Anda di halaman 1dari 17

PENENTUAN DAYA HAMBAT DARI SUATU SEDIAAN YANG

SEBAGAI ANTISEPTIK ATAU DESINFEKTAN TERHADAP


BAKTERI UJI
Selasa, 5 Desember 2017
Kelompok 2
13.00 16.00 WIB

Nama Anggota NPM


Kita Radisa 260110160051 (Lampiran,
Alat dan bahan)
Ai Masitoh 260110160052 (Pembahasan)
Khoirina Nur S. 260110160054 (Datpeng)
Aulia A. P. H. 260110160055 (Pembahasan)
Fajra Dinda C. 260110160056 (Teodas)
Dian A. M. 260110160057 (Pembahasan)
Irsarina Rahma 260110160058 (Datpeng)
Utari Yulia A. 260110160059 (Teodas)
Yusuf Prakoso 260110160076 (Edit, Simpulan,
Cover)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2017
1. Tujuan

Menentukan daya hambat suatu sediaan yang berpotensi sebagai antiseptik


atau desinfektan, dengan membandingkannya terhadap standar fenol (koefisien
fenol).

2. Prinsip
2.1 Desinfektan Bahan kimia untuk mencegah terjadinya infeksi atau
pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh
atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya
(Jawetz dan Adelberg, 2002)
2.2 Antiseptik Antiseptik adalah zat yang menghambat pertumbuhan dan
perkembangan mikroorganisme. Biasanya antiseptik digunakan pada
jaringan yang masih hidup. Untuk tujuan praktis, antiseptik biasanya
dianggap sebagai agen topikal, untuk aplikasi pada kulit, selaput lendir,
dan benda-benda mati, meskipun definisi formal mencakup agen yang
digunakan secara internal, seperti antiseptik saluran kemih (Jawetz dan
Adelberg, 2002)
2.3 Koefisien Fenol Bilangan pecahan yang menunjukkan perbandingan
kekuatan daya bunuhdari desinfektan dibaningkan dengan kekuatan daya
bunuh dari fenolsebagai pembanding dalam kondisi yang sama, yaitu jenis
bakteri yang sama dan dan waktu kontak yang sama (Collier, 1998).

3. Teori Dasar
Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang
digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renikseperti
bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlahmikroorganisme
atau kuman penyakit lainnya. Sedangkan antiseptikdidefinisikan sebagai bahan
kimia yang dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan jasad renik seperti
bakteri, jamur dan lain lain pada jaringan hidup. Bahan desinfektan dapat
digunakan untuk proses desinfeksi tangan, lantai, ruangan, peralatan dan pakaian
(Rismana, 2002).
Pada dasarnya ada persamaan jenis bahan kimia yang digunakan sebagai
antiseptik dan desinfektan.Tapi tidak semua bahan desinfektan adalah bahan
antiseptik karena adanya batasan dalam penggunaan antiseptik. Antiseptik tersebut
harus memiliki sifat tidak merusak jaringan tubuh atau tidak bersifat keras.
Terkadang penambahan bahan desinfektan juga dijadikan sebagai salahsatu cara
dalam proses sterilisasi, yaitu proses pembebasan kuman. Tetapi pada
kenyataannya tidak semua bahan desinfektan dapat berfungsi sebagai bahan dalam
proses sterilisasi (Kimbal, 2002).
Dalam proses desinfeksi sebenarnya dikenal dua cara, cara fisik dan
carakimia. Banyak bahan kimia yang dapat berfungsi sebagai desinfektan, tetapi
umumnya dikelompokkan ke dalam golongan aldehid atau golongan pereduksi,
yaitu bahan kimia yang mengandung gugus -COH; golonganalkohol, yaitu
senyawa kimia yang mengandung gugus -OH; golongan halogen atau senyawa
terhalogenasi, yaitu senyawa kimia golongan halogenatau yang mengandung
gugus -X; golongan fenol dan fenol terhalogenasi, golongan garam amonium
kuarterner, golongan pengoksidasi, dan golongan biguanida (Pankey, 2014).
Senyawa golongan fenol dan fenol terhalogenasi yang telah
banyakdipakai antara lain fenol (asam karbolik), kresol, para kloro kresol
dan parakloro xylenol . Golongan ini berdaya aksi dengan cara denaturasi
dalamrentang waktu sekira 10-30 menit dan umum digunakan dalam larutan air
dengan konsentrasi 0,1-5%. Aplikasi proses desinfeksi dilakukan untuk
virus,spora tetapi tidak baik digunakan untuk membunuh beberapa jenis
bakterigram positif dan ragi. Umum digunakan sebagai dalam proses desinfeksi di
bak mandi, permukaan dan lantai, serta dinding atau peralatan yang terbuat dari
papan / kayu. Adapun keunggulan golongan fenol adalah sifatnya yangstabil,
persisten, dan ramah terhadap beberapa jenis material, sedangkan kerugiannya
antara lain susah terbiodegradasi, bersifat racun, dan korosif (Pankey, 2014).
Untuk menentukan kualitas desinfektan yaitu dengan menentukan daya
bunuh desinfektan terhadap kuman adalah dengan menggunakan metode koefisien
fenol. Fenol adalah jenis desinfektan yang paling kuno dan karena kekuatannya
telah diketahui maka kualitas desinfektan selalu dibandingkan dengan fenol. Fenol
dengan kadar 0,2 persen bersifat bakteriostatik yakni menahan pertumbuhan
bakteri, sedangkan fenol 1% bersifat mematikan bakteri atau bakterisid. Koefisien
fenol adalah bilangan pecahan yang menunjukkan perbandingan kekuatan daya
bunuh dari desinfektan dibaningkan dengan kekuatan daya bunuh dari fenol
sebagai pembanding dalam kondisi yang sama, yaitu jenis bakteri yang sama dan
dan waktu kontak yang sama. Waktu untuk menguji antibiotika adalah 18-24
jam,sedangkan untuk mata tidak mungkin selama itu. Oleh karena itu,
digunakanwaktu tertentu dengan metode kontak secara konvensional, waktu yang
palingcepat adalah 2,5 menit, paling lama 15 menit. Kekuatan fenol untuk
mengujidesinfektan adalah tidak lebih besar dari 5% (Collier, 1998).
Persyaratan koefesien fenol adalah jika didapat nilai koefesien fenol antara
0,05 sampai 1, maka zat kimia uji adalah antiseptik atau desinfektan yang kurang
efektif,sedangkan jika nilai yang diperoleh lebih besar dari 1, maka zat kimia
ujiadalah antiseptik atau desinfektan yang efektif (Setiawan, 2013).
Bakteri gram positif dan gram negative memiliki kerentanan yang berbeda.
Escherichiacoli (gram negatif) jauh lebih resisten terhadap disinfektan dari pada
Staphylococcus aureus (gram positif). Sehingga harus dipilih zat yangefektif dapat
membasmi mikroorganisme tersebut (Vibriyani, 2014).
Escherichia coli atau biasa disingkat E. coli adalah salah satu jenisspesies
utama bakteri Gram-negatif. Bakteri ini ditemukan oleh TheodorEscherich. Pada
umumnya bakteri ini dapat ditemukan dalam usus besarmanusia. E. Coli
merupakan anggota dari family Enterobacteriaceae. Ukuran sel dengan panjang
2,0 6,0 m dan lebar 1,1 1,5 m. Bentuk sel dari bentuk seperti coocal hingga
membentuk sepanjang ukuran filamentous. Tidak ditemukan spora E. Coli batang
gram negatif. Selnya bias terdapat tunggal, berpasangan, dan dalam rantai pendek,
biasanya tidak berkapsul. Bakteri ini aerobik dan dapat juga aerobik
fakultatif. E. Coli merupakan penghuni normal usus,
seringkali menyebabkan infeksi. E. Coli merupakan Bakteri kemoorganotropik,
mempunyai tipe metabolisme fermentasi danrespirasi tetapi pertumbuhannya
paling sedikit banyak di bawah keadaan anaerob. Pertumbuhan yang baik pada
suhu optimal 37C pada media yangmengandung 1% peptone sebagai sumber
karbon dan nitrogen. E.Coli memfermentasikan laktosa dan memproduksi indol
yang digunakan untuk mengidentifikasikan bakteri pada makanan dan
air. E.coli berbentuk besar (2-3 mm), sirkular, konteks dan koloni tidak berpigen
pada nutrient dan mediadarah. E. Coli dapat bertahan hingga suhu 60C selama 15
menit atau pada 55C selama 60 menit. Penyakit yang sering ditimbulkan
oleh E. Coli adalah diare. E. Coli ini diklasifikasikan oleh ciri khas sifat sifat
virulensinya dansetiap grup menimbulkan penyakit melalui mekanisme yang
berbeda, antara lain yaitu:
1. E.Coli Enteropatogenik (EPEC)
2. E. Coli Enterotoksigenik (ETEC)
3. E. Coli Enterohemoragik (EHEC)
4. E. Coli Enteroinvansif (EIEC) dan
5. E. Coli Enteroagregatif (EAEC).
Kebanyakan E. coli tidak berbahaya,tetapi beberapa spesies seperti E. colitipe
O157:H7 dapat mengakibatkan keracunan makanan yang serius pada manusia
yaitu diare berdarah karena eksotoksin yang dihasilkan bernama verotoksin.
Toksin ini bekerja dengancara menghilangkan satu basa adenin dari unit 28S
rRNA, sehinggamenghentikan sintesis protein. Sumber bakteri ini contohnya
adalah dagingyang belum masak (Levinson, 2008).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan antiseptik atau desinfektanyang
digunakan untuk menghambat atau membunuh mikroorganisme adalah:
1. Jenis organisme yang digunakan.
2. Jumlah mikroorganisme yang digunakan.
3. Umur dan sejarah dari mikroorganisme.
4. Jaringan atau unsur-unsur yang ada dalam mikrorganisme.
5. Efek-efek dari zat kimia terhadap jaringan.
6. Efek-efek dari jaringan terhadap zat kimia.
7. Jenis racun dari zat kimia (jika diambil secara internal).
8. Waktu bagi zat kimia untuk bekerja dan konsentrasi yang dipakai.
9. Temperatur pada zat kimia dan pada jaringan atau unsur-unsur
yangterlibat (Melnick, 1996).

4. Alat dan Bahan


4.1 Alat :
1. Erlenmeyer 6. Spirtus
2. Labu ukur 7. Stopwatch
3. Inkubator 8. Tabung reaksi besar dan kecil
4. Ose 9. Volume pipe
5. Rak tabung

4.2 Bahan :
1. Aquadest
2. Fenol
3. Nutrient Broth (NB)
4. Wipol 5%

5. Data Pengamatan
No. Perlakuan Hasil Foto
1 Dibuat larutan sediaan Diperoleh
uji dan larutan standar larutan sediaan
fenol dengan uji dan larutan
konsentrasi 2,5% b/v standar fenol
atau 2,5% v/v
2 Dibuat 6 pengenceran Diperoleh hasil
bertingkat larutan pengenceran
sediaan uji dan larutan bertingkat
standar fenol dengan air
suling steril dalam
tabung-tabung reaksi
besar
3 Diisi 36 tabung reaksi Diperoleh
kecil dengan 1 mL NB. susunan tabung
Lalu, disusun tabung- reaksi untuk uji
tabung besar dan kecil koefisien fenol
dalam rak tabung.
kecil berisi NB biasa, beri
tanda a2, b2, c2, d2, e2, f2
sampai a6, b6,
c6, d6, e6 dan f6.
4 Dimasukkan 0,2 Terdapat 0,2 ml
ml suspensi suspensi bakteri
bakteri uji di dalam
menggunakan mikropipet tabung besar

pada
masing-masing
tabung
besar secara
berurut, dengan
rentang waktu
30 detik
5 Dimasukkan masing- Terdapat 1 ose
masing 1 ose larutan dari bakteri
tabung A secara berurut ke pada
tabung al, a2, a3, a4, a5 masing-masing
dan a6 sccara berurut, tabung reaksi
selama 2,5 menit. kecil
Lakukan juga untuk
tabung-tabung
B,C,D,E dan F.
6 Diinkubasikan semua Bakteri telah di
tabung reaksi kecil pada inkubasi dan
suhu 370C selama 18-24 terdapat tabung
jam. Amati kekeruhan reaksi yang
yang terjadi keruh dan
bening seperti
tertera pada Tabel

Tabung larutan Penambahan


Konsetras Kekuatan Fenol yang Aquadest Total yang Total Yang
i Fenol di pipet Steril diperlukan dibuang
A 1/40 5 0 5 0
B 1/50 4 1 5 0
C 1/60 4 2 5 1
D 1/70 4 3 5 2
E 1/80 4 4 5 3
F 1/90 4 5 5 4
Hasil inkubasi fenol
Waktu 2,5 5 7,5 10 12,5 15
Konsentrasi
A - - - - - -
B - - - - - -
C + + + - - -
D + + + + + +
E + + + + + +
F + + + + + +

Hasil inkubasi sampel ( desifektan )


Waktu 2,5 5 7,5 10 12,5 15
Konsentrasi
A - - - - + -
B - + - - - -
C + + + - - -
D - - - + + +
E - - - + + +
F - - - - - -

Koefisien fenol =
( Koefisien fenol tercepat :koefisen desifektantercepat)+ KOefisien fenol terlama+ koefisiendesifekta

2
1 1 1 1
( :
= 50 90 90 80 )
+( : )

2
= 1,35

6. Pembahasan
Praktikum kali ini bertujuan untuk menentukan daya hambat suatu
sediaan yang berpotensi sebagai antiseptik atau desinfektan, dengan
membandingkannya terhadap standar fenol ( koefisien fenol ). dengan
membandingkannya terhadap standar fenol atau disebut juga koefisien
fenol.Uji koefisien fenol merupakan uji yang digunakan untuk
membandingkan aktifitas antimicrobial suatu senyawa kimia dibandingkan
dengan fenol pada kondisi yang standar. Sejumlah pengenceran seri dari
bahan kimia yang akan di uji dilakukan dengan pembanding fenol murni
yang dilakukan pada tabung reaksi steril .
Namun dalam praktikum ini yang dilakukan praktikan adalah
menguji kekuatan fenol sebagai baku pembanding desinfektan lain
terhadap strain bakteri yang sama, yaitu Escherichia coli. Konsentrasi
larutan fenol yang digunakan untuk pengujian adalah sebesar 2,5% karena
pada konsentrasi 2,5% fenol sudah tergolong efektif mendenaturasi protein
dan merusak membran sel bakteri serta aktif pada pH asam. Persyaratan
koefesien fenol adalah jika didapat nilai koefesien fenol antara 0,05
sampai 1, maka zat kimia uji adalah antiseptik atau desinfektan yang
kurang efektif, sedangkan jika nilai yang diperoleh lebih besar dari 1,
maka zat kimia uji adalah antiseptik atau desinfektan yang efektif
Menurut Ganiswarna 1995 , Fenol adalah zat pembaku daya
antiseptik obat lain sehingga daya antiseptik dinyatakan dalam koefesien
fenol. Mekanisme kerja fenol sebagai desinfektan berada dalam kadar
0,01% - 1% di mana fenol bersifat bakteriostatik. Larutan fenol dengan
kadar1,6% bersifat bakteorisid yang dapat mengadakan koagulasi protein.
Ikatan protein dengan fenol mudah lepas sehingga fenol dapat berpenetrasi
ke dalam kulit utuh. Larutan fenol dengan kadar 1,3% bersifat fungisid
yang berguna untuk sterilisasi ekskreta dan alat kedokteran. Mekanisme
kerja dari fenol adalah interaksi antara senyawa fenol dengan sel bakteri
melalui proses adsorpsi yang melibatkan ikatan hidrogen. Pada kadar
rendah, fenol akan terbentuk kompleks protein fenol dengan ikatan yang
lemah dan segera mengalami peruraian, diikuti penetrasi fenol ke dalam
sel bakteri dan menyebabkan presipitasi serta denaturasi protein. Pada
kadar tinggi, fenol akan menyebabkan koagulasi protein sel bakteri dan
membran sitoplasma mengalami lisis.
Praktikum ini dilakukan dengan teknik aseptis, yaitu suatu sistem
cara bekerja yang menjaga sterilitas ketika menangani pengkulturan
mikroorganisme untuk mencegah kontaminasi terhdap kultur
mikroorganisme yang diinginkan. Dasar digunakannya teknik aseptis
adalah karena adanya banyak partikel debu yang mengandung
mikroorganisme, berupa bakteri atau spora, yang mungkin dapat masuk ke
dalam tabung reaksi atau mengendap di meja kerja. Pertumbuhan
mikroorganisme yang tidak diinginkan ini dapat mempengaruhi atau
mengganggu hasil praktikum. Meja kerja seharusnya jauh dari sesuatu
yang dapat menciptakan aliran udara, seperti jendelan yang terbuka atau
pintu yang selalu dibuka dan ditutup, serta jauh dari lalu lintas orang .
Seharusnya pada awal praktikum meja kerja disemprot terlebih
dahulu dengan menggunakan alkohol 70% untuk mensterilkannya ,
Namun hal tersebut tidak dilakukan pada saat praktikum karena telah
dilakukan sebelumnya . Alkohol 70% merupakan cairan yang mengandung
70% etil alkohol (CH3CH2OH) dan 30% air. Etil alkohol (etanol)
membunuh bakteri melalui 2 cara, yakni denaturasi protein dan pelarutan
membran lemak. Protein merupakan salah satu penyusun dari sel bakteri.
Alkohol yang digunakan adalah alkohol dengan konsentrasi 70% karena
pada alkohol konsentrasi sangat tinggi hanya akan mampu mendenaturasi
protein di luar sel bakteri, tidak mampu menembus membran sel bakteri
dan mendenaturasi protein di dalam sel bakteri yang sebenarnya
merupakan target utamanya. Antiseptik yang ideal adalah antiseptik yang
dapat menghambat pertumbuhan dan merusak sel-sel bakteri, spora bakteri
jamur, virus dan protozoa, tanpa merusak jaringan tubuh. Antiseptik dapat
merusak sel dengan cara koagulasi atau denaturasi protein protoplasma sel,
atau menyebabkan sel mengalami lisis, yaitu dengan mengubah struktur
membran sel sehingga menyebabkan kebocoran isi sel.
Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini telah disterilisasi
dengan autoklaf yang berfungsi untuk menjaga kebersihan alat yang
digunakan dan melindungi alat-alat tersebut dari kontaminan. Autoklaf
adalah adalah alat yang digunakan untuk sterilisasi media mikrobiologi,
peralatan gelas laboratorium dan dekontaminasi atau membunuh bakteri
dengan menggunakan uapbersuhu dan bertekanan tinggi 121oC selama
kurang lebih 15 menit. Perhitungan waktu sterilisasi autoklaf dimulai
ketika suhu di dalam autoklaf mencapai 121oC. Jika objek yang
disterilisasi cukup tebal atau banyak, transfer panas pada bagian
dalamautoklaf akan melambat, sehingga terjadi perpanjangan waktu
pemanasan total untukmemastikan bahwa semua objek bersuhu 121oC
untuk waktu 10-15 menit. Perpanjangan waktu juga dibutuhkan ketika
cairan dalam volume besar akan diautoklaf karena volume yang besar
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencapai suhu sterilisasi .
Setelah alat disterilisasi, tahap selanjutnya dalah mempersiapkan
alat dan bahan. Alat yang digunakan diantaranya adalah tabung reaksi
besar dan kecil, pipet volume 1 ml dan 5 ml, labu erlenmeyer, dan
pembakar spirtus. Tabung reaksi besar sebanyak enam buah berfungsi
sebagai tempat pengenceran sediaan uji, yaitu larutan fenol 2,5%.
Sementara tabung reaksi kecil sebanyak 36 buah digunakan untuk
menyimpan media, yaitu Nutrient Broth (NB). Media Nutrient Broth yang
disediakan bertujuan untuk memberi tambahan nutrisi pada bakteri yang
dipakai dalam pengujian, yaitu Escherichia coli. Digunakan medium cair
karena tahap terakhir dari praktikum ini adalah melihat kekeruhan atau
kejernihan dari medium, yang menandakan ada atau tidaknya pertumbuhan
bakteri yang terjadi .
Labu erlenmeyer digunakan pada praktikum ini untuk
menempatkan aquadest steril. Pada labu erlenmeyer, ujung Erlenmeyer
disumbat dengan menggunakan kapas yang dibalut dengan kassa yang
berfungsi untuk melindungi masuknya kontaminan kedalam labu
erlenmeyer tersebut (Safitri, 2013). Untuk mengambil sediaan uji dan
aquadest steril, digunakan pipet volume. Pipet volume digunakan karena
memiliki skala yang berkisar dari 1 ml hingga 10 ml. Pada pipet volume,
ujung pipet volum disumbat dengan menggunakan kapas. Kapas yang
disumbat pada pipet volume berfungsi untuk menyumbat alat yang akan
disterilisasi atau pun alat yang sudah disterilisasi agar terhindar dari
kontaminasi dari mulut atau lingkungan sekitar .
Langkah pertama yang dilakukan dalam praktikum ini adalah
melakukan pengenceran larutan standar fenol dengan konsentrasi 2,5%
dalam labu ukur menjadi 6 pengenceran seri dalam tabung reaksi besar
dengan menggunakan aquades steril. Yang tersedia di lab adalah larutan
fenol 5 % jadi untuk membuat larutan 2,5% fenol dipipet 50ml larutan
fenol 5% lalu ditambahkan 50 ml aquades steril hingga tanda atas di lau
ukur 100ml . Untuk pengenceran 1/40, dipipet larutan fenol sebanyak 5 ml
dari labu ukur dan dipindahkan kedalam tabung reaksi besar yang berlabel
A. Untuk pengenceran 1/50, dipipet larutan sebanyak 4ml dari labu
Erlenmeyer dan dipindahkan ke dalam tabung reaksi besar yang berlabel
B lalu ditambahkan kedalamnya 1 ml aquades steril , kihomogenkan .
Untuk pengenceran 1/60, dipipet aquadest steril sebanyak 2 ml dari labu
Erlenmeyer dan dipindahkan kedalam tabung reaksi besar yang berlabel
C.Kemudian dipipet larutan fenol sebanyak 4 ml dari labu ukur,
ditambahkan kedalam tabung reaksi besar yang sama,dihomogenkan, dan
dipipet sebanyak 1 ml dari campuran tersebut untuk dibuang. Untuk
pengenceran 1/70, dipipet aquadest steril sebanyak 3 ml dari labu
Erlenmeyer dan dipindahkan kedalam tabung reaksi besar yang berlabel
D.Kemudian dipipet larutan fenol sebanyak 4 ml dari labu ukur,
ditambahkan kedalam tabung reaksi besar yang sama, dihomogenkan, dan
dipipet sebanyak 2 ml dari campuran tersebut untuk dibuang. Untuk
pengenceran 1/80, dipipet aquadest steril sebanyak 4 ml dari labu
Erlenmeyer dan dipindahkan kedalam tabung reaksi besar yang berlabel
E. Kemudian dipipet larutan fenol sebanyak 4 ml dari labu ukur,
ditambahkan kedalam tabung reaksi besar yang sama, dihomogenkan, dan
dipipet sebanyak 3 ml dari campuran terseb utuntuk dibuang. Dan untuk
pengenceran 1/90, dipipet aquadest steril sebanyak 5 ml dari labu
Erlenmeyer dan dipindahkan kedalam tabung reaksi besar yang berlabel
F. Kemudian dipipet larutan fenol sebanyak 4 ml dari labu ukur,
ditambahkan kedalam tabung reaksi besar yang sama, dihomogenkan, dan
dipipet sebanyak 4 ml dari campuran tersebut untuk dibuang. Pengenceran
ini dimaksudkan untuk mendapatkan larutan fenol uji dalam berbagai
konsentrasi untuk dibandingkan kekuatannya dalam mematikan atau
membunuh bakteri uji, yaitu Escherichia coli.
Kemudian dilakukan penanaman bakteri dengan menggunakan ose
secara aseptis. Setiap melakukan penanaman bakteri, setelahnya selalu
dilakukan pengocokkan agar homogen. Penanaman bakteri dilakukan pada
interval 30 detik antar tabung kecil, dengan urutan tabung A1 hingga F1
dahulu, baru kemudian A2 hingga F2 dan seterusnya. Penanaman bakteri
pada tabung F bersamaan dengan penanaman pada tabung A selanjutnya.
Jadi, tabung F1 bersamaan dengan tabung A2. Karena waktu yang
diperlukan dalam menguji kekuatan fenol adalah 18-24 jam, sedangkan
untuk kekuatan mata untuk melihat dan mengawasi tidak mungkin selama
itu, maka digunakan waktu tertentu dengan metode kontak secara
konvensional, waktu yang paling cepat adalah 2,5 menit, paling lama 15
menit. Sehingga waktu penanaman bakteri dalam NB dari tabung berisi
fenol masing-masing berselang 30 detik hal ini dapat memperlihatkan
perbandingan bahwa waktu kontak yang semakin lama akan
mempengaruhi keefektifan fenol dalam menghambat pertumbuhan
Escherichia coli. Kemudian dilakukan inkubasi selama 24 jam.
Bakteri E.coli dibiakkan terlebih dahulu pada media NA dan
diinkubasi pada suhu 37C selama 24 jam. Inkubasi pada suhu 37C
selama 24 jam, maka terbentuklah kekeruhan yang setara dengan standar
0,5 Mc Farland .
Berdasarkan hasil diperoleh bahwa bahan uji yaitu turunan fenol
yang digunakan sebagai baku pembanding ternyata ditumbuhi oleh
bakteri. Hal ini ditunjukkan dengan tanda plus (+) yang artinya bakteri
dapat hidup dan tumbuh pada bahan uji tersebut ditandai dengan adanya
kekeruhan pada larutan yang diujikan. Pengamatan ini dilakukan setelah
inkubasi selama 24 jam. Adapun pengenceran fenol yang digunakan ialah

1 1 1 1 1 1
, , , , , . Tumbuhnya bakteri pada beberapa tabung
40 50 60 70 80 90
reaksi yang berisi bahan uji dapat disebabkan karena tidak semua variasi
konsentrasi dari desinfektan dapat digunakan untuk pengendalian
mikroorganisme secara umum. Beberapa jenis desinfektan ada yang hanya
efektif pada lapisan luar saja, ada yang memiliki daya kerja yang luas
terhadap mikroorganisme dan ada pula yang hanya bisa mengatasi
sejumlah kecil mikroorganisme. Bakteri dalam bentuk spora lebih tahan
terhadap desinfektan. Hal ini disebabkan karena dinding spora bersifat
impermeabel dan asam ribonukleat di dalam protoplasma memiliki
ketahanan yang tinggi terhadap pengaruh buruk dari desinfektan .
Bahan uji yang digunakan yaitu senyawa fenol merupakan
senyawa yang bersifat bakterisid. namun tidak semua mikroorganisme
sama rentannya terhadap sifat menghambat atau mematikan suatu zat
kimia tertentu. Spora bersifat lebih resisten daripada sel-sel vegetatif.
Bakteri gram positif dan gram negatif memiliki kerentanan yang berbeda.
Escherichia coli (gram negatif) jauh lebih resisten terhadap disinfektan
dari pada Staphylococcus aureus (gram positif). Sehingga harus dipilih zat
yang efektif dapat membasmi mikroorganisme tersebut.
Dalam hasil praktikum kali ini didapatkan bahwa pada tabung A1-
A6, B1-B6, dan C4-C6 terlihat fenol mampu membunuh suspense bakteri
E.coli. sedangkan pada sisa tabung lainnya terlihat Nampak keruh hal ini
diduga bahwa pada konsentrasi tersebut fenol sudah tidak mampu
membunuh bakteri lagi. Larutan bening pada tabung C4-C6 membuktikan
bahwa pada konsentrasi 1/60 fenol mampu membunuh bakteri dengan
waktu kontak selama 10-15 menit. Dapat disimpulkan bahwa semakin
kecil konsentrasi dari fenol maka semakin lama waktu kontak yang
dibutuhkan untuk membunuh bakteri. Sedangkan pada konsentrasi 1/40
1/50 fenol sudah mampu membunuh bakteri dengan waktu kontak pada
detik ke 150.
Jika dibandingkan dengan kelompok lain yang menggunakan wipol
sebagai bahan aktifnya diperoleh hasil berupa wipol mampu membunuh
bakteri pada konsentrasi 1/40 dan 1/50 dari waktu kontak pada detik ke
150. Akan tetapi didapatkan penyimpangan pada konsentrasi 1/40 di menit
12,5 terlihat larutan keruh adapun hal ini bisa saja karena pada saat di
masukkannya larutan uji atau suspense bakteri dilakukannya tidak aseptis
sehingga terjadi kontaminasi pada larutan uji dan memungkinkan hasil
yang tidak diinginkan. Selanjutnya terdapat penyimpangan hasil juga pada
konsentrasi 1/50 di menit ke 5 adapun alasan yang memungkinkan hal ini
terjadi adalah sama dengan penyimpangan hasil yang terjadi pada
konsentrasi 11/40 di menit 12,5. Terlihat juga pada tabung C4-C6, D1-D3,
E1-E3 dan F1-F6 larutan memberikan hasil bening hal ini berarti wipol
mampu membunuh bakteri hingga konsentrasi 1/90 hingga menit 2,5
sekalipun.
Mungkin seharusnya hasil dari kelompok wipol ini, wipol mampu
membunuh seluruh bakteri dalam seluru variasi konsentrasi dan waktu
kontak akan tetapi terdapat beberapa tabung yang memberikan hasil positif
dalam kata lain larutan uji mengeruh. Adapun alasan yang memungkinkan
hal ini terjadi adalah pada saat pengerjaan, praktikan melakukannya
kurang secara aseptis sehingga terjadi kontaminasi pada larutan uji.
Dilihat dan dibandingkan hasil dari fenol dan wipol terlihat dalam
praktikum kali ini wipol lebih mampu membunuh bakteri E.coli dalam
semua variasi konsentrasi dan waktu kontak dibandingkan dengan fenol.
Factor factor penyebaabnya antara lain bisa dari praktikan pada saat
pengerjaan larutan uji atau dari bahan uji dalam hal ini fenol itu sendiri.
Bisa saja fenol yang sudah disimpan dalam waktu yang lama
memungkinkan menurunnya potensi dari fenol itu sendiri sehingga pada
hasil praktikum kali ini terlihat bahwa wipol lebih mampu membunuh
bakteri dibanding fenol.

7. Kesimpulan
Dapat menentukan daya hambat suatu sediaan yang berpotensi
sebagai antiseptik atau desinfektan, dengan membandingkannya terhadap
standar fenol (koefisien fenol), sehingga bisa dihasilkan sesuai rumus
perhitungan dan prosedur yang ada (bisa dilihat di data pengamatan).
DAFTAR PUSTAKA
Collier, L. (1998). Microbiology and Microbial Infections. New York: Oxford
University Press Inc.
Jawetz, Melnick dan Adelberg. 1995. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Kimbal, John. (2004). Bacteria. Tersedia online di
http://users.rcn.com/jkimbal.ma.ultranet/BiologyPayes/E/Esch.coli.html.
(Diakses pada tanggal 7 Desember 2017).
Levinson, W. (2008). Review of Medical Microbiology. Amerika: The McGraw-
Hill Companies.
Melnick, J & Aldelberg.(1996). Mikrobiologi Kedokteran .Jakarta :
BukuKedokteran EGC.
Pankey, G.A. (2014). Clinical Relevance of Bacteriostatic Versus Bactericidal
Mechanisms of Action in the Treatment of Gram-Positive Bacterial
Infections. Oxford Journals Clinical Infectious Diseases. Vol.38,
No.6:864-870.
Rismana, Eriawan M.S. (2002). Bahan Disinfeksi. http://www.pikiran-
rakyat.com (Diakses pada tanggal 1 Mei 2015).
Vibriyani, J. (2014). Studi aktivitas antimikrobial asap cair tempurung kelapa
terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus secara in vitro.
Setiawan, D. 2013. Perbandingan Efektifitas Desinfektan
Kaporit,HidrogenPeroksida, dan Pereaksi Fenton (H2o2/Fe2+). Cakra
Kimia (Indonesian E- Journal of Applied Chemistry). Vol. 1, No. 2: 17-24.

Lampiran

Tabung Reaksi B

Tabung Reaksi A
Tabung Reaksi C

Tabung Reaksi D

Tabung Reaksi E

Tabung Reaksi F

Kontrol Positif dan Negatif

Anda mungkin juga menyukai