Anda di halaman 1dari 21

PARAMETER YANG

MEMPENGARUHI LANGSUNG
PENYERAPAN OBAT

1
Untuk dapat diserap atau melintasi
membran biologik, zat aktif harus terlarut
lebih dulu di dalam cairan di sekitar
membran.

Laju penyerapan zat aktif merupakan fungsi


dari laju pelarutan dan kelarutan zat aktif
dalam cairan biologi.

Semua faktor yang mempengaruhi laju


pelarutan akan mempengaruhi laju
penyerapan.

2
1. Penyerapan (Absorpsi), Laju Pelarutan (Disolusi)
dan laju Difusi Zat Aktif dalam Cairan Biologi

Persamaan laju pelarutan:

 PERSAMAAN NOYES DAN WHITNEY

dC
 KA(Cs  C )
dt
KETERANGAN :
dC/dt = laju pelarutan
A = luas kontak permukaan senyawa yang tak terlarut
Cs = konsentrasi zat aktif dalam pelarut di sekitar zat aktif
yang relatif sama dengan konsentrasi jenuh atau kelarutan
zat aktif dalam cairan yang merendamnya
C =jumlah zat aktif yang larut dalam waktu t dalam pelarut
yang tersedia
K = tetapan laju pelarutan 3
 PERSAMAAN NERNST DAN BRUNER

dW D. A
 (Cs  C )
dt h
dW/dt = laju pelarutan
W = berat zat aktif yang terlarut
A = luas permukaan senyawa yang belum terlarut
D = koefisien difusi zat aktif yang terlarut dalam pelarut (nilainya
tergantung pada suhu dan pengadukan)
C = jumlah zat aktif terlarut dalam waktu t dan dalam volume total
pelarut
Cs = konsentrasi jenuh zat aktif
h = tebal lapisan pelarut
4
1.1 Pengaruh Ukuran Partikel
Pengurangan ukuran partikel -> meningkatkan luas
permukaan kontak zat aktif dengan pelarut ->
meningkatkan kelarutan.

Keuntungan lain -> dapat mencegah penumpukan zat


aktif yang tidak terlarut.

Tapi harus diperhatikan, bahwa untuk


meningkatkan penyerapan, maka
pengurangan diameter partikel zat aktif tidak
selalu harus dilakukan . Jadi harus diteliti
lebih dulu masalah yang dihadapi. 5
a. Pengurangan ukuran partikel untuk
meningkatkan laju penyerapan zat aktif yang
sukar larut.

Umumnya untuk meningkatkan laju pelarutan


dipilih ukuran partikel yang optimal.
Jika ukuran partikel terlalu kecil, dapat
mengakibatkan terjadi kesulitan pembasahan
atau reaglomerasi partikel yang disebabkan
muatan partikel yang terjadi selama
penggerusan.
Contoh:
kloramfenikol (ukuran optimal 800-200 µm
-> kadar lebih cepat dan lebih tinggi.
6
b.Penggunaan ukuran partikel yang lebih besar
untuk memperlambat penyerapan

- obat-obat dengan pelepasan diperlambat


(suspensi kristal hormon alami seperti estradiol,
progesteron dan hormon sintetik seperti
desoksikortikosteron, dll)
- kristal nitrofurantoin -> ukuran 150 µm
penembusan ke ginjal lebih tinggi, teratur dan
lebih lama drpd ukuran 10 µm
- obat cacing (fenotisina) -> ukuran besar dapat
mencapai usus besar, ukuran kecil -> larut dan
diserap di usus halus.
7
c. Bila laju penyerapan zat aktif tidak dipengaruhi
oleh laju pelarutan, maka pengecilan ukuran
partikel tidak berpengaruh pada laju penyerapan

Banyak basa lemah yang terdisosiasi dengan cepat


dalam lambung tetapi penyerapannya terutama
terjadi di saluran usus halus. Jadi waktu
pengosongan lambung lebih berperan dalam
penyerapan obat dibandingkan laju pelarutan
(misal tetrasiklin)

8
d. Peningkatan luas permukaan spesifik zat aktif
dapat meningkatkan kereaktifan obat

- Pengecilan ukuran partikel dapat mempercepat


peruraian dan akibatnya terjadi pengurangan
jumlah zat aktif yang diserap (contoh penisilin
dan eritromisin)
- Sifat serbuk yang halus dapat berubah sebagian
atau bahkan seluruhnya dibanding ukuran
makronizenya, misal pada sifat organoleptiknya
atau juga pada efek sampingnya.
Contoh: kloramfenikol (perubahan warna dan
mempertajam rasa pahit) dan aspirin (ukuran
200-400 µm -> sebabkan ulserogenik pd tikus ) 9
1.2 Pengaruh Kelarutan Zat Aktif

Peningkatan kelarutan dapat dilakukan dengan


beberapa cara:
 Kimia : garam, ester, kompleks dll

 Fisik : kristal, amorf, polimorfisa, solvat dan

hidrat
 Farmasetik : penambahan eksipien (bahan

pelarut, pembentuk kompleks)

10
1.2.1 Cara Kimia
 Garam
Pembentukan garam dari zat aktif
dimaksudkan untuk mengubah suatu
senyawa asam atau basa yang sukar larut
dalam air menjadi bentuk garam yang
mudah larut.

Tetapi harus diperhatikan bahwa kinetika


penyerapan tidak selalu sejalan seiring
dengan kinetika kelarutan.
Contoh : kinina lebih baik diserap dlm
bentuk kloralhidrat drpd garam sulfat
11
 Pembentukan Ester
Dimaksudkan untuk :
1. Menghindari peruraian zat aktif di lambung,
misalnya ester dari asam lemak dan eritromisin
atau leukomisin -> bentuk ester tidak larut
dalam lambung, zat aktif dilepaskan di usus
2. Menghambat atau memperpanjang aksi
beberapa zat aktif. Esterifikasi hormon steroid
dengan tujuan memperpanjang aksinya.
3. Menutupi rasa tidak enak, misalnya pada
kloramfenikol. Dalam bentuk bebas
kloramfenikol sangat pahit, sedangkan bentuk
ester tidak berasa.

12
1.2.2 Cara Fisik
 Kristal dan Amorf

Senyawa amorf lebih larut dari bentuk


kristalnya sekaligus lebih tidak stabil.
-> butuh byk energi utk menyusun molekul
dalam susunan kristal dibandingkan amorf
yg tidak teratur

Misal : novobiosin yang hanya aktif dalam


bentuk amorf dan dalam keadaan amorf
kelarutannya 10 kali lebih besar dibanding
bentuk kristal 13
 Polimorfisa
Pada semua suhu, hanya ada satu bentuk
yang stabil sedangkan lainnya merupakan
bentuk yang tidak stabil atau yang disebut
metastabil.
Bentuk metastabil adalah bentuk yang
paling mudah larut dalam air dan
mempunyai laju pelarutan dan reaksi
kimia yang lebih besar dari polimorf stabil
Cth: kloramfenikol palmitat (polimorf bentuk
B dan bentuk amorf -> larut air &
dihidrolisa enzim usus)
14
 Solvat dan Hidrat
Selama kristalisasi, molekul air dan molekul
pelarut dapat berikatan yang cukup kuat
dengan zat aktif dan menghasilkan solvat,
bila pelarutnya air maka terbentuk hidrat.
Sifat fisik senyawa anhidrat menunjukkan
pelarutan dalam air yang lebih cepat
dibandingkan bentuk hidratnya.
Misal pada kloral, kafein, penisilin,
glutetimida, ampisilin

15
1.2.3 Cara Farmasetik
 Eutektik
Suatu eutektik adalah campuran padat dua
senyawa yang umumnya mempunyai suhu lebur
di bawah suhu lebur masing-masing senyawa.

Bila eutektik dimasukkan dalam air atau kontak


dengan cairan tubuh maka matriks akan segera
terlarut dan melepaskan zat aktif dalam keadaan
molekuler yang selanjutnya akan meningkatkan
laju pelarutan dan akhirnya meningkatkan laju
penyerapan

16
Kompleks
Kompleks merupakan kombinasi
antara dua atau lebih ion atau
molekul obat yang tidak terikat
dengan ikatan kovalen atau ionik,
tetapi terikat dengan ikatan
intermolekuler, ikatan hidrogen,
ikatan van der walls dll.
Cth: kompleks Fe-asam sitrat dan
asam etilen-diamina-tetrasetat
17
Pada umumnya bentuk kompleks tidak
dapat melintasi membran sehingga
tidak mempunyai aktivitas biologik.

Zat aktif bebas berada dalam


kesetimbangan dengan bentuk
kompleksnya

18
 Tetapan dielektrik
Pada nilai tetapan dielektrik tertentu, suatu
senyawa akan berada dalam kelarutan
yang optimum. Dengan demikian zat
aktif dapat dilarutkan dalam pembawa
atau campuran dua pelarut yang dapat
bercampur secara fisiologik dan
mempunyai tetapan dielektrik yang
cocok.
Contoh : gliserin , propilenglikol dll

19
 Bahan penglarut miseler
Surfaktan mempunyai rantai lipofil dan
hidrofil
Bila konsentrasi surfaktan yang larut
dalam air mencapai CMC ->
terbentuk misel -> meningkatkan
kelarutan zat yg sukar larut dlm air

20
Penyalutan dengan senyawa hidrofil
Penyalutan ini dapat mempercepat
proses pembasahan dan proses
pelarutan, misal penyemprotan
partikel zat aktif dengan gom arab.

21

Anda mungkin juga menyukai