Anda di halaman 1dari 32

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan praktikum berjudul Esterifikasi yang disusun oleh


Kelompok : 2 / Kamis
Anggota : Dyah Ayu Dewi Anggraeni NIM 21030115120058
Fiqky Akbar Widya Mukti NIM 21030115130142
Gelbert Jethro Sanyoto NIM 21030115130165
Talita Maharani NIM 21030115140187

Telah disetujui oleh asisten pembimbing pengampu materi Esterifikasi pada


Hari :
Tanggal :

Semarang, November 2017


Asisten Pembimbing

Muhammad Iqbal
NIM 21030115130107

ii
PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya
laporan praktikum berjudul Esterifikasi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Pembuatan laporan ini adalah sebagai bukti hasil dari percobaan-percobaan yang
dilakukan saat praktikum. Penulisan laporan didasarkan pada hasil percobaan yang dilakukan
selama praktikum serta literatur-literatur yang ada baik dari buku maupun sumber lainnya.
Tak lupa, kami menyampaikan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha.
2. Laboran dan segenap asisten laboratorium proses kimia.
3. Orang tua yang telah memberikan dukungan baik materil maupun spiritual.
4. Teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Laporan ini merupakan tulisan yang dibuat berdasarkan percobaan yang telah dilakukan. Tentu
ada kelemahan dalam teknik pelaksanaan maupun dalam tata penulisan laporan ini. Maka kritik
dan saran dari pembaca sangat kami harapkan dalam untuk peningkatan mutu dari laporan
serupa di masa mendatang. Akhir kata, semoaga laporan ini dapat berguna. Selamat membaca
dan terima kasih.

Semarang, November 2017


Penulis

iii
P2

RINGKASAN

Esterifikasi merupakan reaksi pembentukan ester. Tujuan dari percobaan esterifikasi


adalah untuk mempelajari pengaruh perbandingan mol reaktan terhadap konversi yang
didapat, menghitung konstanta kesetimbangan dan konstanta laju reaksi, serta menmpelajari
pengaruh waktu reaksi terhadap konversi pada proses esterifikasi. Esterifikasi merupakan
reaksi antara asam karboksilat dengan alkohol dengan hasil ester dan air. Reaksi esterifikasi
berjalan lambat sehingga dibutuhkan katalis untuk dapat mempercepat reaksi. Variabel yang
dapat mempercepat reaksi esterifikasi adalah perubahan konsentrasi, katalis, kecepatan
pengadukan, waktu serta suhu reaksi. Reaksi esterifikasi merupakan reaksi eksotermis dan
merupakan reaksi reversibel.
Bahan yang digunakan dalam proses esterifikasi adalah metanol, asam asetat, H2SO4
0,2 N, NaOH 0,37 N, aquadest dan indikator PP. Langkah kerja dalam praktikum ini adalah
merangkai alat, kemudian mencampurkan asam asetat, metanol dengan H2SO4 pada beaker
glass dengan perbandingan mol 1;6 dan 1:4, kemudian mengambil 5 ml sebagai t=0. Lalu,
mencapurkan asam asetat dengan H2SO4, memanaskan hingga suhu 60 °C, kemudian
mencampurkan metanol 60 °C dan variabel perbandingan asam asetat dengan metanol 1 : 6
yang disertai pengadukan lalu dilakukan proses esterifikasi. Setelah dicampurkan ambil 5 ml
sampel mulai dari t = 10 menit sampai dengan waktu pengambilan 5 kali setiap 10 menit hingga
waktu mencapai 40 menit, tambahkan 3 tetes indikator PP lalu titrasi dengan NaOH 0,37 N
hingga warna merah muda. Lakukan hingga t4. Langkah tersebut diulangi untuk variabel
perbandingan mol asam asetat dan metanol 1:4.
Dari hasil percobaan yang dilakukan, konversi hasil esterifikasi meningkat seiring
dengan bertambahnya waktu reaksi karena tumbukan antar molekul zat reaktan semakin
banyak, konversi hasil esterifikasi pada variabel 1 (mol asam asetat : metanol = 1:6) lebih
besar dibandingan dengan variabel 2 (mol asam asetat : metanol = 1:4), konstanta laju reaksi
esterifikasi pada variabel 2 lebih besar dibandingan dengan variabel 1, dan yang terakhir
konstanta arah kesetimbangan reaksi pada variabel 2 lebih besar daripada konstanta arah
kesetimbangan reaksi pada variabel 1.
Saran yang kami berikan adalah memperhatikan keselamatan terhadap bahan
berbahaya seperti asam sulfat pekat, mengecek persediaan reagen dan mengecek alat untuk
esterifikasi, Sebaiknya alat-alat yang berada di laboratorium dilakukan perawatan secara
berkala.

iv
P2

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................... ii
PRAKATA ............................................................................................................................. iii
RINGKASAN ........................................................................................................................ iv
DAFTAR ISI........................................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .................................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................................. 1
1.3 Tujuan Percobaan............................................................................................................... 1
1.4 Manfaat Percobaan............................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................... 3
2.1 Kinetika Reaksi .................................................................................................................. 3
2.2 Tinjauan Termodinamika ................................................................................................... 4
2.3 Mekanisme Reaksi ............................................................................................................. 6
2.4 Variabel yang Berpengaruh ............................................................................................... 7
BAB III METODE PRAKTIKUM....................................................................................... 9
3.1 Rancangan Percobaan ........................................................................................................ 9
3.2 Bahan dan Alat Yang Digunakan ...................................................................................... 9
3.3 Gambar Alat ....................................................................................................................... 10
3.4 Respon Uji Hasil ................................................................................................................ 11
3.5 Cara Kerja .......................................................................................................................... 11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 12
4.1 Pengaruh Waktu terhadap Konversi Reaksi Esterifikasi .................................................. 12
4.2 Pengaruh Perbandingan Mol Reaktan terhadap Konversi Reaksi Esterifikasi .................. 13
4.3 Pengaruh Perbandingan Mol Reaktan terhadap Konstanta Laju Reaksi Esterifikasi ........ 14
4.3 Pengaruh Perbandingan Mol Reaktan terhadap Konstanta Laju Reaksi Esterifikasi ........ 15
BAB V PENUTUP.................................................................................................................. 17
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................................ 17
5.2 Saran .................................................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 18
LAMPIRAN

v
P2

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Pengaruh perbandingan mol terhadap konstanta arah kesetimbangan .................... 15

vi
P2

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Reaksi metanol dengan asam asetat ..................................................................... 6


Gambar 2.2 Mekanisme reaksi katalis dalam esterifikasi........................................................ 6
Gambar 3.1 Skema rancangan percobaan ................................................................................ 9
Gambar 3.2 Rangkaian alat hidrolisa ...................................................................................... 10
Gambar 3.3 Rangkaian alat titrasi ........................................................................................... 10
Gambar 4.1 Grafik pengaruh waktu terhadap konversi .......................................................... 12
Gambar 4.2 Grafik pengaruh perbandingan mol reaktan terhadap konversi .......................... 13
Gambar 4.3 Grafik pengaruh perbandingan mol reaktan terhadap konstanta laju reaksi ...... 1

vii
P2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring sedang berkembangnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada bidang
perindustrian di Indonesia, beragam industri terus melakukan inovasi dan perkembangan
salah satunya adalah industri kimia. Perkembangan tersebut memacu kebutuhan produksi
industri kimia yang terus meningkat, baik itu kebutuhan baku maupun bahan penunjang
lainnya. Bahan baku maupun bahan penunjang di industri kimia sangatlah beragam. Salah
satu bahan yang digunakan adalah etil asetat yang merupakan salah satu jenis pelarut yang
memiliki rumus molekul CH3COOC2H5 (Haritsah, 2013).
Esterifikasi merupakan reaksi pembentukan ester dari asam karboksilat dan alkohol.
Produk reaksi berupa ester dan air. Persamaan umum reaksi ini dapat ditentukan sebagai
berikut: R-COOH + HO-R* ↔ R-COOR* + H2O
Reaksi esterifikasi merupakan reaksi eksotermis, bersifat reversibel dan umumnya
berjalan sangat lambat sehingga memerlukan katalis agar diperoleh ester yang maksimal
sehingga perlu dipelajari faktor-faktor menurut berbagai tinjauan dan melakukan berbagai
percobaan guna mengetahui berbagai variabel proses yang berpengaruh terhadap proses
esterifikasi tersebut (Haritsah, 2013).

1.2 Rumusan Masalah


Dalam percobaan esterifikasi ini, variabel berubah yang digunakan adalah perbandingan
mol antara asam asetat dan metanol. Ada beberapa permasalahan yang ingin diselesaikan
dalam percobaan ini, yaitu mengetahui pengaruh perbandingan mol asam astetat dengan mol
metanol terhadap konversi pada proses esterifikasi, mengetahui pengaruh waktu reaksi
terhadap konversi pada proses esterifikasi, mengetahui pengaruh perbandingan mol asam
astetat dengan mol metanol terhadap konstanta laju reaksi (k) pada proses esterifikasi, dan
mengetahui pengaruh perbandingan mol asam astetat dengan mol methanol terhadap arah
kesetimbangan reaksi pada proses esterifikasi.

1.3 Tujuan Percobaan


1. Mengetahui pengaruh perbandingan mol asam asetat dengan metanol terhadap konversi
pada proses esterifikasi.
2. Mengetahui pengaruh perbandingan mol asam asetat dengan metanol terhadap arah
kesetimbangan (K) pada proses esterifikasi.
3. Mengetahui pengaruh perbandingan mol asam astetat dengan metanol terhadap konstanta
laju reaksi (k) pada proses esterifikasi.
4. Mengetahui pengaruh waktu reaksi terhadap konversi pada proses esterifikasi.

1
P2

1.4 Manfaat Percobaan


1. Dapat memahami pengaruh variabel terhadap konversi ester yang terbentuk.
2. Dapat mempelajari cara menentukan dan pengaruh variabel terhadap arah kesetimbangan
(K) dan konstanta laju reaksi (k)
3. Dapat melakukan kajian numerik dari percobaan yang telah dilakukan

2
P2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kinetika Reaksi


Esterifikasi atau pembuatan ester merupakan reaksi antara asam karboksilat dan alkohol
dengan hasil reaksi ester dan air. Contohnya yaitu reaksi antara asam asetat dan metanol.
Reaksi esterifikasi antara lain sebagai berikut:
CH 3COOH  CH 3OH  CH 3COOCH 3  H 2O
A + B  C + D
Persamaan kecepatan reaksi kimia:

Keterangan:
rC = kecepatan reaksi pembentukan ester
[A] = konsentrasi asam asetat [CH3COOH]
[B] = konsentrasi Metanol [CH3OH]
[C] = konsentrasi etil asetat [CH3COOCH3]
[D] = konsentrasi air [H2O]
k1 = konstanta kecepatan reaksi ke kanan (arah produk)
k2 = konstanta kecepatan reaksi ke kiri (arah reaktan)
t = waktu reaksi
Ditinjau dari kinetika reaksi, kecepatan reaksi pembentukan ester akan makin besar
dengan kenaikan suhu, adanya pengadukan dan ditambahakan katalis. Hal ini dapat dijelaskan
oleh persamaan Arrhenius yaitu:

dengan :
k = kontanta laju reaksi
A = faktor frekuensi tumbukan
T = suhu
EA = energi aktivasi
R = konstanta gas ideal
Berdasarkan persamaaan Arrhenius dapat dilihat bahwa konstanta laju reaksi
dipengaruhi oleh nilai A, EA, dan T, semakin besar faktor tumbukan (A) maka konstanta
laju reaksinya semakin besar. Nilai energi aktivasi (EA) dipengaruhi oleh penggunaan
katalis, adanya katalis akan menurunkan energi aktivasi sehingga nilai k semakin besar.
Semakin tinggi suhu (T) maka nilai k juga semakin besar. Dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh Kirbaskar dkk (2001) untuk reaksi esterifikasi asam asetat dengan
mMetanol menggunakan katalis asam dengan ion exchange resin diperoleh bahwa untuk

3
P2

reaksi ke arah pembentukan produk (k1) memiliki nilai EA = 104129 kJ/kmol dan A =
2,6.1014 (m3)2 kmol -2 s-1.

2.2 Tinjauan Termodinamika


Berdasarkan tinjauan termodinamika kita dapat mengetahui apakah reaksi tersebut
searah atau bolak-balik dengan meninjau memalui perubahan energi Gibbs (ΔG°).
Reaksi esterifikasi antara asam asetat dan metanol terjadi menurut reaksi berikut :
CH3COOH + CH3OH ↔ CH3COOCH3 + H2O
ΔG°f reaksi = ΔG°f produk - ΔG°f reaktan
o
 Diketahui data ΔH f standar (Smith dkk, 2001) :
ΔHof 298 CH3COOH = -484500 J/mol
ΔHof 298 CH3OH = -238660 J/mol
ΔHof298 CH3COOCH3 = -445890 J/mol
ΔHof 298 H2O = -285830 J/mol

ΔHo298 = (ΔHof 298 CH3COOCH3 + ΔHof 298 H2O) – (ΔHof 298 CH3COOH +
o
ΔH f298 CH3OH)
= (-445890-285830) – (-484500-238660)
= -8560 J/mol
Berdasarkan tinjauan termodinamika juga dapat diketahui bahwa reaksi tersebut
endotermis atau eksotermis dengan meninjau perubahan entalpi. Dari perhitungan
perubahan entalpy ΔH bernilai negatif yang menandakan bahwa reaksi esterifikasi asam
asetat dengan metanol bersifat eksotermis.

 Diketahui data ΔGo standar (Yaws, 1997) :

ΔGof 298 CH3COOH = -389900 J/mol


ΔGof 298 CH3OH = -166270 J/mol
ΔGof 298 CH3COOCH3 = -324200 J/mol
ΔGof 298 H2 O = -237129 J/mol

maka:
ΔG0298 = (ΔG0298 CH3COOCH3 + ΔG0298 H2O) – (ΔG0298 CH3COOH + ΔG0298
CH3OH)
= (-324200-237129)-(-389900-166270)
= -5159 J/mol

4
P2

 Dari persamaan Van’t Hoff :


CH3COOCH3
Gof298 = -RT ln K

( )

K = 8,023
 Harga K pada suhu operasi 60oC (333 K) dapat dihitung :

( )

( )
( )

K333 = 5,5801

Dari perhitungan energi Gibbs di dapat nilai K pada asumsi suhu 60oC didapat nilai
sebesar 5,5801. maka dapat disimpulkan reaksi esterifikasi asam asetat dengan metanol
merupakan reaksi reversible.

 Menghitung nilai konversi teoritis

Pada suhu 60 oC didapatkan K = 5,5801


Pada saat kesetimbangan
( )( )
[ ( )][ ( )]
( )
( )( )
( )
( )( )
4

Sehingga pada saat kesetimbangan dengan suhu operasi 60 oC secara teoritis


didapatkan nilai konversi sebesar 91,4%.

5
P2

2.3 Mekanisme Reaksi


Reaksi esterifikasi adalah suatu reaksi antara asam karboksilat dan alkohol
membentuk ester. Turunan asam karboksilat membentuk ester asam karboksilat. Ester
asam karboksilat ialah suatu senyawa yang mengandung gugus -CO2R dengan R dapat
berbentuk alkil ataupun aril (Pratiwi, 2011).
Katalis yang digunakan dalam esterifikasi dapat berupa katalis asam atau katalis basa
dan berlangsung secara reversible (Supardjan, 2004). Pada percobaan ini, menggunakan
asam karboksilat berupa asam asetat yang direaksikan dengan sebuah alkohol berupa
mMetanol menggunakan katalis asam. Untuk pembuatan metil asetat, reaksi esterifikasi
yang terjadi dalam percobaan ini dan mekanisme katalis asam pada hidrolisa ester adalah
sebagai berikut:

Gambar 2.1 Reaksi metanol dengan asam asetat


Mekanisme reaksi esterifikasi merupakan reaksi substitusi antara asil nukleofil dengan
katalisator asam (biasanya HCl atau H2SO4). Gugus karbonil dari asam kaboksilat tidak
cukup kuat sebagai elektrofil untuk diserang oleh alkohol. Katalisator asam akan
memprotonasi gugus karbonil dan mengaktivasinya ke arah penyerangan nukleofil.
Pelepasan proton akan menghasilkan hidrat dari ester, kemudian terjadi transfer proton.

Gambar 2.2 Mekanisme reaksi katalis dalam esterifikasi


Mekanisme esterifikasi dengan katalis asam, meliputi :
1. Pada tahap pertama, gugus karbonil akan terprotonasi oleh asam. Transfer proton dari
katalis asam menuju ke atom oksigen karbonil, sehingga terjadi peningkatan
elektrofisilitas pada atom karbon karbonil.

6
P2

2. Tahap kedua, melibatkan adisi nukleofil yakni gugus OH pada alkohol menyerang
karbon karbonil yang telah terprotonasi. Sehingga ikatan C-O yang baru (ikatan ester)
terbentuk.
3. Tahap ketiga adalah tahap kesetimbangan dimana terjadi penghilangan gugus H+ pada
ikatan ester yang baru. Deprotonasi dilakukan untuk membentuk ikatan C-O yang
stabil.
4. Pada tahap ke empat, salah satu gugus hidroksil harus terprotonasi, karena kedua gugus
hidroksilnya identik.
5. Tahap ke lima, melibatkan pemutusan ikatan C-O dan lepasnya air. Agar peristiwa ini
dapat terjadi, gugus hidroksil harus diprotonasi agar kemampuannya sebagai gugus
bebas/lepas lebih baik.
6. Tahap terakhir, ester yang berproton melepaskan protonnya.

2.4 Variabel yang Berpengaruh


Reaksi esterifikasi dipengaruhi oleh beberapa variabel. Variabel-variabel yang
dimaksud antara lain (Hakim dan Irawan, 2010):
1. Waktu reaksi
Semakin lama waktu reaksi maka kemungkinan kontak antar zat semakin
besar sehingga akan menghasilkan konversi yang besar. Jika kesetimbangan reaksi
sudah tercapai maka dengan bertambahnya waktu reaksi tidak akan
menguntungkan karena tidak memperbesar hasil.
2. Perbandingan zat pereaksi
Dikarenakan sifatnya yang reversibel, maka salah satu reaktan harus dibuat
berlebih agar optimal dalam pembentukan produk ester yang ingin dihasilkan.
Pada penelitian ini, salah satu reaktan yang harus dibuat berlebih adalah Metanol
3. Pengadukan
Pengadukan akan menambah frekuensi tumbukan antara molekul zat pereaksi
dengan zat yang bereaksi semakin baik sehingga mempercepat reaksi dan reaksi
terjadi sempurna. Hal ini sesuai dengan persamaan Arrhenius :
k= e( aR )

Keterangan:
k = konstanta laju reaksi
A = faktor frekuensi atau faktor pre eksponensial
Ea = energi aktivasi (kJ/mol)
R = tetapan gas universal (0,0821 atm/mol.K atau 8,314 J/mol.K)
T = temperatur atau suhu (K)
Semakin besar tumbukan, maka semakin besar pula harga konstanta kecepatan
reaksi, sehingga reaksi dapat berjalan lebih optimal.

7
P2

4. Suhu
Semakin tinggi suhu yang dioperasikan maka semakin banyak konversi yang
dihasilkan. Hal ini sesuai dengan persamaan Arrhenius, bila suhu naik maka harga
k semakin besar, sehingga reaksi berjalan cepat dan hasil konversi makin besar.

5. Katalisator
Sifat reaksi esterifikasi yang lambat membutuhkan katalisator agar berjalan
lebih cepat. Katalisator berfungsi untuk mengurangi energi aktivasi pada suatu
reaksi, sehingga pada suhu tertentu harga konstanta kecepatan reaksi semakin
besar.

8
P2

BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Rancangan Percobaan

Mencampurkan
Membuat
Merangkai alat asam asetat dengan
perhitungan
katalis H2SO4 dan
volume
memanaskannya
sampai suhu 60°C
di labu leher tiga
Campurkan ketiga reagen
dengan perbandingan mol
sesuai dengan variabel yang
digunakan untuk esterifikasi
Panaskan metanol
saat suhu ruang (t0)
di tempat berbeda
sampai suhu 60°C

Ambil sampel 5
ml mulai dari t0 Amati suhu Campur ke tiga
sampai t4 campuran sampai reagen yang
pengambilan 10 suhu 60°C sudah dipanaskan
menit tersebut didalam
labu leher tiga

Ambil 5ml + 3 tetes PP


dan dititrasi NaOH
0,37 N hingga warna
merah muda hampir
hilang

Gambar 3.1 Skema rancangan percobaan

3.2 Bahan dan Alat yang Digunakan


Bahan
1. Asam asetat 85,94 ml dan 109,91 ml
2. Metanol 162,67 ml dan 138,7 ml
3. Katalis H2SO4 98% 0,2 N 1,39 ml
4. NaOH 0,37 N 7,55 gram
5. Indikator PP 3 tetes
Alat
1. Labu leher tiga
2. Pendingin balik
3. Kompor listrik

9
P2

4. Magnetic stirrer
5. Thermometer
6. Pengaduk
7. Buret 50 ml
8. Pipet volume 10 ml
9. Pipet ukur 10 ml
10. Pipet tetes
11. Statif dan klem
12. Erlenmeyer 250 ml

3.3 Gambar Alat

Gambar 3.2 Rangkaian alat hidrolisa Keterangan:


1. Magnetic stirer + heater
2. Waterbatch
3. Labu leher tiga
4. Termometer
5. Pendingin balik
6. Klem
7. Statif

Gambar 3.3 Rangkaian alat titrasi

10
P2

Keterangan :
1. Statif
2. Klem
3. Buret
4. Erlenmeyer

3.4 Respon Uji Hasil


Mengamati konsentrasi asam asetat (CH3COOH) sisa dengan titrasi menggunakan
NaOH.

3.5 Cara Kerja


1. Merangkai alat seperti pada gambar.
2. Campurkan 61,83 ml asam asetat, 117,03 ml metanol dan 1ml karalis H2SO4
(perbandingan mol 1: 6) pada beaker glass. Sampel diambil 5 ml sebagai t0.
3. Mencampurkan 85,94 ml asam asetat dan 1,39 ml katalis (H2SO4) panaskan sampai 60oC
di labu leher tiga.
4. Panaskan 162,67 ml metanol sampai suhu 60oC di beaker glass.
5. Setelah suhu kedua reaktan sama campurkan kedua reaktan tersebut ke dalam labu leher
tiga.
6. Amati suhu campuran. Setelah tercapai suhu sesuai variabel kembali, sampel diambil 5
ml mulai dari t1 dengan waktu pengambilan setiap 10 menit hingga waktu mencapai 40
menit.
7. Metode analisis
Mengambil 5 ml sampel lalu ditambahkan 3 tetes indikator PP, kemudian sampel dititrasi
dengan NaOH 0,37 N. Amati perubahan warna yang terjadi yaitu dari tidak berwarna
menjadi warna merah muda hampir hilang. Catat kebutuhan titran.
Menghentikan pengambilan sampel setelah mencapai waktu 40 menit.
8. Ulangi langkah di atas untuk variabel kedua dengan perbandingan mol asam asetat dan
metanol 1:4 dengan volume asam asetat = 109,91 ml dan volume metanol = 138,7 ml..

11
P1
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengaruh Waktu terhadap Konversi Reaksi Esterifikasi


0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
mol asam asetat :
Xa

0.4 metanol = 1:6


0.3 mol asam asetat :
metanol = 1:4
0.2
0.1
0
0 10 20 30 40
t (menit)

Gambar 4.1 Grafik pengaruh waktu terhadap konversi


Dari gambar 4.1 dapat diketahui bahwa konversi reaksi esterifikasi atau
pembentukan ester mengalami kenaikan dengan bertambahnya waktu proses esterifikasi,
baik pada perbandingan mol asam asetat dan metanol 1:6 maupun pada 1:4. Pada
perbandingan mol asam asetat dan metanol 1:6, konversi reaksi esterifikasi secara berturut-
turut dari menit ke-0 hingga menit ke-40 adalah 0,3821; 0,76304; 0,7692; 0,7928; 0,8027.
Sedangkan pada perbandingan mol asam asetat dan metanol 1:4, konversi pembentukan ester
secara berturut-turut dari menit ke-0 hingga menit ke-40 adalah 0,2015; 0,6682; 0,7186;
0,7594; 0.7749.
Kenaikan konversi seiring bertambahnya waktu dapat terjadi karena semakin lama
waktu esterifikasi berlangsung, maka semakin banyak juga jumlah reaktan yang bereaksi.
Hal ini sesuai dengan rumus konversi yaitu :

Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa waktu reaksi sangat berpengaruh
terhadap konversi yang diperoleh, makin lama waktu reaksi dijalankan ,makin besar konversi
yang diperoleh karena kesempatan untuk bertumbukan antara molekul molekul zat pereaksi
semakin besar (Parhusip dkk, 2012).

B-2
P1
4.2 Pengaruh Perbandingan Mol Reaktan terhadap Konversi Reaksi Esterifikasi
1
0.8
mol asam
0.6 asetat :

Xa
0.4 metanol = 1:6
0.2 mol asam
0 asetat :
0 20 40 metanol = 1:4
t (menit)

Gambar 4.2 Grafik pengaruh perbandingan mol reaktan terhadap konversi


Pada gambar 4.2, dapat diketahui bahwa perbandingan mol reaktan variabel 1 (mol
asam asetat : metanol = 1:6) menghasilkan konversi yang lebih besar dibandingkan pada
variabel 2 (mol asam asetat : metanol = 1: 4) pada waktu yang sama. Pada waktu ke-0,
konversi reaksi dengan perbandingan mol asam asetat dan metanol 1:6 adalah 0,3821,
sedangkan pada perbandingan mol asam asetat dan metanol 1:4 konversinya 0,2015.
Demikian seterusnya konversi terus meningkat seiring dengan bertambahnya waktu reaksi,
hingga pada menit ke-40, konversi reaksi pada perbandingan mol asam asetat dan metanol 1:6
adalah 0,8027, sementara pada perbandingan mol asam asetat dan metanol 1:4 konversinya
0.7749.
Pada variabel 1 jumlah metanol lebih banyak dibandingkan dengan variabel 2.
Perbandingan mol reaktan merupakan salah satu parameter penting yang dapat
mempengaruhi konversi dari reaksi esterifikasi (Selly, dkk 2015).
Hasil yang diperoleh dari praktikum sesuai dengan prinsip Le Chatelier yaitu laju
reaksi sebanding dengan konsentrasi reaktan. Karena reaksi esterifikasi adalah reaksi
reversibel, maka jika diberikan alkohol berlebih dapat mengarahkan kesetimbangan kearah
pembentukan ester/produk (Selly, dkk 2015). Untuk mencapai kesetimbangan reaksi yang
lebih cepat, maka penggunaan alkohol (metanol) berlebih merupakan salah satu solusinya.
4.3 Pengaruh Perbandingan Mol Reaktan terhadap Konstanta Laju Reaksi Esterifikasi
0.004
0.0035
0.003
0.0025
0.002 k1

0.0015 k2

0.001
0.0005
0
Variabel 1 Variabel 2

Gambar 4.3 Grafik pengaruh perbandingan mol reaktan terhadap konstanta laju reaksi

B-3
P1
Gambar 4.3 menunjukkan bahwa baik variabel 1 maupun 2 memiliki nilai
konstanta laju reaksi pertama (k1) lebih besar dibandingkan konstanta laju reaksi kedua (k2).
Adapun nilai konstanta laju reaksi pertama (k1) untuk variabel 1 (perbandingan mol reaktan
1:6) adalah 2,357x10-3 mol/menit, sedangkan nilai konstanta laju reaksi kedua (k2) adalah
4,2249x10-4 mol/menit. Sedangkan nilai konstanta laju reaksi pertama (k1) untuk variabel 2
(perbandingan mol reaktan 1:4) adalah 3,337x10-3 mol/menit, sedangkan nilai konstanta laju
reaksi kedua (k2) adalah 5,9802x10-4 mol/menit.
Menurut prinsip Le Chatelier, jika dilakukan perubahan terhadap suatu sistem
yang berada pada kondisi setimbang, maka kesetimbangan akan bergeser ke arah yang dapat
mengembalikan sistem kepada kondisi semula (Heriyanto,2011). Hasil perhitungan diperoleh
nilai konstanta kecepatan reaksi ke kiri (k2) lebih kecil dibandingkan dengan nilai konstanta
kecepatan reaksi ke kanan (k1). Maka model reaksi esterifikasi bersifat irreversible karena
belum mencapai kesetimbangan, sehingga laju reaksi pembentukan ester lebih cepat yang
menyebabkan konstanta laju reaksi ke kanan (k1) lebih besar daripada konstanta laju ke
kiri(k2).
Menurut Sidabutar (2013), konstanta laju reaksi dipengaruhi oleh rasio reaktan,
dimana peningkatan rasio reaktan dapat meningkatkan konstanta kecepatan reaksi. Namun,
hasil percobaan yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai konstanta laju reaksi pembentukan
ester (k1) milik variabel perbandingan mol reaktan 1:4 lebih tinggi dibandingkan konstanta
laju reaksi pembentukan ester (k1) milik variabel perbandingan mol reaktan 1:6. Menurut
Zeki et al (2010), energi aktivasi naik dengan adanya peningkatan rasio reaktan. Pada
perbandingan mol reaktan 1:10, energi aktivasi yang dimiliki adalah 18,4 sedangkan pada
perbandingan mol reaktan 1:50, energi aktivasinya 18,6. Hal tersebut dapat dijelaskan
dengan rumus Arhenius

k=

k

k

Menurut rumus Arhenius, energi aktivasi berbanding terbalik dengan konstanta kecepatan
reaksi. Meningkatnya energi aktivasi akan menurunkan konstanta kecepatan reaksi, konstanta
kecepatan reaksi pada perbandingan mol 1:50 lebih kecil dari konstanta kecepatan reaksi pada
perbandingan mol 1:10. Dengan demikian, pada hasil percobaan yang diperoleh, konstanta
laju reaksi pembentukan ester pada perbandingan mol 1:6 (variabel 1) lebih kecil dari
konstanta laju reaksi pembentukan ester pada perbandingan mol 1:4 (variabel 2).

B-4
P1
4.4 Pengaruh Perbandingan Mol Reaktan terhadap Konstanta Arah Kesetimbangan
Tabel 4.1 Pengaruh perbandingan mol terhadap konstanta arah kesetimbangan
K Qc
Variabel 1
5,5801 1,7452
(mol asetat:mol metanol = 1:6)
Variabel 2
5,5801 2,5381
(mol asetat:mol metanol = 1:4)
Berdasarkan hasil percobaan, pada variabel 1 dengan perbandingan mol asam
asetat : mol metanol sebesar 1:6 dengan variasi waktu 0, 10, 20, 30, dan 40 menit
menghasilkan konstanta kesetimbangan praktis 1,7452 Sedangkan kostanta kesetimbangan
reaksi teoritis sebesar 5,5801. Pada variabel 2, konstanta kesetimbangan praktis yang
dihasilkan lebih besar yaitu 2,5381.
Baik variabel 1 maupun variabel 2 memiliki nilai konstanta kesetimbangan teoritis
(K) lebih besar dari konstanta kesetimbangan praktis (Qc), sehingga reaksi kesetimbangan
mengarah ke produk. Jika nilai K>Qc, berarti reaksi bergeser ke kanan sampai diperoleh Qc
= Kc, kemudian Jika Qc > Kc, berarti reaksi bergeser ke kiri sampai diperoleh Qc = Kc dan
terakhir jika Qc = Kc berarti sistem sudah dalam keadaan setimbang. Nilai konstanta
kesetimbangan (K) pada saat konsentrasi asetat dan etanol 1:4 lebih besar dari konsentrasi
asetat dan etanol dengan perbandingan 1:6.
Saat jumlah reaktan yang dinyatakan dengan mol semakin tinggi, maka kecepatan
reaksi akan semakin tinggi sehingga reaksi bergeser ke arah produk lebih cepat terjadi
menurut persamaan reaksi :
A B C  D
Konstanta arah kesetimbangan dirumuskan dengan :
CC .CD
K
C A .CB
( )
( ) ( )


( )

Sesuai dengan persamaan di atas, konstanta kesetimbangan berbanding terbalik


dengan konstanta perbandingan mol reaktan awal. Meningkatnya perbandingan mol reaktan
akan menurunkan konstanta kesetimbangan, sehingga harga konstanta kesetimbangan pada
perbandingan mol 1:6 (variabel 1) lebih kecil dari harga konstanta kesetimbangan pada
perbandingan mol 1:4 (variabel 2).

B-5
P1
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Konversi reaksi esterifikasi yang terbentuk semakin besar seiring dengan bertambahnya
waktu dikarenakan semakin lama waktu reaksi yang diberikan maka jumlah tumbukan
yang terjadi antar zat reaktan semakin banyak sehingga mengakibatkan reaktan yang
bereaksi semakin banyak pula sehingga konversi yang dihasilkan semakin besar.
2. Perbandingan mol reaktan terhadap konversi cenderung naik seiring bertambahnya waktu
baik pada variabel 1 (mol asetat : mol metanol = 1 : 6) maupun variabel 2 (mol asetat :
mol metanol = 1 : 4) sehingga semakin besar perbandingan mol reaktan, maka konversi
reaksipun semakin meningkat.
3. Konstanta laju reaksi esterifikasi pada variabel 2 (mol asetat : mol metanol = 1:4) lebih
besar dibandingan dengan variabel 1 (mol asetat : mol metanol = 1:6) karena
meningkatnya perbandingan mol reaktan akan menaikkan energi aktivasi. Sehingga,
dalam perhitungan Arhenius, konstanta laju reaksi yang dihasilkan menjadi lebih kecil.
4. Nilai konstanta kesetimbangan (K) pada saat konsentrasi asetat dan etanol 1:4 lebih besar
dari konsentrasi asetat dan etanol dengan perbandingan 1:6 serta konstanta kesetimbangan
tersebut memiliki nilai Kc > Qc maka reaksi kesetimbangan mengarah ke produk.
5.2 Saran
1. Perhatikan keselamatan saat mengambil bahan berbahaya seperti asam sulfat pekat.
2. Mengecek persediaan reagen dan mengecek alat untuk esterifikasi.
3. Sebaiknya dilakukan perawatan secara berkala untuk alat-alat yang berada di
laboratorium.

B-6
P1
DAFTAR PUSTAKA

Hakim, Arif Rahman dan Irawan S.. 2010. Kajian Awal Sintesis Biodiesel dari Minyak Dedak Padi
Proses Esterifikasi. Skripsi. Semarang : Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Undip.
Haritsah, Iftironi., 2013. Regenerasi Katalis Pt/Zeolit dan H-Zeolit Serta Uji Aktivitasnya dalam
Reaksi Esterifikasi Asam Asetat dan Metanol. Yogyakarta : Jurusan Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada.
Heriyanto, Heri, Rochmadi, Arief Budiman. 2011. Kinetika Reaksi Alkyd Resin Termodifikasi Minyak
Jagung dengan Asam Phtalat Anhidrat. Jurnal Rekayasa Proses, Vol.5, No.1. Yogyakarta :
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Gajah Mada.
Hikmah, Maharani Nurul dan Zuliyana. 2012. Pembuatan Metil Ester (Biodiesel) dari Minyak Dedak
dan MMetanol dengan Proses Esterifikasi dan Transesterifikasi. Semarang : Universitas
Diponegoro.
Kusmiyati. 2008. Reaksi Katalitis Esterifikasi Asam Oleat dan MMetanol Menjadi Biodiesel dengan
Metode Distilasi Reaktif. Surakarta : Universitas Muhammadiyah
Levenspiel. O., 1999. Chemical reaction Engineering 3rded, Mc. Graw Hill Book Kogakusha Ltd,
Tokyo.
Nuryoto, dkk. 2011. Kinetika Reaksi Esterifikasi Gliserol dengan Asam Asetat Menggunakan
Katalisator Indion 225 Na. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.
Parhusip, Rinance, Iswahyudi, Siti Miskah. 2012. Pengaruh Waktu Reaksi dan Penambahan Katalis
pada Pembuatan Glisero Monooleat dari Gliserol dan Asam Oleat. Jurnal Teknik Kimia No.1,
Vol.18. Palembang : Universitas Sriwijaya.
Pratiwi, Dini Novalia. 2011. Optimalisasi reaksi Esterifikasi Asam Asetat dengan 1- Heksena,
Sebagai Salah Satu Tahapan Pada Proses Pembuatan Metanol. Skripsi. Jakarta : Program
Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Said, M. dan Yefri Saragih. 2009. Pengaruh Ratio Reaktan dan Waktu Reaksi terhadap Konversi
Minyak Jarak Pagar. Jurnal Teknik Kimia No.3, Vol.16. Palembang : Universitas Sriwijaya.
Selly, Mers, Nirwana, Irdoni, HS. 2015. Pengaruh Waktu Reaksi dan Rasio Molar terhadap Asam
Oleat dengan Butanol pada Sintesa Plastisizer Butil Oleat. Jom FTEKNIK Volume 2. Riau :
Fakultas Teknik Universitas Riau.
Sidabutar, Elizabeth D.C., M. Nur Faniudin, M. Said. 2013. Pengaruh Rasio Reaktan dan Jumlah
Katalis terhadap Konversi Minyak Jagung menjadi Metil Ester. Jurnal Teknik Kimia No.1,
Vol. 19. Palembang : Universitas Sriwijaya.
Smith, JM, dkk. 2001. Introduction to Chemical Engineering Thermodynamics, Sixth Edition. Mc
Graw Hill
Supardjan. 2004. Sintesis Diasetil Heksagamavunon-1 dengan Katalis Basa. J. Pharmacon. Vol. 5,
No. 2, h.48-55
Zeki, Ahmad, Maha H. Al-Hassani, Haider A. Al-Jendeel. 2010. Kinetic Study of Esterification
Reaction. Al-Khwarizmi Engineering Journal, Vol.6, No.2. Baghdad : Department of
Chemical Engineering, College of Engineering, University of Baghdad.

B-7
P1
LEMBAR PERHITUNGAN REAGEN

 Kebutuhan NaOH :
0,37 N = x gr ek x kadar

0,37 N =

gr = 7,55 gr
 Kebutuhan katalis
m picno kosong = 28,189 gr
m picno + asam sulfat = 120,05 gr
V picno = 50ml

ρ H2SO4 = = 1,837 gr/ml

N=

V=

H2SO4 0,2 N

V= = 1,39 ml

 Kebutuhan volume metanol dan asam asetat


 Vtot = Vkat + Vmet + Vaset
250 = 1,39 + Vmet + Vaset
248,61ml = Vmet+ Vaset (1)
 Densitas Metanol
m picno kosong = 28,189 gr
m picno + metanol = 68,12 gr
V picno = 50 ml
ρ metanol = = 0,7986 gr/ml

 Densitas Asam Asetat


m picno kosong = 28,189 gr
m picno + asam asetat = 81,3gr
V picno = 50 ml
ρ asam asetat = = 1,0622 gr/ml

Variabel 1
Perbandingan mol metanol dan asam asetat = 1 : 6
( ) ( )

( ) ( )

0, 1041 Vaset = 0,055 Vmet


Vaset = 0,5283 Vmet (2a)

B-8
P1
Subtitusi persamaan (1) dan (2a)
248,61ml = Vmet+ 0,5283Vmet
Vmet = 162,67 ml
Vaset = 85,94 ml
Variabel 2
Perbandingan mol metanol dan asam asetat = 1 : 4
( ) ( )

( ) ( )

0, 0694 Vaset = 0,055 Vmet


Vaset = 0,7925 Vmet (2b)
Subtitusi persamaan (1) dan (2b)
248,61ml = Vmet+ 0,7925Vmet
Vmet = 138,7 ml
Vaset = 109,91 ml

B-9
P1

LEMBAR PERHITUNGAN

CH3COOH + CH3OH ↔ CH3COOCH3 + H2O


A B C D
Menghitung konsentrasi asam asetat sisa (CA) dan konversi asam asetat (XA)
Variabel 1 (perbandingan mol asam asetat : metanol = 1 : 6)

 CAo = = = 5,964 mol/L

 CBo = = = 15,914 mol/L


( ) ( ) ( ) ( )
 CA = = 0,074V – 0,2

 XA = 1-

t (menit) Volume titran NaOH (ml) CA XA


0 52,5 3,685 0,3821

10 21,8 1,4132 0.7630

20 21,3 1,3762 0,7692

30 19,4 1,2356 0,7928

40 18,6 1,1764 0,8027

CA = CAO – CAO.XA = CAO (1-XA) = 5,964 (1-XA)


CB = CBO – CAO.XA = 15,914 – 5,964 XA
CC = CAO.XA = 5,964 XA
CD = CAO.XA = 5,964 XA

M= = = 2,6683

K=

- = = k1 x CA x CB – k2 x Cc x CD

= k1( )

× = k1( )
( )( )
× = k1( ( )( ) )

× = k1( ( ) ( ) )

× = k1 . (( )( ) )

= k1 (( ) ( ) )

B-1
P1

= k1 . (( ) ( ) )

 Konstanta Kesetimbangan pada T = 60oC (K333)


Diketahui data ΔHof standar:
ΔHof 298 CH3COOH = -484500 J/mol
ΔHof 298 CH3OH = -238660 J/mol
ΔHof298 CH3COOCH3 = -445890 J/mol

ΔHof 298 H2O = -285830 J/mol


ΔHo298 = (ΔHof 298 CH3COOCH3 + ΔHof 298 H2O) – (ΔHof 298 CH3COOH
+ ΔHof298 CH3OH)
= (-445890-285830) – (-484500-238660)
= -8560 J/mol
Diketahui data ΔGo standar (Yaws, 1997) :

ΔGof 298 CH3COOH = -389900 J/mol


o
ΔG f 298 CH3OH = -166270 J/mol
ΔGof 298 CH3COOCH3 = -324200 J/mol
ΔGof 298 H2O = -237129 J/mol
maka:
ΔG0298 = (ΔG0298 CH3COOCH3 + ΔG0298 H2O) – (ΔG0298 CH3COOH + ΔG0298
CH3OH)
= (-324200-237129)-(-389900-166270)
= -5159 J/mol
Harga K pada suhu 60oC (333 K) dapat dihitung :

( )

( )
( )

-
K333 = 5,5801

 Mencari nilai

= [( )( ) ]

= [( )( ) ]

= ( )

= ( )

= ( )

B-2
P1

∫ ∫
( )

Rumus ABC
( )=

Sehingga didapat X1 = 3,5546 dan X2 = 0,9145


Maka ( ) = (XA – 3,5546)(XA – 0,9145)

0,2043 ∫ =
( )( )

+ = 0,2043
( ) ( )
+ = ( )( )

A + B =0
-0,9145A - 3,5546B= 1
A = 0.3788
B = −0.3788
Sehingga persamaan menjadi

0,2043 [∫ ∫ ] = k1 . t
( ) ( )

0,2043 (0,3788) [ ( ) ( – ) ] k1 . t
( )( )
0,0774 ln [( ] = k1 . t ≈ y = mx
)( )

t (x) XA Y xy x2
0 0,3821 0,0331 0 0

10 0.76304 0,1205 1,205 100

20 0,7692 0,1235 2,47 400

30 0,7928 0,1366 4,098 900

40 0,8027 0,1429 5,716 1600

∑x=100 ∑y=0,5566 ∑xy=13,489 ∑x2=3000

∑ ∑ ∑
∑ (∑ )
= = 2,357 x 10-3mol/menit

B-3
P1

K= k2 = = = 4,2239 x 10-4 mol/menit

Kesetimbangan saat t=40 menit


( )
Qc = =( ) ( )
( )
= ( )( )
= 1,7505

Variabel 2

 CAo = = = 7,627 mol/L

 CBo = = = 13,569 mol/L


( ) ( ) ( ) ( )
 CA = = 0,074V – 0,2

 XA = 1-

t (menit) Volume titran NaOH (ml) CA XA


0 85 6,09 0,2015

10 36,9 2,5306 0,6682

20 31,7 2,1458 0,7186

30 27,5 1,835 0,7594

40 25,9 1,7166 0,7749

CA = CAO – CAO.XA = CAO (1-XA) = 7,627 (1-XA)


CB = CBO – CAO.XA = 13,269 – 7,627 XA
CC = CAO.XA = 7,627 XA
CD = CAO.XA = 7,627 XA

M= = = 1,8259

K=

- = = k1 x CA x CB – k2 x Cc x CD

= k1( )

× = k1( )
( )( )
× = k1( ( )( ) )

× = k1( ( ) ( ) )

× = k1 . (( )( ) )

= k1 (( ) ( ) )

B-4
P1

= k1 . (( ) ( ) )

 Konstanta Kesetimbangan pada T = 60oC (K333)


Diketahui data ΔHof standar:
ΔHof 298 CH3COOH = -484500 J/mol
ΔHof 298 CH3OH = -238660 J/mol
ΔHof298 CH3COOCH3 = -445890 J/mol

ΔHof 298 H2O = -285830 J/mol


ΔHo298 = (ΔHof 298 CH3COOCH3 + ΔHof 298 H2O) – (ΔHof 298 CH3COOH
+ ΔHof298 CH3OH)
= (-445890-285830) – (-484500-238660)
= -8560 J/mol
Diketahui data ΔGo standar (Yaws, 1997) :

ΔGof 298 CH3COOH = -389900 J/mol


o
ΔG f 298 CH3OH = -166270 J/mol
ΔGof 298 CH3COOCH3 = -324200 J/mol
ΔGof 298 H2O = -237129 J/mol
maka:
ΔG0298 = (ΔG0298 CH3COOCH3 + ΔG0298 H2O) – (ΔG0298 CH3COOH + ΔG0298
CH3OH)
= (-324200-237129)-(-389900-166270)
= -5159 J/mol
Harga K pada suhu 60oC (333 K) dapat dihitung :

( )

( )
( )

-
K333 = 5,5801

 Mencari nilai

= [( )( ) ]

= [( )( ) ]

= ( )

= ( )

= ( )

B-5
P1

∫ ∫
( )

Rumus ABC
( )=

Sehingga didapat X1 = 2,3548 dan X2 = 0,8904


Maka ( ) = (XA – 2,3548)(XA – 0,8904)

0,1506 ∫ =
( )( )

+ = 0,1506
( ) ( )
+ = ( )( )

A + B =0
-0,8904A - 2,3548B= 1
A = 0.6471
B = −0.6471
Sehingga persamaan menjadi

0,1506 [∫ ∫ ] = k1 . t
( ) ( )

0,1506 (0,6471) [ ( ) ( – ) ] k1 . t
( )( )
0,0974 ln [( ] = k1 . t ≈ y = mx
)( )

t (x) XA Y xy x2
0 0,2015 0,0163 0 0

10 0,6682 0,1027 1.027 100

20 0,7186 0,1248 2.496 400

30 0,7594 0,1488 4.464 900

40 0,7749 0,1601 6.404 1600

∑x=100 ∑y=0.5527 ∑xy=14.391 ∑x2=3000

∑ ∑ ∑
∑ (∑ )
= = 3,337x10-3mol/menit

B-6
P1

K= k2 = = = 5,9802 x 10-4 mol/menit

Kesetimbangan saat t=40 menit


( )
Qc = =( ) ( )
( )
= ( )( )
= 2,5381

B-7

Anda mungkin juga menyukai