Anda di halaman 1dari 14

Paraf Nilai

LAPORAN
MIKROBIOLOGI DAN
VIROLOGI

JUDUL PRAKTIKUM :
PENETAPAN KOEFISIEN FENOL DAN DESINFEKTAN
Tanggal Praktikum :
11 Nopember 2016
Kelompok : 5

Nama :

Arya Falah Mubarak 24041115005


Ayu Nopitasari 24041115006
Mirawanthi Nuraeni 24041115026
Rista Oktobriyanti 24041115037
Wiwin Windawati 24041115049

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GARUT
2016-2017
I. TEORI SINGKAT
Pengawasan terhadap mikroorganisme penyebab penyakit telah menjadi
pemikiran para ahli semenjak penyakit-penyakit mulai dikenal. Berbagai macam
substansi telah dicoba untuk memilih yang paling tepat guna menghilangkan
pencemaran oleh jasad renik terhadap benda-benda baik hidup ataupun mati.
Bahan anti mikroba yang ditemukan memiliki keefektifan yang bermacam-
macam, dan pengunaannya pun ditujukan terhadap hal-hal yang berbeda-beda
pula. Biasanya terdapat 2 golongan antimikroba yang biasa kita jumpai dalam
kehidupan sehari-hari, yaitu anstiseptik dan desinfektan.
Pada dasarnya ada persamaan jenis bahan kimia yang digunakan sebagai
antiseptik dan desinfektan. Tetapi tidak semua bahan desinfektan adalah bahan
antiseptik karena adanya batasan dalam penggunaan antiseptik. Antiseptik tersebut
harus memiliki sifat tidak merusak jaringan tubuh atau tidak bersifat keras.
Terkadang penambahan bahan desinfektan juga dijadikan sebagai salah satu cara
dalam proses sterilisasi, yaitu proses pembebasan kuman. Tetapi pada
kenyataannya tidak semua bahan desinfektan dapat berfungsi sebagai bahan dalam
proses sterilisasi.
Zat-zat antimikroba yang dipergunakan untuk disinfeksi maupun antiseptik
harus diuji keefektifannya. Cara menentukan daya sterilisasi zat-zat tersebut
adalah dengan melakukan uji koefisien fenol. Uji ini dilakukan untuk
membandingkan aktivitas suatu produk (desinfektan/antiseptik) dengan daya
bunuh fenol dalam kondisi pengujian yang sama.
Sejumlah kultur murni mikroorganisme standar unuk tes
seperti Staphylococcus aureus atau Salmonella typhi ditambahkan pada setiap
tabung. Subkultur dari mikroorganisme tersebut dibuat dari setiap pengenceran
desinfektan uji dalam media cair steril pada interval 5, 10 dan 15 menit setelah
mikroorganisme dimasukkan pada desinfektan. Semua subkultur diinkubasi pada
suhu 37 C selama 24jam dan diamati keberadaan atau ketidak beradaan
pertumbuhannya.
Desinfektan adalah zat-zat yang digunakan untuk mendesinfeksi kuman-
kuman dalam tubuh manusia. Kekuatan membunuh kuman suatu desinfektan bisa
sama atau jauh lebih kuat dari pada antibiotik, tetapi toksisitasnya tidak selektif.
Oleh karena itu desinfektan hanya digunakan di luar tubuh manusia misalnya
untuk mendesinfeksi alat-alat kesehatan. Desinfektan yang pertama kali
ditemukan adalah fenol, sehingga kekuatan daya bunuh kuman antara suatu
desinfektan dengan fenol disebut sebagai koefisien fenol.
Koefisien fenol dapat ditentukan dengan cara mikrobiologi. Mikroba yang
digunakan untuk uji ini biasanya Salmonella thypi (gram negative) atau
staphylococcus aureus (gram positive). Konsentrasi fenol yang digunakan adalah
5% (1/20) v/v atau b/v kemudian dilakukan pengenceran 1/30, 1/40, 1/50. Begitu
juga dengan deinfektan yang digunakan. Setelah dilakukan pengamatan koefisien
fenol dihitung dengan cara:

C des yang membunuh m. o dalam 101 tetapi tidak dalam5 1


Koefisien Fenol = 1
C fenol yang membunuh m . o dalam 10 tetapi tidak dalam 5
1

Misalnya dari perhitungan didapat Kf 0,6 (6/10) maka kekuatan desinfektan


itu 6/10 dari fenol.
Fenol merupakan zat pembaku daya antiseptik obat lain sehingga daya
antiseptik dinyatakan dengn koefisien fenol. Koefisien fenol merupakan sebuah
nilai aktivitas germisidal suatu antiseptik dibandingkan dengan efektivitas
germisidal fenol. Aktivitas germisidal adalah kemampuan suatu senyawa
antiseptik untuk membunuh mikroorganisme dalam jangka waktu tertentu. Fenol
merupakan salah satu germisidal kuat yang telah digunakan dalam jangka waktu
panjang. Efektivitas senyawa antiseptik sangat dipengaruhi oleh konsentrasi dan
lama paparannya. Semakin tinggi konsentrasi dan semakin lama paparan akan
meningkatkan. efektivitas senyawa antiseptik. Koefisien fenol yang kurang dari 1
menunjukkan bahwa bahan entimikrobial tersebut kurang efektif dibanding
dengan fenol. Dan sebaliknya, jika koeisien fenol lebih dari 1 maka bahan
mikrobial tersebut lebih efektif jika dibandingkan dengan fenol.
Koefisien fenol ditentukan dengan cara membagi pengenceran tertinggi dari
fenol yang mematikan mikroorganisme dalam 15 menit, 10 menit tetapi tidak
mematikan dalam 5 menit terhadap pengencaran tertinggi bahan mikrobial. Zat-
zat antimikroba yang dipergunakan untuk disinfeksi harus diuji keefektifannua.
Cara untuk menentukan daya sterilisasi zat-zat tersebut adalah dengan melakukan
tes koefisien fenol. Uji ini dilakukan untuk membandingkan aktivitas suatu
produk (desinfektan) dengan daya bunuh fenol dalam kondisi tes yang sama.
Berbagai pengenceran fenol dan produk yang dicoba dicampur dengan suatu
volume tertentu biakan Salmonella thyphosa atau Staphylococcus aureus.
Beberapa bahan antimikroba tidak membunuh tetapi hanya menghambat
pertumbuhan bakteri dalam konsentrasi kecil. Berdasarkan hal ini maka perlu
diketahui MIC (Minimum Inhibitor Consentration) dan MKC ( Minimum Killing
Consentration) bahan anrimikroba terhadap mikroorganisme. Dalam praktikum
MIC didefenisikan sebagai konsebtrasi terendah bahan antimikroba yang
menghambat pertumbuhan. MIC merupakan petunjuk konsentrasi yang harus
digunakan jika akan membunuh mikroorganisme tertentu, seperti antiseptika
desinfektan, obat antimikroba, dan bahan antibiotik.
Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang
digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti
bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah
mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya. Desinfektan ini tersedia secara
komersial yang masing-masing memiliki karakteristik kimiawi, toksisitas, biaya
dan penggunaan tertentu. Desinfektan merupakan bahan kimia yang dapat
mematikan mikroorganisme yang sedang dalam keadaan tidak aktif, sehingga
hanya mematikan bentuk vegetatif dari mikroorganisme, tetapi tidak efektif
terhadap spora. Desinfektan dapat mencegah infeksi dengan jalan penghancuran
atau pelarutan jasad renik yang patogen.
Pengetahuan tentang desinfektan perlu dikembangkan, karena tidak semua
desinfektan dapat digunakan untuk pengendalian mikroorganisme secara umum.
Desinfektan tertentu hanya cocok untuk mengendalikan mikroorganisme tertentu,
tidak mampu mengendalikan mikroorganisme lain. Beberapa jenis desinfektan ada
yang hanya efektif pada lapisan luar saja, ada yang memiliki daya kerja yang luas
terhadap mikroorganisme dan ada pula yang hanya bisa mengatasi sejumlah kecil
mikroorganisme. Pengguna desinfektan dituntut bisa melakukan pilihan secara
tepat, sehingga minimal harus mengetahui kelemahan dan keunggulan masing-
masing desinfektan. Bakteri dalam bentuk spora lebih tahan terhadap desinfektan.
Hal ini disebabkan karena dinding spora bersifat impermeabel dan asam
ribonukleat di dalam protoplasma memiliki ketahanan yang tinggi terhadap
pengaruh buruk dari desinfektan.
Desinfektan berbeda dengan antibiotik, karena desinfektan memiliki
toksisitas selektif yang rendah, keduanya bersifat toksik tidak hanya pada mikroba
patogen tetapi juga terhadap sel inang. Oleh karena itu, desinfektan hanya
digunakan untuk membunuh mikroorganisme pada lingkungan mati.
Sifat-sifat penting Desinfektan
Harus memiliki sifat antibakterial yang luas.
Tidak mengiritasi jaringan hewan atau manusia.
Memiliki sifat racun yang rendah, tidak berbahaya bagi manusia maupun
ternak.
Memiliki daya tembus yang tinggi.
Tetap aktif meskipun terdapat cairan tubuh, darah, nanah dan jaringan
yang mati.
Tidak mengganggu proses kesembuhan.
Harga murah, karena biasanya diperlukan dalam jumlah yang besar.
Desinfektan, selain memiliki sifat-sifat tersebut di atas, maka harus memiliki juga
sifat-sifat berikut :
Mampu menembus rongga-rongga, liang-liang, maupun lapisan jaringan
organik, sehingga memiliki efek mematikan mikroorganisme yang lebih
tinggi.
Harus bisa dicampur dengan air, karena air merupakan pelarut yang
universal dan dengan senyawa-senyawa lain yang digunakan untuk
desinfeksi.
Harus memiliki stabilitas dalam jangka waktu yang panjang.
Efektif pada berbagai temperatur. Walaupun desinfektan daya kerjanya
akan lebih baik pada temperatur tinggi, namun desinfektan yang bagus
adalah desinfektan yang daya kerjanya tidak menurun jika temperaturnya
menurun. Pada umumnya desinfektan bekerja baik pada temperatur di atas
650F. Klorin dan Iodifor sebagai desinfektan bekerja baik tidak lebih dari
1100F.
II. ALAT DAN BAHAN
Alat Jumlah Bahan
Jarum ose 2 5 ml suspense Staphylococcus
aureus dalam NB, Inkubasi 37 C
selama 22-26 jam, 4 hari
sebelum digunakan dipindah
setiap hari kemedia baru
Tabung reaksi 20 Inkubasi 37 C selama 22-26 jam
Labu ukur 100 ml 2 4 hari sebelum digunakan
dipindah setiap hari kemedia
baru
Water bath 160 ml Butrient broyh (NB)
Stopwatch 1 10 ml Fenol 5 %
Gelas kimia 2 Desinfektan (yang dibawa oleh
mahasiswa)

III. PROSEDUR
1. Membuat larutan desinfektan, menguji dengan konsentrasi 5%.
Menyiapkan 5 tabung reaksi untuk pengenceran desinfektan uji. Memberi
label masing-masing tabung.
2. Membuat pengenceran dari desinfektan menurut ketentuan berikut :

Tabung Pengenceran V1 V2 V3 V4
I 1:80 8 1 4 5
II 1:90 8 2 5 5
III 1:100 8 3 6 5
IV 1:110 8 4 7 5
V 1:120 8 5 8 5

Keterangan : V1 = Volume desinfektan uji dengan konsentrasi 5%


V2 = Volume aquadest yang ditambahkan
V3 = Volume larutan yang dibuang
V4 = Volume akhir tiap tabung
3. Menyiapkan 15 tabung dan menyusun menjadi 3 baris yang masing-
masing berisi 5 tabung, kemudian beri nomor tabung tersebut misalnya
untuk tabung 1 baris 1 nomornya 1.1, mengisi ke - 15 tabung itu dengan 5
ml media NB. Baris pertama digunakan untuk pengamatan 5, 10 ketiga
15.
4. Menaruh ke 5 lima tabung yang berisi desinfektan di ats water bath.
Memasukkan 0,5 ml biakan bakteri ke dalam tiap tabung desinfektan
dengan selang waktu pengisan 1 menit.
5. Setelah semua tabung terisi inokulum, selang satu menit dari tabung V
kemudian mengambil 1 ose cairan tabung desinfektan 1, kemudian
memasukkan pada tabung 1 baris 1,1 menit kemudian mengisikan 1 ose
cairan dari tabung desinfektan II ke dalam tabung baris II baris I dan
selanjutnya sampai dengan desinfektan V ke dalam tabung V baris satu.
6. Melakukan langkah 5 untuk tabung baris ke II dan ke III sehingga selag
waktu pengisian antar baris 5 menit.
7. Menyiapkan 2 tabung kontrol, tabung ke 1 berisi media NB saja
sedangkan yang kedua berisi NB dan suspensi bakteri.
8. Inkubasikan semua tabung pada suhu 37oC selama 48 jam
9. Melakukan pengamatan berupa kekeruhan pada tabung, bandingkan
dengan blangko kemudian hasilnya di tabulasikan.
10. Hitunglah koefisien fenol desinfektan tersebut

TABEL PENGAMATAN

Sampel Pengencera 5 Menit 10 Menit 15 Menit


n
I + + +

II + + +

III + + +
Fenol
IV + + +

V + + +
Sampel Pengencera 5 Menit 10 Menit 15 Menit
n
I - - -

II - - -

III - - -
Desinfektan Uji
IV - - -

V - - +
(NB)

Bila terdapat tanda pertumbuhan bakteri (kekeruhan) maka beri tanda (+)
Bila tidak terjadi pertumbuhan bakteri beri tanda (-)

IV.
Skema langkah-langkah praktikum

Pembuatan Larutan Baku Fenol

Pembuatan Larutan Disinfektan


IV. PEMBAHASAN

Pada percobaan ini kali ini didapatkan hasil pada pengenceran fenol 1:20,
1:30, 1:40, 1:50, 1:60 pada menit ke-5, menit ke-10 maupun menit ke-15 telah
terjadi pertumbuhan bakteri dengan adanya ciri terjadinya kekeruhan dan
terbentuk seperti endapan.

Dan pada pengenceran desinfektan 1:80, 1:90, 1:100, 1:110, 1:120 pada
menit ke-10 maupun menit ke-15 tidak terjadi pertumbuhan bakteri dengan
adanya ciri tidak terjadinya kekeruhan dan tidak terbentuk seperti endapan. Hal ini
dapat dilihat bahwa desinfektan wipol yang digunakan kemungkinan memang
tidak dapat membunuh kuman maupun bakteri.

Oleh karena kesalahan yang kami lakukan pada praktikum ini, kita tidak
dapat melakukan perhitungan koefisien fenol. Terjadinya hal ini dapat diakibatkan
oleh berbagai faktor kemungkinan.

Faktor-faktor kemungkinan penyebab terjadinya kesalahan kami antara lain


adalah :

Pengerjaan praktikum secara paralel

Kegagalan yang terjadi dalam praktikum ini mungkin juga disebabkan oleh
pengerjaan tabung Uji Disinfektan secara paralel yang saat itu dimaksudkan untuk
mempersingkat waktu pengerjaan. Pengerjaan secara paralel tersebut telah
mengakibatkan ketidakakuratan dan ketidaktelitian perhitungan waktu yang
diperlukan.

Ketidakakuratan dalam pengambilan kuman menggunakan ose

Dalam menginokulasi kuman uji terhadap desinfektan, kami memindahkan


kuman tersebut hanya dengan 1 ose. Dengan penggunaan ose, terdapat
kemungkinan kuman tidak terangkat sesuai dengan konsentrasi yang diinginkan.
Sebab pada percobaan kami, banyak kuman yang mati. Pengambilan kuman
dengan 2 ose mungkin dapat lebih akurat.

Penggunaan spiritus yang berlebihan

Banyaknya kuman yang mati juga dapat disebabkan terlalu seringnya


dilakukan flambir pada pembuatan inokulum dan pada penginokulasian kuman uji
terhadap desinfektan. Kuman S. aureus dan S. thyphosa tumbuh optimum pada
suhu 37C, oleh karena itu tidak diperlukan suhu panas yang berlebihan.

Pengenceran desinfektan yang tidak akurat


Pada percobaan kali ini, kami mungkin juga melakukan kesalahan ketika
melakukan pengenceran desinfektan ke dalam 1:80, 1:90, 1:100, 1:110, 1:120.
Pengenceran yang dilakukan tidak akurat, yaitu terlalu banyak desinfektan yang
terkandung didalamnya, sehingga desinfektan terlalu pekat dan tidak sebanding
dengan jumlah kuman yang dibiakkan.

V. KESIMPULAN

Dari percobaan yang kami lakukan dapat diambil kesimpulan bahwa


koefisien fenol tidak dapat dihitung karena pengenceran fenol telah terjadi
pertumbuhan bakteri sehingga mempengaruhi hasil pengamatan. Hal ini
disebabkan karena adanya kesalahan selama melakukan pengerjaan percobaan
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
switianiekayuliani.blogspot.co.id/2013/03/uji-koefisien-fenol.html
(diakses tanggal 7 Desember 2016)
http://kintanputrif.blogspot.co.id/2015/05/laporan-mikrobiologi-koefisien-
fenol.html
(diakses tanggal 7 Desember 2016)
http://serbamurni.blogspot.co.id/2012/03/uji-koefisien-fenol-contoh-
laporan-uji.html (diakses tanggal 7 Desember 2016)
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai