KOMPLEKSOMETRI
3) Titrasi substitusi
Dipilih titrasi substitusi jika cara titrasi langsung dan titrasi kembali tidak dapat
memberikan hasil yang baik. Dilakukan untuk ion-ion logam yang tidak bereaksi
(atau tidak bereaksi sempurna) dengan indikator logam atau untuk ion-ion logam
yang membentuk kompleks EDTA yang lebih stabil daripada kompleks ion-ion
logam lain, seperti Mg2+ atau Zn2+ (Mg-EDTA dan Zn-EDTA) . contoh
penggunaannya ialah untuk ion-ion Ca dan Mg2+.
4) Titrasi tidak langsung
Dilakukan dengan berbagai cara yaitu;
- Titrasi kelebihan kation pengendap (misalnya penetapan ion sulfat)
- Titrasi kelebihan kation pembentuk senyawa kompleks (misalnya
penetapan ion sianida) (Rodiani, 2013).
Sebagian besar titrasi kompleksometri mempergunakan indikator yang juga
bertindak sebagai pengompleks dan tentu saja kompleks logamnya mempunyai warna
yang berbeda dengan pengompleksnya sendiri. Indikator demikian disebut indikator
metalokromat (Khopkar, 1990).
Ada lima syarat suatu indikator ion logam dapat digunakan pada pendeteksian
visual dari titik-titik akhir yaitu:
1) Reaksi warna harus sedemikian sehingga sebelum titik akhir, bila hampir
semua ion logam telah berkompleks dengan EDTA, larutan akan berwarna kuat.
2) Reaksi warna haruslah spesifik (khusus), atau sedikitnya selektif.
3) Kompleks-indikator logam harus memiliki kestabilan yang cukup agar
diperoleh perubahan warna yang tajam. K
4) Kompleks – indikator logam harus kurang stabil dibanding kompleks logam –
EDTA untuk menjamin agar pada titik akhir, EDTA memindahkan ion-ion logam dari
kompleks-indikator logam ke kompleks logam-EDTAharus tajam dan cepat.
5) Kontras warna antara indikator bebas dan kompleks – indikator logam harus
sedemikian sehingga mudah diamati. Indikator harus sangat peka terhadap ion logam
sehingga perubahan warna terjadi sedikit mungkin dengan titik ekuivalen (Rodiani,
2013).
Kurva titrasi untuk titrasi kelometri dapat dibuat dan analog dengan kurva untuk
titrasi asam-basa. Kurva semacam itu terdiri dari suatu alur min logaritma konsentrasi
ion logam (pM) terhadap mililiter titran. Seperti pada titrasi asam basa, kurva-kurva ini
membantu mempertimbangkan kelayakan suatu titrasi dan memilih indikator yang
tepat. Didekat titik kesetaraan perhitungan yang lebih tepat dapat dibuat dengan tidak
mengandaikan bahwa reaksi berjalan lengkap, artinya dengan memperhitungkan adanya
ion kalsium yang dihasilkan oleh disosiasi CaY 2- dan dengan memecahkan persamaan
kuadrat biasa.
Telah diusulkan istilah kelon (chelon) sebagai nama generik untuk seluruh kelas
reagensia, termasuk poliamina seperti trien, asam poliaminokarboksilat seperti EDTA,
dan senyawa sehubungan yang membentuk kompleks 1 : 1 yang dapat larut dalam air
dan stabil, dengan ion-ion logam dan karenanya dapat digunakan sebagai titran untuk
logam-logam. Kompleks-kompleksnya, suatu kelas khusus senyawa sepit, disebut
logam kelonat, dan titrasinya diberi istilah titrasi kelometri. Kelon-kelon ini praktis
merevolusikan kimia analisis dari banyak unsur logam, dan mereka ini sangat penting
dalam banyak bidang.
Cocoknya kelon seperti EDTA sebagai titran untuk ion logam telah disebut diatas.
EDTA sebenarnya adalah ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion
logam lewat kedua nitrogen dan keempat gugus karboksilnya. Dari spektra inframerah
dan pengukuran lain diketahui bahwa memang demikian contohnya dengan ion kobalt
(II), yang membentuk kompleks EDTA oktahedral. Dalam hal-hal lain, EDTA dapat
berperilaku sebagai ligan kuinkedentat dan kuadridentat, yang membebaskan satu atau
dua gugus karboksilnya dari antraksi kuat dengan logam itu.
Agar tidak merepotkan bentuk asam bebas EDTA sering disingkat sebagai H 4Y.
Kompleks kobalt yang terpaparkan diatas dapatlah ditulis sebagai CoY 2-, dan kompleks-
kompleks lain menjadi CuY2-, FeY-, CaY2-, dan sebagainya. Dalam larutan yang agak
asam, dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa pematahan sempurna kompleks
logam, yang menghasilkan spesies seperti CuHY-, namun pada kondisi yang lazim
keempat hidrogen itu dilepaskan bila ligan itu berkoordinasi dengan ion logam. Pada
nilai pH yang sangat tinggi, ion hidroksida dapat menembus bola koordinasi logam itu,
dan dapat terjadi kompleks Cu(OH)Y3- (Underwood, 1986).
Larutan buffer merupakan sistem larutan yang dapat mempertahankan pH
lingkungannya dari pengaruh seperti oleh penambahan sedikit asam/basa kuat, atau oleh
pengenceran.
Sistem buffer terdiri atas dua komponen, yakni komponen pelarut (umumnya air),
dan komponen zat terlarutnya. Komponen terakhir ini dapat berupa:
a Asam lemah dan garam kuatnya,
b Basa lemah dan garam kuatnya,
c Sepasang asam-basa konyugat, atau
d Sepasang pemberi-penerima proton (Mulyono, 2011).
Air sadah adalah istilah yang digunakan pada air yang mengandung penyebab
kesadahan. Pada umumnya kesadahan disebabkan oleh adanya logam-logam atau
kation-kation yang bervalensi 2, seperti Fe, Sr, Mn, Ca dan Mg, tetapi penyebab utama
dari kesadahan adalah kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Kalsium dalam air
mempunyai kemungkinan bersenya-wa dengan bikarbonat, sulfat, khlorida dan nitrat,
sementara itu magnesium dalam air kemungkinan bersenyawa dengan bikarbonat, sulfat
dan khlorida.
Kesadahan dibagi atas dua jenis kesadahan, yaitu kesadahan sementara dan
kesadahan tetap. Air yang mengandung kesadahan kalsium karbonat dan magnesium
karbonat disebut kesadahan karbonat atau kesadahan sementara, karena kesadahan
tersebut dapat dihilangkan dengan cara pemanasan atau dengan cara pembubuhan kapur.
Sementara itu Air yang mengandung kesadahan kalsium sulfat, kalsium khlorida,
magnesium sulfat dan magnesium khlorida, disebut kesadahan tetap karena tidak dapat
dihilangkan dengan cara pemanasan, tetapi dapat dengan cara lain dan salah satunya
adalah proses penukar ion (Marsidi, 2001).
Kesadahan yang dimaksud ini adalah efek yang terjadi ketika air banyak
mengandung mineral dari kation logam bervalensi dua dalam jumlah yang berlebihan.
Biasanya yang sering menimbulkan kesadahan adalah logam Ca2+ DAN Mg2+.
Kesadahan total terjadi ketika ion Ca2+ dan Mg2+ secara bersama dalam air.
Metode yang dapat digunakan untuk mengukur kesadahan air adalah dengan
metode titrasi dengan menggunakan Ethylene Diamine Tetra Acid (EDTA) sebagai
titran. Salah satu penggunaan titrasi ini adalah untuk penentu kesadahan air dimana
kesadahannya tersebut disebabkan oleh adanya ion kalsium (Ca) dan ion magnesium
(Mg). Titik akhir dari titrasi adalah dengan terjadinya perubahan warna. Cara titimetri
ini didasarkan pada kemampuan ion-ion logam membentuk senyawa kompleks dan
dapat larut dalam air sehingga titrasi ini disebut titrasi kompleksometri (Ratna, 2015)
Tabel 8.2.1 Derajat Kesadahan
Derajat Kesadahan CaCO3 (ppm) Ion Ca2+
Lunak ˂50 <2,9
Agak Sadah 50-100 2,9-5,9
Sadah 100-200 5,9-11,9
Sangat Sadah >200 >11,9
(Widyastuti, 2011).
8.3. Tinjauan Bahan
A. Ammonia
- Rumus molekul : NH3
- Bentuuk : cairan
- Warna :
- Massa jenis : 0,59 g/cm3
- Massa molar : 17,03 g/mol
- pH :-
- Titik didih : -33 °C (-27,4 °F)
- Titik lebur : -77,7 °C (-107,9 °F)
B. Ammonium Klorida
- Rumus molekul : NH4Cl
- Bentuk : padatan serbuk kristal
- Massa jenis : 1,53 g/cm3
- Massa molar : 53,49 g/mol
- pH : 5,5
- Titik didih : 520 °C (968 °F)
- Titik lebur : 338 °C (640,4 °F)
C. Aquadest
- Rumus molekul : H2O
- Bentuk : cairan tak berwarna
- Massa jenis : 1 g/cm3
- Massa molar : 18,02 g/mol
- pH :7
- Titik didih : 100 °C (212 °F)
- Titik lebur :-
D. EDTA
- Rumus molekul : (C10H13N2Na4O8.2H20)
- Bentuk : padatan serbuk kristal
- Massa jenis : 0,72 g/cm3
- Massa molar : 292,28 g/mol
- pH :-
- Titik didih :-
- Titik lebur : 220 - 240 °C (464 °F)
E. Indikator EBT
- Rumus molekul : C20H12N3O7
- Bentuk : padatan
- Massa jenis : 21,16 g/cm3
- Massa molar :-
- pH :7
- Titik didih :-
- Titik lebur : 801 °C (1473,8 °F)
F. Indikator Murexide
- Rumus molekul : C8H8N6O6
- Bentuk : padatan serbuk
- Massa jenis :-
- Massa molar : 284,19 g/mol
- pH :-
- Titik didih :-
- Titik lebur : >300 °C (572 °F)
G. Natrium Hidroksida
- Rumus molekul : NaOH
- Bentuk : padatan
- Massa jenis : 2,13 g/cm3
- Massa molar : 40 g/mol
- pH : 13,5
- Titik didih : 1388 °C (2530,4 °F)
- Titik lebur : 323 °C (613,4 °F)
H. Seng Sulfat
- Rumus molekul : ZnSO4
- Bentuk : padatan
- Massa jenis : 1,01 g/cm3
- Massa molar : 145,46 g/mol
- pH :7
- Titik didih : 100 °C (212 °F)
- Titik lebur :-
I.Natrium Klorida
- Rumus molekul : NaCl
- Bentuk : padatan serbuk kristal
- Massa jenis : 2,165 g/cm3
- Massa molar : 58,44 g/mol
- pH :7
- Titik didih : 1413 °C (2575,4 °F)
- Titik lebur : 801 °C (1473,8 °F)
8.4. Alat dan Bahan
A. Alat-alat yang digunakan:
- batang pengaduk
B. Bahan-bahan yang digunakan:
- Beakerglass
- Buret - air sungai
- bola hisap - air mineral
- botol Aquadest - ammonia (NH3)
- Erlenmeyer - ammonium klorida (NH4Cl)
- corong - Aquadest (H2O)
- gelas arloji - EDTA (C10H13N2Na4O82H20)
- labu ukur - Indikator EBT (C20H12N3O7)
- neraca analitik - Natrium hidroksida (Na0H)
- pH meter - seng sulfat (ZnSO4)
- pipet tetes - natrium klorida (NaCl)
- pipet volume
- spatula
- statif dan klem
8.5. Prosedur Percobaan
A. Preparasi larutan
- Buatlah larutan seng sulfat 0,02 M sebanyak 100 mL
- Buatlah larutan natrium hidroksida 1 M sebanyak 100 mL
- Buatlah larutan EDTA 0,01 M sebanyak 500 mL
- Buatlah campuran EBT-NaCl dan Murexide-NaCl.
B. Standarisasi larutan EDTA 0,01 M
- Pipet 25 mL larutan seng sulfat 0,02 M, masukkan ke dalam Erlenmeyer
250 mL
- Tambahkan kurang lebih 75 mL Aquadest dan 2 mL larutan buffer pH 10
- Dikocok lalu menambahkan sedikit indikator EBT-NaCl sampai warna
larutan merah anggur
- Titrasi dengan larutan EDTA 0,01 M sampai warna larutan menjadi biru
- Ulangi percobaan sampai 3 kali.
C. Menentukan kesadahan total
- Pipet 25 mL larutan contoh, memasukkan ke dalam Erlenmeyer
- Tambahkan 20 tetes larutan NaOH 1 M dan sedikit indikator Murexide-
NaCl
- Titrasi dengan larutan EDTA 0,01 M sampai terjadi warna merah anggur
- Lakukan percobaan sampai 3 kali.
D. Menentukan kesadahan tetap
- Pipet 25 mL larutan contoh, masukkan ke dalam Erlenmeyer
- Tambahkan 20 tetes larutan NaOH 1 M dan 5 mL larutan buffer pH 10
serta sedikit indikator EBT-NaCl
- Titrasi dengan larutan EDTA 0,01 M sampai terjadi perubahan warna
larutan dari merah anggur menjadi biru
- Lakukan percobaan sampai 3 kali.
8.6. Data Pengamatan
A. Data pengamatan standarisasi larutan EDTA dengan larutan seng sulfat
Tabel 8.6.1 Standarisasi larutan EDTA dengan larutan seng sulfat
Keterangan I II III
Volume larutan seng sulfat dititrasi (mL)
25 25 25
Volume larutan EDTA – peniter (mL)
50 50 50
Keterangan I II
Keterangan I II
.7. Dokumentasi
Gambar 8.7.5. Air mineral setelah Gambar 8.7.6. Air mineral setelah
ditambah indikator EBT-NaCl dititrasi EDTA 0,01 M