Anda di halaman 1dari 13

BAB VIII

KOMPLEKSOMETRI

8.1. Tujuan Percobaan


- Memahami prinsip-prinsip dasar titrasi kompleksometri
- Menentukan kesadahan air.
8.2. Tinjauan Pustaka
Titrasi adalah metode penetapan kadar suatu larutan dengan menggunakan larutan
standar yang sudah diketahui konsentrasinya. Dalam hal ini, suatu larutan yang
konsentrasinya telah diketahui secara pasti (larutan standar), ditambahkan secara
bertahap ke larutan lain yang konsentrasinya tidak diketahui, sampai reaksi kimia antara
kedua larutan tersebut berlangsung sempurna (Chandra, 2012).
Larutan satandar adalah suatu larutan yang konsentrasinya telah ditetapkan
dengan akurat (Rodiani, 2013).
Titrasi kompleksometri meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun
pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar
terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi (Khopkar, 1990).
Jenis titrasi kompleksometri, Macam-macam titrasi kompleksometri
menggunakan EDTA adalah:
1) Titrasi langsung
Dilakukan untuk ion-ion logam yang tidak mengendap pada pH titrasi, reaksi
pembentukan kompleks berjalan cepat, dan ada indikator yang cocok. Perlu
dilakukan titrasi blanko untuk memeriksa adanya senyawa pengotor logam dalam
pereaksi, karena pengotor logam dapat bereaksi dengan EDTA sehingga
dikhawatirkan dapat membentuk kompleks logam-EDTA, karena sifat EDTA yang
tidak spesifik. Contoh penentuannya ialah untuk ion-ion Mg, Ca, dan Fe.
2) Titrasi kembali
Dilakukan untuk ion-ion logam yang mengendap pada pH titrasi, reaksi
pembentukan kompleks berjalan lambat dan tidak ada indikator yang cocok dan
dilakukan jika penentuan TA secara titrasi langsung tidak mungkin.

3) Titrasi substitusi
Dipilih titrasi substitusi jika cara titrasi langsung dan titrasi kembali tidak dapat
memberikan hasil yang baik. Dilakukan untuk ion-ion logam yang tidak bereaksi
(atau tidak bereaksi sempurna) dengan indikator logam atau untuk ion-ion logam
yang membentuk kompleks EDTA yang lebih stabil daripada kompleks ion-ion
logam lain, seperti Mg2+ atau Zn2+ (Mg-EDTA dan Zn-EDTA) . contoh
penggunaannya ialah untuk ion-ion Ca dan Mg2+.
4) Titrasi tidak langsung
Dilakukan dengan berbagai cara yaitu;
- Titrasi kelebihan kation pengendap (misalnya penetapan ion sulfat)
- Titrasi kelebihan kation pembentuk senyawa kompleks (misalnya
penetapan ion sianida) (Rodiani, 2013).
Sebagian besar titrasi kompleksometri mempergunakan indikator yang juga
bertindak sebagai pengompleks dan tentu saja kompleks logamnya mempunyai warna
yang berbeda dengan pengompleksnya sendiri. Indikator demikian disebut indikator
metalokromat (Khopkar, 1990).
Ada lima syarat suatu indikator ion logam dapat digunakan pada pendeteksian
visual dari titik-titik akhir yaitu:
1) Reaksi warna harus sedemikian sehingga sebelum titik akhir, bila hampir
semua ion logam telah berkompleks dengan EDTA, larutan akan berwarna kuat.
2) Reaksi warna haruslah spesifik (khusus), atau sedikitnya selektif.
3) Kompleks-indikator logam harus memiliki kestabilan yang cukup agar
diperoleh perubahan warna yang tajam. K
4) Kompleks – indikator logam harus kurang stabil dibanding kompleks logam –
EDTA untuk menjamin agar pada titik akhir, EDTA memindahkan ion-ion logam dari
kompleks-indikator logam ke kompleks logam-EDTAharus tajam dan cepat.
5) Kontras warna antara indikator bebas dan kompleks – indikator logam harus
sedemikian sehingga mudah diamati. Indikator harus sangat peka terhadap ion logam
sehingga perubahan warna terjadi sedikit mungkin dengan titik ekuivalen (Rodiani,
2013).

Kurva titrasi untuk titrasi kelometri dapat dibuat dan analog dengan kurva untuk
titrasi asam-basa. Kurva semacam itu terdiri dari suatu alur min logaritma konsentrasi
ion logam (pM) terhadap mililiter titran. Seperti pada titrasi asam basa, kurva-kurva ini
membantu mempertimbangkan kelayakan suatu titrasi dan memilih indikator yang
tepat. Didekat titik kesetaraan perhitungan yang lebih tepat dapat dibuat dengan tidak
mengandaikan bahwa reaksi berjalan lengkap, artinya dengan memperhitungkan adanya
ion kalsium yang dihasilkan oleh disosiasi CaY 2- dan dengan memecahkan persamaan
kuadrat biasa.

Gambar 8.2.1 Gambar Kurva Kompleksometri (Underwood, 1986).


Kompleksometri dapat melibatkan reaksi pembentukan komplek, atau reaksi
subtitusi ligan (dimana ligan pada ion pusat atau logam digantikan oleh ligan lain). Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi reaksi kompleks diantaranya kestabilan ion
kompleks dan kereaktifan ligan. Kestabilan ion logam dicirikan oleh harga tetapan
ketakstabilan kompleks sedangkan kekuatan ligan dicirikan oleh deret kekuatan ligan.
Salah satu reagen yang sangat serbaguna sebagai zat pengompleks adalah EDTA atau
bentuk garamnya serta tersedianya berbagai jenis indikator ion-logam yang efektif pada
pH tertentu.
Pada titrasi kompleksometri (terutama yang melibatkan EDTA), pH sangat
menentukan agar titik ekuivalensinya tepat, umumnya memerlukan batas-batas sampai
1 satuan pH bahkan sampai 0,5 satuan pH untuk ini suatu buffer diperlukan, namun agar
kerja bufer sesuai yang dikhendaki maka larutan yang akan ditambahkan maka bufer
harus benar-benar netral, penetralan larutan harus tidak menyebabkan terjadinya
pengendapan pada pH bufer terutama jika larutan asam dinetralkan dengan basa
(Mulyono, 2011).
Aplikas titrasi kompleksometri salah satunya membuat Minyak nilam dapat
dimurnikan dengan metode kompleksometri dengan bahan pengkelat Etilen Diamin
Tetra Asetat (EDTA), asam sitrat dan asam tartrat. EDTA dapat memurnikan minyak
nilam lebih baik daripada asam sitrat maupun asam tartrat, sementara asam sitrat lebih
baik dibanding asam tartrat. Metode ini tidak terlalu sulit untuk diterapkan, namun
ketiga zat tersebut memliliki harga yang relatif mahal dan sulit ditemui. Hal ini
menyebabkan para petani nilam sulit untuk menerapkannya (Septiana, 2013).
EDTA ialah suatu ligand yang heksadentat (mempunyai enam buah atom donor
pasangan elektron), yaitu melalui kedua atom N dan keempat atom O (dari OH)
(Harjadi, 1990).
Hanya beberapa ion logam seperti tembaga, kobalt, nikel, zink, kadmium, dan
merkurium (II) membentuk kompleks stabil dengan ligan nitrogen seperti amonia dan
trien. Ion logam lain tertentu (misalnya aluminium, timbel, dan bismut) dikomplekskan
dengan lebih baik dengan ligan yang mengandung atom oksigen sebagai penyumbang
pasangan elektron. Zat penyepit tertentu yang mengandung baik oksigen maupun
nitrogen teristimewa efektif membentuk kompleks yang stabil dengan logam yang
sangat beraneka ragam. Diantaranya yang paling dikenal adalah asam
etilenadiamintetraasetat, yang kadang-kadang disebut asam (etilenadinitrilo) tetraasetat,
dan sering disingkat dengan EDTA:

Gambar 8.2.2 EDTA (Underwood, 1986).

Telah diusulkan istilah kelon (chelon) sebagai nama generik untuk seluruh kelas
reagensia, termasuk poliamina seperti trien, asam poliaminokarboksilat seperti EDTA,
dan senyawa sehubungan yang membentuk kompleks 1 : 1 yang dapat larut dalam air
dan stabil, dengan ion-ion logam dan karenanya dapat digunakan sebagai titran untuk
logam-logam. Kompleks-kompleksnya, suatu kelas khusus senyawa sepit, disebut
logam kelonat, dan titrasinya diberi istilah titrasi kelometri. Kelon-kelon ini praktis
merevolusikan kimia analisis dari banyak unsur logam, dan mereka ini sangat penting
dalam banyak bidang.
Cocoknya kelon seperti EDTA sebagai titran untuk ion logam telah disebut diatas.
EDTA sebenarnya adalah ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion
logam lewat kedua nitrogen dan keempat gugus karboksilnya. Dari spektra inframerah
dan pengukuran lain diketahui bahwa memang demikian contohnya dengan ion kobalt
(II), yang membentuk kompleks EDTA oktahedral. Dalam hal-hal lain, EDTA dapat
berperilaku sebagai ligan kuinkedentat dan kuadridentat, yang membebaskan satu atau
dua gugus karboksilnya dari antraksi kuat dengan logam itu.
Agar tidak merepotkan bentuk asam bebas EDTA sering disingkat sebagai H 4Y.
Kompleks kobalt yang terpaparkan diatas dapatlah ditulis sebagai CoY 2-, dan kompleks-
kompleks lain menjadi CuY2-, FeY-, CaY2-, dan sebagainya. Dalam larutan yang agak
asam, dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa pematahan sempurna kompleks
logam, yang menghasilkan spesies seperti CuHY-, namun pada kondisi yang lazim
keempat hidrogen itu dilepaskan bila ligan itu berkoordinasi dengan ion logam. Pada
nilai pH yang sangat tinggi, ion hidroksida dapat menembus bola koordinasi logam itu,
dan dapat terjadi kompleks Cu(OH)Y3- (Underwood, 1986).
Larutan buffer merupakan sistem larutan yang dapat mempertahankan pH
lingkungannya dari pengaruh seperti oleh penambahan sedikit asam/basa kuat, atau oleh
pengenceran.
Sistem buffer terdiri atas dua komponen, yakni komponen pelarut (umumnya air),
dan komponen zat terlarutnya. Komponen terakhir ini dapat berupa:
a Asam lemah dan garam kuatnya,
b Basa lemah dan garam kuatnya,
c Sepasang asam-basa konyugat, atau
d Sepasang pemberi-penerima proton (Mulyono, 2011).
Air sadah adalah istilah yang digunakan pada air yang mengandung penyebab
kesadahan. Pada umumnya kesadahan disebabkan oleh adanya logam-logam atau
kation-kation yang bervalensi 2, seperti Fe, Sr, Mn, Ca dan Mg, tetapi penyebab utama
dari kesadahan adalah kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Kalsium dalam air
mempunyai kemungkinan bersenya-wa dengan bikarbonat, sulfat, khlorida dan nitrat,
sementara itu magnesium dalam air kemungkinan bersenyawa dengan bikarbonat, sulfat
dan khlorida.
Kesadahan dibagi atas dua jenis kesadahan, yaitu kesadahan sementara dan
kesadahan tetap. Air yang mengandung kesadahan kalsium karbonat dan magnesium
karbonat disebut kesadahan karbonat atau kesadahan sementara, karena kesadahan
tersebut dapat dihilangkan dengan cara pemanasan atau dengan cara pembubuhan kapur.
Sementara itu Air yang mengandung kesadahan kalsium sulfat, kalsium khlorida,
magnesium sulfat dan magnesium khlorida, disebut kesadahan tetap karena tidak dapat
dihilangkan dengan cara pemanasan, tetapi dapat dengan cara lain dan salah satunya
adalah proses penukar ion (Marsidi, 2001).
Kesadahan yang dimaksud ini adalah efek yang terjadi ketika air banyak
mengandung mineral dari kation logam bervalensi dua dalam jumlah yang berlebihan.
Biasanya yang sering menimbulkan kesadahan adalah logam Ca2+ DAN Mg2+.
Kesadahan total terjadi ketika ion Ca2+ dan Mg2+ secara bersama dalam air.
Metode yang dapat digunakan untuk mengukur kesadahan air adalah dengan
metode titrasi dengan menggunakan Ethylene Diamine Tetra Acid (EDTA) sebagai
titran. Salah satu penggunaan titrasi ini adalah untuk penentu kesadahan air dimana
kesadahannya tersebut disebabkan oleh adanya ion kalsium (Ca) dan ion magnesium
(Mg). Titik akhir dari titrasi adalah dengan terjadinya perubahan warna. Cara titimetri
ini didasarkan pada kemampuan ion-ion logam membentuk senyawa kompleks dan
dapat larut dalam air sehingga titrasi ini disebut titrasi kompleksometri (Ratna, 2015)
Tabel 8.2.1 Derajat Kesadahan
Derajat Kesadahan CaCO3 (ppm) Ion Ca2+
Lunak ˂50 <2,9
Agak Sadah 50-100 2,9-5,9
Sadah 100-200 5,9-11,9
Sangat Sadah >200 >11,9
(Widyastuti, 2011).
8.3. Tinjauan Bahan
A. Ammonia
- Rumus molekul : NH3
- Bentuuk : cairan
- Warna :
- Massa jenis : 0,59 g/cm3
- Massa molar : 17,03 g/mol
- pH :-
- Titik didih : -33 °C (-27,4 °F)
- Titik lebur : -77,7 °C (-107,9 °F)
B. Ammonium Klorida
- Rumus molekul : NH4Cl
- Bentuk : padatan serbuk kristal
- Massa jenis : 1,53 g/cm3
- Massa molar : 53,49 g/mol
- pH : 5,5
- Titik didih : 520 °C (968 °F)
- Titik lebur : 338 °C (640,4 °F)
C. Aquadest
- Rumus molekul : H2O
- Bentuk : cairan tak berwarna
- Massa jenis : 1 g/cm3
- Massa molar : 18,02 g/mol
- pH :7
- Titik didih : 100 °C (212 °F)
- Titik lebur :-
D. EDTA
- Rumus molekul : (C10H13N2Na4O8.2H20)
- Bentuk : padatan serbuk kristal
- Massa jenis : 0,72 g/cm3
- Massa molar : 292,28 g/mol
- pH :-
- Titik didih :-
- Titik lebur : 220 - 240 °C (464 °F)
E. Indikator EBT
- Rumus molekul : C20H12N3O7
- Bentuk : padatan
- Massa jenis : 21,16 g/cm3
- Massa molar :-
- pH :7
- Titik didih :-
- Titik lebur : 801 °C (1473,8 °F)
F. Indikator Murexide
- Rumus molekul : C8H8N6O6
- Bentuk : padatan serbuk
- Massa jenis :-
- Massa molar : 284,19 g/mol
- pH :-
- Titik didih :-
- Titik lebur : >300 °C (572 °F)
G. Natrium Hidroksida
- Rumus molekul : NaOH
- Bentuk : padatan
- Massa jenis : 2,13 g/cm3
- Massa molar : 40 g/mol
- pH : 13,5
- Titik didih : 1388 °C (2530,4 °F)
- Titik lebur : 323 °C (613,4 °F)
H. Seng Sulfat
- Rumus molekul : ZnSO4
- Bentuk : padatan
- Massa jenis : 1,01 g/cm3
- Massa molar : 145,46 g/mol
- pH :7
- Titik didih : 100 °C (212 °F)
- Titik lebur :-
I.Natrium Klorida
- Rumus molekul : NaCl
- Bentuk : padatan serbuk kristal
- Massa jenis : 2,165 g/cm3
- Massa molar : 58,44 g/mol
- pH :7
- Titik didih : 1413 °C (2575,4 °F)
- Titik lebur : 801 °C (1473,8 °F)
8.4. Alat dan Bahan
A. Alat-alat yang digunakan:
- batang pengaduk
B. Bahan-bahan yang digunakan:
- Beakerglass
- Buret - air sungai
- bola hisap - air mineral
- botol Aquadest - ammonia (NH3)
- Erlenmeyer - ammonium klorida (NH4Cl)
- corong - Aquadest (H2O)
- gelas arloji - EDTA (C10H13N2Na4O82H20)
- labu ukur - Indikator EBT (C20H12N3O7)
- neraca analitik - Natrium hidroksida (Na0H)
- pH meter - seng sulfat (ZnSO4)
- pipet tetes - natrium klorida (NaCl)
- pipet volume
- spatula
- statif dan klem
8.5. Prosedur Percobaan
A. Preparasi larutan
- Buatlah larutan seng sulfat 0,02 M sebanyak 100 mL
- Buatlah larutan natrium hidroksida 1 M sebanyak 100 mL
- Buatlah larutan EDTA 0,01 M sebanyak 500 mL
- Buatlah campuran EBT-NaCl dan Murexide-NaCl.
B. Standarisasi larutan EDTA 0,01 M
- Pipet 25 mL larutan seng sulfat 0,02 M, masukkan ke dalam Erlenmeyer
250 mL
- Tambahkan kurang lebih 75 mL Aquadest dan 2 mL larutan buffer pH 10
- Dikocok lalu menambahkan sedikit indikator EBT-NaCl sampai warna
larutan merah anggur
- Titrasi dengan larutan EDTA 0,01 M sampai warna larutan menjadi biru
- Ulangi percobaan sampai 3 kali.
C. Menentukan kesadahan total
- Pipet 25 mL larutan contoh, memasukkan ke dalam Erlenmeyer
- Tambahkan 20 tetes larutan NaOH 1 M dan sedikit indikator Murexide-
NaCl
- Titrasi dengan larutan EDTA 0,01 M sampai terjadi warna merah anggur
- Lakukan percobaan sampai 3 kali.
D. Menentukan kesadahan tetap
- Pipet 25 mL larutan contoh, masukkan ke dalam Erlenmeyer
- Tambahkan 20 tetes larutan NaOH 1 M dan 5 mL larutan buffer pH 10
serta sedikit indikator EBT-NaCl
- Titrasi dengan larutan EDTA 0,01 M sampai terjadi perubahan warna
larutan dari merah anggur menjadi biru
- Lakukan percobaan sampai 3 kali.
8.6. Data Pengamatan
A. Data pengamatan standarisasi larutan EDTA dengan larutan seng sulfat
Tabel 8.6.1 Standarisasi larutan EDTA dengan larutan seng sulfat

Keterangan I II III
Volume larutan seng sulfat dititrasi (mL)
25 25 25
Volume larutan EDTA – peniter (mL)
50 50 50

Volume rata-rata EDTA 50

B. Data pengamatan penentuan kesadahan total


Tabel 8.6.2 Penetapan kesadahan total air mineral

Keterangan I II

Volume larutan yang dititrasi – sampel (mL) 25 25


Volume larutan EDTA – peniter (mL)
1,9 1,5

Volume rata-rata EDTA 1,7

Tabel 8.6.3 Penetapan kesadahan total air sungai

Keterangan I II

Volume larutan yang dititrasi – sampel (mL) 25 25


Volume larutan EDTA – peniter (mL)
2,5 2,5

Volume rata-rata EDTA 2,5

C. Data pengamatan penentuan kesadahan tetap (Air Sungai)


Tabel 8.6.4 Penetapan kesadahan tetap air sungai
Keterangan I II
Volume larutan yang dititrasi-sampel (mL) 25 25
Volume larutan EDTA-peniter (mL) 3,5 3,8
Volume rata-rata EDTA (Air Sungai) 3,65

Data pengamatan penentuan kesadahan tetap (Air Mineral)


Tabel 8.6.5 Penetapan kesadahan total air mineral
Keterangan I II
Volume larutan yang dititrasi-sampel (mL) 25 25
Volume larutan EDTA-peniter (mL) 3,5 3,5
Volume rata-rata EDTA (Air Mineral) 3,5

.7. Dokumentasi

Gambar 8.7.1. Sebelum titrasi Gambar 8.7.2. Sebelum titrasi


standarisasi larutan 1 standarisasi larutan 2
Gambar 8.7.3. Air sungai setelah Gambar 8.7.4. Air sungai setelah
ditambah Murexide-NaCL dititrasi EDTA 0,01 M

Gambar 8.7.5. Air mineral setelah Gambar 8.7.6. Air mineral setelah
ditambah indikator EBT-NaCl dititrasi EDTA 0,01 M

8.8. Persamaan Reaksi


- Standarisasi larutan EDTA
Zn2+ + HIn2- ZnIn- + H+
(seng) (hidrogen EDTA) (seng EDTA) (hidrogen)
2+ -
Zn + H4Y ZnY + 4H+
(seng) (hidrogen EDTA) (seng EDTA) (hidrogen)
- Menentukan kandungan Ca 2+

Ca2+ + HIn2- CaIn- + H+


(kalsium) (EDTA) (kalsium EDTA) (hidrogen)
Zn2+ + H4Y- ZnY + 4H+
(kalsium) (EDTA) (kalsium EDTA) (hidrogen)
- Menentukan kadar Ca2+ dan Mg2+
Ca2+ + MgY2+ CaY + Mg2+
(kalsium) (magnesium EDTA) (kalsium EDTA) (magnesium)
2+ -
Ca + MgIn CaIn + Mg2+
(kalsium) (magnesium EDTA) (kalsium EDTA) (magnesium)
2+ - -
Mg + HY Mg In + H+
(kalsium) (hidrogen EDTA) (magnesium EDTA) (hidrogen)
2+ 2-
Mg + HIn Mg Y + H+
(kalsium) (hidrogen EDTA) (magnesium EDTA) (hidrogen
8.9. Pembahasan
A. Standarisasi larutan EDTA 0,01M
Pada proses melakukan penentuan larutan standart EDTA 0,02M sebanyak 25
mL. Penetuan larutan standart EDTA adalah untuk mengetahui konsentrasi EDTA
pada larutan. Konsentrasi EDTA yang diperoleh dari perhitungan ini adalah 0,005
M.
B. Menentukan kesadahan total
Pada penentuan kesadahan total ditambahkan larutan NaOH 2M. Tujuan dari
penambahan larutan NaOH adalah untuk memberikan suasana basa karena reaksi
tidak dapat berlangsung dalam keadaan asam. Penambahan sedikit indikator
Murexid-NaCl, warna larutan menjadi merah dan dititrasi dengan larutan EDTA
sampai warna larutan menjadi merah anggur. Dari hasil pengamatan dan
perhitungan diperoleh kadar Ca2+ dan Mg2+ dalam sampel air mineral adalah ?
ppm. Sedangkan kadar Ca2+ dan Mg2+ pada sampel air mineral adalah mineral ?
ppm. Sehingga kedua sampel tersebut dapat digolongkan kedalam kategori air
sangat sadah.
C. Menentukan kesadahan tetap
Pada penentuan kesadahan tetap ditambahkan larutan NaOH 2 M. Penambahan
buffer bertujuan untuk mencegah terjadinya perubahan pH yang diakibatkan oleh
terbentuknya ion H+. Indikator EBT-NaCl mengakibatkan warna larutan menjadi
merah dan kemudian dititrasi dengan EDTA sampai warna larutan menjadi biru.
Dari hasil pengamatan dan perhitungan dalam sampel air mineral, diperoleh kadar
Ca2+ adalah ? ppm dan Mg2+ adalah ? ppm. Sedangkan pada sampel air mineral
diperoleh kadar Ca2+ adalah ? ppm dan kadar Mg2+ adalah dan ? ppm.
8.10. Kesimpulan
- Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling
mengompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Kompleks yang dimaksud
di sini adalah kompleks yang dibentuk melalui reaksi ion logam, sebuah kation,
dengan sebuah anion atau molekul netral
- Kesadahan air disebabkan karena keberadaan ion-ion Ca2+ dan
Mg2+dalam air. sampel air PDAM, diperoleh kadar Ca2+ dan kadar Mg2+ adalah
? ppm dan ? ppm. Sedangkan kadar Ca2+ dan kadar Mg2+ pada sampel air
sumur adalah ? ppm 71,104 ppm dan ? ppm.
DAFTAR PUSTAKA

Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT Gramedia.


Khopkar, S. M. 1990.Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.
Mulyono, Drs. M.Pd. 2011. Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. Bandung: PT
Bumi Aksara.
Rodiani, Teni., dan Suprijadi. 2013. Analisis Titrimetri dan Gravimetri. Cianjur:
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia.
Underwood L., dan Day R.A. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Jakarta:
Erlangga.
Chandra, Achmad Dwiana. 2012. Rancang Bangun Kontrol pH Berbasis Self Tuning
PID Melalui Metode Adaptive Control. ITS: Surabaya ( Diakses Pada Tanggal 11
November 2017).
Marsidi, Ruliasih. 2001. Zeloit Untuk Mengurangi Kesadahan Air. ( Diakses Pada 13
November 2017).
Septiana, Arkie., Arienata, Frans., dan Kumoro, Andi, Cahyo. 2013. Potensi Jus Jeruk
Nipis (CITRUS AURANTIFOLIA) Sebagai Bahan Pengkelat Dalam Proses
Pemurnian Minyak Nilam (PATCHOULI OIL) Dengan Metode Kompleksometri.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Widyastuti, Sri., dan Sari. 2011. Kinerja Pengolahan Air Bersih dengan Proses Filtrasi
dalam Mereduksi Kesadahan. Universitas PGRI Adi Buana: Surabaya ( Diakses Pada
Tanggal 11 November 2017).

Anda mungkin juga menyukai