Anda di halaman 1dari 3

Klorida adalah ion yang terbentuk sewaktu unsur klor mendapatkan satu elektron untuk membentuk suatu anion

(ion bermuatan negatif) Cl-. Garam dari asam klorida (HCl) mengandung ion klorida, contohnya adalah garam meja, yang disebut Natrium klorida dengan rumus kimia NaCl. Dalam air, senyawa ini terpecah menjadi ion Na+ dan Cl. Klorida dalam senyawa kimia, satu atau lebih atom klornya memiliki ikatan kovalen dalam molekul. Ini berarti klorida dapat berupa senyawa anorganik maupun organik. Contoh paling sederhana dari suatu klorida anorganik adalah asam klorida (HCl), sedangkan contoh sederhana senyawa organik (suatu atau organoklorida) adalah klorometana (CH3Cl), sering disebut metil klorid (Panjaitan, 2009). Klorin adalah bahan kimia yang penting untuk beberapa proses penurunan air, penjangkitan dan dalam pelunturan. Klor merupakan salah satu zat desinfektan yang sering digunakan dalam pengolahan air minum. Zat kimia lain yang dapat digunakan sebagai desinfektan adalah ozon (O3), klordioksidan, dan sebagainya. Dua faktor penting yang mempengaruhi proses desinfektan adalah waktu bereaksi dan konsentrasi zat desinfektan. Ozon boleh juga digunakan untuk membunuh bakteria, dan ozon tidak membentuk organoklin dan tidak tertinggal dalam air setelah perawatan (Jatilaksono, 2009). Senyawa ini umum digunakan dalam pengolahan limbah, produksi air minum maupun sebagai katalis, baik di industri maupun di laboratorium. Bila dilarutkan dalam air, besi (III) klorida mengalami hidrolisis yang merupakan reaksi eksotermis (menghasilkan panas). Hidrolisis ini menghasilkan larutan yang coklat, asam, dan korosif, yang digunakan sebagai koagulan pada pengolahan limbah dan produksi air minum. Larutan ini juga digunakan sebagai pengetsa untuk logam berbasis-tembaga pada papan sirkuit cetak (PCB). Anhidrat dari besi (III) klorida adalah asam Lewis yang cukup kuat, dan digunakan sebagai katalis dalam sintesis organik (Putranto, 2009). Kebanyakan klorida larut dalam air, oleh karena itu klorida biasanya hanya ditemui di kawasan beriklim kering, atau bawah tanah. Klorida biasanya dihasilkan melalui elektrolisis natrium klorida yang terlarut dalam air. Bersama dengan klorin, proses kloral kali ini menghasilkan gas hidrogen dan natrium hidroksida. Klor berasal dari gas Cl2, NaOCl, Ca(OCl)2 atau larutan kaporit atau larutan HOCl (asam hipoklorit). Dalam konsentrasi yang wajar, klorida tidak akan membahayakan bagi manusia. Rasa asin terhadap air merupakan pengaruh dari klorida dalam

jumlah konsentrasi sebesar 250 mg/L. Oleh karena itu, penggunaan klorida dibatasi untuk kebutuhan manusia (Alaerts dan Ir. S. Sumetri, 1998). Dalam jumlah kecil, mereka tidak berpengaruh. Dalam konsentrasi tinggi, mereka menyebabkan masalah. Biasanya konsentrasi klorida rendah. Sulfat dapat lebih bermasalah karena sulfat ada dalam konsentrasi yang lebih besar. Kadar rendah atau menengah dari kedua senyawa ion tersebut menambah rasa segar ada air. Pada kenyataannya, mereka dibutuhkan karena alasan ini. Jumlah konsentrasi yang berlebihan dari keduanya tentu akan membuat air jadi tidak enak diminum (Anonim1, 2008). Konsentrasi klorida pada dataran tinggi dan pegunungan biasanya relatif rendah, sedangkan pada sungai dan air tanah biasanya sangat banyak jumlahnya. Konsentrasi klorida yang juga sangat tinggi pada air laut yang menguap, kemudian mengalir ke sungai. Karena itu, sungai dan air tanah memiliki tingkat klorida yang tinggi. Untuk menentukan atau mengukur jumlah (kadar) klorida dalam air, dapat digunakan metode berikut ini. a. Mercurie Nitrate Method (metode HgNO3) Menentukan banyak sedikitnya kandungan klorida dengan perbandingan Mohr method (metode Mohr). Pada metode ini, indikator digunakan untuk menunjukkan adanya kelebihan ion Hg2+.HgCl2 (K = 2,6 x 10-15)Hg2+ + 2Clb. Mohr Method (Argentometric) Metode ini merupakan metode yang dapat menghasilkan hasil yang lebih memuaskan dari pada metode HgNO3. Metode Mohr ini menggunakan AgNO3 sebagai zat pentitrasi dan menganjurkan menggunakan metode standar. Dalam proses titrasi ion klorida akan terbentuk klorida dengan lapisan endapan putih perak. AgCl (Ksp = 3 x 1010)Ag+ + Cl- Indikator yang biasa digunakan untuk menentukan adanya ion Ag+ adalah potassium chromate. Indikator ini akan mengubah warna putih perak menjadi endapan merah bata. Ag2CrO4 (Ksp = 5 x 102-) (Hanief, 2009).2Ag+ + CrO42- Klorida dan sulfat dapat dihilangkan dari air dengan Reverse Osmosis. Deionisasi (demineralisasi) atau destilasi juga akan menghilangkan klorida dan sulfat dari dalam air, tetapi metode ini tidak cocok untuk perumahan dibanding reverse osmosis (Anonim2, 2008). Menurut SNI 01-3553-2006, definisi air isi ulang adalah air isi ulang yang diperoleh dari air tanah ataupun dari PDAM yang pengolahannya secara sederhana dan banyak dikembangkan oleh masyarakat. Jumlah kadar klorida untuk air minum dalam kemasan yang diperbolehkan maksimal sebesar 250 mg/l (KEPMENKES.RI.NO 907/MENKES/SK/VII/2002). Klorida dalam

bentuk ion Cl- adalah salah satu anion anorganik yang banyak terdapat dalam air dan air buangan (Pudjianto, 1984). Asam klorida pekat (asam klorida berasap) akan membentuk kabut asam. Baik kabut dan larutan tersebut bersifat korosif terhadap jaringan tubuh, dengan potensi kerusakan pada organ pernapasan, mata, kulit, dan usus. Seketika asam klorida bercampur dengan bahan kimia oksidator lainnya, seperti natrium hipoklorit (pemutih NaClO) atau kalium permanganat (KMnO4), gas beracun klorin akan terbentuk (Anonim, Online).

Analisa kualitatif yang dilakukan untuk mengetahui adanya klorida dalam sampel air minum isi ulang akan terjadi mekanisme sebagai berikut : a. Test AgNO3 b. Test H2SO4 c.Test Pb(NO3)2 Sedangkan analisa kuantitatif dalam menentukan kadar klorida pada air minum isi ulang menggunakan metode Argentometri Mohr. Mengapa menggunakan Argentometri Mohr dalam analisa tersebut karena Argentometri Mohr digunakan untuk menentukan kadar bromida dan klorida. Apabila digunakan untuk menentukan kadar yang lain, misalnya kadar iodida dan tiosianat tidak memberikan hasil yang memuaskan karena endapan perak iodida atau perak tiosianat mengadsorbsi ion kromat, sehingga memberikan titik akhir yang kacau. Titrasi pada metode ini harus dilakukan dalam suasana netral atau sedikit alkalis (pH 6,5-9). Apabila pada suasana asam akan terjadi reaksi : 2CrO42-+ 2H+ 2HCrO4 Cr2O72- + H2O

Sehingga kadar ion kromat berkurang dengan cepat, sehingga diperlukan lebih banyak ion perak setelah titik ekivalen tercapai supaya hasil kali kelarutannya dilampaui. Dengan demikian, apabila hal tersebut terjadi maka kesalahan titrasi menjadi besar. Sedangkan bila pada suasana basa akan terjadi endapan AgOH atau Ag2O.

http://kimiateknologi.setiabudi.ac.id/images/files/E-jurnal%20Veronica+Lina.pdf http://unalea.blogspot.com/2010/02/laporan-praktikum-klorida.html

Anda mungkin juga menyukai