnya dikenal dua cara, cara fisik (pemanasan) dan cara
kimia (penambahan bahan kimia). Dalam tulisan ini hanya difokuskan kepada cara kimia,
khususnya jenis-jenis bahan kimia yang digunakan serta aplikasinya.
Banyak bahan kimia yang dapat berfungsi sebagai desinfektan, tetapi umumnya
dikelompokkan ke dalam golongan aldehid atau golongan pereduksi, yaitu bahan kimia
yang mengandung gugus -COH; golongan alkohol, yaitu senyawa kimia yang
mengandung gugus -OH; golongan halogen atau senyawa terhalogenasi, yaitu senyawa
kimia golongan halogen atau yang mengandung gugus-X; golongan fenol dan fenol
terhalogenasi, golongan garam amonium kuarterner, golongan pengoksidasi, dan
golongan biguanida.
PENGGUNAAN DESINFEKTAN
Desinfektan sangat penting bagi rumah sakit dan klinik. Desinfektan akan membantu
mencegah infeksi terhadap pasien yang berasal dari peralatan maupun dari staf medis
yang ada di rumah sakit dan juga membantu mencegah tertularnya tenaga medis oleh
penyakit pasien. Perlu diperhatikan bahwa desinfektan harus digunakan secara tepat
(Imbang, 2009).
fenol-fenol dapat digunakan untuk membersihkan lantai dan perabot seperti meja dan
almari namun penggunaan air dan sabun sudah dianggap memadai.
2. Golongan kedua
b). Desinfektan yang melepaskan Iodine misalnya : Povidone Iodine (Betadine, Iodine lemah)
DESINFEKSI
² Desinfeksi adalah menghancurkan atau membunuh kebanyakan kebanyakan organisme patogen pada
benda atau instrumen dengan menggunakan campuran zat kimia cair.
Hasil proses desinfeksi dipengaruhi oleh beberapa faktor:
ü Beban organik (beban biologis) yang dijumpai pada benda.
ü Tipe dan tingkat kontaminasi mikroba.
ü Pembersihan/dekontaminasi benda sbelumnya.
ü Konsentrasi desinfektan dan waktu pajanan
ü Struktur fisik benda
ü Suhu dan PH dari proses desinfeksi.
DEKONTAMINASI
² Membuang semua material yang tampak (debu,kotoran)pada benda,lingkungan,permukaan kulit dengan
menggunakan sabun, air dan gesekan.
Tujuan prosedur dekontaminasi:
1. Untuk mencegah penyebaran infeksi melalui peralatan pasien atau permukaan lingkungan.
2. Untuk membuang kotoran yang tampak.
3. Untuk membuang kotoran yang tidak terlihat (Mikroorganisme).
4. Untuk menyiapkan semua permukaan untuk kontak langsung dengan alat pensteril atau desinfektan.
5. Untuk melindungi personal dan pasien.
Terdapat 3 tingkat desinfeksi:
² Desinfeksi tingkat tinggi
Membunuh semua organisme dengan perkecualian spora bakteri.
² Desinfeksi tingkat sedang
Membunuh bakteri kebanyakan jamur kecuali spora bakteri.
² Desinfeksi tingkat rendah
Membunuh kebanyakan bakteri beberapa virus dan beberapa jamur tetapi tidak dapat
membunuh mikroorganisme yang resisten seperti basil tuberkel dan spora bakteri.
STERILISASI
² Defenisi
Secara komplit membunuh semua mikroorganisme termasuk spora bakteri pada benda yang
telah didekontaminasi dengan tepat
² Tujuan
Memusnahkan semua bentuk kehidupan mikroorganisme patogen termasuk spora, yang mungkin
telah ada pada peralatan kedokteran dan perawatan yang dipakai.
Hal-Hal Yang Perlu Dipertimbangkan Dalam Memilih Metode Sterilisasi
² Sifat bahan yang akan disterilkan
² Metode yang paling mudah, murah namun cukup efektif.
² Bila terdapat beberapa fasilitas untuk melakukan sterilisasi, haruslah dipilih cara yang baik
Sterilisasi dapat dilakukan dengan cara:
1. Sterilisasi dengan pemanasan kering
a. Pemijaran/flambir
Cara ini dipakai langsung, cara ini sederhana, cepat dan dapat menjamin sterilisasinya,hanya
penggunaannya terbatas pada beberapa alat saja, misalnya:
- Benda-benda dari logam (instrument)
- Benda-benda dari kaca.
- Benda-benda dari porselen.
² Caranya:
ü Siapkan : - Bahan yang disterilkan
- Waskom besar yang bersih
- Brand spritus
- Korek api.
ü Kemudian brand spritus dituangkan secukupnya ke dalam waskom tersebut. Selanjutnya dinyalakan
dengan api.
ü Alat-alat instrumen dimasukkan ke dalam nyala api.
b. Dengan cara udara panas kering
Cara ini pada dasarnya adalah merupakan suatu proses oksidasi, cara ini memerlukan suhu yang
lebih tinggi bila dibandingkan dengan sterilisasi pemanasan basah.
Adapun alat yang dapat dilakukan dengan cara ini:
ü Benda-benda dari logam.
ü Zat-zat seperti bubuk, talk,vaselin,dan kaca.
² Caranya :
ü Alat bahan harus dicuci, sikat dan desinfeksi terlebih dahulu
ü Dikeringkan dengan lap dan diset menurut kegunaannya
ü Berilah indikator pada setiap set
ü Bila menggunakan pembungkus, dapat memakai kertas aluminium foil.
ü Oven harus dipanaskan dahulu sampai temperatur yang diperlukan.
ü Kemudian alat dimasukkan dan diperhatikan derajat pemanasannya.
2. Sterilisasi dengan pemanasan basah.
Ada beberapa cara :
a) Dimasak dalam air biasa.
Suhu tertinggi 100 ºC, tapi pada suhu ini bentuk vegetatif dapat dibinasakan tetapi bentuk yang
spora masih bertahan. Oleh karna itu agar efektif membunuh spora maka dapat ditambahkan natrium
nitrat 1% dan phenol 5%.
² Caranya :
ü Alat atau bahan instrumen dicuci bersih dari sisa-sisa darah, nanah atau kotoran lain.
ü Kemudian dimasukkan langsung ke dalam air mendidih.
ü Tambahkan nitrit 1% dan phenol 5%, agar bentuk sporanya mati
ü Waktu pensterilan 30-60 menit (menurut pharmacope –Rusia).
ü Seluruh permukaan harus terendam.
b) Dengan uap air.
Cara ini cukup efektif dna sangat sederhana. Dapat dipakai dengan dandang yang bagiannya
diberi lubang/sorongan, agar uap air dapat mengalir bagian alat yang akan disterilkan.waktu sterilisasi
30 menit.
² Caranya :
ü Alat-alat yang akan disterilkan: dicuci, dibersihkan, disikat serta didesinfeksi.
ü Kemudian dibungkus dan dimasukkan dalam dandang
c) Sterilisasi dengan uap air bertekanan tinggi.
Jenis sterilisasi dengan cara ini merupakan cara yang paling umum digunakan dalam setiap
rumah sakit.menggunakan alat yang disebut autoclave.
² Caranya :
ü Alat-alat atau bahan-bahan yang akan disterilkan dicuci, disikat, dan didesinfeksi.
ü Kemudian diset menurut penggunaannya dan diberi indikator.
ü Kemudian dibungkus kain/kertas.
ü Masukkan alat/bahan yang telah dibungkus ke dalam autoclave.
3.Sterilisasi dengan penambahan zat-zat kimia
² Cara ini tidak begitu efektif bila dibandingkan dengan cara pemanasan kering. Cara ini dipergunakan
pada bahan-bahan yang tidak tahan pemanasan atau cara lain tidak bisa dilaksanakan karena keadaan.
Contoh zat kimia : Formaldehyda, hibitane, Cidex.
4. Sterilisasi dengan radiasi.
² Radiasi ultraviolet
Karena disemua tempat itu terdapat kuman2x, maka dilakukan sterilisasi udara dan biasanya
dilakukan di tempat-tempat khusus.
Misalnya: di kamar operasi, kamar isolasi, dsb. udaranya harus steril.Hal ini dapat dilakukan
dengan sterilisasi udara (air sterilization) yang memakai radiasi ultraviolet.
5. Sterilisasi dengan filtrasi
² Cara ini digunakan untuk udara atau bahan-bahan berbentuk cairan. Filtrasi udara disebut HEPA (Hight
Efficiency Paticulate Air).
² Tujuannya :
Filtrasi cairan secara luas hanya digunakan dalam produksi obat-obatan atau pada sistem irigasi
dalam ruang operasi, maupun dalam perawatan medik lainnya yang membutuhkan adanya cairan steril.
Jenis filternya yang penting ialah pori-porinya harus lebih kecil dari jenis kuman. Pori-pori
filter ukurannya minimal 0,22 micron.
ASEPTIK/ASEPSIS
² Aseptik tidak adanya patogen penyebab sakit.
² Teknik aseptik adalah usaha mempertahankan klien sedapat mungkin bebas dari mikroorganisme.
² Asepsis ada 2 macam:
1. Asepsis medis
Tehnik bersih, termasuk prosedur yang digunakan untuk mencegah penyebaran
mikroorganisme.
ex: mencuci tangan,mengganti linen tempat tidur, dan menggunakan cangkir untuk obat.
2. Asepsis bedah
Teknik steril, termasuk prosedur yang digunakan untuk membunuh mikroorganisme dari suatu
daerah.
Prinsip-Prinsip Tindakan Asepsis Yang Umum
² Semua benda yang menyentuh kulit yang merekah atau diamsukkan ke dalam kulit untuk menyuntikkan
sesuatu ke dalam tubuh, atau yang dimasukkan ke dalam rongga badan yang dianggap steril, haruslah
steril.
² Jangan sekali-kali menjauhi atau membelakangi tempat yang steril.
² Peganglah objek-objek yang steril, setinggi atas pinggang dengan demikian objek-objek itu selalu akan
terlihat jelas dan ini mencegah terjadinya kontaminasi diluar pengawasan.
² Hindari berbicara, batuk, bersin atau menjangkau suatu objek yang steril
² Jangan sampai menumpahkan larutan apapun pada kain atau kertas yang sudah steril.
² Bukalah bungkusan yang steril sedemikian rupa, sehingga ujung pembungkusnya tidak mengarah pada si
petugas.
² Objek yang steril menjadi tercemar, jika bersentuhan dengan objek yang tidak steril.
² Cairan mengalir menurut arah daya tarik bumi, jika forcep dipegang sehingga cairan desinfektan
menyentuh bagian yang steril, maka forcep itu sudah tercemar.
ANTISEPTIK
² Anti Septik yaitu suatu zat atau bahan yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
² Tujuan : Memusnahkan semua kuman-kuman patogen, tetapi spora dan virus yang mempunyai daya tahan
yang sangat kuat masih tetap hidup.
Macam-macam bahan yang sering digunakan untuk antiseptik dan kegunaanya:
1. Ethyl alkohol
Larutan alkohol yang dipakai sebaiknya 65-85% karena daya kerjanya akan menurun bila dipakai
konsentrasi yang lebih rendah atau lebih tinggi.
2. Jodium Tinctura.
Larutan 2% jodium dalam alkohol 70% adalah suatu desinfeksi yang sangat kuat. Larutan ini
dipakai untuk mendisinfeksi kulit dengan membasmi kuman-kuman yang ada pada permukaan kulit.
Penggunaan desinfektan/antiseptic :
² Desinfeksi kulit secara umum (Pre Operasi).
Larutan savlon 1:30 dalam alkohol 70%. Hibiscrup 0,5% dalam alkohol 70%.
² Desinfeksi tangan dan kulit
Chlorrhexidine 4% (hibiscrup) minimal 2 menit
² Untuk kasus Obgin (persiapan partus,vulva hygiene, neonatal hygiene).
Hibiscrup 0,5% dalam Aquadest Savlon 1:300 dalam aqua hibiscrup.
Metode dan tahapana proses pengolahan limbah cair yang telah dikembangkan sangat beragam.
Limbah cair dengan kandungan polutan yang berbeda kemungkinan akan membutuhkan proses
pengolahan yang berbeda pula. Berikut ini akan kamu pelajari beberapa proses pengolahan
limbah cair yang telah diaplikasikan secara umum. Perlu kamu ketahui bahwa proses-proses
pengolahan tersebut dapat diaplikasikan secara keseluruhan, berupa kombinasi beberapa proses,
atau hanya salah satu. Proses pengolahan tersebut juga dapat dimodifikasi, sesuai dengan
kebutuhan atau faktor finansial.
1. Pengolahan Primer (Primary Treatment)
Tahap pengolahan primer limbah cair sebagian besar adalah berupa proses pengolahan secara
fisika. Pertama, limbah yang mengalir melalui saluran pembuangan disaring menggunakan jeruji
saring (bar screen). Metode ini disebut penyaringan (screening). Metode penyaringan merupakan
cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan-bahan padat berukuran besar dari air
limbah. Kedua, limbah yang telah disaring kemudian disalurkan ke suatu tangki atau bak yang
berfungsi untuk memisahkan pasir dan partikel padat tersuspensi lain yang berukuran relatif
besar. Tangki ini dalam bahasa inggris disebut grit chamber dan cara kerjanya adalah dengan
memperlambat aliran limbah sehingga partikel-partikel pasir jatuh ke dasar tangki sementara air
limbah terus dialirkan untuk proses selanjutnya. Kedua proses yang dijelaskan si atas sering
disebut juga sebagai tahap pengolahan awal (pretreatment).
Setelah melalui tahap pengolahan awal, limbah cair akan dialirkan kea tangki atau bak
pengendapan. Metode pengendapan adalah metode pengolahan utama dan yang paling banyak
digunakan pada proses pengolaha primer limbah cair. Di tangki pengendapan, limbah cair
didiamkan agar partikel-partikel padat yang tersuspensi dalam air limbah dapat mengendap ke
dasar tangki. Endapan partikel tersebut akan membentuk lumpur yang kemudian akan dipisahkan
dari air limbah ke saluran lain untuk diolah lebih lanjut.
Selain metode pengendapan, dikenal juga metode pengapungan (flotation) . Metode ini efektif
digunakan untuk menyingkirkan polutan berupa minyak atau lemak. Proses pengapungan
dilakukan dengan menggunakan alat yang dapat menghasilkan gelembung-gelembung udara
berukuran kecil (± 30 – 120 mikron). Gelembung udara tersebut akan membawa partikel-partikel
minyak dan lemak ke permukaan air limbah sehingga kemudian dapat disingkirkan.
Bila limbah cair hanya mengandung polutan yang telah dapat disingkirkan melalu proses
pengolahan primer, maka limbah cair yang telah mengalami pengolaha primer tersebut dapat
langsung dibuang ke lingkungan (perairan). Namun, bila limbah tersebut juga mengandung
polutan lain yang sulit dihilangkan melalui proses diatas, misalnya, agen penyebab penyakit atau
senyawa organik dan anorganik terlarut, maka limbah tersebut perlu disalurkan ke proses
pengolahan selanjutnya.
1. Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)
Tahap pengolahan sekunder merupakan proses pengolahan secara biologis, yaitu dengan
melibatkan mikroorganisme yang dapat mengurangi/mendegradasi bahan organik.
Mikroorganisme yang digunakan umumnya adalah bakteri aerob.
Terdapat tiga metode pengolahan secara biologis yang umum digunakan, yaitu metode
penyaringan dengan tetesan (trickling filter), metode lumpur aktif (aktivated sludge), dan metode
kolam perlakuan (treatment ponds/lagoons).
a. Metode trickling filter
Pada metode ini, bakteri aerob yang digunakan untuk mendegradasi bahan organik melekat dan
tumbuh pada suatu lapisan media kasar, biasanya berupa serpihan batu atau plastik, dengan
ketebalan ±1 – 3m. Limbah cair kemudian disemprotkan ke permukaan media dan dibiarkan
merembes melewati media tersebut. Selama proses perembesan, bahan organik yang terkandung
dalam limbah akan didegradasioleh bakteri aerob. Setelah merembes sampai ke dasar lapisan
media, limbah akan menetes ke suatu wadah penampungdan kemudian disalurkan ke tangki
pengendapan. Dalam tangki pengendapan, limbah kembali mengalami proses pengendapan
untuk memisahkan partikel padat tersuspensi dan mikroorganisme dari air limbah. Endapan yang
terbentuk akan mengalami proses pengolahan lebih lanjut, sedangkan air limbah akan dibuang ke
lingkungan atau disalurkan ke proses pengolahan selanjutnya jika masih diperlukan.
Kaji Ulang
1. Jelaskan proses pengolahan primer limbah cair.
2. Sebutkan 3 metode pengolahan sekunder limbah cair (metode biologis).
3. Hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam proses desinfeksi.
Taukah kamu berapa banyak sampah yang dihasilkan oleh penduduk seluruh Indonesia per hari?
Data Kementrian Lingkungan Hidup menyebutkan bahwa rata – rata jumlah sampah yang
dihasilkan per hari Indonesia pada tahun 2000 adalah sekitar 1 kg/kapita. Coba kalikan jumlah
sampah tersebut dengan jumlah pendududk di Indonesia yang lebih dari 200.000.000 orang.
Hasilnya sangat besar bukan? Coba kamu kalikan lagi jumlah itu dengan banyaknya hari dalam
setahun, kemudian dengan beberapa tahun. Tentu kamu akan mendapatkan angka ratusan jua
ton. Pernahkah kamu berpikir,kemana perginya sampah berton – ton itu?
Sampah yang dihasilkan manusia begitu banyak sehingga bila tidak ditangani akan menimbulkan
banyak masalah pencemaran.beberapa metode pengolahan sampah telah diterapkan manusia
yang dapat menyelesaikan masalah sampah dengan sempurna. Oleh karena itu, masih perlu terus
dikembangkan berbagai metode baru atau modifikasi yang dapat menyempurnakan metode
pengolahan limbah padat (sampah) yang telah umum diterapkan.
1. Penimbunan
Terdapat dua cara penimbunan sampah yang umum dikenal, yaitu metode penimbunan terbuka
(open dumping)dan metode sanitary landfill. Pada metode penimbunan terbuka, sampah
dikupulkan dan ditimbun begitu saja dalam lubang yang dibuat di suatu lahan, biasanya di
tempat pembuangan akhir (TPA). Metode ini merupakan metode kuno yang sebenarnya tidak
menguntungkan. Di lahan penmbunan terbuka, berbagai hama dan kuman penyebab penyakit
dapat berkembang biak. Gas metan yang dihasilkan oleh organic yang dapat menyebar ke udara
sekitar dan menimbulkan bau busuk serta mudah terbakar. Cairan yang tercampur dengan
sampah dapat merembes ke tanah serta air. Bersqama rembesan cairan tersebut, dapat terbawa
zat-zat yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan.
Berbagai masalag yang ditimbulkan oleh metode open dumping menyebabkan dikembangkan
metode penimbunan sampah yang lebih banyak, yaitu sanitary landill. Pada metode sanitary
landill, smpah ditimbun dalam lubang yang dialasi lapisan lempung dan lembaran plastic untuk
mencegah perembesan limbah ke tanah. Sampah yang ditimbun didapatkan, kemudian ditutupi
dengan lapisan tanah tipis setiap hari. Hal ini akan mencegah tersebarnya gas metan yang dapat
mencemari udara dan berkembangbiaknya berbagai jenis penyakit.
Pada landill yang lebih modern lagi, biasanya dibuat system lapisan ganda (plastik-lempung-
plastik-lempung) dan pipa – pipa saluran untuk mengumpulkan cairan serta gas metan yang
terbentuk dari proses pembusukkan sampah. Gas tersebut kemudian digunakan untuk
menghasilkan listrik.
Di sebagian Negara maju, penimbunan sampah dengan metode open dumping telah banyak
diganti dengan metode sanitary landfill. Namun di Indonesia, tempat penimbunan sampah
menggunakan metode sanitary landfill masih jauh lebih sedikit jumlahnyadibanding dengan
melakukan penimbunan terbuka (open dumping).
Kelemahan utama penanganan sampah dengan cara penimbunan adalah cara ini menghabiskan
lahan. Sampah akan terus terproduksi sementara lahan penimbunan semakin berkurang.
Sampah yang ditimbun sebagian besar sulit terdegradasi sehingga akan tetap berada di area
penimbunan untuk waktu yang sangat lama. Selain itu, meskipun telah menggunakan sanitary
landfill, masih ada kemungkinan terjadi kebocoran lapisan sehingga zat – zat berbahaya
merembes dan mencemari tanah dan air. Gas metan yang terbentuk dalam timbunan mungkin
saja menggalami akumulasi dan beresiko meledak.
1. Insinerasi
Insenerasi adalah pembakaran sampah/limbah padat menggunakan suatu alat yang disebut
insinerator. Kelebihan dari proses insinerasi adalah berkurang sangat banyak (bisa mencapai
90%). Selain itu, proses insinerasi menghasilkan panas yang dapat dimanfaatkan untuk pemanas
ruangan. Meski demikian, tidak semua jenis limbah padat dibakar dalam incinerator. Jenis
limbah padat yang cocok untuk insinerasi di antaranya adalah kertas,plastik, dan karet,
sedangkan contoh jenis limbah padat yang kurang sesuai untuk insinerasi adalah kaca,sampah
makanan, dan baterai. Kelemahan utama metode insinerasi adalah biaya operasi yang
mahal.selain itu,insinerasi menghasilkan asap buangan yang dapat manjadi pencemaran udara
serta abuhasil pembakaran yang kemungkinan mengandung senyawa berbahaya.
Desinfektan dan antiseptika bisa digolongkan berdasarkan cara fisis dan kimiawi. Secara fisis,
yang penting adalah penggunaan panas dan sinar. Panas dapat diperoleh dengan dilewatkan
melalui pemanas atau dengan air yang dipanaskan, kemudian disemprotkan ke tempat yang
disucihamakan. Jenis sinar yang digunakan dalam sterilisasi adalah sinar ultraviolet dan sinar
gamma. Di Indonesia, kecuali untuk peternakan ayam, secara fisis di atas hanya dilakukan
dengan menggunakan air panas, selain murah dan gampang dilakukan, juga memiliki kelebihan
lain yaitu air dapat memasuki lubang-lubang kecil.
Desinfektan bisa digunakan dengan variasi cara, antara lain : spray, sabun, aerosol atau fumigan.
Secara kimiawi, terdapat beberapa jenis senyawa desinfektan yang tersedia secara komersial
dengan karakteristik pemakaian tertentu, yaitu :
Kresol, merupakan biosida yang murah dan efektif bila digunakan untuk bangunan dan tanah,
termasuk dinding kandang dan peralatan kandang, Bersifat korosif, toksik pada konsentrasi
tinggi dan meninggalkan warna. Senyawa ini tidak boleh digunakan pada kandang yang di
dalamnya ada ternak hidup, telur atau daging yang diproses, karena dapat mengakibatkan
kontaminasi pada produk-produk tersebut dan bersifat toksik pada manusia dan ternak.
Desinfektan ini sangat efektif mengatasi jamur, virus, bakteri, karena mampu mematikan
mikroorganisme tersebut.
Fenol organik, cocok digunakan untuk tempat penetasan (hatchery) dan untuk desinfeksi
peralatan di dalamnya. Fenol ektif melawan bakteri, virus dan fungi, termasuk bakteri penyebab
Tuberkulosis dan John’s Disease serta virus PMK. Fenol dan beberapa senyawa fenolik
mempunyai kegunaan sebagai antiseptika, desinfektan atau bahan pengawet.
Klorin, banyak digunakan di rumah potong, disamping itu pula digunakan untuk menjernihkan
air pada peternakan, air minum, sanitasi telur, desinfeksi abattoir (RPH) dan RPA serta kandang
ayam. Kaporit atau hipoklorit sering untuk sanitasi sapi perah dan lebih aktif dalam air hangat.
Efektif melawan bakteri, banyak virus, terutama parvovirus. Bisa dicampur dengan sabun, tetapi
jangan dicampur asam. Aktivitasnya yang kuat menurun dengan adanya materi organik, terutama
amoniak atau senyawa-senyawa amino. Desinfektan ini termasuk golongan halogen keras yang
bisa mematikan bakteri, virus dan jamur dalam waktu relatif singkat. Kelemahan desinfektan ini
adalah mudah menyebabkan perkaratan pada peralatan yang berasal dari bahan metal serta dapat
merusak kulit manusia. Larutan chlorin efektif sebagai bakterisidal yang digunakan dalam kolam
renang. Khlor (Cl2} dalam air membentuk asam hipoklorit (HOCl) dan asam Hidrokhloride
(HCl) dengan reaksi : Cl2 + H2O ↔ HOCl. Asam HOCl selanjutnya berperan sebagai
desinfektan, bereaksi dengan bervariasi senyawa, baik dengan senyawa anorganik maupun
organik atau terurai menjadi menjadi ion H+ dan OCl-, dengan reaksi : HOCl → H+ + OCl-
Derajat ionisasi dipengaruhi oleh pH. Ionisasi terjadi pada pH asam sampai netral, sedangkan
pada pH alkalis, ionisasi akan dihambat.
Formalin/formaldehid, cocok untuk fumigasi telur yang terdapat di dalam almari yang
dirancang khusus dan harus hati-hati terhadap petugas yang menggunakannya, karena formalin
merupakan senyawa korosif dan bersifat karsinogenik. Keunggulan dari desinfektan ini adalah
mudah menembus bagian-bagian sebelah dalam yang menjadi sasaran sanitasi. Gas dapat
diperoleh dengan jalan mencampur Kalium Permanganat dengan formalin. Supaya efektif, maka
fumigasi dilakukan pada suhu 30o – 60oC dan kelembaban di atas 75%. Fumigasi ini sangat
efektif untuk desinfeksi kandang ayam, dengan syarat kandang dikosongkan, seluruh sela-sela
ditutup tirai plastik cukup rapat, dan didiamkan selama 3 – 5 hari. Kandang akan terbebas dari
bakteri, jamur dan virus yang mungkin bisa menyebabkan wabah penyakit.
Iodofor, bisa digunakan sebagai antiseptika dan desinfektansia. Iodofor adalah kombinasi iodine
dan agen-agen yang larut di dalamnya. Iodofor akan membebaskan iodin bebas jika dilarutkan
dalam air. Iodofor merupakan desinfektan yang baik, namun tidak efektif bila ada senyawa
organik. Sifat Iodofor kurang toksik dibandingkan desinfektan yang lain. Kekurangannya adalah
meninggalkan bekas warna pada pakaian dan permukaan yang lain. Iodine bebas bersifat toksik
pada kulit, sehingga dalam penggunaannya Iodine dikombinasikan dengan senyawa organik
yang lain dan disebut Iodophor. Contoh Iodophor adalah povidone-iodine (Betadine) yang sering
digunakan sebagai antiseptik di rumah sakit. Iodophor merupakan desinfektan yang termasuk
golongan halogen. Bahan ini merupakan sintetis dari yodium dan zat organis yang memiliki
kemampuan mikrosidal. Desinfektan ini cocok untuk mengatasi semua bakteri gram positif
maupun gram negatif, virus dan jamur. Pada konsentrasi 50 – 75 ppm digunakan sebagai
desinfektan pada inkubator, kandang ayam dan RPA. Pada konsentrasi 12,5 – 25 ppm untuk
sanitasi telur. Pada konsentrasi yang lebih rendah dari 12,5 ppm digunakan untuk antiseptika,
dan dicampurkan dalam air minum ayam.
Dikenal juga berbagai antiseptika dan desinfektan bersifat asam, antara lain :
Asam anorganik, HCl dan H2SO4 0,1 N telah dipakai untuk desinfeksi ruangan yang tercemar
tinja. Keduanya korosif, sehingga tidak dianjurkan. Asam borat 2 – 5% digunakan untuk jaringan
kulit. Bersifat tidak merangsang jaringan, namun daya mematikan jasad reniknya tidak besar.
Asam organik, seperti asam salisilat dan benzoat banyak dipakai sebagai salep. Bersifat germisid
lemah, melunakkan tanduk dan dapat membunuh jamur.
Beberapa alkali juga bisa digunakan untuk desinfeksi. Contoh-contoh alkali yang bisa berperan
sebagai desinfektan, antara lain :
Caustic soda/ NaOH (sodium hydroxide), sangat aktif jika dicampur dengan air panas, namun
bersifat merusak cat, plitur dan tekstil. Perlu melindungi diri pada saat penggunaan, dengan
pakaian, sarung tangan, sepatu karet.
CaO (lime/Quiclime) atau gamping, jika ditambah dengan air maka CaO menjadi Ca(OH)2,
yang bersifat melarutkan kuman. Gamping banyak dipakai untuk lantai maupun halaman.
Apabila berlebihan, akan merusak kuku babi, kambing maupun sapi. Gamping tidak bisa
membunuh spora kuman anthrax dan Clostridium. Ca(OH)2 di dalam air dengan perbandingan
1 : 4, menghasilkan milk of lime, digunakan untuk desinfeksi lantai tercemar tinja dan guna
mencapai hasil yang memuaskan, maka penggunaan minimal 2 jam. Larutan campuran CaO
dengan belerang yang direbus, bisa dipakai sebagai pembunuh parasit.
Khlorhexidine (Nolvasan-S), merupakan sediaan khlor sintetik, alkalis dan mudah larut dalam
air serta tidak bersifat toksik. Secara luas bersifat virusidal, terutama terhadap penyebab rabies,
efektif melawan bakteri gram positif maupun negatif. Daya kerja tidak dipengaruhi oleh darah,
nanah, percikan air susu dan cairan jaringan. Khlor sintetik dipakai untuk desinfeksi alat-alat
pemerahan dan ambing. Larutan 0,2 – 5%, digunakan untuk teat dipping. Kadang-kadang
khlorhexidine dikombinasi dengan surfaktan, zat warna atau bahan lain, misal : gliserin. Sediaan
khlor yang juga banyak dipakai, antara lain : sodium dan kalsium hipoklorit, kaporit, khloramin-
T dan iodine monokhloride.
Bab 1: Limbah
Kaji Ulang (halaman 3)
2. Baku mutu lingkungan adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen
yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu
sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup.
3. Limbah yang ada di lingkungan harus berada di bawah batas baku mutu lingkungan agar tidak
menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan.
1. Limbah organik secara kimiawi berarti segala limbah yang mengandung unsur karbon, sedangkan
secara teknis berarti limbah yang berasal dari makhluk hidup dan sifatnya mudah busuk. Limbah
anorganik secara kimiawi berarti segala limbah yang tidak mengandung unsur karbon, sedangkan
secara teknis berarti limbah yang tidak dapat atau sulit terurai secara alami (sulit membusuk).
Air hujan
Sisa makanan
Bangkai binatang
Daun-daun kering
Kertas
Plastik
Kaleng alumunium
Karet
5. Limbah B3 adalah sisa suatu kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun, yang
karena sifat dan/atau konsentrasinya, baik secara langsung maupun tak langsung merusak
lingkungan hidup, kesehatan, maupun manusia.
Latihan Akhir Bab (halaman 17)
A.
1. b 2. a 3. d 4. a 5. c
6. d 7. e 8. c 9. d 10. e
B.
2. Limbah organik mengandung unsur karbon dan umumnya mudah busuk sedangkan limbah
anorganik tidak mengandung unsur karbon dan/atau sulit busuk.
Limbah domestik, yaitu limbah hasil kegiatan rumah tangga dan usaha.
Sampah organik mudah busuk, yaitu yaitu limbah padat organik semi basah yang mudah
membusuk secara alami.
Sampah anorganik dan organik tak membusuk, yaitu limbah padat anorganik atau organik cukup
kering yang sulit membusuk secara alami.
Sampah industri
5.a.Macam-macam limbah gas di antaranya adalah karbon monoksida, karbon dioksida, nitrogen
oksida, sulfur oksida, metan, amonia, dan nitrogen sulfida.
Limbah cair domestik, yaitu limbah cair hasil buangan rumah tangga, perdagangan, perkantoran, dan
sarana sejenis.
Rembesan dan luapan, yaitu limbah cair yang berasal dari berbagai sumber yang memasuki saluran
pembuangan limbah cair melalui rembesan ke dalam tanah atau melalui luapan dari permukaan.
Air hujan, yaitu limbah cair yang berasal dari aliran air hujan di atas permukaan tanah.
7. Limbah B3 adalah sisa suatu kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun, yang
karena sifat dan/atau konsentrasinya, baik secara langsung maupun tak langsung merusak
lingkungan hidup, kesehatan, maupun manusia. Yang termasuk limbah B3 adalah senyawa:
Mudah meledak
Pengoksidasi
Karsinogenik
Teratogenik
Mutagenik
8. Contoh limbah yang bersifat reaktif adalah amonia, sianida, sulfida, dan senyawa peroksida.
9. Limbah beracun adalah limbah yang mengandung pencemar bersifat racun bagi manusia atau
lingkungan yang dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk ke dalam tubuh
melalui pernapasan, kulit, atau, mulut. Contoh limbah beracun adalah yang mengandung merkuri,
pestisida, dan racun tikus.
Bab 2: Polusi
2. Suatu zat dapat menjadi polutan apabila keberadaannya di lingkungan melebihi baku mutunya, di
tempat yang tidak semestinya, atau di saat yang tidak tepat.
3. Polusi di lingkungan terus meningkat akibat populasi manusia terus meningkat dan teknologi serta
perekonomian semakin pesat sehingga limbah yang dihasilkan manusia juga bertambah banyak dan
akhirnya menjadi polutan di lingkungan.
1. Polutan primer adalah polutan udara yang timbul langsung dari sumber polusi udara.
Timbal
Mangan
karbon monoksida
karbon dioksida
senyawa hidrokarbon
3. Contoh polutan air yang berasal dari limbah rumah tangga adalah:
Deterjen
Plastik
Nutrien tumbuhan
4. Pestisida adalah senyawa yang digunakan untuk membunuh makhluk hidup yang dianggap
mengganggu oleh manusia.
5. Sumber utama polusi tanah adalah dari kegiatan pertanian. Selain itu, polusi tanah dapat juga
berasal dari rumah tangga dan industri.
Nitrogen
Fosfor
Pestisida
Amonia
Partikel tanah
2. Polutan udara yang dapat dihasilkan oleh lingkungan industri di antaranya adalah:
Sulfur oksida
Nitrogen oksida
Karbon dioksida
Tetrakloroetilen
1. Indikator polusi adalah faktor-faktor di lingkungan yang dapat diukur untuk menunjukkan adanya
degradasi atau kerusakan pada lingkungan yang tercemar.
2. Indikator kimia yang dapat mengindikasikan adanya polusi udara di antaranya adalah:
Materi partikulat
3. Indikator fisik bagi polusi air di antaranya adalah kekeruhan, bau, warna, dan suhu air.
4. DO adalah jumlah oksigen terlarut dalam air. BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh
makhluk hidup dalam air.
5. Cacing tanah dapat menjadi indikator biologi bagi polusi tanah karena caicing tanah memiliki
habitat asli di tanah dan keberadaannya sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah (suhu, kelembapan,
pH, dll). Polusi tanah akan mempengaruhi kondisi tanah sehingga juga akan mempengaruhi populasi
cacing tanah.
A.
1. c 2. e 3. a 4. a 5. b
6. c 7. b 8. a 9. c 10. d
B.
1. Polusi adalah masuknya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan
oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
lingkungan tidak dapat berfungsi sesuai peruntukannya.
3. Knalpot kendaraan bermotor dan cerobong pabrik mempunyai andil besar dalam pencemaran udara
karena keduanya menghasilkan polutan-polutan udara dalam jumlah besar, di antaranya karbon
monoksida, karbon dioksida, dan nitrogen oksida.
4. Polutan yang dihasilkan lingkungan industri yang dapat menyebabkan polusi air di antaranya adalah:
plastik
senyawa asam
merkuri
nutrien tumbuhan
5. Sumber langsung polusi air berarti sumber polusi yang membuang polutan di lokasi spesifik
melalui saluran pembuangan langsung menuju badan atau permukaan air. Sumber tidak langsung
polusi air berarti sumber polusi yang asalnya dari berbagai area dan memasuki badan air tidak di
lokasi spesifik atau melalui saluran langsung, melainkan terbawa oleh aliran air atau udara.
6. Lingkungan kerja yang dapat menjadi sumber polutan air berupa bahan kimia organik di antaranya
adalah:
lingkungan pertanian
lingkungan perkebunan
kilang minyak
industri kertas
7. Polusi tanah adalah berbagai perubahan fisik dan kimia pada tanah yang memberi dampak
negatif bagi kehidupan tumbuhan dan makhluk hidup lain yang hidup di tanah.
8. Sumber utama polusi tanah adalah kegiatan pertanian dan perkebunan, yaitu dari pupuk, pestisida,
dan kegiatan irigasi. Selain itu, kegiatan industri dan rumah tangga juga dapat menyebabkan polusi
tanah, yaitu dengan menghasilkan sampah padat.
9. Polusi tanah, polusi air, dan polusi udara saling berhubungan satu sama lain karena adanya siklus
atau perputaran materi. Artinya, polutan di tanah dapat mencemari air dan udara, begitu juga
sebaliknya, karena polutan tersebut terbawa aliran materi, dari tanah ke perairan, menguap ke udara,
terpresipitasi dan turun kembali ke tanah (daratan) dan/atau perairan, dan seterusnya berulang.
1. Asbut industri adalah asbut yang berasal dari senyawa polutan yang dihasilkan oleh industri atau
kegiatan pembakaran, yaitu terutama sulfur oksida. Asbut fotokimia adalah asbut yang berasal dari
senyawa polutan yang dapat mengalami reaksi fotokimia di atmosfer, yaitu terutama nitrogen oksida
dan senyawa hidrokarbon.
2. Gas karbon monoksida (CO) yang terhirup dapat menyebabkan gejala pusing, sakit kepala, rasa
mual, kerusakan otak, dan kematian. Hal ini disebabkan gas CO dapat bereaksi dan berikatan
dengan hemoglobin pada sel darah merah sehingga mengganggu suplai oksigen yang sangat
diperlukan tubuh.
3. Hujan asam adalah hujan yang memiliki pH rendah (asam-dibawah 5,6) akibat senyawa-senyawa
polutan yang terlarut dengan air hujan.
Meningkatkan permukaan air laut sehingga dapat menimbulkan banjir atau menenggelamkan pulau-
pulau
Menimbulkan perubahan pola iklim sehingga dapat terjadi kekeringan, angin besar, atau banjir besar di
beberapa wilayah
5. Contoh polutan yang dapat menyebabkan penipisan ozon adalah:
Klorofluorokarbon (CFC)
Metil bromida
Metil kloroform
Karbon tetraklorida
1. Polusi air dapat menyebabkan air tidak dapat digunakan lagi untuk aktivitas rumah tangga,
seperti untuk memasak, mencuci, mandi, dan minum.
5. Polusi air oleh limbah yang mudah busuk akan menyebabkan populasi mikroorganisme
pembusuk dalam perairan akan meningkat. Akibatnya, kebutuhan oksigen perairan (BOD) meningkat
sehingga DO menurun.
1. Limbah padat anorganik dapat menyebabkan polusi tanah karena limbah ini sulit terurai sehingga
akan menumpuk untuk waktu lama, menyebabkan tanah tidak dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan
lain. Selain itu, jika limbah tersebut mengandung senyawa beracun maka senyawa tersebut dapat
meracuni biota tanah dan makhluk hidup lain.
3. Polusi tanah dapat menyebabkan tanah tidak dapat dimanfaatkan oleh manusia sesuai
peruntukkannya, seperti untuk pertanian dan lahan pemukiman, serta juga dapat menimbulkan
gangghguan kesehatan atau penyebaran penyakit.
A.
1. a 2. c 3. b 4. d 5. c
6. d 7. c 8. a 9. d 10. c
B.
Merusak tanaman
2. Pemanasan global terjadi akibat gas-gas rumah kaca memerangkap panas matahari yang
seharusnya terpantul ke luar atmosfer sehingga permukaan bumi semakin panas. Hal ini dapat
terjadi saat ini karena gas-gas rumah kaca semakin banyak jumlahnya di atmosfer karena terus
dihasilkan manusia dalam jumlah besar melalui kegiatan pembakaran bahan bakar fosil.
3. Materi partikulat dapat menyebabkan berbagai gangguan pernapasan, seperti radang paru-
paru dan tumor paru-paru, serta menyerang saraf, pencernaan, jantung, atau organ lainnya.
Hepatitis A à disebabkan oleh virus hepatitis A; gejala berupa demam, sakit kepala,
sakit perut, kehilangan selera makan, pembengkakan hati
Kolera à disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae; gejala berupa diare yang sangat
parah, muntah-muntah, kejang dan lemas
Disentri amuba à disebabkan oleh protozoa Entamoeba histolytica, gejala berupa diare,
sakit perut, infeksi usus besar, tinja mengandung lendir dan darah
7. DDT dianggap sebagai senyawa berbahaya karena sifatnya persisten di alam dan
terakumulasi dalam tubuh, kemudian dapat menyebabkan kerusakan pada berbagai organ tubuh
dan kanker.
8. Eutrofikasi dapat menurunkan kadar oksigen terlarut di perauran karena peristiwa ini dapat
menyebabkan ledakan populasi algae (algae blooming). Populasi algae yang sangat banyak
tersebut kemudian ketika mati akan dibusukkan oleh bakteri pembusuk. Akibatnya, populasi
bakteri yang membutuhkan oksigen meningkat sehingga kadar oksigen terlarut turun.
9. Pada wanita hamil, keracunan timbal dapat menyebabkan keguguran, kelahiran prematur,
atau kematian janin. Pada anak-anak, keracunan timbal dapat menyebabkan kecacatan mental
dan gangguan fisik. Pada orang dewasa dapat meningkatkan resiko terserang hipertensi (tekanan
darah tinggi).
10. Dampak polusi tanah pada kegiatan pertanian di antaranya adalah penurunan hasil panen
karena tanaman mati akibat polutan tanah yang bersifat racun bagi tumbuhan atau yang sifatnya
mengurangi kesuburan tanah.
1. Proses pengolahan primer limbah cair meliputi tahap penyaringan, pemisahan partikel dengan
grit chamber, dan pengendapan. Endapan dan partikel hasil penyaringan atau pemisahan akan
dipisahkan dari air limbah untuk diolah lebih lanjut, sementara air limbah yang telah melewati tahap
pengolahan primer dapat dibuang ke lingkungan atau disalurkan untuk tahap pengolahan lebih lanjut.
Efektivitas zat
1. Penimbunan sampah dapat dilakukan dengan cara penimbunan terbuka (open dumping) atau
dengan sanitary landfill.
2. Sanitary landfill tidak dapat mengatasi masalah limbah padat secara tuntas karena pada metode
tersebut limbah hanya ditumpuk tanpa berkurang jumlahnya. Lama-kelamaan lahan penimbunan
akan habis dan tidak ada tempat lagi untuk membuang limbah padat.
4. Kompos dapat memperbaiki struktur tanah dan menyediakan zat makanan yang diperlukan
tumbuhan. Mikroba yang terkandung dalam kompos juga dapat membantu penyerapan zat makanan
oleh tumbuhan.
Kertas
Kaca
Plastik
Karet
2. Alat pengendap siklon memanfaatkan gaya sentrifugal sedangkan pengendap sistem gravitasi
hanya mengandalkan gaya gravitasi. Ukuran partikel yang mampu diendapkan oleh pengendap
siklon lebih kecil dari pengendap sistem gravitasi.
3. Alat pengendap elektrostatik menggunakan elektroda yang akan mengionisasi materi partikulat
sehingga tertarik ke bawah sementara udara bersih dihembuskan ke luar alat pengendap.
A.
1. c 2. a 3. d 4. c 5. e
6. c 7. e 8. b 9. d 10. e
B.
1. Pada tahap pengolahan primer, limbah mengalami pengolahan secara fisika, yaitu dengan
penyaringan (screening), kemudian pemisahan partikel menggunakan grit chamber, dan
pengendapan. Selanjutnya air limbah mengalami pengolahan sekunder yang terutama berupa
pengolahan secara biologi. Pengolahan secara biologi berarti menggunakan mikroorganisme untuk
mendegradasi kandungan senyawa organik dalam limbah cair. Terdapat tiga metode pengolahan
sekunder yang dapat digunakan, yaitu metode trickling filter, activated sludge, dan treatment
ponds/lagoons.
2. Endapan lumpur hasil pengolahan limbah cair tidak dapat langsung dibuang ke lingkungan sebab
endapan tersebut mengandung berbagai senyawa polutan yang telah terkonsentrasi hasil pemisahan
dari limbah cair. Oleh karena itu endapan tersebut perlu diolah terlebih dahulu agar kandungannya
tidak berbahaya bagi lingkungan.
3. Limbah padat yang berbahan plastik, logam, dan kaca dapat diolah dengan cara didaur ulang
menjadi produk baru yang dapat dimanfaatkan kembali.
4. Pada metode penimbunan terbuka, sampah langsung ditimbun dalam lubang yang dibuat pada suatu
lahan di tempat pembuangan akhir, sementara pada metode sanitary landfill, sampah ditimbun pada
lubang yang telah dialasi suatu lapisan lempung dan plastik untuk mencegah rembesan limbah ke
tanah.
Menghasilkan asap dan abu buangan yang dapat menjadi pencemar juga
6. Alat pada gambar adalah alat pengendap siklon yang digunakan untuk mengendapkan materi
partikulat yang terkandung dalam udara buangan. Alat ini memanfaatkan gaya sentrifugal dari udara
yang dihembuskan ke dalam alat sehingga materi partikulat yang ukuran partikelnya relatif besar
akan jatuh ke bawah sementara udara bersih terhembus ke luar alat.
Desulfurisasi
8. Kompos merupakan salah satu cara efektif untuk menanganani limbah padat organik, sebab
metode ini relatif murah dan sederhana sehingga dapat dilakukan oleh banyak orang, serta dapat
pula menghasilkan suatu produk yang memiliki nilai ekonomi.
9. Pengolahan limbah B3 secara biologi dapat dengan menggunakan metode bioremediasi atau
fitoremediasi. Keduanya menggunakan makhluk hidup untuk menghilangkan limbah B3 dari
lingkungan yang tercemar. Kelebihan metode ini adalah biaya relatif murah, sementara
kelemahannya adalah waktu yang relatif lama dan dikhawatirkan dapat membahayakan rantai
makanan dalam ekosistem.
10. Beberapa cara pembuangan limbah B3:
Metode sumur dalam/sumur injeksi (deep well injection) à limbah B3 dipompakan ke lapisan batuan
dalam.
Metode kolam penyimpanan (surface impoundments) à limbah B3 ditampung dalam kolam-kolam yang
diberi lapisan pelindung untuk mencegah rembesan limbah.
Metode secure landfill à limbah B3 ditimbun dalam landfill dengan tingkat keamanan tinggi (lapisan
ganda dan alat monitor)
A.
1. d 2. e 3. b 4. d 5. a
6. c 7. b 8. d 9. a 10. c
B.
1. Agar pengolahan limbah organik dan anorganik dapat berlangsung efektif dan efisien, limbah
organik dan anorganik perlu dipisahkan dengan baik karena metode pengolahan kedua jenis
limbah tersebut berbeda. Jika pemisahan tersebut telah dilakukan sejak proses pembuangan,
maka pengolahan akan lebih mudah.
2. Limbah cair rembesan dan luapan adalah limbah cair yang berasal dari berbagai sumber yang
memasuki saluran pembuangan limbah cair melalui rembesan ke dalam tanah atau melalui
luapan dari permukaan. Contoh limbah cair ini adalah:
air buangan AC
Apabila bercampur dengan air berpotensi menimbulkan ledakan, gas, uap, atau asap
beracun dalam jumlah membahayakan
Apabila pada pH rendah atau tinggi berpotensi menimbulkan ledakan, gas, uap, atau
asap beracun dalam jumlah membahayakan
Dapat mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan tekanan standar
Menyebabkan kebakaran karena melepas atau menerima oksigen, atau tidak stabil pada
suhu tinggi
5. Polutan adalah senyawa atau suatu zat yang mencemari lingkungan sehingga menurunkan
kualitas lingkungan, sementara limbah adalah senyawa atau zat buangan kegiatan manusia yang
belum tentu mencemari lingkungan. Limbah akan menjadi polutan apabila jumlahnya melebihi
batas normal, berada di tempat yang tidak sesuai, atau di waktu yang tidak tepat.
Limbah industri
Pertambangan dan limbah industri
7. Pestisida adalah senyawa yang digunakan untuk membunuh makhluk hidup yang dianggap
mengganggu oleh manusia, Macam pestisida adalah:
Apabila digunakan berlebihan, pestisida dapat bersifat racun bagi tumbuhan dan biota tanah
lain, dapat mencemari air, dan dapat terakumulasi dan persisten dalam tubuh makhluk hidup dan
menimbulkan kerusakan organ atau gangguan kesehatan.
10. Algae blooming terjadi akibat peristiwa eutrofikasi, yaitu adanya nutrisi yang berlebihan dalam
perairan sehingga algae tumbuh subur dan populasinya meningkat drastis. Algae blooming ini dapat
menyebabkan gangguan penetrasi cahaya ke dalam perairan sehingga mengganggu kehidupan biota
air lain, dapat mengeluarkan racun yang membahayakan biota air lain, dan dapat menurunkan DO
perairan akibat dibusukkan oleh bakteri pembusuk.
menganggu estetika
menjadi sumber penyakit
12.a.Mekanisme desinfeksi limbah cair adalah dengan menggunakan senyawa atau zat tertentu yang
dapat membunuh mikroorganisme (secara kimia), atau dengan perlakukan fisik.
klorinasi
ozonisasi
13. Kompos dibuat dengan menggunakan mikroorganisme atau makhluk hidup lain yang dapat
mengurai bahan-bahan organik sehingga menjadi pupuk yang bermanfaat bagi tumbuhan. Contoh
makhluk hidup yang dapat digunakan adalah:
bakteri
khamir
cacing tanah
dapat membawa senyawa beracun ke dalam rantai makanan di ekosistem sehingga membahayakan
makhluk hidup lain
BAB IV
PENANGANAN LIMBAH
Tujuan Pembelajaran:
Memahami cara penanganan limbah cair
Memahami cara penanganan limbah padat
Mampu membuat kompos secara sederhana
Mampu mendaur ulang kertas secara sederhana
Memahami cara penanganan limbah gas
4. Desinfeksi (Desinfection)
Desinfeksi atau pembunuhan kuman bertujuan untuk membunuh atau
mengurangi mikroorganisme pathogen (penyebab penyakit) yang ada dalam
limbah cair/air limbah. Mekanisme desinfeksi dapat secara kimia, yaitu dengan
menambahkan senyawa/zat tertentu, atau dengan perlakuan fisik. Dalam
menentukan senyawa/zat untuk membunuh mikroorganisme, terdapat beberapa hal
yang perlu diperhatikan, yaitu:
Daya racun zat
Waktu kontak yang diperlukan
Efektivitas zat
Kadar dosis yang digunakan
Tidak boleh bersifat toksik (racun) terhadap manusia dan hewan
Tahan terhadap air
Biaya murah
Contoh mekanisme desinfeksi pada limbah cair adalah penambahan klorin
(klorinasi), penyinaran dengan sinar ultraviolet (UV) atau dengan ozon (O 3).
Proses disinfeksi pada limbah cair biasanya dilakukan setelah proses pengolahan
limbah selesai, yaitu setelah pengolahan primer, sekunder atau tersier, sebelum
limbah dibuang ke lingkungan.
2. Insinerasi
Insinerasi adalah pembakaran sampah/limbah padat menggunakan suatu alat
yang disebut insinerator. Kelebihan dari proses incinerator adalah volume sampah
berkurang sangat banyak (bisa mencapai 90%). Selain itu, proses insinerasi
menghasilkan panas yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik atau
untuk pemanas ruangan, tidak semua jenis limbah padat dapat dibakar dalam
incinerator. Jenis limbah padat yang cocok untuk insinerasi di antaranya adalah
kertas, plastic dan karet sedangkan contoh jenis limbah padat yang kurang sesuai
untuk insinerasi adalah kaca, sampah makanan dan baterai.
Kelemahan utama metode incinerator adalah biaya operasi yang mahal. Selain
itu, insinerasi menghasilkan asap buangan yang dapat menjadi pencemar udara
serta abu hasil pembakaran yang kemungkinan mengandung senyawa berbahaya.
3. Pembuatan Kompos
Kompos adalah pupuk yang dibuat dari sampah organic, seperti sayuran, daun
dan ranting, serta kotoran hewan, melalui proses degradasi/penguraian oleh
mikroorganisme tertentu. Pembuatan kompos merupakan salah satu cara terbaik
untuk mengurangi timbunan sampah organic. Cara ini sangat cocok diterapkan di
Indonesia, karena cara pembuatan relative mudah dan tidak membutuhkan biaya
yang besar. Selain itu kompos dapat dijual sehingga dapat memberikan pemasukan
tambahan atau bahkan menjadi alternative mata pencaharian.
Berdasarkan bentuknya, kompos ada yang berbentuk padat dan cair.
Pembuatan kompos dapat dilakukan dengan menggunakan kompos yang telah jadi,
kultur mikroorganisme, atau cacing tanah. Contoh kultur mikroorganisme yang
telah banyak dijual dipasaran dan dapat digunakan untuk membuat kompos adalah
EM4 (Effective Microorganism 4). EM4 merupakan kultur campuran
mikroorganisme yang dapat meningkatkan degradasi limbah/sampah organic,
menguntungkan dan bermanfaat bagi kesuburan tanah maupun tumbuhan dan
produksi tanaman, serta ramah lingkungan. EM4 mengandung mikroorganisme
yang terdiri dari beberapa jenis bakteri, diantaranya Lactobacillus sp,
Rhodopseudomonas sp, Actinomyces sp, Streptomyces sp dan khamir (ragi) yaitu
Saccaharomyces cerevisiae. Kompos yang dibuat menggunakan EM4 dikenal juga
dengan sebutan bokashi.
Kompos dapat juga dibuat dengan bantuan cacing tanah karena cacing tanah
mampu menguraikan bahan organic. Kompos yang dibuat dengan bantuan cacing
tanah dikenal juga dengan sebutan kascing. Cacing tanah yang dapat digunakan
adalah cacing dari spesies Lumbricus terrestis, Lumbricus rebellus, Pheretima
defingens dan Eisenia foetida. Cacing tanah akan mengurai bahan-bahan kompos
yang sebelumnya sudah diuraikan oleh mikroorganisme dalam pembuatan kompos
menyebabkan pembentukan kompos lebih efektif dan lebih cepat.
4. Daur Ulang
Berbagai jenis limbah padat dapat mengalami proses daur ulang menjadi
produk baru. Proses daur ulang sangat berguna untuk mengurangi timbunan
sampah karena bahan buangan diolah menjadi bahan yang dapat digunakan
kembali. Contoh beberapa jenis limbah padat yang dapat didaur ulang adalah
kertas, kaca, logam (seperti besi, baja dan alumunium) plastic dan karet.
Meskipun daur ulang sangat bermanfaat untuk menangani limbah padat, solusi
ini masih memiliki kelemahan. Seperti halnya proses produksi lain, proses daur
ulang masih menghasilkan polutan sebagai hasil sampingan/sisa proses daur ulang
tersebut.
Kaji Ulang
1. Sebutkan dua cara penimbunan sampah dalam penanganan limbah padat
2. Apakah menurutmu sanitary landfill dapat mengatasi masalah limbah padat secara
tuntas? Jelaskan jawabanmu
3. Apa yang dimaksud dengan insinerasi?
4. Jelaskan manfaat kompos bagi kesuburan tanah
5. Sebutkan tiga contoh bahan yang dapat di daur ulang
b. Pengendap siklon
Pengendapan siklon atau Cyclone Separator adalah alat pengendap materi
partikulat yang ikut dalam gas atau udara buangan. Prinsip kerja pengendap siklon
adalah pemanfaatan gaya sentrifugal dari udara/gas buangan yang sengaja
dihembuskan melalui tepi dinding tabung siklon sehingga partikel yang relative
berat akan jatuh ke bawah.
c. Filter basah
Filter basah (wet scrubber) membersihkan udara yang kotor dengan cara
menyalurkan udara ke dalam filter kemudian menyemprotkan air ke dalamnya.
Saat udara kontak dengan air, materi partikulat padat dan senyawa lain yang larut
air akan ikut terbawa air turun ke bagian bawah sedangkan udara bersih
dikeluarkan dari filter.
e. Pengendap elektrostatik
Alat pengendap elektrostatik (Electrostatic precipitator) digunakan untuk
membersihkan udara yang kotor dalam jumlah (volume) yang relative besar dan
pengotor udaranya umunya adalah aerosol atau uap air.
Kaji Ulang
1. Apa yang dimaksud dengan proses desulfurisasi?
2. Jelaskan perbedaan antara alat pengendap siklon dengan alat pengendap system
gravitasi
3. Jelaskan prinsip kerja alat pengendap elektrostatik
D. Penanganan Limbah B3
Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) tidak dapat begitu saja ditimbun,
dibakar atau dibuang ke lingkungan, karena mengandung bahan yang dapat
membahyakan manusia dan makhluk hidup lain.
Kaji Ulang
1. Jelaskan perbedaan antara bioremediasi dan fitoremediasi
2. Sebutkan tiga metode pembuangan limbah B3
3. Apa kelemahan metode secure landfill untuk penanganan limbah B3?
Pengolahan Limbah Cair
Primary Treatmen
1. Penapisan
2. Pencacahan
3. Penghilangan pasir
4. Penangkapan minyak
5. Kolam equalisasi
Secondary Treatment
1. Kolam lumpur aktif
2. Trickling filter
3. Oxidation pond
Tertiary Treatment
1. Penyaringan
2. Penyerapan
3. Peleburan CN (Carbon Nitrogen)
4. Osmosis
Desinfection (Desinfeksi)
Desinfeksi adalah pembunuhan pemnyebab penyakit dalam limbah cair.
Mekanisme desinfeksi dapt secara kimia yaitu dengan menambahkan senyawa/zat tertentu atau
dengan perlakuan kimia.
Dalam menentukan senyawa/zat untuk membunuh mikroorganisme terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan yaitu :
1. Daya racun zat
2. Waktu kontak yang diperlukan
3. Efektifitas zat
4. Kadar dosis yang diperlukan
5. Tidak boleh bersifat toksin (bagi manusia/hewan)
6. Tahan terhadap air
7. Biaya murah
Contoh mekanisme desinfeksi
1. Penambahan klorin (klorinasi)
2. Penyinaran dengan sinar UV
3. Dengan menggunakan O3 (Ozon)
Proses desinfeksi ini dilakukan setelah proses sebelumnya sebelum limbah cair dibuang ke
lingkungan.