Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN

MIKROBIOLOGI
KOEFISIEN FENOL
DAN
ANGKA LEMPENG TOTAL BAKTERI

Dwi juliansyah
Elis Mustikawati
Endang Ferawati
Eva Jayanti
Erlinda asmarani

31112076
31112077
31112078
31112079
31112080

Farmasi 3 B

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


STIKes BAKTI TUNAS HUSADA
2014
I. Tujuan

KOEFISIEN FENOL
: untuk mengevaluasi daya anti mikroba suatu antiseptik dengan memperkirakan
potensi dan efektifitas antiseptik berdasarkan konsentrasi dan lamanya kontak
terhadap kuman dan membandingkannya terhadap fenol standar

II. Prinsip percobaan: terjadi kekeruhan dalam tabung yang menunjukan adanya pertumbuhan
bakteri, dihubungkan dengan waktu kontak bakteri dengan zat dan konsentrasi
zat melaui serangkaian pengenceran
III. Dasar teori
3.1

3.2

Definisi koefisien fenol


Koefisien fenol atau angka fenol adalah suatu angka yang menunjukan aktivitas
larutan disinfektan dalam membunuh mikroorganisme jika dibandingkan dengan fenol
sebagai standar.
Koefisien fenol dinyatakan sebagai suatu bilangan, yang dihitung dengan cara
membandingkan aktivitas larutan bahan disinfektan dengan pengenceran tertentu
dan aktifitas larutan fenol dengan pengenceran baku.
Koefisien fenol adalah perbandingan tingkat pengenceran setiap bahan yang diuji
(fenol dan bahan disinfektan uji) yang tidak mematikan bakteri uji dalam waktu 5
menit, tetapi mematikan bakteri uji dalam waktu 10 menit.
Disinfektan atau antiseptik
Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang
digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti
bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme
atau kuman penyakit lainnya. Sedangkan antiseptik didefinisikan sebagai bahan kimia
yang dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan jasad renik seperti bakteri,
jamur dan lain-lain pada jaringan hidup. Bahan desinfektan dapat digunakan untuk
proses desinfeksi tangan, lantai, ruangan, peralatan dan pakaian (Rismana, 2008).
Pada dasarnya ada persamaan jenis bahan kimia yang digunakan sebagai antiseptik
dan desinfektan. Tapi tidak semua bahan desinfektan adalah bahan antiseptik karena
adanya batasan dalam penggunaan antiseptik. Antiseptik tersebut harus memiliki
sifat tidak merusak jaringan tubuh atau tidak bersifat keras. Terkadang penambahan
bahan desinfektan juga dijadikan sebagai salah satu cara dalam proses sterilisasi,
yaitu proses pembebasan kuman. Tetapi pada kenyataannya tidak semua bahan
desinfektan dapat berfungsi sebagai bahan dalam proses sterilisasi.Walaupun kita
sering menggunakan produk desinfektan, sebagian besar konsumen tentunya belum
mengenal jenis bahan kimia apa yang ada dalam produk tersebut. Padahal bahan kimia
tertentu merupakan zat aktif dalam proses desinfeksi dan sangat menentukan
efektivitas dan fungsi serta target mikroorganime yang akan dimatikan (Rismana,
2008).
Beberapa jenis disinfektan yang dapat digunakan adalah:
a. Fenol dan senyawa fenolik
b. Bis fenol
c. Golongan biguaniida
d. Golongan halogen
e. Golongan alkohol
f. Logam berat dan campuranya
g. Surfaktan
h. Quat
i. Bahan pengawet
j. Golongan aldehid
k. Gas khemostrerilisator dan
l. Golongan pengoksigen

3.3

Fenol
Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol
memiliki sifat yang cenderung asam, artinya dapat melepaskan ion H+ dari gugus
hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O yang
dapat dilarutkan dalam air (Aditya, 2009).
Fenol sekarang jarang digunakan sebagai disinfektan karena mengiritasi kulit dan
memiliki bau yangtidak disukai, fenol terkadang digunakan sebagi antiseptik lokal
utuk pelega teggorokan, tetapi sedikit mempunyai efek sebagai antimikroba
padakonsistensi rendah. Pada konsentrasi 1% fenol mempunyai efek antibakteri yang
signifikan.
Disinfektan yang mengandung derivat fenol disebut fenolik, yaitu disinfektan
yang mengandung molekul fenol yang telah dimodifikasi sedemikian rupa secara kimia
untuk menurunkan efek iritasinya atau menambah efek antibakterinya dikombinasi
dengan sabun atau detergen. Fenolik memiliki efek anti mikroba dengan cara merusak
membran plasma yang mengandung lipid sehingga terjadi lisis sel yang berakibat isi
sel keluar. Dinding sel mikobakteri, penyebab tuberkulosis dan lepra, mengandung
lipid yang tinggi sehingga bakteri ini sangat sensitif terhadap fenolik. Selain itu
laruta fenlik tetap aktif dalam bahan organik serta stabil dan bertahan lama setelah
penggunaan. Slah satu fenolik yang sering digunakan adalah kresol, yaitu bahan utama
formula lisol.
Bisfenol
Bisfenol adalah derivat fenol yang mengandung dua fenolik. Salah satu contoh
bisfenol adalah heksaklorofen. Bis fenol lain yang sering digunakan adalah triklosan
yangmerupakan bahan yang terkandung adalam sabun antiseptik dan pasta gigi.
Trikklosan menghambat enzimeyang dibuthkan untuk biosintesis asam lemak sehingga
menunjukan efek terhadap keutuhn membran plasma. Triklosan efektif terutama
terhadap bakteri gram positif, tetapi juga bekerja dengan baik untuk jamur dan
bakteri gram negatif
Dengan perrsetujuan para ahli dan penelitian, fenol dijadikan standar pembanding
untuk menentukan aktivitas suatu disinfektan.
Golongan alkohol
Golongan alkohol merupakan bahan yang banyak digunakan selain golongan aldehid.
Beberapa bahan di antaranya adalah etanol, propanol dan isopropanol. Golongan
alkohol bekerja dengan mekanisme denaturasi serta berdaya aksi dalam rentang
detik hingga menit dan untuk virus diperlukan waktu di atas 30 menit. Umum dibuat
dalam campuran air pada konsentrasi 70-90 %. Golongan alkohol ini tidak efektif
untuk bakteri berspora serta kurang efektif bagi virus non-lipoid. Penggunaan pada
proses desinfeksi adalah untuk permukaan yang kecil, tangan dan kulit. Adapun
keunggulan golongan alkohol ini adalah sifatnya yangn stabil, tidak merusak material,
dapat dibiodegradasi, kadang cocok untuk kulit dan hanya sedikit menurun aktivasinya
bila berinteraksi dengan protein. Sedangkan beberapa kerugiannya adalah berisiko
tinggi terhadap api/ledakan dan sangat cepat menguap (Rismana, 2008).

3.4

Median Nutrient Broth


Komposisi Nutrient Broth 13 gram-1L
- Lab lem-co powder 1
- Yeast extract
2
- Pepton
5
- Sodium chloride
5

3.5

Bakteri Streptococcus aureus

Domain:

Bacteria

Kerajaan: Eubacteria
Filum:

Firmicutes

Kelas:

Bacilli

Ordo:

Bacillales

Famili:

Staphylococcaceae

Genus:

Staphylococcus

Spesies: S. aureus

Staphylococcus aureus (S. aureus) adalah bakteri gram positif yang menghasilkan

pigmen kuning, bersifat aerob fakultatif, tidak menghasilkanspora dan tidak motil,
umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok, dengan diameter sekitar 0,8-1,0
m. S. aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 oC dengan waktu pembelahan
0,47 jam. S. aureus merupakan mikroflora normal manusia. Bakteri ini biasanya
terdapat pada saluran pernapasan atas dan kulit. Keberadaan S. aureus pada saluran
pernapasan atas dan kulit pada individu jarang menyebabkan penyakit, individu sehat
biasanya hanya berperan sebagai karier. Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi
inang melemah karena adanya perubahan hormon; adanya penyakit, luka, atau
perlakuan menggunakan steroid atau obat lain yang memengaruhi imunitas sehingga
terjadi pelemahan inang.
Infeksi S. aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi, diantaranya
bisul, jerawat, pneumonia, meningitis, dan arthritits. Sebagian besar penyakit yang
disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah, oleh karena itu bakteri ini disebut
piogenik. S. aureus juga menghasilkan katalase, yaitu enzim yang mengkonversi
H2O2 menjadi
H2O
dan
O 2,
dan koagulase,
enzim
yang
menyebabkan fibrinberkoagulasi dan menggumpal. Koagulase diasosiasikan dengan
patogenitas karena penggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim ini terakumulasi
di sekitar bakteri sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri
dan fagositosis terhambat.
IV. Alat dan bahan
Bahan
Median Nutrient Broth
Bakteri Streptococcus aureus
NaCl fisiologis
Alat

Sampel Antiseptik ( Dettol)


Fenol

Tabung reaksi
ose
kasa dan kapas
benang kasur

V.

kertas payung
spirtus
mikropipet
labu ukur

Prosedur
Pembuatan inkulum bakteri S. aureus dengan
2 mL NaCl dan distarakan dengan pembanding
McFarland

Pembuatan laruta baku fenol 1:20 dan 1:80.

Dibuat larutan disinfektan dengan konsentrasi 1/10 dengan cara dipipet


sebanyak 1 mL disinfektan kemudian dimasukan kedalam tabung reaksi dan
ditambah aquades sebanyak 9 mL. Dan disinfektan 1:80 dipipet senyak 0,5
mL, disinfektan 1:100 dipipet sebanyak 0,5 mL dan 1:150 juga dipipet
senyak 0,5 mL

Innokulum bakteri di maukan ke dalam fenol 1:80, dan ke dalam masing masing
disinfektan hasil pengenceran, masing-masing sebanyak 0,5 mL. Kemudian diberi
tanda tiap tiap tabung tersebut.

Dan di pindahkan kedalam media setelah waktu kontak bakteri dengan


fenol da disinfektan mencapai 5 menit, 10 menit dan 15 menit.

VI.

Data pengamatan dan perhitungan


No
Perlakuan
1
Fenol 1:80
2
Antiseptik 1:80
3
Antiseptik 1:100
4
Antiseptik 1:150
Keterangan:
( + ) : tidak ada pertumbuhan bakteri
( - ) : ada pertumbuhan bakteri

5
+
+
+
+

Lama kontak
10
+

15
-

Perhitungan koefisien fenol:


Koefisien fenol =
=
VII.

=1

Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitu mengenai koefisien fenol dari suatu bahan antiseptik
yaitu Dettol handsanitizer gel. Zat-zat antimikroba yang dipergunakan untuk
disinfeksi/antiseptik harus diuji keefektifannya. Cara menentukan daya sterilisasi zat-zat
tersebut adalah dengan melakukan tes koefisien fenol. Uji ini dilakukan untuk
membandingkan aktivitas suatu produk (antiseptik) dengan daya bunuh fenol dalam kondisi
tes yang sama. Tujuan dari uji koefisien fenol adalah untuk mengevaluasi daya anti
mikroba suatu desinfektan dengan memperkirakan potensi dan efektifitas desinfektan
berdasarkan konsentrasi dan lamanya kontak terhadap kuman dan membandingkannya
terhadap fenol standard yang disebut koefisien fenol. Fenol dijadikan pembanding karena
fenol sering digunakan untuk mamatikan mikroorganisme.
Dalam melakukan pengujian mikrobiologi dipastikan semua alat dan bahan sudah
disterilisasi terlebih dahulu. Sampel yang digunakan juga harus dijaga sterilannya dari
wadahnya sampai ketika akan digunakan. Bakteri yang digunakan yaitu Streptococcus
aureus. Media yang digunakan yaitu media cair Nutrient Broth.
Hal pertama yang dilakukan yaitu membuat inokulum bakteri, sebanyak 1 ose
koloni bakteri uji diinokulasi dalam larutan NaCl fisiologis 0,9 % sebanyak 2 mL.
Kekeruhan di seragamkan dengan menggunakan standar McFariand dibuat dengan cara
BaCl2 1 % ditambah dengan H2SO4 2 N dengan perbandingan 1:9.
Kemudian dibuat pengenceran fenol dengan aquades steril 1:80, dan pengenceran
antiseptik Dettol 1:80, 1:100, 1:150. Dan dimasukan bakteri masing-masing sebanyak 0,5
mL dan di hitung lamanya kontak pada menit ke 5, 10, dan 15, yang kemudian diambil 1 ose
pada media Nutrient Broth untuk diinkubasi dan dilihat pertumbuhan bakterinya.
Perbandingan pengenceran ini dibuat agar dapat diketahui pada menit keberapa sampel
antiseptik tersebut dapat membunuh bakteri Streptococcus aureus.
Berdasarkan hasil pengamatan pada pengenceran fenol 1:80 dan pada pengenceran
antiseptik 1:80, dan 1:100 mempunyai aktivitas yang sama yaitu dapat mematikan pada
waktu 5 menit dan tidak dapat mematikan pada waktu 10 dan 15 menit. Sehingga
efektivitas senyawa antiseptik sangat dipengaruhi oleh konsentrasi dan lama paparannya.
Semakin tinggi konsentrasi dan semakin lama paparan akan meningkatkan efektivitas
senyawa antiseptik.
Formula Dettol handsanitizer gel terdiri dari:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Alcohol 60%
(Antiseptik),
Alcohol denat
(Astringent)
PEG/PPG-17116 copolymer
(Thickening agent)
Propylenglikol
(Humektan)
Acrylates alkyl Acrylates
(Emulifiying agent)
Cross Polymer Tetrahydroxypropyl ethylenediamme
(Chelating agent)
Parfume
(Pewangi)
Limunene
(Flavoring agent)
Water
(Pelarut)
Golongan alkohol bekerja dengan mekanisme denaturasi serta berdaya aksi dalam
rentang detik hingga menit dan untuk virus diperlukan waktu di atas 30 menit. Umum

dibuat dalam campuran air pada konsentrasi 70-90 %. Namun golongan alkohol ini tidak
efektif untuk bakteri berspora serta kurang efektif bagi virus non-lipoid. Penggunaan
pada proses desinfeksi adalah untuk permukaan yang kecil, tangan dan kulit. Adapun
keunggulan golongan alkohol ini adalah sifatnya yangn stabil, tidak merusak material,
dapat dibiodegradasi, kadang cocok untuk kulit dan hanya sedikit menurun aktivasinya
bila berinteraksi dengan protein.
Anthony, dkk. (2004), juga berpendapat bahwa hand sanitizer yang mengandung
alkohol lebih efektif dibandingkan dengan sabun antibakteri. Hernandes, dkk. (2004),
berpendapat bahwa hand sanitizer yang mengandung etanol lebih efektif dibandingkan
dengan sabun cair.
Sehingga dari hasil pengamatan ini diambil data yang aktivitasnya sama, dan
pengencerannya mendekati yaitu Fenol 1:80 dan Antiseptik 1:80, sehingga hasil
koefisien fenol yang didapat adalah 1. Maka sampel antiseptik dettol memiliki potensi
yang sama sebagai agen bakterisidal dengan fenol.
VIII.

Kesimpulan
Hand sanitizer Dettol memiliki angka koefisien fenol sebesar 1. Maka sampel
antiseptik Dettol memiliki potensi yang sama sebagai agen bakterisidal dengan fenol

IX.

Daftar Pustaka
http://bojanindonesia.wordpress.com/2012/05/11/hand-sanitizer/ [diakses pada tanggal
12 November 2014]
Pratiwi, S. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta:Erlangga.
Elizabeth, Rosdiana dkk. Jurnal penelitian : Uji Efektivitas Pada Antiseptik Di Unit
Perinatologi Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek Bandar Lampung
Radji, Maksum,2011. Mikrobiologi panduan mahasiswa farmasi dan kedokteran. Jakarta:
penerbit buku kedokteran EGC

X.

Dokumentasi

Penyetaraan inokulum
bakteri dengan
pembanding
McFarland

Fenol pengenceran
1:80

disinfektan
pengenceran 1:100

Pengenceran
fenol 1: 20 dan
1: 80

Disinfektan
pengenceran 1:80

disinfektan
pengenceran 1:150

Sampel uji telah


ditanam di media
Nutrient broth

ANGKA LEMPENG TOTAL


I.
Tujuan
: menetapkan bakteri pada sediaan farmasi obat loss Vitamin C IPI
II. Prinsip percobaan : pertumbuhan bakteri aerob setelah sampel diinokulasi pada medium agar
lempeng dengan cara cawan tuang atau cawan sebar diinkubasi pada suhu
yang sesuai

III. Dasar teori


3.1
Definisi Angka Lempeng Total
Metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba yang ada
pada suatu sampel, umumnya dikenal dengan Angka Lempeng Total (ALT). Uji Angka
Lempeng Total (ALT) dan lebih tepatnya ALT aerob mesofil atau anaerob mesofil
menggunakan media padat dengan hasil akhir berupa koloni yang dapat diamati secara
visual berupa angka dalam koloni(cfu) per ml/gram atau koloni/100ml. Cara yang
digunakan antara lain dengan cara tuang, cara tetes, dan cara sebar (BPOM, 2008).
Prinsip pengujian Angka Lempeng Total menurut Metode Analisis
Mikrobiologi (MA PPOM 61/MIK/06) yaitu pertumbuhan koloni bakteri aerob mesofil
setelah cuplikan diinokulasikan pada media lempeng agar dengan cara tuang dan
diinkubasi pada suhu yang sesuai. Pada pengujan Angka Lempeng Total digunakan PDF
(Pepton Dilution Fluid) sebagai pengencer sampel dan menggunakan PCA (Plate Count
Agar) sebagai media padatnya. Digunakan juga memperoleh sekurang-kurangnya satu
cawan yang mengandung koloni dalam jumlah yang memenuhi syarat tersebut maka
harus dilakukan sederatan pengenceran dan pencawanan. Jumlah organisme yang
terdapat dalam sampel asal ditentukan dengan mengalikan jumlah koloni yang
terbentuk dengan faktor pengenceran pada cawan yang bersangkutan. Cara ini yang
paling umum digunakan untuk perhitungan jumlah mikrobia. Dasarnya ialah membuat
suatu seri pengenceran bahan dengan kelipatan 10 dari masing-masing pengenceran
diambil 1 cc dan dibuat taburan dalam petridish ( pour plate) dengan medium agar
yang macam caranya tergantung pada macamnya mikrobia. Setelah diinkubasikan
dihitung jumlah koloni tiap petridish dapat ditentukan jumlah bakteri tiap cc atau
gram contoh, yaitu dengan mengalikan jumlah koloni dengan kebalikan
pengencerannya, misalnya untuk pengenceran 1:10.000 terdapat 45 koloni bakteri
maka tiap cc atau gram bahan mengandung 450.000 bakteri. Untuk membantu
menghitung jumlah koloni dalam petridish dapat digunakan colony counter yang
biasanya dilengkapi electronic register. Menurut Jutono, dkk., (1973), perhitungan
dengan cara ini diperlukan beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu:
1. Jumlah bakteri tiap petridish antara 30-300 koloni, jika memang tidak ada yang
memenuhi syarat dipilih yang jumlahnya mendekati 300.
2. Tidak ada koloni yang menutup lebih besar dari setengah luas petridish, koloni
tersebut dikenal sebagai spreader.
3. Hasil yang dilaporkan hanya terdiri dari dua angka, yaitu angka pertama didepan koma
dan angka kedua dibelakang koma.
4. Jika semua pengenceran yang dibuat menghasilkan angka kurang 30 koloni pada cawan
petri, hanya jumlah koloni pada pengenceran terendah yang dihitung. Hasil dilaporkan
sebagai kurang dari 30 dikalikan dengan besarnya pengenceran, tetapi jumlah yang
sebenarnya harus dicantumkan dalam tanda kurung.

5. Jika semua pengenceran yang dibuat menghasilkan lebih dari 300 koloni pada cawan
petri, hanya koloni pada pengenceran tertinggi yang dihitung. Hasilnya dilaporkan
sebagai lebih besar dari 300 dikalikan dengan besarnya pengenceran, jumlah yang
sebenarnya harus dicantumkan dalam tanda kurung.
6. Jika cawan dari dua tingkat pengenceran menghasilkan koloni dengan jumlah antara
30 dan 300, dan perbandingan antara hasil tertinggi dan terendah dari kedua
pengenceran tersebut lebih kecil atau sama dengan 2 maka tentukan rata-rata dari
kedua nilai tersebut dengan memperhitungkan pengencerannya. Jika perbandingan
antara hasil tertinggi dan terendah lebih besar dari 2, yang dilaporkan hanya hasil
yang terkecil.
3.2

Keuntungan dan Kelemahan Uji Angka Lempeng Total


Keuntungan dari metode pertumbuhan agar atau metode uji Angka Lempeng Total
adalah dapat mengetahui jumlah mikroba yang dominan. Keuntungan lainnya dapat
diketahui adanya mikroba jenis lain yang terdapat alam contoh. Adapun kelemahan
dari metode ini menurut Buckle (1987), adalah:
1. Kemungkinan terjadinya koloni yang berasal lebih dari satu sel mikroba,seperti
pada mikroba yang berpasangan, rantai atau kelompok sel. Kemungkinan ini akan
memperkecil jumlah sel mikroba yang sebenarnya.
2. Kemungkinan adanya jenis mikroba yang tidak dapat tumbuh karena penggunaan
jenis media agar, suhu, pH, atau kandungan oksigen selama masa inkubasi.
3. Koloni dari beberapa mikroorganisme terutama dari contoh bahan pangan, kadangkadang menyebar di permukaan media agar, sehingga menutupi pertumbuhan dan
perhitungan jenis mikroba lainnya .
4. Penghitungan dilakukan pada media agar yang jumlah populasi mikrobanya antara
30300 koloni. Bila jumlah populasi kurang dari 30 koloni akan menghasilkan
penghitungan yang kurang teliti secara statistik, namun bila lebih dari 300 koloni
akan menghasilkan hal yang sama karena terjadi persaingan diantara koloni.
5. Penghitungan populasi mikroba dapat dilakukan setelah masa inkubasi yang
umumnya membutuhkan waktu 24 jam atau lebih.

IV. Alat dan Bahan


cawan petri
vial
gelas ukur 10 ml
labu ukur
Nutrient Broth
Obat loss : vitamin C

tabung reaksi
rak tabung
sprirtus
pipet

V. Prosedur
Disiapkan 5 tabung
reaksi atau lebih
masing-masing telah diisi
dengan 9 ml larutan
pengencer NaCl
fisiologis

Dari hasil homogenisasi sampel pada


persiapan sampel yang merupakan
pengenceran 10-1 dipipet 1 ml kedalam
tabung yang pertama dikocok sampai
homogeny hingga diperoleh pengenceran
10-1

Cawan petri
segera digoyang
dan diputar
sedemikian rupa
sehingga suspensi
tersebar merata

Dari setiap pengenceran


dipipet 1 ml kedalam
cawan petri dan dibuat
duplo. Kedalam cawan
petri dituangkan 10-20
ml media AN

Setelah media memedat,


cawan petri diinkubasi 370 C
selama 24 jam dengan posisi
dibalik. Jumlah koloni yang
tumbuh diamati dan dihitung

Untuk mengetahui
sterilisasi media dan
larutan pengenceran
dibuat blanko
VI. Hasil pengamatan
Cawan petri
Cawan 1 ( 10-2)
Cawan 2 ( 10-3)
Cawan 3 ( 10-4)
Cawan 4 ( 10-5)
Cawan 5 ( 10-6)

Jumlah koloni
>300
>300
2
-

10-1 = 300 x 10
10-2 = 300 x 100
10-3 = 10-4 = 2 x 10.000
10-5 = = 17.666,6
= 17,666 x 103 cfu/gram

VII. Pembahasan

Dibuat pengenceran
selanjutnya hingga 10-6
atau sesuai dengan yang
diperlukan

Prinsip pengujian Angka Lempeng Total menurut Metode Analisis Mikrobiologi (MA PPOM
61/MIK/06) yaitu pertumbuhan koloni bakteri aerob mesofil setelah cuplikan diinokulasikan
pada media lempeng agar dengan cara tuang dan diinkubasi pada suhu yang sesuai.
Adanya mikroba di dalam obat-obatan non steril tidak dikehendaki karena dapat
menyebabkan perubahan-perubahan dalam karakter organoleptis, perubahan atau
kemunduran, dan bahkan aktivitas di dalam obat yang bersangkutan. Selain itu mikroba yang
tumbuh dapat berbahaya, baik yang patogen ataupun dari jenis yang tidak patogen, tetapi
bila jumlahnya sangat banyak dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan. Penyakit-penyakit
yang dapat timbul karena adanya mikroba didalam obat-obatan non steril, dapat
mengakibatkan terjadinya infeksi dari bakteri patogen atau keracunan oleh bakteri
penghasil racun (Djide , 2003).
Pada pengujian mikrobiologi semua alat yang akan digunakan haruslah dalam keadaan
steril, aquades yang digunakan juga harus disterilisasi terlebih dahulu. Semua obatSampel
yang digunakan kali ini yaitu obat Loss Vit C IPI CPL.
Sampel yang akan diuji di buat pengenceran terlebih dahulu dengan aquades steril 1:10.
kemudian dibuat pengenceran bertingkat 10-2 - 10-6, guna untuk melihat pada pengenceran
keberapa bakteri tumbuh.
Pada pengujan ini, media yang diguanakan yaitu NA ( Nutrient Agar ) sebab medium ini
mengandung karbon dan nitrogen yang dapat digunakan oleh bakteri untuk melakukan
metabolisme, dan metode yang digunakan metode tuang dengan cara media NA di tuangkan
terlebih dahulu pada cawa petri kemudian sampel hasil pengenceran dituangkan dan
dihomogenkan, setelah memadat media siap untuk di inkubasi selama 24 jam pada suhu 37
dan dihitung jumlah koloni bakteri yang tumbuh dengan menggunakan alat colony counter.
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil hasil pengenceran pertama dan kedua
jumlah kolni yang tumbuh > dari 300 koloni, hal ini sangat terlihat jelas dengan kekeruhan
yang terbentuk. Pengenceran ketiga tidak terdapat koloni, dan terlihat bening sama halnya
dengan pengenceran kelima,namun pada pengenceran keempat didapat jumlah koloni
sebanyak 2 koloni, jumlah bakteri sebanyak 2 koloni.
Semakin besar konsentrasi sempel semakin besar pula koloni yang tumbuh, dan
sebaliknya semakin kecil konsentrasi sampel maka semakin sedikit pula koloni bakteri yang
timbuh bahkan tidak tumbuh sama sekali. Dan berdasarkan jumlah koloni dari masing-masing
pengenceran maka nilai bakteriologis pada obat loss tersebut sebesar 17,666 x 103
cfu/gram. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia ( SNI ) untuk produk obat tradisional
standar kontaminasi bakteri yang memenuhi syarat dibawah 10 bakteri koloni. Dalam hal ini
sediaan obat loss yang diuji tidak memenuhi standar SNI artinya jumlah bakteriologis yang
tumbuh pada sediaan tersebut diata standar yang tlah ditetapkan

VIII. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan didapa simpulan bahwa:
Jumlah koloni dari masing-masing pengenceran maka nilai bakteriologis pada obat loss
tersebut sebesar 17,666 x 103 cfu/gram. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia ( SNI )
untuk produk obat tradisional standar kontaminasi bakteri yang memenuhi syarat dibawah 10
bakteri koloni. Sehingga sediaan obat loss yang diuji tidak memenuhi standar SNI (jumlah
bakteriologis yang tumbuh pada sediaan tersebut diata standar yang tlah ditetapkan)

IX. Daftar Pustaka

Djide, Natsir. 2008.Analisis Mikrobiologi Farmasi, Makasar: Universitas Hasanuddin


Radji, Maksum,2011. Mikrobiologi panduan mahasiswa farmasi dan kedokteran. Jakarta:
penerbit buku kedokteran EGC
X. Dokumentasi

Alat
Alat penghitung
penghitung
kolonibakteri
kolonibakteri Colony
Colony
Counter

Penuangan sampel, metode


tuang

Cawan petri 1

Pengenceran sampel
obat loss

Media yang sudah memadat


dibungkus

Cawan petri 2

Penuangan media NA
pada cawan petri

Siap diinkubasi

Cawan petri 3

Cawan petri 5

Cawan petri 4

Anda mungkin juga menyukai