Anda di halaman 1dari 27

KONSEP DASAR DESINFEKTAN

PENGERTIAN DESINFEKTAN

 Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang digunakan
untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan
virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman
penyakit lainnya. 
 Sedangkan antiseptik didefinisikan sebagai bahan kimia yang dapat menghambat atau
membunuh pertumbuhan jasad renik seperti bakteri, jamur dan lain-lain pada jaringan
hidup. Bahan desinfektan dapat digunakan untuk proses desinfeksi tangan, lantai,
ruangan, peralatan dan pakaian (Signaterdadie, 2009).

 Pada dasarnya ada persamaan jenis bahan kimia yang digunakan sebagai antiseptik
dan desinfektan. Tetapi tidak semua bahan desinfektan adalah bahan antiseptik karena
adanya batasan dalam penggunaan antiseptik. Antiseptik tersebut harus memiliki sifat
tidak merusak jaringan tubuh atau tidak bersifat keras. Terkadang penambahan bahan
desinfektan juga dijadikan sebagai salah satu cara dalam proses sterilisasi, yaitu
proses pembebasan kuman. Tetapi pada kenyataannya tidak semua bahan desinfektan
dapat berfungsi sebagai bahan dalam proses sterilisasi.

 Bahan kimia tertentu merupakan zat aktif dalam proses desinfeksi dan sangat
menentukan efektivitas dan fungsi serta target mikroorganisme yang akan dimatikan.
Dalam proses desinfeksi sebenarnya dikenal dua cara, cara fisik (pemanasan) dan cara
kimia (penambahan bahan kimia). Dalam tulisan ini hanya difokuskan kepada cara
kimia, khususnya jenis-jenis bahan kimia yang digunakan serta aplikasinya.

 Banyak bahan kimia yang dapat berfungsi sebagai desinfektan, tetapi umumnya
dikelompokkan ke dalam golongan aldehid atau golongan pereduksi, yaitu bahan
kimia yang mengandung gugus -COH; golongan alkohol, yaitu senyawa kimia yang
mengandung gugus -OH; golongan halogen atau senyawa terhalogenasi, yaitu
senyawa kimia golongan halogen atau yang mengandung gugus-X; golongan fenol
dan fenol terhalogenasi, golongan garam amonium kuarterner, golongan
pengoksidasi, dan golongan biguanida.

 Telah dilakukan perbandingan koefisien fenol turunan aldehid (formalin dan


glutaraldehid) dan halogen (iodium dan hipoklorit) terhadap mikroorganisme
Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi yang resisten terhadap ampisilin dengan
tujuan untuk mengetahui keefektifan dari disinfektan turunan aldehid dan halogen
yang dibandingkan dengan fenol dengan metode uji koefisien fenol. 
 Fenol digunakan sebagai kontrol positif, aquadest sebagai kontrol negatif dan larutan
aldehid dan halogen dalam pengenceran 1 : 100 sampai 1 : 500 dicampur dengan
suspensi bakteri Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi resisten ampisilin yang
telah diinokulum, keburaman pada tabung pengenceran menandakan bakteri masih
dapat tumbuh. 
 Nilai koefisien fenol dihitung dengan cara membandingkan aktivitas suatu larutan
fenol dengan pengenceran tertentu yang sedang diuji. Hasil dari uji koefisien fenol
menunjukan bahwa disinfektan turunan aldehid dan halogen lebih efektif membunuh
bakteri Staphylococcus aureus dengan nilai koefisien fenol 3,57 ; 5,71 ; 2,14 ; 2,14
berturut-turut untuk formalin, glutaraldehid, iodium dan hipoklorit, begitu juga
dengan bakteri Salmonella typhi, disinfektan aldehid dan halogen masih lebih efektif
dengan nilai koefisien fenol 1,81 ; 2,72 ; 2,27 dan 2,27 berturut-turut untuk formalin,
glutaraldehid, iodium dan hipoklorit. (Signaterdadie, 2009).

PENGGUNAAN DESINFEKTAN

 Desinfektan sangat penting bagi rumah sakit dan klinik. Desinfektan akan membantu
mencegah infeksi terhadap pasien yang berasal dari peralatan maupun dari staf medis
yang ada di rumah sakit dan juga membantu mencegah tertularnya tenaga medis oleh
penyakit pasien. Perlu diperhatikan bahwa desinfektan harus digunakan secara tepat
(Imbang, 2009).

a. Desinfektan tingkat rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan :


1. Golongan pertama

 Desinfektan yang tidak membunuh virus HIV dan Hepatitis B.

1. Klorhexidine (Hibitane, Savlon).


2. Cetrimide (Cetavlon, Savlon).
3. Fenol-fenol (Dettol).

Desinfektan golongan ini tidak aman untuk digunakan :

1. Membersihkan cairan tubuh (darah, feses, urin dan dahak).


2. Membersihkan peralatan yang terkena cairan tubuh misalnya sarung tangan yang
terkena darah.

 Klorheksidine dan cetrimide dapat digunakan sebagai desinfekan kulit

 fenol-fenol dapat digunakan untuk membersihkan lantai dan perabot seperti meja dan
almari namun penggunaan air dan sabun sudah dianggap memadai.

2. Golongan kedua

 Desinfektan yang membunuh Virus HIV dan Hepatistis B.

a). Desinfektan yang melepaskan klorin.

 Contoh : Natrium hipoklorit (pemutih, eau de javel), Kloramin (Natrium


tosilkloramid, Kloramin T) Natrium Dikloro isosianurat (NaDDC), Kalsium
hipoklorit (soda terklorinasi, bubuk pemutih)

b). Desinfektan yang melepaskan Iodine misalnya : Povidone Iodine (Betadine, Iodine lemah)

1. Alkohol : Isopropil alkohol, spiritus termetilasi, etanol.


2. Aldehid : formaldehid (formalin), glutaraldehid (cidex).
3. Golongan lain misalnya : Virkon dan H2O2. (Imbang, 2009)

4.
5. MAKALAH DESINFEKTAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya ada persamaan jenis bahan kimia yang digunakan sebagai antiseptik
dan desinfektan. Tetapi tidak semua bahan desinfektan adalah bahan antiseptik karena
adanya batasan dalam penggunaan antiseptik. Antiseptik tersebut harus memiliki sifat
tidak merusak jaringan tubuh atau tidak bersifat keras. Terkadang penambahan bahan
desinfektan juga dijadikan sebagai salah satu cara dalam proses sterilisasi, yaitu
proses pembebasan kuman. Tetapi pada kenyataannya tidak semua bahan desinfektan
dapat berfungsi sebagai bahan dalam proses sterilisasi. Bahan kimia tertentu
merupakan zat aktif dalam proses desinfeksi dan sangat menentukan efektivitas dan
fungsi serta target mikroorganime yang akan dimatikan. Dalam proses desinfeksi
sebenarnya dikenal dua cara, cara fisik (pemanasan) dan cara kimia (penambahan
bahan kimia). Dalam tulisan ini hanya difokuskan kepada cara kimia, khususnya
jenis-jenis bahan kimia yang digunakan serta aplikasinya. Banyak bahan kimia yang
dapat berfungsi sebagai desinfektan, tetapi umumnya dikelompokkan ke dalam
golongan aldehid atau golongan pereduksi, yaitu bahan kimia yang mengandung
gugus -COH; golongan alkohol, yaitu senyawa kimia yang mengandung gugus -OH;
golongan halogen atau senyawa terhalogenasi, yaitu senyawa kimia golongan halogen
atau yang mengandung gugus -X; golongan fenol dan fenol terhalogenasi, golongan
garam amonium kuarterner, golongan pengoksidasi, dan golongan biguanida. Telah
dilakukan perbandingan koefisien fenol turunan aldehid (formalin dan glutaraldehid)
danhalogen (iodium dan hipoklorit) terhadap mikroorganisme Staphylococcus
aureusdan Salmonella typhi yang resisten terhadap ampisilin dengan tujuan untuk
mengetahui keefektifan dari disinfektan turunan aldehid dan halogen yang
dibandingkan dengan fenol dengan metode uji koefisien fenol . B. Rumusan Masalah
Dalam pembahasan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang ada pada latar
belakang yang akan di bahas pada makalah ini yaitu sebagai berikut: 1. Pengertian
Desinfektan? 2. Aspek-aspek desiinfektan? 3. Macam-macam antiseptic dan
desinfektan? C. Tujuan Dalam makalah ini bertujuan agar lebih mengetahui
pengertian daridesinfektan dan antiseptic, dan mengetahui macam-macam dari
desinfektan dan antiseptic. BAB II PEMBAHASAN A.Pengertian Desinfektan
Desinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi
atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau
menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya. Disinfektan
digunakan untuk membunuh mikroorganisme pada benda mati. Desinfeksi adalah
membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia atau secara fisik,
hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam membunuh
mikroorganisme patogen. Desinfeksi dilakukan apabila sterilisasi sudah tidak
mungkin dikerjakan, meliputi : penghancuran dan pemusnahan mikroorganisme
patogen yang ada tanpa tindakan khusus untuk mencegah kembalinya
mikroorganisme tersebut. 10 kriteria suatu desinfektan dikatakan ideal, yaitu : a.
Bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar b.
Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur dan c. kelembaban
d. Tidak toksik pada hewan dan manusia e. Tidak bersifat korosif f. Tidak berwarna
dan meninggalkan noda g. Tidak berbau/ baunya disenangi h. Bersifat biodegradable/
mudah diurai i. Larutan stabil j. Mudah digunakan dan ekonomis k. Aktivitas
berspektrum luas B. Aspek-aspek Desi infeksi. Kecepatan atau keampuhan desi
infektan tergantung dari beberapa factor yaitu: a) Keadaan mikro organism. b) Waktu
kontak. c) Faktor lingkungan. d) Desinfektan. a.Keadaan mikro organism. 1. jenis
Jenis ikro organism, yaitu bakteri virus, atau parasit, mempunyai kepekaan tertentu
terhadap desi infektan yang berlainan misalnya resistensi cyfte protozoa >
enterrovirus > enteric bacteria. 2. jumlah Jumlah mikro organism yang terutama yang
pathogen, akan memerkukan dosis desiinfektan yang lebih besar pula. 3. umur Umur
mikro organism akan mempengaruhi pula efektivitas desiinfektan 4. penyebaran
Mikro organism yang menyebar akan mudah ditembus desiinfektan. Sebaliknya
kumpulan bakteri akan lebih sulit di tembus oleh desiinfektan. Bakteri cenderung
membentuk “clam” dengan suspenden solic yang ada didalam air, sehingga air yang
keruh harus dicurigai sebagai air yang mempunyai bakteri pantogen yang lebih
banyak. b. Waktu kontak. Untuk dapat berfungasi dengan optimal, desiinfektan harus
mempunyai waktu kontan yang cukup denagan air yang diproses. Efektivitas
desiinfektan dapat ditunjukan dengan suhu atau konstanta yang merupakan hasil
kosentari dengan waktu kontan. c. Factor lingkungan 1. Suhu Makin tinggi suhu air,
makin tinggi pula efektifita desinfektan. 2. PH Setiap desinfektan akan berfungsi
dengan optimal pada Ph tertentu, 3. Kualitas air Air yang mengandung zat organic
dan unsure lainnya, akan mempengaruhi besarnya choline demend, sehingga di
perlukan kosentrasi clorine yang makin tinggi. 4. Pengelolaan air Proses yang d
lakukan sebelum desinfektan, pengendap dan faksin akan mempengaruhi hasil yang di
capai. d. Jenis Desinfektan 1. Chlorin Chlorin banyak di gunakan dalam pengelolaan
air bersih dan air lmbah sebagai oksidator dan desinfektan. Sebgai oksidant. Chlorine
di gunakan untuk mengunakan rasa dan warna pada pengelolaan air bersih. Macam-
macam chlorine a. Anorganik cholaramine b. Organic cholaramine c. Cholorine di
oksida 2. Ozone Ozone bersifat larut d dalam air dan mudah berkomposisi pada
temperature dan PH tinggi. Karena sifat terakhir ini, maka harus di siapkan/di buat
sesaat sebelum di gunakan. Ozone merupakan oksidator kuat dan bereaksi dengan
cepat dengan hamper semua zat organic dan anorganik. Meskipun demikian,
perkecualian terjadi bagi ion cholorida karena karena tidak bereaksi dengan ozone
atau ammonia yang hanya sedikit bereaksi dengan ozone. Sifat ozone yang bereaksi
dengan cepat menyebabkan persitensinya di dalam air hanya sebentar saja. Dengan
demikian desinfektan ini kurang efekti bila di masudkan untuk menjaga kualtas air
yang terkontaminasi di jaringan distribusi. Ozone sanagat tidak stabil di da;am air
serta mempunyai waktu paru sebesar 40 menit ada PH 7,6 dan suhu 14,6 oC. pada
suhu udara bebas, di perkirakan waktu luruhnya hanya sekitar 20 menit kemampuan
ozone untuk membunuh mikrorganisme. 3. Yodine dan bromine Sudah sejak lama
lodine di gunakan sebagai antiseptic pada luka yang kita derita. Meskipun
pengunaannya sebagai desinfektan tidak/kurang popular saat ini. sperti hanya
cholorine dan bromine, penggunaan lodine memerlukan memerlikan biaya yang lebih
besar. Aktivitas lodine dan dalam membinaskan bakteri dan cyste sangat tergantu
pada PH. Akan membinasakan virus dan lodine lebih efektif daripada chloride
danbromine. 4. Bromine merupakan bakteri dan virusida yang efektif. Pada kehadiran
ammonia di dalam air, bromine masih lebih efektif bila di bandingkan dengan
chlorine. Sebagi cystesida, asam hypobromous masih tetap aktif pada PH > 9.
C.Macam-Macam Desinfektan yang lain. 1.Garam Logam Berat Garam dari beberapa
logam berat seperti air raksa dan perak dalam jumlah yang kecil saja dapat membunuh
bakteri, yang disebut oligodinamik. Hal ini mudah sekali ditunjukkan dengan suatu
eksperimen. Namun garam dari logam berat itu mudah merusak kulit, makan alat-alat
yang terbuat dari logam dan lagipula mahal harganya. Meskipun demikian, orang
masih biasa menggunakan merkuroklorida (sublimat) sebagai desinfektan. Hanya
untuk tubuh manusia lazimnya kita pakai merkurokrom, metafen atau mertiolat. 2.Zat
Perwarna Zat perwarna tertentu untuk pewarnaan bakteri mempunyai daya
bakteriostatis. Daya kerja ini biasanya selektif terhadap bakteri gram positif,
walaupun beberapa khamir dan jamur telah dihambat atau dimatikan, bergantung pada
konsentrasi zat pewarna tersebut. Diperkirakan zat pewarna itu berkombinasi dengan
protein atau mengganggu mekanisme reproduksi sel. Selain violet Kristal (bentuk
kasar, violet gentian), zat pewarna lain yang digunakan sebagai bakteriostatis adalah
hijau malakhit dan hijau cemerlang. 3.Klor dan senyawa klor Klor banyak digunakan
untuk sterilisasi air minum. persenyawaan klor dengan kapur atau dengan natrium
merupakan desinfektan yang banyak dipakai untuk mencuci alat-alat makan dan
minum. 4.Fenol dan senyawa-senyawa lain yang sejenis Larutan fenol 2 – 4%
berguna sebagai desinfektan. Kresol atau kreolin lebih baik khasiatnya daripada fenol.
Lisol ialah desinfektan yang berupa campuran sabun dengan kresol; lisol lebih banyak
digunakan daripada desinfektan-desinfektan yang lain. Karbol ialah nama lain untuk
fenol. Seringkali orang mencampurkan bau-bauan yang sedap, sehingga desinfektan
menjadi menarik. 5.Kresol Destilasi destruktif batu bara berakibat produksi bukan
saja fenol tetapi juga beberapa senyawa yang dikenal sebagai kresol. Kresol efektif
sebagai bakterisida, dan kerjanya tidak banyak dirusak oleh adanya bahan organic.
Namun, agen ini menimbulkan iritasi (gangguan) pada jaringan hidup dan oleh karena
itu digunakan terutama sebagai disinfektan untuk benda mati. Satu persen lisol (kresol
dicampur dengan sabun) telah digunakan pada kulit, tetapi konsentrasi yang lebih
tinggi tidak dapat ditolerir. 6.Alkohol Sementara etil alcohol mungkin yang paling
biasa digunakan, isoprofil dan benzyl alcohol juga antiseptic. Benzyl alcohol biasa
digunakan terutama karena efek preservatifnya (sebagai pengawet). 7.Formaldehida
Formaldehida adalah disinfektan yang baik apabila digunakan sebagai gas. Agen ini
sangat efektif di daerah tertutup sebagai bakterisida dan fungisida. Dalam larutan cair
sekitar 37%, formaldehida dikenal sebgai formalin. 8.Etilen Oksida Jika digunakan
sebagi gas atau cairan, etilen oksida merupakan agen pembunuh bakteri, spora, jamur
dan virus yang sangat efektif. Sifat penting yang membuat senyawa ini menjadi
germisida yang berharga adalah kemampuannya untuk menembus ke dalam dan
melalui pada dasarnya substansi yang manapun yang tidak tertutup rapat-rapat.
Misalnya agen ini telah digunakan secara komersial untuk mensterilkan tong-tong
rempah- rempah tanpa membuka tong tersebut. Agen ini hanya ditempatkan dalam
aparatup seperti drum dan, setelah sebagian besar udaranya dikeluarkan dengan
pompa vakum, dimasukkanlah etilen oksida. 9.Hidogen Peroksida Agen ini
mempunyai sifat antseptiknya yang sedang, karena kemampuannya mengoksidasi.
Agen ini sangat tidak stabil tetapi sering digunakan dalam pembersihan luka, terutama
luka yang dalam yang di dalamnya kemungkinan dimasuki organisme aerob.
10.Betapropiolakton Substansi ini mempunyai banyak sifat yang sama dengan etilen
oksida. Agen ini mematikan spora dalam konsentrasi yang tidak jauh lebih besar
daripada yang diperlukan untuk mematikan bakteri vegetatif. Efeknya cepat, ini
diperlukan, karena betapropiolakton dalam larutan cair mengalami hidrolisis cukup
cepat untuk menghasilkan asam akrilat, sehingga setelah beberapa jam tidak terdapat
betapropiolakton yang tersisa. 11.Senyawa Amonium Kuaterner Kelompok ini terdiri
atas sejumlah besar senyawa yang empat subtituennya mengandung karbon, terikat
secara kovalen pada atom nitrogen. Senyawa – senyawa ini bakteriostatis atau
bakteriosida, tergantung pada konsentrasi yang digunakan; pada umumnya, senyawa-
senyawa ini jauh lebih efektif terhadap organisme gram-positif daripada organisme
gram-negatif. 12.Sabun dan Detergen Sabun bertindak terutama sebagai agen akti-
permukaan;yaitu menurunkan tegangan permukaan. Efek mekanik ini penting karena
bakteri, bersama minyak dan partikel lain, menjadi terjaring dalam sabun dan dibuang
melalui proses pencucian. 13.Sulfonamida Sejak 1937 banyak digunakan
persenyawaan-persenyawaan yang mengandung belerang sebagai penghambat
pertumbuhan bakteri dan lagipula tidak merusak jaringan manusia. Terutama bangsa
kokus seperti Sterptococcus yang mengganggu tenggorokan, Pneumococcus,
Gonococcus, dan Meningococcus sangat peka terhadap sulfonamide. 14.Antibiotik
Antibiotik ialah zat-zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme, dan zat-zat itu dalam
jumlah yang sedikit pun mempunyai daya penghambat kegiatan mikroorganisme yang
lain. Pembicaraan dalam hal ini akan difokuskan pada desinfektan tingkat rendah.
Desinfektan Tingkat Rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan: Golongan 1.
Desinfektan yang TIDAK membunuh virus HIV dan Hepatitis B o Klorhexidine
(Hibitane, Savlon) o Cetrimide (Cetavlon. Savlon) o Fenol-fenol (Dettol) Desinfektan
golongan ini TIDAK AMAN untuk digunakan: Membersihkan cairan tubuh (darah,
feses, urin dan dahak) Membersihkan peralatan yang terkena cairan tubuh misalnya
sarung tangan yang terkena darah Klorheksidine dan Cetrimide dapat digunakan
sebagai desinfekan kulit Fenol-fenol dapat digunakan untuk membersihkan lantai dan
perabot seperti meja dan almari namun penggunaan air dan sabun sudah dianggap
memadai. Golongan 2. Desinfektan yang membunuh Virus HIV dan Hepatistis B o
Desinfektan yang melepaskan klorin Contoh: Natrium hipoklorit (pemutih, eau de
javel), Kloramin (Natrium tosilkloramid, Kloramin T) Natrium Dikloro isosianurat
(NaDDC), Kalsium hipoklorit (soda terklorinasi, bubuk pemutih) o Desinfektan yang
melepaskan Iodine misalnya : Povidone Iodine (Betadine, Iodine lemah) o Alkohol :
Isopropil alkohol, spiritus termetilasi, Etanol o Aldehid : Formaldehid (formalin),
Glutaraldehid (Cidex) o Golongan lain misalnya : Virkon dan H2O2 desinfektan yang
melepaskan klorin • Desinfektan jenis ini dapat digunakan untuk membersihkan
cairan tubuh • Mendesinfeksi sarung tangan yang terkena darah • Golongan ini
TIDAK digunakan untuk mendesinfeksi instrumen 5. JANGAN GUNAKAN
DESINFEKTAN PEMBEBAS KLORIN UNTUK MENDESINFEKSI JARUM DAN
SYRINGE (Tabung Suntik) Konsentrasi larutan klorin dapat ditulis dengan tiga cara •
Persentase (0,5 %) • Gram per liter (5 g/l) • Ppm (5000 ppm) Contoh :
1%=10g/l=10,000 ppm Konsentarsi yang diperluan untuk membunuh Virus HIV dan
Hepatitis B • Kondisi kotor, misalnya terdapat cairan darah dalam jumlah besar -----»
0,5 % larutan • Kondisi bersih, misalnya terdapat cairan darah dalam jumlah kecil
-----» 0,1 % larutan Bagaimana mendapatkan desinfektan pembebas klorin Di daerah
terpencil dan kota-kota kecil, dapat digunakan pemutih rumah tangga dalam
konsentrasi 3% s.d 15%. Jika mungkin ujilah beberapa sampel untuk menentukan
berapa konsentrasi klorin sebenarnya. Jika hal itu tidak dapat anda lakukan gunakan
selalu konsentrasi 5%. Usahakan mengunakan pemutih yang terbaru paling lama 3
bulan setelah diproduksi. Pemutih dapat dengan mudah kehilangan daya kerjanya
terlebih dalam cuaca panas. Kloramid dan NaDDC tersedia di toko-toko obat dan
apotik. WAKTU KADALUWARSA • Larutan encer : 24 jam • Larutan baru harus
dibuat setiap hari • Beberapa produk mempunyai waktu kadaluwarsa yang lebih
panjang yang dapat dilihat dari label/informasi yang diberikan produsen WAKTU
KONTAK • Secara umum waktu kontak untuk desinfektan golongan ini adalah 10 -
15 menit • Waktu kontak tidak boleh lebih dari 30 menit dimana ada kemungkinan
merusak kulit. PERINGATAN ! • Simpan larutan pemutih baik-baik • Gunakan
sarung tangan ketika membersihkan sisa-sisa cairan tubuh • Jangan gunakan wadah
logam atau kayu untuk menyimpan cairan klorin. Gunakan wadah plastik • Jangan
gunakan untuk peralatan logam khususnya instrumen yang digunakan untuk mata
karena korosi dan berkarat. • Larutan hanya akan bekerja jika konsentrasi yang
digunakan tepat. Sangat mungkin untuk membuat cairan tidak di bangsal.
PETUNJUK PRAKTIS Membersihkan tumpahan darah • Untuk ceceran darah dalam
jumlah kecil • Bersihkan ceceran darah dengan menggunakan lap . Jika tersedia
gunakan lap sekali pakai. Jika lap seperti ini tidak ada anda dapat melihat bagaimana
cara membuat lap sendiri untuk membersihkan ceceran darah. Sapulah daerah tadi
dengan larutan klorin 0,1% • Untuk ceceran darah dalam jumlah besar Tutupi darah
dengan lap. Tuangkan 0,5% larutan klorin sehingga cukup untuk menggenangi daerah
dimana ada darah tersebut. Biarkan selama 10 menit. Sapulah lap, darah dan klorin
yang ada dengan menggunakan lebih banyak lap lain. Sapulah lagi daerah tersebut
dengan larutan klorin Membuat Lap Sendiri • Potonglah lap kain menjadi potongan-
potongan kecil yang berukuran kurang lebih 21 x 30 cm2. • Gunakan potongan
tersebut untuk menghapus ceceran darah. Sesudah digunakan masukkan lap tersebut
ke dalam ember plastik . Rendam dengan larutan klorin 0,1% selama 10 menit
sehingga aman untuk dipegang. Cuci dan keringkan lap tersebut. Sekarang lap
tersebut aman untuk digunakan kembali TIPS Di kamar bersalin dan kamar bedah
sering dijumpai banyak sisa-sisa darah tercecer di sarung tangan. Sebelum diambil
bilaslah sarung tangan dengan larutan klorin 0,1% untuk menghilangkan darah.
Kemudian masukkan sarung tangan tersebut ke dalam ember dan rendam dengan
larutan klorin 0,1% selama 10 menit. Sekarang sarung tangan tersebut aman untuk
diambil. Sarung tangan tersebut dapat dicuci dengan air dan dikeringkan dengan cara
biasa. Tabel 1. Penggunaan desinfektan pembebas klorin Kandungan Bagaimana
membuat 1 liter larutan Komentar Perkiraan beaya per liter dari larutan 0,5%**)
Natrium hipoklorit (pemutih) 5% Larutan 0,5% 100 ml pemutih dalam 1 liter air
Larutan 0,1% 20 ml pemutih dalam 1 liter air Simpan dalam botol dingin di tempat
gelap. Jangan membeli terlalu banyak pemutih karena mudah mengalami penurunan
potensi Rp. 450,- Kloramin Larutan 0,5% 20 g per liter Contoh : jika menggunakan
tablet 500 mg, gunakan 40 tablet setiap liter Larutan 0,1%*) 20 g/liter Tersedia dalam
bentuk serbuk atau tablet. Lebbih stabil daripada pemutih namun tetap memerlukan
ruangan dingin dan gelap Rp. 3.600,- Tablet Natrium dikloro isosianurat
(mengandung 1,5 g klorin setiap tablet) Larutan 0,5% 4 tablet setiap liter Larutan
0,1% 1 tablet setiap liter Tablet tersedia dengan beragam potesi. Ikuiti petunjuk
pabrik. Jika membuat larutan 0,5% dari serbuk gunakan 8,5 g per liter Rp. 2.500,-
Kalsium hipoklorit Larutan 0,5% 7 g setiap liter Larutan 0,1% 1,4 g setiap liter Dalam
kondisi normal seringkali menunjukkan adanya endapan dalam larutan Rp. 360,- *)
Untuk beberapa bahan diperlukan jumlah yang lebih banyak untuk membuat larutan
0,1%. Hal ini terkait dengan kemurnian kimia bahan tersebut. **) Asumsi : $1= Rp.
9.000,- Catatan : 0,5%=5 g per liter=5000 ppm KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN
PENGGUNAAN BAHAN YANG MELEPASKAN KLORIN KEUNTUNGAN
KERUGIAN • Mempunyai aktivitas yang baik dalam melawan HIV dan Hepatitis B •
Tersedia luas sebagai pemutih rumah tangga • Relatif murah dibandingkan disinfektan
lain • Bersifat korosif, sehingga perlu kehati-hatian jika digunakan terhadap
permukaan logam • Natrium hipoklorit mudah rusak sesudah dilarutkan • Kesalahan
dapat terjadi pada saat mengencerkan larutan APAKAH PERBEDAAN
STERILISASI DAN DESINFEKSI Sterilisasi : Semua mikroba termasuk spora
bakteri akan terbunuh Dapat dilakukan dengan menggunakan pemanasan uap
(autoklav) atau dengan panas kering Dapat juga dilakukan dnegan penjenuhan dengan
glutaraldehid atau formaldehid selama 10 jam Desinfeksi Tingkat Tinggi : Semua
mikroba, sebagian dari spora bakteri terbunuh Dapat dilakukan dengan pendidihan
selama 20 menit atau dengan penjenuhan dengan jumlah besar disinfektan selama 30
menit misalnya dengan mengunakan glutaraldehid atau H2O2 Desinfeksi Tingkat
Rendah: akan menghilangkan jumlah mikroba sehingga peralatan atau permukaan
badan aman untuk dipegang. Desinfeksi ini dapat dilakukan dengan beberapa macam
disinfektan D.MEMBUAT LARUTAN DESINFEKTAN 1. MEMBUAT LARUTAN
DESINFEKTAN a) Pengertian Menyiapkan/membuat larutan desinfektan sesuai
ketentuan . b) Tujuan Menyediakan larutan desinfektan yang dapat digunakan secara
tetap guna dan aman serta dalam keadaan siap pakai. c) Jenis desinfektan • Sabun
yang mempunyai daya antiseptic, misalnya Asepso, sopoderm • Risol • Kreolin •
Salvon • PK (Permanganas Kalikus) • Betadin d) Cara pembuatan • Cara membuat
larutan sabun e) Kegunaan Mencuci tangan dan peralatan, seperti alat tenun, logam,
kaca, karet/plastic, kayu bercat dan yang berlapis formika. f) Persiapan alat • Sabun
padat, sabun krim, atau sabun cair • Gelas ukur/spuit • Timbangan (jika ada) • Pisau
atau sendok makan • Alat pengaduk • Air panas/hangat dalam tempatnya •
Ember/baskom Prosedur pelaksanaan 1. Membuat larutan dari sabun padat/krim
Masukkan sabun padat sekurang-kurangnya 4 gram ke dalam ember berisi 1 liter air
panas/hangat lalu aduk sampai larut. 2. Membuat larutan dari sabun cair Campurkan 3
cc sabun cair ke dalam eber berisi 1 liter air hangat, kemudian aduk sampai rata. 2)
Cara membuat larutan lisol dan kreolin Kegunaan • Lisol 0,5% : Memcuci tangan. •
Lisol 1% : Disinfeksi peralatan perawatan/ kedokteran. • Lisol 2-3% : Merendam
peralatan yang digunakan pasien pengidap penyakit menular, selama 24 jam. •
Kreolin 0,5% : Mendesinfeksi lantai. • Kreolin 2% : Mendesinfeksi lantai kamar
mandi/ WC/spulhok. Persiapan alat • Larutan lisol • Gelas ukur • Ember berisi air •
Ember/baskom • Kreolin Prosedur pelaksanaan 1. Membuat larutan lisol/kreolin 0.5%
Campurkan 5 cc lisol/kreolin ke dalam 1 liter air. 2. Membuat larutan lisol/kreolin 2%
sampai 3% Campurkan 20 cc sampai 30 cc lisol/kreolin ke dalam 1 liter air. 3) Cara
membuat larutan savlon Kegunaan • Savlon 0,5% : Mencuci tangan. • Savlon 1% :
Merendam peralatan perawatan/kedokteran. Persiapan alat • Gelas ukur • Ember atau
baskom • Ember berisi air secukupnya Prosedur pelaksanaan 1. Membuat larutan
savlon 0,5% Campurkan 5 cc savlon ke dalam 1 liter air. 2. Membuat larutan savlon
1% Campurkan 10 cc savlon ke dalam 1 liter air. 4) Cara membuat larutan PK
Rumus: Keterangan: V1 : Jumlah pelarut (air) yang sudah diketahui V2 : Jumlah
pelarut (air) yang dicari K1 : Kosentrasi PK yang tersedia K2 : Kosentrasi PK yang
dibutuhkan (1/4000) BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Desinfektan
didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang digunakan untuk
mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus,
juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit
lainnya. Sedangkan antiseptik didefinisikan sebagai bahan kimia yang dapat
menghambat atau membunuh pertumbuhan jasad renik seperti bakteri, jamur dan lain-
lain pada jaringan hidup. Bahan desinfektan dapat digunakan untuk proses desinfeksi
tangan, lantai, ruangan, peralatan dan pakaian. Pada dasarnya ada persamaan jenis
bahan kimia yang digunakan sebagai antiseptik dan desinfektan. Tetapi tidak semua
bahan desinfektan adalah bahan antiseptik karena adanya batasan dalam penggunaan
antiseptik. Antiseptik tersebut harus memiliki sifat tidak merusak jaringan tubuh atau
tidak bersifat keras. Terkadang penambahan bahan desinfektan juga dijadikan sebagai
salah satu cara dalam proses sterilisasi, yaitu proses pembebasan kuman. Tetapi pada
kenyataannya tidak semua bahan desinfektan dapat berfungsi sebagai bahan dalam
proses sterilisasi. Referensi 1. ^ (Inggris)Departemen Pendidikan Nasional Indonesia.
2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ed.4. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2. ^ a
b c d e f g h i j k l m n o p q r Purnawijayanti HA. 2001. Sanitasi, Higiene, dan
Keselamatan Kerja dalam Pengolahan Makanan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. 3. ^
Havard CWH. 1990. Black’s Medical Dictionary 36th edition. USA: Barnes & Noble
Books. 4. ^ a b c d e f g Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial: Problematika dan
Pengendaliannya. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. 5. ^ a b c d e Chandra B. 2007.
Pengantar Kesehatan Lingkungan, Indonesia: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 6. ^ a
b c d Sumawinata N. Senarai Istilah Kedokteran Gigi. Indonesia: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. DAFTAR PUSTAKA
http://signaterdadie.wordpress.com/2009/10/08/desinfektan/
http://linkfadliblog.blogspot.com/2009/05/disinfektan.html. http://abunid
6.
7.
8.
9.
10. athoe.multiply.com/journal/item/32
BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Lingkup bidang keperawatan memberikan asuhan keperawatan baik pada pasien yang beresiko
terinfeksi atau telah terinfeksi. Pengetahuan mengenai bagaiman terjadinya infeksi sangat penting
dikuasai untuk membatasi dan mencegah terjadi penyebaran infeksi dengan cara mempelajari ilmu
bakteriologi, imunologi, virologi dan parasitologi yang terkandung pada ilmu mikrobiologi.
Selain itu, diperlukan juga cara untuk mengurangi atau bahkan mengatasi infeksi tersebut secara
keseluruhan. Secara lebih spesifik diperlukan pula pengetahuan mendasar akan kondisi seperti apa
yang bisa dijadikan lokasi atau tempat untuk melakukan asuhan keperawatan.
Perkembangan ilmu mikrobiologi telah memberikan sumbangan yang besaar bagi dunia
kesehatan, dengan ditemukannya berbagai macam alat berkat penemuan beberapa ilmuan besar. 
Bahwa terbukti untuk mencegah atau mengendalikan infeksi tenaga kesehatan dapat menggunakan
konsep steril ataupun bersih, untuk membantu proses penyembuhan pasiennya dan lebih spesifik
lagi untuk mengendalikan dan mencegah terjadinya infeksi.
Maka dari itu, kami merasa penting untuk menyusun sebuah tulisan yang membahas tentang
bagaimana penerapan sterilisasi dan desinfeksi dalam makalah ini. Juga bagaimana aplikasinya
dalam keseharian dunia keperawatan.

1.2  Tujuan

Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka kami menyimpulkan
beberapa tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
         Bagaimana konsep steril dan desinfeksi digunakan.
         Mempelajari pengertian, tujuan maupun macam-macam tekhnik sterilisasi dan desinfeksi
         Mengetahui sejauh mana pengetahuan mahasiswa tentang sterilisasi dan desinfeksi.
         Memenuhi tugas pembuatan makalah pada mata ajar mikrobiologi dan parasitologi

1.3  Sistematika Penulisan


               Pengertian Sterilisasi dan Desinfeksi
               Tujuan Sterilisasi dan Desinfeksi
               Macam-macam sterilisasi
               Macam-macam desinfeksi
               Perbedaan antara Sterilisasi dan Desinfeksi
               Aplikasi sterilisasi dan desinfeksi dalam keseharian dunia kesehatan dan keperawatan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Sterilisasi dan Desinfeksi


A.    Pengertian Sterilisasi
Steralisasi adalah suatu cara untuk membebaskan sesuatu (alat,bahan,media, dan lain-lain)
dari mikroorganisme yang tidak diharapkan kehadirannya baik yang patogen maupun yang a
patogen. Atau bisa juga dikatakan sebagai proses untuk membebaskan suatu benda dari semua
mikroorganisme, baik bentuk vegetative maupun bentuk spora.

Proses sterilisasi dipergunakan pada bidang mikrobiologi untuk mencegah pencernaan


organisme luar, pada bidang bedah untuk mempertahankan keadaan aseptis, pada pembuatan
makanan dan obat-obatan untuk menjamin keamanan terhadap pencemaran oleh miroorganisme
dan di dalam bidang-bidang lain pun sterilisasi ini juga penting.

Sterilisasi banyak dilakukan di rumah sakit melalui proses fisik maupun kimiawi. Steralisasi
juga dikatakan sebagai tindakan untuk membunuh kuman patogen atau kuman apatogen beserta
spora yang terdapat pada alat perawatan atau kedokteran dengan cara merebus, stoom,
menggunakan panas tinggi, atau bahkan kimia. Jenis sterilisasi antara lain sterilisasi cepat, sterilisasi
panas kering, steralisasi gas (Formalin H2 O2), dan radiasi ionnisasi.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam steralisasi di antaranya:

a.    Sterilisator (alat untuk mensteril) harus siap pakai, bersih, dan masih berfungsi.
b.    Peralatan yang akan di steralisasi harus dibungkus dan diberi label yang jelas dengan menyebutkan
jenis pera;latan, jumlah, dan tanggal pelaksanaan  sterilisasi.
c.    Penataan alat harus berprinsip bahwa semua bagian dapat steril.
d.   Tidak boleh menambah peralatan dalam sterilisator sebelum waktu mensteril selesai.
e.    Memindahklan alat steril ke dalam tempatnya dengan korentang steril
f.     Saat mendinginkan alat steril tidak boleh membuka pembungkusnya, bila terbuka harus dilakukan
steralisasi ulang.

B.     Desinfeksi

Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia atau
secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam membunuh
mikroorganisme patogen. Disinfektan yang tidak berbahaya bagi permukaan tubuh dapat digunakan
dan bahan ini dinamakan antiseptik. Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau
menghancurkan mikroorganisme pada jaringan hidup, sedang desinfeksi digunakan pada benda
mati. Desinfektan dapat pula digunakan sebagai antiseptik atau sebaliknya tergantung dari
toksisitasnya.
Sebelum dilakukan desinfeksi, penting untuk membersihkan alat-alat tersebut dari debris
organik dan bahan-bahan berminyak karena dapat menghambat proses disinfeksi.

Disinfektan dapat membunuh mikroorganisme patogen pada benda mati. Disinfektan


dibedakan menurut kemampuannya membunuh beberapa kelompok mikroorganisme, disinfektan
"tingkat tinggi" dapat membunuh virus seperti virus influenza dan herpes, tetapi tidak dapat
membunuh virus polio, hepatitis B atau M. tuberculosis.

Untuk mendesinfeksi permukaan dapat dipakai salah satu dari tiga desinfektan seperti
iodophor, derifat fenol atau sodium hipokrit. Untuk mendesinfeksi permukaan, umumnya dapat
dipakai satu dari tiga desinfektan diatas. Tiap desinfektan tersebut memiliki efektifitas "tingkat
menengah" bila permukaan tersebut dibiarkan basah untuk waktu 10 menit.

Kriteria desinfeksi yang ideal:

  Bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar


  Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur dan kelembaban
  Tidak toksik pada hewan dan manusia
  Tidak bersifat korosif
  Tidak berwarna dan meninggalkan noda
  Tidak berbau/ baunya disenangi
  Bersifat biodegradable/ mudah diurai
  Larutan stabil
  Mudah digunakan dan ekonomis
  Aktivitas berspektrum luas

2.2 Tujuan Sterilisasi dan Desinfeksi

Adapun tujuan dari sterilisasi dan desinfeksi tersebut adalah

Mencegah terjadinya infeksi

Mencegah makanan menjadi rusak

Mencegah kontaminasi mikroorganisme dalam industri

Mencegah kontaminasi terhadap bahan- bahan yg dipakai dalam melakukan biakan murni.
2.3  Macam-Macam Sterilisasi
Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan kimiawi:
1.             Sterilisai secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil (0.22
mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan
untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misal nya larutan enzim dan antibiotik
2.             Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran
         Pemanasan
      Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung, contoh alat : jarum
inokulum, pinset, batang L, dll. 100 % efektif namun terbatas penggunaanya.
      Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas kering cocok untuk alat
yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dll. Waktu relatif lama sekitar 1-2 jam.
Kesterilaln tergnatung dengan waktu dan suhu yang digunakan, apabila waktu dan suhu tidak sesuai
dengan ketentuan maka sterilisasipun tidak akan bisa dicapai secara sempurna.
      Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air lebih tepat
menggungakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi Teknik disinfeksi termurah Waktu 15 menit
setelah air mendidih Beberapa bakteri tidak terbunuh dengan teknik ini: Clostridium perfingens dan
Cl. botulinum
      Uap air panas bertekanan : menggunalkan autoklaf menggunakan suhu 121 C dan tekanan 15
lbs, apabila sedang bekerja maka akan terjadi koagulasi. Untuk mengetahui autoklaf berfungsi
dengan baik digunakan Bacillus stearothermophilus Bila media yang telah distrerilkan. diinkubasi
selama 7 hari berturut-turut apabila selama 7 hari: Media keruh maka otoklaf rusak Media jernih
maka otoklaf baik, kesterilalnnya, Keterkaitan antara suhu dan tekanan dalam autoklaf
         Pasteurisasi: Pertama dilakukan oleh Pasteur, Digunakan pada sterilisasi susu Membunuh kuman:
tbc, brucella, Streptokokus, Staphilokokus, Salmonella, Shigella dan difteri (kuman yang berasal dari
sapi/pemerah) dengan Suhu 65 C/ 30 menit

         Penyinaran dengan sinar UV


Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk membunuh mikroba
yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan disinari lampu UV Sterilisaisi secara
kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan antara lain alkohol. Beberapa kelebihan
sterilisasi dengan cara ini:
-          Memiliki daya antimikrobial sangat kuat
-          absorbsi as. NukleatDaya kerja
-          Panjang gelombang: 220-290 nm paling efektif 253,7 nm
-          penetrasi lemahKelemahan

         Sinar ion bersifat hiperaktif Sering digunakan padaGamma Daya kerjanya sterilisasi bahan
makanan, terutama bila panas menyebabkan perubahan rasa, rupa atau penampilan  Bahan
disposable: alat suntikan cawan petri dpt distrelkan dengan teknik ini. Sterilisasi dengan sinar
gamma disebut juga “sterilisasi dingin”

3.  Sterilisasi dengan Cara Kimia

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada disinfeksi kimia

• Rongga (space)

• Sebaiknya bersifat membunuh (germisid)

• Waktu (lamanya) disinfeksi harus tepat

• Pengenceran harus sesuai dengan anjuran

• Solusi yang biasa dipakai untuk membunuh spora kuman biasanya bersifat sangat mudah menguap

• Sebaiknya menyediakan hand lation merawat tangan setelah berkontak dengan disinfekstan

Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi dengan cara kimia:

1. Jenis bahan yang digunakan

2. Konsentrasi bahan kimia

3. Sifat Kuman

4. pH

5. Suhu

Beberapa Zat Kimia yang sering digunakan untuk sterilisasi

 Alkohol

- Paling efektif utk sterilisasi dan desinfeksi


membran sel rusak- Mendenaturasi protein dengan jalan dehidrasi & enzim tdk aktif
 Halogen

- Mengoksidasi protein kuman

 Yodium

- Konsentrasi yg tepat tdk mengganggu kulit


- Efektif terhadap berbagai protozoa

 Klorin

- Memiliki warna khas dan bau tajam


- Desinfeksi ruangan, permukaan serta alat non bedah

 Fenol (as. Karbol)

- Mempresipitasikan protein secara aktif, merusak membran sel menurunkan tegangan permukaan
- Standar pembanding untuk menentukan aktivitas suatu desinfektan

 Peroksida (H2O2)

- Efektif dan nontoksid


- Molekulnya tidak stabil

- Menginaktif enzim mikroba

 Gas Etilen Oksida

- Mensterilkan bahan yang terbuat dari plastik


2.4 Macam-macam Desinfeksi

Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia atau secara
fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam membunuh
mikroorganisme patogen. Disinfektan yang tidak berbahaya bagi permukaan tubuh dapat digunakan
dan bahan ini dinamakan antiseptik.

Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau menghancurkan mikroorganisme pada jaringan
hidup, sedang desinfeksi digunakan pada benda mati. Desinfektan dapat pula digunakan sebagai
antiseptik atau sebaliknya tergantung dari toksisitasnya.
Sebelum dilakukan desinfeksi, penting untuk membersihkan alat-alat tersebut dari debris organik
dan bahan-bahan berminyak karena dapat menghambat proses disinfeksi.

Macam-macam desinfektan yang digunakan:

1.      Alkohol
Etil alkohol atau propil alkohol pada air digunakan untuk mendesinfeksi kulit. Alkohol yang dicampur
dengan aldehid digunakan dalam bidang kedokteran gigi unguk mendesinfeksi permukaan, namun
ADA tidak menganjurkkan pemakaian alkohol untuk mendesinfeksi permukaan oleh karena cepat
menguap tanpa meninggalkan efek sisa.

2.      Aldehid
Glutaraldehid merupakan salah satu desinfektan yang populer pada kedokteran gigi, baik tunggal
maupun dalam bentuk kombinasi. Aldehid merupakan desinfektan yang kuat. Glutaraldehid 2%
dapat dipakai untuk mendesinfeksi alat-alat yang tidak dapat disterilkan, diulas dengan kasa steril
kemudian diulas kembali dengan kasa steril yang dibasahi dengan akuades, karena glutaraldehid
yang tersisa pada instrumen dapat mengiritasi kulit/mukosa, operator harus memakai masker,
kacamata pelindung dan sarung tangan heavy duty. Larutan glutaraldehid 2% efektif terhadap
bakteri vegetatif seperti M. tuberculosis, fungi, dan virus akan mati dalam waktu 10-20 menit,
sedang spora baru alan mati setelah 10 jam.

3.      Biguanid
Klorheksidin merupakan contoh dari biguanid yang digunakan secara luas dalam bidang kedokteran
gigi sebagai antiseptik dan kontrok plak, misalnya 0,4% larutan pada detergen digunakan pada
surgical scrub (Hibiscrub), 0,2% klorheksidin glukonat pada larutan air digunakan sebagai bahan
antiplak (Corsodyl) dan pada konsentrasi lebih tinggi 2% digunakan sebagai desinfeksi geligi tiruan.
Zat ini sangat aktif terhadap bakteri Gram(+) maupun Gram(-). Efektivitasnya pada rongga mulut
terutama disebabkan oleh absorpsinya pada hidroksiapatit dan salivary mucus.

4.      Senyawa halogen. Hipoklorit dan povidon-iodin adalah zat oksidasi dan melepaskan ion halide.
Walaupun murah dan efektif, zat ini dapat menyebabkan karat pada logam dan cepat diinaktifkan
oleh bahan organik (misalnya Chloros, Domestos, dan Betadine).

5.      Fenol
Larutan jernih, tidak mengiritasi kulit dan dapat digunakan untuk membersihkan alat yang
terkontaminasi oleh karena tidak dapat dirusak oleh zat organik. Zat ini bersifat virusidal dan
sporosidal yang lemah. Namun karena sebagian besar bakteri dapat dibunuh oleh zat ini, banyak
digunakan di rumah sakit dan laboratorium.

6.      Klorsilenol
Klorsilenol merupakan larutan yang tidak mengiritasi dan banyak digunakan sebagai antiseptik,
aktifitasnya rendah terhadap banyak bakteri dan penggunaannya terbatas sebagai desinfektan
(misalnya Dettol).

Desinfeksi permukaan

Disinfektan dapat membunuh mikroorganisme patogen pada benda mati. Disinfektan dibedakan
menurut kemampuannya membunuh beberapa kelompok mikroorganisme, disinfektan “tingkat
tinggi” dapat membunuh virus seperti virus influenza dan herpes, tetapi tidak dapat membunuh
virus polio, hepatitis B atau M. tuberculosis.

Untuk mendesinfeksi permukaan dapat dipakai salah satu dari tiga desinfektan seperti iodophor,
derivate fenol atau sodium hipokrit :

         Iodophor dilarutkan menurut petunjuk pabrik. Zat ini harus dilarutkan baru setiap hari dengan

akuades. Dalam bentuk larutan, desinfektan ini tetap efektif namun kurang efektif bagi kain atau
bahan plastik.

         Derivat fenol (O-fenil fenol 9% dan O-bensil-P klorofenol 1%) dilarutkan dengan perbandingan 1 : 32

dan larutan tersebut tetap stabil untuk waktu 60 hari. Keuntungannya adalah “efek tinggal” dan
kurang menyebabkan perubahan warna pada instrumen atau permukaan keras.

         Sodium hipoklorit (bahan pemutih pakaian) yang dilarutkan dengan perbandingan 1 : 10 hingga 1 :

100, harganya murah dan sangat efektif. Harus hati-hati untuk beberapa jenis logam karena bersifat
korosif, terutama untuk aluminium. Kekurangannya yaitu menyebabkan pemutihan pada pakaian
dan menyebabkan baru ruangan seperti kolam renang.

Untuk mendesinfeksi permukaan, umumnya dapat dipakai satu dari tiga desinfektan diatas. Tiap
desinfektan tersebut memiliki efektifitas “tingkat menengah” bila permukaan tersebut dibiarkan
basah untuk waktu 10 menit.
Macam-Macam Desinfektan Dan Antiseptik dari sumber lain

1.Garam Logam Berat

Garam dari beberapa logam berat seperti air raksa dan perak dalam jumlah yangkecil saja dapat
membunuh bakteri, yang disebut oligodinamik. Hal ini mudahsekali ditunjukkan dengan suatu
eksperimen. Namun garam dari logam berat itumudah merusak kulit, makan alat-alat yang terbuat
dari logam dan lagipula mahalharganya. Meskipun demikian, orang masih biasa menggunakan
merkuroklorida(sublimat) sebagai desinfektan. Hanya untuk tubuh manusia lazimnya kita
pakaimerkurokrom, metafen atau mertiolat.

2.Zat Perwarna

Zat perwarna tertentu untuk pewarnaan bakteri mempunyai daya bakteriostatis.Daya kerja ini
biasanya selektif terhadap bakteri gram positif, walaupun beberapakhamir dan jamur telah
dihambat atau dimatikan, bergantung pada konsentrasi zatpewarna tersebut. Diperkirakan zat
pewarna itu berkombinasi dengan protein ataumengganggu mekanisme reproduksi sel. Selain violet
Kristal (bentuk kasar, violet gentian), zat pewarna lain yang digunakan sebagai bakteriostatis adalah
hijau malakhit dan hijau cemerlang.

3.Klor dan senyawa klor

Klor banyak digunakan untuk sterilisasi air minum. persenyawaan klor dengankapur atau dengan
natrium merupakan desinfektan yang banyak dipakai untukmencuci alat-alat makan dan minum.

4.Fenol dan senyawa-senyawa lain yang sejenis Larutan fenol 2 – 4% berguna sebagai desinfektan.
Kresol atau kreolin lebih baikkhasiatnya daripada fenol. Lisol ialah desinfektan yang berupa
campuran sabundengan kresol; lisol lebih banyak digunakan daripada desinfektan-desinfektanyang
lain. Karbol ialah nama lain untuk fenol. Seringkali orang mencampurkanbau-bauan yang sedap,
sehingga desinfektan menjadi menarik.

5.Kresol

Destilasi destruktif batu bara berakibat produksi bukan saja fenol tetapi jugabeberapa senyawa yang
dikenal sebagai kresol. Kresol efektif sebagai bakterisida,dan kerjanya tidak banyak dirusak oleh
adanya bahan organic. Namun, agen inimenimbulkan iritasi (gangguan) pada jaringan hidup dan oleh
karena itudigunakan terutama sebagai disinfektan untuk benda mati. Satu persen lisol(kresol
dicampur dengan sabun) telah digunakan pada kulit, tetapi konsentrasiyang lebih tinggi tidak dapat
ditolerir.

6.Alkohol

Sementara etil alcohol mungkin yang paling biasa digunakan, isoprofil dan benzylalcohol juga
antiseptic. Benzyl alcohol biasa digunakan terutama karena efekpreservatifnya (sebagai pengawet).

7.Formaldehida

Formaldehida adalah disinfektan yang baik apabila digunakan sebagai gas. Agenini sangat efektif di
daerah tertutup sebagai bakterisida dan fungisida. Dalamlarutan cair sekitar 37%, formaldehida
dikenal sebgai formalin.

8.Etilen Oksida

Jika digunakan sebagi gas atau cairan, etilen oksida merupakan agen pembunuhbakteri, spora, jamur
dan virus yang sangat efektif. Sifat penting yang membuatsenyawa ini menjadi germisida yang
berharga adalah kemampuannya untukmenembus ke dalam dan melalui pada dasarnya substansi
yang manapun yangtidak tertutup rapat-rapat. Misalnya agen ini telah digunakan secara
komersialuntuk mensterilkan tong-tong rempah- rempah tanpa membuka tong tersebut.Agen ini
hanya ditempatkan dalam aparatup seperti drum dan, setelah sebagianbesar udaranya dikeluarkan
dengan pompa vakum, dimasukkanlah etilen oksida.

9.Hidogen Peroksida

Agen ini mempunyai sifat antseptiknya yang sedang, karena kemampuannyamengoksidasi. Agen ini
sangat tidak stabil tetapi sering digunakan dalampembersihan luka, terutama luka yang dalam yang
di dalamnya kemungkinandimasuki organisme aerob.

10.Betapropiolakton

Substansi ini mempunyai banyak sifat yang sama dengan etilen oksida. Agen inimematikan spora
dalam konsentrasi yang tidak jauh lebih besar daripada yangdiperlukan untuk mematikan bakteri
vegetatif. Efeknya cepat, ini diperlukan,karena betapropiolakton dalam larutan cair mengalami
hidrolisis cukup cepatuntuk menghasilkan asam akrilat, sehingga setelah beberapa jam tidak
terdapatbetapropiolakton yang tersisa.

11.Senyawa Amonium Kuaterner

Kelompok ini terdiri atas sejumlah besar senyawa yang empat subtituennyamengandung karbon,
terikat secara kovalen pada atom nitrogen.

2.5     Perbedaan Sterilisasi dan Desinfeksi

Steralisasi adalah suatu cara untuk membebaskan sesuatu (alat, bahan, media, dan lain-
lain) dari mikroorganisme yang tidak diharapkan kehadirannya baik yang patogen maupun yang a
patogen. Atau bisa juga dikatakan sebagai proses untuk membebaskan suatu benda dari semua
mikroorganisme, baik bentuk vegetative maupun bentuk spora.
Sedangkan desinfeksi adalah, membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan
bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam
membunuh mikroorganisme patogen.
Dari kedua pengertian di atas bisa kita simpulkan, jika sterilisasi dan desinfeksi memiliki
perbedaan yang khas, walaupun tetap memiliki tujuan yang sama.  Namun sterilisasi memiliki guna
yang lebih besar, dan desinfeksi secara khusus membunuh kuman penyebab penyakit.

2.6  Aplikasi Sterilisasi Dan Desinfeksi Dalam Keseharian Dunia Kesehatan Dan Keperawatan

Sterilisasi merupakan upaya pembunuhan atau penghancuran semua bentuk kehidupan


mikrobayang dilakukan dirumah sakit melalui proses fisik maupun kimiawi. Sterilisasi juga dikatakan
sebagai tindakan untuk membunuh kuman pathogen atau apatogen beserta spora yang terdapat
pada alat perawatan atau kedokteran dengan cara merebus, stoom, menggunakan panas tinggi, atau
bahan kimia. Jenis sterilisasi antara lain sterilisasi cepat, sterilisasi panas kering, sterilisasi gas
(formalin, H2O2).

Teknik steril biasanya di gunakan dalam ruangan operasi dan ruang bersalin, selain
menggunakan teknik steril pada tempaat tidur pasien untuk prosedur invasive sepeti:

         Mengisap jalan napas pasien


         Memasukkan kateter urinarius
         Mengganti balutan luka

Daerah steril biasanya dibatasi engan duk steril atau lapisan tebal kertas berlilin atau kemasan
terbuka tempat bahan-bahan steri dikemas.

Banyak rumah sakit mempunyai pusat penyedian, yaitu tempat kebanyakan peralatan dan
suplai dibersihkan serta desterilkan. Hasil prose ini dimonitor oleh laboratorium mirobiologi secara
teratur.

Kecenderungan di rumah sakit untuk menggunakan alat-alat serta bahan yang dijual dalam
keadaan steril dan sekali pakai, seperti alat suntik, jarum, srung tangan dan masker, tidak saja
mengurangi waktu yang diperlukan untuk membersihkan, menyiapkan, serta mensterilkan
peralatan, tetapi juga mengurangi pemindah sebaran patogen melalui infeksi silang.

         Sanitasi lingkungan rumah sakit

Tujuan sanitasi lingkungan ialah membunuh atau menyingkirkan pencemaran oleh mikrobe
dari permukaan. Untuk mengevaluasi prosedur dan cara-cara untuk mengurangi pencemaran,
dilakukan pengambilan contoh mikroorganisme sewaktu-waktu dari permukaan. Pinggan-pinggan
petri yang menunjukan adanya pertumbuhan mikrobe sebelum dan sesudah pembersihan
merupakan alat pengajar yang meyakinkan untuk melatih para petugas yang baru.

Pengurangan kontaminasi oleh mikroba paling baik dicapai dengan kombinasu pergeseran dan
penggsokan, serta air dan deterjen. Ini sudah cukup, kecuali bila spencemrannya hebat, maka perlu
digunakan desinfektan. Agar efektif, desinfektan digunakan dalam konsentrasi yang cukup selama
waktu tertentu. Penggunaan desinfektan, misalnya, membantu menjaga air untuk mengepel agar
tidak tercemar. Kain pel harus di cuci dan di keringkan baik-baik setiap hari untuk mengurangi
pencemaran. Seember larutan dan kain pel basah sering kali di gunakan untuk membersihkan
permukaan benda lain selain lantai. Bila larutan yang sam dipakai seharian, maka dapat
mengakibatkan pencemaran oleh mikrobe yang lebih parah dibandingkan sebelum di bersihkan.

Dengan keadaan yang bersih di rumah sakit maka keadaan asepsis lebih mudah dicapai.

         Universal Precaution

 pengendalian infeksi untuk penyakit-penyakit yang menular malalui darah .Berlaku


universal ,tidak memandang apa atau siapa yang dirawat, tahu ataupun tidak tahu status infeksinya.
Setiap tenaga medis harus menyadari bahwa semua pasien berpotensi menularkan berbagai
penyakit.
         Cuci Tangan

Adalah pencegahan infeksi yang paling penting Harus merupakan kebiasaan yang mendarah
daging bagi tenaga kesehatan Harus selalu dilakukan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
keperawatan walaupun memakai sarung tangan atau yang lainya (cuci tangan tidak bisa digantikan
dengan sarung tangan).

Selain itu selalu gunakan alat pelindungan diri secara lengkap ketika melakukan prosedur
invasive, ataupun bedah. Seperti:

1.      Gown/barakschort :
2.      Masker :
3.      Sarung Tangan
4.      Kaca mata pelindung/goggles

         Pengolaan Sampah Medis Dan Air Limbah

Perlu diatur sedemikian rupa agar alat atau ruang tetap bersih atau steril,tidak berdekatan
dengan limbah atau sampah medis. Membakar sampah medis sampai menjadi arang.

         Sterilisasi Dan Desinfeksi Alat-Alat Medis

Desinfekatan :

a.                   Aseptik/Asepsis :

-                      Suatu istilah umum yg digunakan untuk menggambarkan upaya kombinasi untuk mencegah
masuknya mikroorganisem ke dalam area tubuh manapun yg sering menyebabkan infeksi.
-                      Tujuannya :
Mengurangi jumlah mikroorganisem baik pada permukaan hidup maupun benda mati agar alat-alat
kesehatan dapat dengan aman digunakan.

b.                  Antisepsis :
            Proses menurunkan jumlah mikroorganisme pada kulit, selaput lendir atau bagian tubuh lainnya
dengan menggunakan bahan antimikrobial (antiseptik)

c.                   Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT).

Proses yg menghilangkan semua mikroorganisme kecuali beberapa endospora bakteri pada benda
mati dengan merebus, mengukus atau penggunaan desinfektan kimia

Sterilisasi :

Upaya  pembunuhan atau penghancuran semua bentuk kehidupan mikroba yg dilakukan di RS


melalui proses fisik maupun kimiawi.

Proses yang menghilangkan semua mikroorganisem (bakteri, virus, fungi dan parasit) termasuk
endospora bakteri pada benda mati dengan uap air panas tekanan tinggi (otoclaf), panas kering
(oven), sterilan kimia atau radiasi.

         Pemprosesan Alat

a.Dekontaminasi :

Proses yg membuat benda mati lebih aman ditangani staff sebelum dibersihkan. Tujuan dari
tindakan ini dilakukan agar benda mati dapat ditangani oleh petugas kesehatan secara aman,
terutama petugas pembersih medis sebelum pencucian berlangsung.

b.Pencucian/ bilas

Proses yg secara fisik membuang semua debu yg tampak, kotoran, darah, atau cairan tubuh lainnya
dari benda mati ataupun membuang sejumlah mikroorganisme untuk mengurangi resiko bagi
mereka yg menangani objek tersebut. Prosesnya terdiri dari mencuci sepenuhnya dengan sabun
atau detergen dan air, membilas dengan air bersih dan mengeringkannya.

c.Sterilisasi/DTT

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Sterilisasi yaitu proses atau kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda dari semua bentuk
kehidupan. Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia
atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam membunuh
mikroorganisme patogen.

2. beberapa tujuan sterilisasi dan desinfeksi: Mencegah terjadinya infeksi Mencegah makanan
menjadi rusak Mencegah kontaminasi mikroorganisme dalam industri Mencegah kontaminasi
terhadap bahan- bahan yg dipakai dalam melakukan biakan murni.

3.  sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan kimiawi. Adapun
desinfeksi dapat dipakai salah satu dari tiga desinfektan seperti iodophor, derifat fenol atau sodium
hipokrit.

3.2 Saran

1. sterilisasi apabila dilakukan secara baik dan sempurna makan akan menjamin keselamatan kerja dan
berkurangnya resiko terpapar mikroorganisme. Dan dapat juga dilakukan untuk mencegah ataupun
mengendalikan infeksi.

2. semoga tulisan kami ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi dalam proses pembelajaran mata
kuliah mikrobiologi dan parasitologi.

DAFTAR PUSTAKA

Dr. jan Tambayong; Mikrobiologi untuk keperawatan

Mikrobiologi kedokteran, Bina Rupa Aksara, Jakarta, FKUI 1994

Jawetz, J. Melnick, EA, Adeberg (1986), Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan, EGC, Jakarta.

Azis, alimul H.2006.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta:Salemba Medika

Ester, Monica.2005.Pedoman Perawatan Pasien.Jakarta:EGC


http://irwanto-fk04usk.blogspot.com/2009/08/sterilisasi-dan-desinfeksi.htm l diunduh pada
tanggal 06mei 2011 18:29

http://kumpulan-materi-kuliah-s1kep.blogspot.com/2011/03/resume-pengendalian-infeksi.html

12:31 5 19 2011

Anda mungkin juga menyukai