Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penentuan klorida dilakukan dengan beberapa metode diantaranya adalah metode


argentometri dan metode spketrofotometer. Pengunaan metode titrasi argentometri nerupakan
metode yang klaisk untuk menganalisis kadar klorida yang dilakukan dengan mempergunakan
AgNO3 dan indikator K2Cr2O4. kelebihan dari analisis klorida dengancara ini yaitu pelaksanaan
yang mudah dan cepat, memiliki ketelitian dan keakuratanyang tingga dan dapat digunakan
untung menetukan kadar yang memiliki sifat yang berbeda beda (Titis, U A. 2009).

Kandungan klorida atau kadar Cl- dalam air dibatasi oleh standar untuk berbagai
pemanfaatannya itu air minum, irigasi, dan konstruksi. Kosentrasi 250 Mg/l unsur ini dalam air
merupakan batas maksimal konsentrasi yang dapat mengakibatkan timbulnya rasa asin.
Konsentrasi klorida dalam air dapat meningkat dengan tiba-tiba dengan adanya kontak dengan
air bekas. (Anonim, 2008)

Metode analisis pada sampel; Pemeriksaan sampel meliputi pengukuran konsentrasi


klorida dengan menggunakan Metode Mohr-Volumetri. Prinsip pengukuran metode ini adalah
melakukan titrasi terhadap sampel dengan menggunakanlarutan perak nitrat (AgNO3) sehingga
terbentuk endapan AgCl berwarna putih. Pendeteksian endapan AgCl dilakukan dengan
penambahan indikator kalium kromat (K2Cr2O4) yang akan menghasilkan endapan Ag2CrO4
berwarna merah bata. (Dewa GdeBagus dan James Nobelia I. 2010)

1.2 Tujuan
- Mengetahui besarnya konsentrasi klorida terlarut dalam contoh air.
- Mengetahui besarnya klor aktif dalam sampel uji.
1.3 Ruang Lingkup
Terdapat beberapa ruang lingkup dalam praktikum ini, yaitu:
a. Sampel yang dipakai yaitu ada lima, antara lain: Air laut, air payau, air sumur, air PDAM,
dan air tambak.
b. Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Kimia Lingkungan di Fakultas Teknik UPN
“Veteran” Jawa Timur
c. Baku mutu yang digunakan yaitu PERMENKES RI No.492/MENKES/PER/IV/2010
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Klorida adalah ion yang terbentuk sewaktu unsur klor mendapatkan suatu elektron
untuk membentuk suatu anion (ion bermuatan negatif) Cl-. Garam dari asal klorida (HCL)
mengandung ion klorida, contohnya adalah garam meja, yang disebut Natrium Klorida dengan
rumus kimia NaCl. Dalam air, senyawa ini terpecah menjadi ion Na+ dan Cl-. Klorida dalam
senyawa kimia, satu atau lebih atom klornya memiliki ikatan kovalen dalam molekul. Ini berarti
klorida dapat berupa senyawa organik maupun anorganik. Contoh sederhana dari suatu klorida
organik (organo klorida) adalah klorometana (CH3Cl) sering disebut metil klorid, sedangkan
contoh senyawa anorganik adalah asam klorida (HCL). (Panjaitan,2009)

Larutan klorida atau bromida dalam suasana netral atau agak katalis dititrasi dengan
larutan titer perak nitrat menggunakan indikator kromat. Apabila ion klorida atau bromida telah
habis diendapkan oleh ion perak, maka ion kromat akan bereaksi membentuk endapan perak
kromat yang berwarna coklat/merah bata sebagai titik akhir titrasi. Sebagai indikator digunakan
larutan kromat K2CrO4 0,003 M atau 0,005 M yang dengan ion perak akan membentuk endapan
coklat merah dalam suasana netral atau agakalkalis. Kelebihan indikator yang berwarna kuning
akan menganggu warna, ini dapat diatasi dengan melarutkan blanko indikator suatu titrasi tanpa
zat uji dengan penambahan kalsium karbonat sebagai pengganti endapan AgCl (Arifin Oputu,
2013).

Residu klorin disebut juga dengan klorin bebas atau aktif, dapat diartikan jumlah klorin
yang tersedia sebagai desinfektan setelah waktu kontak tertentu. Residu klorin ini terdapat
dalam dua bentuk antara lain residu klorin terikat dan residu klorin bebas. Residu klorin ini
diketegorikan sebagai zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan. Selain itu sebagai salah satu
syarat untuk memenuhi sanitasi dan hygiene yang baik, maka perlu dilakukan analisa tentang
residu klorin ini (Titis U A, 2009).

Residu klorin dapat membahayakan kesehatan jika terjadi kontaminasi, dari


kontaminasi ini, antara lain menyebabkan iritasi kulit, telinga, gangguan paru, kerusakan pada
gigi, maupun infeksi pada saluran pernapasan atas, serta dalam 2 jangka waktu yang lamajuga
dapat menyebabkan kanker. Gangguan paru dan kerusakan gigi juga sering terjadi akibat
paparan gas klorin yang cukup sering,. Residu klorin (sisa klor) yang dianjurkan secara kimia
agar memenuhi syarat yaitu antara 250 mg/L (Jatilaksono, 2009).
BAB III
PERALATAN DAN BAHAN

3.1. Peralatan
1. Buret 25 ml
2. Statif
3. Pipet volume 5 ml
4. Pipet volume 10 ml
5. Pipet volume 25 ml
6. Erlenmeyer 250 ml
7. Pipet tetes
8. Pipet pump
9. Beaker glass 100 ml

3.2 Bahan

1. Larutan K2CrO7
2. Larutan Kalium Iodide (KI)
3. Larutan Asam Asetik (CH3COOH)
4. Larutan AgNO3 0,0141 N
5. Larutan Na2SO3
6. Sampel air laut
7. Sampel air sumur
8. Sampel air PDAM
9. Sampel air tambak
10. Sampel air payau
11. Aquadest
BAB IV
PROSEDUR KERJA DAN GAMBAR ALAT KERJA

4.1. Prosedur Kerja


4.1.1. Analisis Klorida
1. Ambil 100 ml sampel (air payau, air tambak, air PDAM, dan air sumur) dan
masukkan kedalam erlenmeyer 250 ml secara duplo.
2. Tambahkan 1 ml larutan K2CrO7 dan aduk.
3. Titrasikan dengan larutan AgNO3 dan kocok sampel sampai berwarna kecoklatan.
4. Catat hasil volumenya, dan lakukan hal yang sama pada blanko.
4.1.2. Analisis Sisa Klor
1. Ambil 50 ml sampel (air PDAM, dan air buatan) kedalam elenmeyer
2. Tambahkan 5 ml larutan KI
3. Tambahkan 5 ml larutan asam asetik CH3COOH
4. Tambahkan 3-4 tetes amilum, sehingga menghasilkan warna biru.
5. Titrasikan dengan larutan Na2SO3 sampai kembali berwarna jernih
6. Jika setelah ditambahkan amilum larutan tidak berwarna biru, maka larutan tersebut
tidak ada sisa klornya.
4.2. Gambar Alat Kerja
4.2.1. Analisis Klorida

NO. GAMBAR PROSEDUR KERJA

1.

Ambil 100 ml sampel (air payau, air tambak,


air PDAM, dan air sumur) dan masukkan
kedalam erlenmeyer 250 ml secara duplo.

2.

Tambahkan 1 ml larutan K2CrO7 dan aduk.

3.

Titrasikan dengan larutan AgNO3 dan kocok


sampel sampai berwarna kecoklatan.

4.

Catat hasil volumenya, dan lakukan hal yang


sama pada blanko.
4.2.2. Analisis Sisa Klor

NO. GAMBAR PROSEDUR KERJA

1.

Ambil 50 ml sampel (air PDAM, dan air


buatan) kedalam elenmeyer.

2.

Tambahkan 5 ml larutan KI

3.

Tambahkan 5 ml larutan asam asetik


CH3COOH

4.

Tambahkan 3-4 tetes amilum, sehingga


menghasilkan warna biru.

5.

Titrasikan dengan larutan Na2SO3 sampai


kembali berwarna jernih
BAB V

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Pengamatan


5.1.1. Analisis Klorida
Volume
Sampel Percobaan AgNO3 RPD
(ml)
1 20,2 ml
Air Tambak 4,8%
2 21,2 ml
1 4,9 ml
Air PDAM 6,3%
2 4,6 ml
1 10,15 ml
Air Sumur 3,5%
2 9,8 ml
1 24,5 ml
Air Payau 0,8%
2 24,7 ml
1 0,8 ml
Aquadest 6%
2 0,85 ml
Perhitungan :
- RPD
21,2 − 20,2
1. Air Tambak = x 100%
20,7

= 4,8% < 10% (memenuhi)


4,9 − 4,6
2. Air PDAM = x 100%
4,75

= 6,3% < 10% (memenuhi)


10,15 − 9,8
3. Air Sumur = x 100%
9,97

= 3,5% < 10% (memenuhi)


24,7 − 24,5
4. Air Payau = x 100%
24,6

= 0,8% < 10% (memenuhi)


0,85 − 0,8
5. Air Tambak = x 100%
0,825

= 6% < 10% (memenuhi)

- Konsentrasi Klorida Cl-


1. Air Tambak
a−b
Cl- (mg/l) = x N AgNO3 x 35,45 x 1000
Vol. Sampel
20,7−0,825
= x 0,0141 x 35,45 x 1000
100

= 99,34 mg/l < 250 mg/l


NaCl (mg/l) = Konsentrasi Klorida x 1,65
= 99,34 mg/l x 1,65
= 163,91 mg/l
2. Air PDAM
a−b
Cl- (mg/l) = x N AgNO3 x 35,45 x 1000
Vol. Sampel
4,75 − 0,825
= x 0,0141 x 35,45 x 1000
100

= 196,18 mg/l < 250 mg/l


NaCl (mg/l) = Konsentrasi Klorida x 1,65
= 196,18 mg/l x 1,65
= 323,69 mg/l
3. Air Sumur
a−b
Cl- (mg/l) = x N AgNO3 x 35,45 x 1000
Vol. Sampel
9,97 − 0,825
= x 0,0141 x 35,45 x 1000
100

= 45,71 mg/l < 250 mg/l


NaCl (mg/l) = Konsentrasi Klorida x 1,65
= 45,71 mg/l x 1,65
= 75,42 mg/l
4. Air Payau
a−b
Cl- (mg/l) = x N AgNO3 x 35,45 x 1000
Vol. Sampel
24,6 − 0,825
= x 0,0141 x 35,45 x 1000
100

= 118,83 mg/l < 250 mg/l


NaCl (mg/l) = Konsentrasi Klorida x 1,65
= 118,83 mg/l x 1,65
= 196,06 mg/l
5.1.2. Analisis Sisa Klor

Sampel Percobaan Hasil titrasi

Air PDAM 1 0
Air Buatan 1 0,95 ml
(Artificial Water) 2 0,9 ml
Perhitungan :
∆X
 a =
2
0,95 + 0,9
=
2

= 0,925 ml
a
 Sisa Klor (mg/l) = x N Na2SO3 x 35,45 x 1000
Vol. Sampel
0,925 ml
= x 0,025 x 35,45 x 1000
50 ml

= 16,39 mg/l
0,95 − 0,9
 RPD = x 100%
0,925

= 5,4% < 10% (memenuhi)

5.2. Pembahasan
Dalam praktikum ini, untuk menentukan kadar klorida yang terkandung dalam air
sampel adalah dengan cara titrasi argontometri cara Mohr. Praktikum dilakukan secara duplo.
Volume percobaan air tambak AgNO3 adalah 20,2 ml dan 21,2 ml, dengan rata-rata sebesar
20,7 ml, didapatkan konsentrasi klorida sebesar 99,34 mg/l. Selanjutnya yaitu volume
percobaan air PDAM AgNO3 adalah 4,9 ml dan 4,6 ml, dengan rata-rata sebesar 4,75 ml,
didapatkan konsentrasi klorida sebesar 196,18 mg/l. Selanjutnya volume percobaan air sumur
AgNO3 adalah 10,15 ml dan 9,8 ml, dengan rata-rata sebesar 9,97 ml, didapatkan konsentrasi
klorida sebesar 45,71 mg/l. Selanjutnya volume percobaan air payau AgNO3 adalah 24,5 ml
dan 24,7 ml, dengan rata-rata sebesar 24,6 ml, didapatkan konsentrasi klorida sebesar 118,83
mg/l. Terakhir yaitu volume percobaan aquades AgNO3 adalah 0,8 ml dan 0,825 ml, dengan
rata-rata sebesar 0,825 ml.
Pada hasil pengamatan sisa klor di dapatkan hasil pada air sampel PDAM adalah 0 maka
tidak perlu dilakukan titrasi karena tidak adanya sisa klor. Sedangkan pada air buatan (artificial
water) pada percobaan pertama didapatkan hasil sebesar 0,95 ml dan pada percobaan kedua
yaitu sebesar 0,9 ml, dengan rata-rata sebesar 0,925 ml. Didapatkan sisa klor sebesar 16,39
mg/l, dengan RPD sebesar 5,4%
Dari data percobaan pada air sampel tersebut dikatakan kadar Cl- tersebut masih
dibawah ambang batas normal yang telah ditetapkan pada PERMENKES RI
No.492/MENKES/PER/IV/2010 yaitu sebesar 250 mg/l.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan

Konsentrasi klorida yang diperoleh dalam praktikum ini adalah sebesar 99,34 mg/l pada
air tambak, 196,18 mg/l pada air PDAM, 45,71 mg/l pada air sumur, 118,83 mg/l pada air
payau. Sedangkan untuk sisa klor pada air PDAM sebesar 0 dan pada air buatan (artificial
water) sebesar 16,39 mg/l. Dapat dikatakan bahwa kadar Cl- tersebut masih dibawah ambang
batas normal yang telah ditetapkan pada PERMENKES RI No.492/MENKES/PER/IV/2010
yaitu sebesar 250 mg/l.

6.2. Saran
Sebaiknya melakukan pengambilan air sampel sesuai dengan standar prosedur
pengambilan sampel yang dianjurkan oleh SNI atau peraturan praktikum maupun penelitian
yang ada. Praktikan menggunakan alat keselamatan berupa masker dan sarung tangan latex
ketika praktikum agar tidak terkontaminasi oleh sampel.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2008). Kimia Dasar I. Makassar: Universitas Hasanuddin Makassar.

Bagus, D. G. (2010). Penentuan Waktu Detensi Optimum Dalam Proses Penyisihan Klorida
Pada Reaktor Kontinu Electro Gravitional Desalination.

Handout E-learning Laboratorium Analisis Pencemar Lingkungan Teknik Lingkungan


Fakultas Teknik UPN “Veteran” Jawa Timur. (2020).

Jatilaksono, M. (2009). Alkalinitas dan Kesadahan.

Oputu, A. (2013). Laporan Titrasi Argentometri (Menentukan Kadar klorida).

Panjaitan, G. Y. (2009). Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) dan Timbal (Pb) pada Pohon
Acivennia Marina di Hutan Mangrove. Skripsi. Jurusan Budaya Hutan. Universitas
Sumatera Utara.

Peraturan KEMENKES RI No.492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air


Minum. (2010).

Titis, U. A. (2009). Analisis Kadar Khlorida Pada Air Dan Air Limbah Dengan Metode
Argentometri.

Underwood, J. D. (1998). Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.


LAMPIRAN

 Peraturan MENKES RI No.492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan


Kualitas Air Minum.

Anda mungkin juga menyukai