Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

UJI KOEFISIEN FENOL

Disusun oleh :
Kelompok 9
- MUHAMMAD ARNAS FADILLAH (105131106220)
- RIZKITHA ZAHRA PUSPITA (105131105920)
- PUTRIANA TASYA (105131105820)
- RISKA RESTIWI (105131107120)
- NURMIATI (105131107020)

Staphylococcus aure
s
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini
berjudul “ Uji Koefisien Fenol” Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok pada
mata kuliah Mikrobiologi Terapan.

Kami menyadari di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta
banyak kekurangannya baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal yang lain. Kepeda dosen
serta teman-teman sekalian, untuk itu besar harapan kami jika ada kritik maupun saran dari
dosen maupun teman-teman sekalian yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-
makalah kami.

Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini adalah mudah-mudahan apa
yang kami susun memberikan manfaat baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yang
membecanya.

Makassar, 13 Januari 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

BAB I

1.1 Latar Belakang..................................................................................


1.2 Rumusan Masalah............................................................................
1.3 Tujuan Masalah...............................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Koefisien Fenol............................................................


B. Pengertian Fenol.............................................................................
C. Bakteri Uji Koefisien Fenol...........................................................
D. Fungsi Fenol....................................................................................
E. Uji Koefisien Fenol.........................................................................
F. Tujuan Uji Koefisien Fenol .........................................................
G. Prinsip Kerja Koefisien Fenol.......................................................
H. Prosedur Kerja Koefisien Fenol....................................................

BAB III

KESIMPULAN..............................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 latar Belakang

Pengawasan terhadap mikroorganisme penyebab penyakit telah menjadi pemikiran para ahli
semenjak penyakit-penyakit mulai dikenal. Berbagai macam substansi telah dicoba untuk
memilih yang paling tepat guna menghilangkan pencemaran oleh jasad renik terhadap benda-
benda baik hidup ataupun mati. Bahan anti mikroba yang ditemukan memiliki keefektifan yang
bermacam-macam, dan pengunaannya pun ditujukan terhadap hal-hal yang berbeda-beda pula.
Salah satu jenis anti mikroba dikenal sebagai disinfektan, merupakan suatu zat (biasanya kimia)
yang dipakai untuk maksud disinfeksi pada bahan-bahan tidak bernyawa. Fenol adalah salah satu
contoh disinfektan yang efektif dalam membunuh kuman.Pada konsentrasi rendah, daya
bunuhnya disebabkan karena fenol mempresipitasikan protein secara aktif, dan selain itu juga
merusak membran sel dengan menurunkan tegangan permukaannya. Dengan persetujuan para
ahli dan peneliti, fenol dijadikan standar pembanding untuk menentukan aktivitas sesuatu
disinfektan. Zat-zat antimikroba yang dipergunakan untuk disinfeksi harus diuji keefektifannua.
Cara menentukan daya sterilisasi zat-zat tersebut adalah dengan melakukan tes koefisien fenol.
Uji ini dilakukan untuk membandingkan aktivitas suatu produk (desinfektan) dengan daya bunuh
fenol dalam kondisi tes yang sama. Berbagai pengenceran fenol dan produk yang dicoba
dicampur dengan suatu volume tertentu biakan Salmonella thyphosa atau Staphylococcus aureus.
Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak berwarna yang memiliki bau khas.
Rumus kimianya adalah C6H5OH dan strukturnya memiliki gugus hidroksil (-OH) yang
berikatan dengan cincin fenil.
Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol memiliki sifat yang
cenderung asam, artinya ia dapat melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion
tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O− yang dapat dilarutkan dalam air. Dibandingkan
dengan alkohol alifatik lainnya, fenol bersifat lebih asam. Hal ini dibuktikan dengan mereaksikan
fenol dengan NaOH, di mana fenol dapat melepaskan H+. Pada keadaan yang sama, alkohol
alifatik lainnya tidak dapat bereaksi seperti itu. Pelepasan ini diakibatkan pelengkapan orbital
antara satu-satunya pasangan oksigen dan sistem aromatik, yang mendelokalisasi beban negatif
melalui cincin tersebut dan menstabilkan anionnya.

1.2 Rumusan Masalah

Makalah ini disusun dengan beberapa rumusan masalah:

 Apa yang dimaksud dengan Koefisien Fenol?


 Apa yang dimaksud dengan fenol
 Bakteri apa yang digunakan uji koefisien fenol?
 Bagaimana prosedur kerja uji koefisien fenol
 Apa saja metode-metode yang dapat digunakan untuk melakukan uji koefisien fenol
1.3 Tujuan Masalah

Bersumber pada rumusan permasalahan yang disusun oleh penulis di atas, hingga tujuan dalam
penyusunan makalah ini merupakan bagian berikut :

 Untuk mengenal apa itu uji koefisien fenol


 Untuk mengenal mikroorganisme uji dan media apa saja yang digunakan dalam
pengujian koefisien fenol

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Koefisien Fenol

Koefisien fenol adalah perbandingan ukuran keampuhan suatu bahan antimicrobial


dibandingkan dengan fenol. Fenol dijadikan pembanding karena fenol sering digunakan untuk
memtikan mikroorganisme. Koefisien fenol yang kurang dari 1 menunjukkan bahwa bahan
antimikrobial tersebut kurang efektif dibandingkan fenol. Sebaliknya, apabila koefisien fenol
lebih dari 1 artinya bahan mikrobial tersebut lebih ampuh daripada fenol.

Koefisien fenol ditentukan dengan cara membagi pengenceran tertinghi dari fenol yang
mematikan mikroorganisme dalam sepuluh menit tetapi tidak mematikannya dalam lima menit
terhadap pengenceran tertinggi bahan antimikrobial yang mematikan mikroorganisme dalam
sepuluh menit tetapi tidak dalam lima menit.

Metode ini kali diperkenalkan oleh Rideal dan Walker pada tahun 1903 dan dinobatkan sebagai
standar uji untuk desinfektan oleh Royal Sanitary Institute pada 1906.Sejak saat itu, metode ini
telah mengalami beberapa perubahan dan modifikasi.peneliti-peniliti telah menggunakan metode
ini untuk menguji desinfektan-desinfektan.

B. Pengertian Fenol

Fenol adalah salah satu contoh disinfektan yang efektif dalam membunuh kuman. Pada
konsentrasi rendah, daya bunuhnya disebabkan karena fenol mempresipitasikan protein secara
aktif, dan selain itu juga merusak membran sel dengan menurunkan tegangan permukaannya.
Dengan persetujuan para ahli dan peneliti, fenol dijadikan standar pembanding untuk
menentukan aktivitas sesuatu disinfektan. Fenol koefisien diperoleh dengan membagi
pengenceran tertinggi dari desinfektan atau senyawa kimia uji yang mematikan
mikroorganisme dalam 10 menit tetapi tidak pada 5 menit dengan pengenceran fenol tertinggi
yang membunuh mikroorganisme dalam 10 menit bukan pada 5 menit. Fenol koefisien yang
angkanya tidak lebih dari satu menunjukkan bahwa agen atau senyawa kimia uji tersebut sama
efektifnya atau sedikit efektif dibandingkan fenol. Koefisien fenol lebih besar dari 1
menunjukkan bahwa senyawa kimia tersebut lebih efektif dibandingkan dengan fenol jika
dilakukan pada kondisi yang sama. fenol koefisiennya 5 menunjukkan bahwa senyawa uji
efektifitasnya 5 kali lebih besar dibandingkan fenol.

Fenol merupakan zat pembaku daya antiseptik obat lain sehingga daya antiseptik dinyatakan
dengn koefisien fenel. Koefisien fenol merupakan sebuah nilai aktifitas germisidal suatu
antiseptik dibandingkan dengan efektifitas germisidal fenol. aktifitas germisidal adalah
kemampuan suatu senyawa antiseptik untuk membunuh mikroorganisme dalam jangka waktu
tertentu. Fenol merupakan salah satu germisidal kuat yang telah digunakan dalam jangka waktu
panjang. Efektifitas senyawa antiseptik sangat dipengaruhi oleh konsentrasi dan lama
paparannya. semakin tinggi konsentrasi dan semakin lama paparan akan meningkatkan.
efektifitas senyawa antiseptik. Koefisien fenol yang kurang dari 1 menunjukkan bahwa bahan
entimikrobial tersebut kurang efektif dibanding dengan fenol. Dan sebaliknya jika koeisien
fenol lebih dari 1 maka bahan mikrobial tersebut lebih efektif jika dibandingkan dengan fenol.

C. Bakteri Uji Koefisien Fenol

1. Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus (S. aureus) adalah bakteri gram positif yang menghasilkan pigmen
kuning, bersifat anaerob fakultatif, tidak menghasilkan spora dan tidak motil, umumnya
tumbuh berpasangan maupun berkelompok, dengan diameter sekitar 0,8-1,0 µm.
Staphylococcus aureus merupakan selberbentuk bola dengan garis tengah sekitar 1 mm dan
tersusun dalam kelompok-kelompok tak beraturan. Pada biakan cair tampak juga kokus
tunggal, berpasangan, berbentuk tetrad dan berbentuk rantai. Kokus muda bersifat gram positif
kuat, sedangkanpada biakan yang lebih tua, banyak sel menjadi gram negatif. Staphylococcus
aureus tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Oleh pengaruh obat ,obat seperti penisilin,
Staphylococcusaureus dilisiskan (Jawetz, dkk 2005).Pada umumnya Staphylococcus dapat
tumbuh pada medium-medium yang biasa dipakai dilaboratorium bakteriologi, misalnya
sebagai berikut : 1. Nutrient Agar Plate.Medium tersebut penting untuk mengetahui adanya
pembentukan pigmen dan Staphylococcus aureus akan membentuk pigmen

berwarna kuning emas. Koloni yang tumbuh berbentuk bulat, berdiameter 1-2 mm, konveks
dengan tepi rata, permukaan mengkilat dan konsistensi lunak. 2. Media agar darah.Untuk
pertumbuhan optimum bakteri. Staphylococcus aureus memiliki klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Bacteria
Phylum : Firmicutes
Class : Bacili
Ordo : Cocacceae
Family : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
Species : Staphylococcus aureus (G.M. Garrity et al. 2007).

2. Salmonella Thyposa

Salmonella typhi (S. typhi) adalah salah satu bakteri Gram Negatif yang menyebabkan
demam tifoid. Demam tifoid sangat endemik di Indonesia. Hal ini terjadi terus menerus
di seluruh daerah dengan angka morbitas 157/100.000 penduduk di daerah semi
perkotaan. Dalam makalah ini akan membahas tentang S. typhi dan
DemamThypoid,biologi molekular,patogenisitas,diagnosa dan pengobatan. Salmonella
typhi (S. typhi) merupakan kuman patogen penyebab demam tifoid,yaitu suatu penyakit
infeksi sistemik dengan gambaran demam yang berlangsunglama, adanya bakteremia
disertai inflamasiyang dapat merusak usus danorgan-organ hati 12 3 4 Demam tifoid
merupakan penyekit menular yang tersebar di seluruhdunia, dan sampai sekarang masih
menjadi masalah kesehatan terbesar dinegarase dan berkembang dan tropis sepertiAsia
Tenggara, Afrika dan Amerika Latin 5'6'7. Insiden penyakit ini masih sangat tinggi dan
diperkirakan sejumlah 21juta kasus dengan lebihdari 700 kasus berakhirdengan kematian.
Adapun taksonomi dari Salmonella typhi adalah sebagai berikut :
Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Ordo : Gamma Proteobacteria
Class : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Salmonella
Spesies : Salmonella enteric
Subspesies : enteric I
Serotipe : typhi (Jawetz et al, 2010).

3. Pseudomonas Aeruginosa
Pseudomonas aeruginosa adalah bakteri gram negatif aerob obligat, berkapsul, mempunyai
flagella polar sehingga bakteri ini bersifat motil, berukuran sekitar 0,5-1,0 µm.Bakteri ini
tidak menghasilkan spora dan tidak dapat menfermentasikan karbohidrat.Pada uji biokimia,
bakteri ini menghasilkan dampak positif pada uji indol, Merah Metil, dan Voges-
Proskauer.Bakteri ini secara luas dapat ditemukan di alam, contohnya di tanah, air, tanaman,
dan hewan. P. aeruginosa adalah patogen oportunistik.Bakteri ini merupakan penyebab
utama infeksi pneumonia nosokomial.Ketika bakteri ini ditumbuhkan pada media yang
sesuai, bakteri ini akan menghasilkan pigmen nonfluoresen berwarna kebiruan, piosianin.[4]
Beberapa strain Pseudomonas juga mampu menghasilkan pigmen fluoresen berwarna hijau,
yaitu pioverdin.bakteri ini juga sering digunakan untuk mendegradasi zat - zat
pestisida.Pseudomonas aeruginosa Kata Pseudomonas berarti ‘unit palsu’ dari bahasa
Yunani “Pseudo” yang berarti palsu dan “monas” yang berarti unit tunggal. Kata ‘mon’
awalnya digunakan dalam sejarah mikrobiologi yang mengacu pada bakteri atau
germisida,kingdom monera, spesies aeruginosa berasal dari awalan bahasa Yunani “ae”
yang berarti “tua” dan akhiran “ruginosa” berarti mengerut atau tidak rata. Suatu pigmen
bakteri hijau-kebiruan seringkali seperti “tembaga berkarat” jika dilihat pada kultur-kultur
laboratorium dari P. aeruginosa (anonim, 2008). Klasifikasi Pseudomonas aeruginosa
memiliki klasifikasi sebagai berikut:
Divisi : Protophyta
Class : Schizomycete
Ordo : Pseudomonadales
Sub Ordo : Pseudomonadinae
Familia : Pseudomonadaceae
Genus : Pseudomonas
Species : Pseudomonas aeruginosa (Holti et al., 1994).

D. Fungsi Fenol
Fenol berfungsi dalam pembuatan obat-obatan bagian dari produksi aspirin pembasmi
rumput liar dan lainnya. Fenol yang terkonsentrasi dapat mengakibatkan pembakaran
kimiawi pada kulit yang terbuka. Penyuntikan fenol juga pernah digunakan pada
eksekusi mati. Penyuntikan ini sering digunakan pada masa Nazi Perang 2unia II.
peyuntikan fenol diberikan pada ribuan orang dikemah-kemah terutama di Auschwit -
Birkenau. Penyuntikan ini dilakukan oleh dokter secara penyuntikan kevena
(intravena) di lengan dan jantung.Penyuntikan ke jantung dapat mengakibatkan
kematian langsung.(Aditya,2009).

E. Uji Koefisien Fenol

Zat-zat antimikroba yang dipergunakan untuk disinfeksi harus diuji keefektifannya. Cara
menentukan daya sterilisasi zat-zat tersebut adalah dengan melakukan tes koefisien fenol. Uji
ini dilakukan untuk membandingkan aktivitas suatu produk (desinfektan) dengan daya bunuh
fenol dalam kondisi tes yang sama. Berbagai pengenceran fenol dan produk yang dicoba
dicampur dengan suatu volume tertentu biakan Salmonella thyphosa atau Staphylococcus
aureus.

1. Uji pigmen

Pigmen adalah zat pemberi warna yang lazim digunakan dalam industri farmasi, kosmetik,dan
makanan. Produksi pigmen bakteri berpotensi untk berbagai aplikasi terutama pada industri
pangan. Pada bakteri pseudomonas aeruginosa sering menghasilkan pigmen piosianin, pigmen
kebiru-biruan yang tidak berfluoresensi, yang berdifusi kedalam agar. Spesies Pseudomonas
yang lain tidak menghasilkan piosianin . Banyak strain P.aeruginosa juga memproduksi pigmen
pioverdin yang befluoresensi, yang memberikan warna kehijauan pada agar. Beberapa strain
menghasilkan pigmen piorubin yang berwarna merah gelap atau pigmen piomelanin yang
berwarna hitam (Brooks et al., 2013).

2. Sifat Pertumbuhan

P. aeruginosa tumbuh dengan baik pada suhu 37-42°C (Pratiwi,2013). Pertumbuhannya pada
suhu 42°C membantu membedakannya dari spesies pseudomonas lain dalam kelompok
fluoresen. Bakteri ini bersifat oksidase positif, tidak memfermentasi laktosa dan dengan mudah
dibedakan dengan bakteri lactose-fermenter, tetapi banyak strain mengoksidasi glukosa.
Identifikasi biasanya berdasarkan morfologi koloni, sifat oksidase-positif, adanya pigmen yang
khas (Kasper et al.,2015).

3. Uji mikroskopis

Uji mikroskopis bertujuan untuk mengamati fragmen pengenal yang merupakan komponen
spesifik untuk mengidentifikasi bakteri tersebut. Dalam menentukan kualitas bahan pangan
diperlukan berbagai uji keamanan bahan pangan, salah satunya adalah uji mikrobiologi. Menurut
Fardiaz (1993 : 1) bahwa “Uji mikrobiologi merupakan salah satu uji yang penting, karena selain
dapat menduga daya tahan simpan suatu makanan, juga dapat digunakan sebagai indikator
sanitasi makanan atau indikator keamanan makanan.
F. Tujuan dari uji koefisien fenol

Tujuannya adalah untuk mengevaluasi daya anti mikroba suatu desinfektan dengan
memperkirakan potensi dan efektifitas desinfektan berdasarkan konsentrasi dan lamanya
kontak terhadap kuman dan membandingkannya terhadap fenol standard yang disebut koefisien
fenol.Dalam berbagai keperluan tentunya kita telah mengenal, bahkan mungkin menggunakan
beberapa produk keperluan rumah tangga, laboratorium, atau rumah sakit yang bernama
desinfektan. Tidak jarang istilah desinfektan dirancukan dengan istilah lain yakni antiseptik.
Padahal keduanya memiliki definisi dan fungsi yang berbeda. Desinfektan didefinisikan
sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi
atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan
jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya. Sedangkan antiseptik didefinisikan
sebagai bahan kimia yang dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan jasad renik seperti
bakteri, jamur dan lain-lain pada jaringan hidup. Bahan desinfektan dapat digunakan untuk
proses desinfeksi tangan, lantai, ruangan, peralatan dan pakaian (Rismana, 2008).

Pada dasarnya ada persamaan jenis bahan kimia yang digunakan sebagai antiseptik dan
desinfektan. Tapi tidak semua bahan desinfektan adalah bahan antiseptik karena adanya batasan
dalam penggunaan antiseptik. Antiseptik tersebut harus memiliki sifat tidak merusak jaringan
tubuh atau tidak bersifat keras. Terkadang penambahan bahan desinfektan juga dijadikan
sebagai salah satu cara dalam proses sterilisasi, yaitu proses pembebasan kuman. Tetapi pada
kenyataannya tidak semua bahan desinfektan dapat berfungsi sebagai bahan dalam proses
sterilisasi.Walaupun kita sering menggunakan produk desinfektan, sebagian besar konsumen
tentunya belum mengenal jenis bahan kimia apa yang ada dalam produk tersebut. Padahal bahan
kimia tertentu merupakan zat aktif dalam proses desinfeksi dan sangat menentukan efektivitas
dan fungsi serta target mikroorganisme yang akan dimatikan (Rismana, 2008).

G. Prinsip kerja uji koefisien fenol

membandingkan aktivitas suatu produk (desinfektan) dengan daya bunuh fenol dalam
kondisi tes yang sama. Berbagai pengenceran fenol dan produk yang dicoba dicampur
dengan suatu volume tertentu biakan bakteri.

H. Prosedur kerja uji koefisien fenol


Mikroorganisme penguji yang dipakai dalam penguji ini adalah Staphylococcus
aures .Bahan yang diperlukan :
- Biakan kaldu yang mengandung Staphilococcus aureus (24 jam)
- Fenol (asam karbolat)
- Aquadestillata lisol (79% etil alcohol)
- Pipet steril berukuran 5 mL dan 1 mL
- Tabung TSB (Trypticase Soy Broth)
Cara mengerjakan :

Hari pertama:

1. Encerkan fenol dalam Aquadestillata steril sehingga diperoleh pengenceran 1 : 80,


1 : 90, 1 : 100, dan 1 : 110. Masukan 5 mL dari setiap pengenceran ini dalam tabung.
Beri tanda pengenceran pada setiap tabung. Inokulasi setiap pengenceran dengan 0.5
mL kaldu biakan (24 jam) organisme penguji, yaitu S. aureus.
2. Encerkan bahan antimicrobial (desinfektan lisol) dengan Aquadestillata steril
sehingga diperoleh pengenceran 1 : 150; 1 : 200; 1 : 250; 1 : 300; 1 : 350; 1 : 400; 1 :
450; 1 : 500. masukan 5 mL dari setiap pengenceran kedalam tabung. Beri tanda
pengenceran pada tabung. Inokulasi setiap tabung pengenceran dengan 0.5 mL kaldu
biakan S.aureus berumur 24 jam. Inkubasikan pada suhu 200C
3. Dalam rentang waktu 5, 10, dan 15 menit pindahkan 1 mata ose dari tabung
pengencer ini ke kaldu TSB yang steril. Kocok baik-baik tabung yang berisi biakan ini.
Inkubasikan kaldi selama 24-48 jam pada suhu 350C. pemindahan satu mata ose
berlaku bagi tabung pengenceran yang berisi fenol maupun desinfektan.

Hari kedua dan ketiga :


1.kocok tabung baik-baik .tentukan tabung pengenceran yang menunjukan
pertumbuhan (+) dan tabung pengenceran yang tidak menunjukan pertumbuhan (-).
Hasil disajikan dalam bentuk table.
2.tentukan nilai koefisien fenol.

I. Metode Kerja Uji Koefisien Fenol

 METODE LEMPENG. (SNI 06-1872-1990)


Prinsip : mengukur daya pemusnah hama/ disinsfektan pemusnah hama dari contoh
terhadap pemusnah hama dari fenol.
a. Media dan Pereaksi
- Nutrien Agar (NA)
- Bakteri uji
- Baku Fenol
- Biakan murni Salmonella typhi
b. Peralatan khusus
- Tabung kimia
- Cawan Petri
- Jarum ose/ dawai platina
- Inkubator

C. Prosedur

1. Buat pengenceran dari 5 % contoh dari 1 : 300; 1 : 325 ; 1:350; 1 : 375 ; 1: 400, masing
5 ml, pengenceran dengan air suling
2. Buat pengenceran dari 5 % setandar menjadi 1 : 90 ; 1 :100 masing-masing 5 ml.
3. Tabung-tabung yang berisi contoh,fenol dan biakan Salmonella typhi (test culture)
ditempatkan dalam inkubator pada suhu 35 sampai 37O C selama 24 jam
4. Tiap 30 detik ke dalam masing-masing tabung ditambahkan ½ ml.“test culture”.
5. Kocok kuat-kuat supaya bakteri menyebar
6. Sesudah 5 menit dengan jarum ose kemudian inokulasikan pada Nutrien Agar dalam
Cawan petri.
7. Selanjutnya 5 menit kemudian diambil lagi dan inokulsikan pada NA (untuk pengamatan
10 menit), 5 menit setelah itu pengamatan diambil lagi untuk pengamatan15menit.
8. Inkubasi cawan Petri dalam incubator 37OC selama 84 jam dan amati hasil pertumbuhan
bakteri pada 5 menit, 10 menit, 15 menit.
9. Hitung koefisien fenol

 Uji koefisien Fenol Metode Broth (Metode Tabung)

 Prinsip : Membandingkan daya bunuh desinfektan dengan daya bunuh dari baku
fenol terhadap bakteri uji yang sama pada kondisi yang sama dalam masa kontak
5, 10, 15 menit.
 Pereaksi Khusus
Media dan pengencer :
- Nutrient Broth
- Air steril
- Bakteri uji
- Salmonella typhy ATCC 6539
 Peralatan Khusus
- Tabung reaksi berbibir ukuran 25 x 150 mm dan 20 x 150 mm
- Sengkalit platina diameter 4 mm
- Pencatat waktu
- Rak tabung isi 40 tabung
 Prosedur
- Pembuatan media
Dibuat media Nutrien Broth (NB) dengan komposisi per Liter terdiri
dari :
Peptone 10 g
Beef Extract 5g
NaCl 5g
pH akhir 6.8 dimasukan dalam tabung 20 x 150 mm,
masing-masing 10 mL, sterilisasi 121o, 1 atm selama 15 menit.

- Bakteri Uji
Bakteri Salmonella typhi ditanam pada media NA miring, di inkubasikan pada
suhu 37oC selama 24-48 jam. Biakan dari NA ini diinokulasikan pada media NB
dan di inkubasikan pada suhu 37oC selama 24 jam . Bakteri yang digunakan
dalam pengujian adalah biakan NB hasil peremajaan 4 kali dalam 4 hari berturut-
turut, dan batas maksimal peremajaan adalah 30 kali. Bakteri yang akan
digunakan dikocok dan didiamkan selama 15 menit.

- Larutan baku fenol 5 %


Dibuat larutan baku fenol 5 % b/v. Kemudian diencerkan dengan perbandingan
1:80, 1:90, 1:100 dalam tabung steril ukuran 25 x 150 mm. Volume larutan ini 5
mL tiap tabung. Larutan baku fenol 5% yang digunakan harus sudah dibakukan
terlebih dahulu.

- Larutan Desinfektan
Dibuat larutan desinfektan didalam air steril, besarnya pengenceran disesuaikan
sedemikian rupa (sesuai etiket) sehingga berada pada jarak daya bunuh terhadap
bakteri uji selama masa kontak 5 sampai 15 menit. Sebagai contoh adalah 1:100,
1:150, 1:200, 1:250, 1:300, 1:350, 1:400. Pengenceran dibuat dalam tabung
reaksi steril ukuran 25 x 150 mm. Volume tiap pengenceran disinfektan yang
diperlukan untuk pengujian ini 5 mL tiap tabung.

- prosedur
1. Semua tabung pengenceran baku dan disinfektan ditempatkan pada 1 deret rak
tabung. Dibelakang tiap tabung pengenceran disediakan 3 tabung media Nutrient
Broth. Sehingga untuk 10 tabung pengenceran ( 3 tabung pengencer baku fenol
dan 7 tabung pengenceran disinfektan ) diperlukan 30 tabung media NB.
Semua tabung pengenceran dan NB ( 40 tabung ) ditempatkan dalam tangas es
suhu 20oC dan suhu tersebut dipertahankan terus selama pengujian. Biakan
bakteri uji dikocok dan ditaruh dalam tangas es, dibiarkan selama 15 menit
sebelum digunakan.
2. Kedalam tiap tabung pengenceran dimasukkan 0,5 mL suspensi bakteri uji dengan
menggunakan pipet ukur steril. Pada saat pertama kali dimasukan suspensi bakteri
uji pada tabung pertama, waktu dicatat sebagai nol menit. Kemudian dilanjutkan
dengan inokulasi suspensi bakteri kedalam tabung pengenceran kedua dengan
interval waktu 30 detik dari inokulasi pertama. Demikian juga tabung-tabung
pengenceran ketiga sampai dengan kesepuluh. Kesepuluh tabung pengenceran
dapat diselesaikan dalam waktu 4,5 menit.
3. Pada saat memasukan suspensi bakteri uji kedalam tabung, pipet diturunkan hingga
mendekati permukaan cairan dan tidak sampai menyentuh dinding tabung. Lima
menit setelah pengisian suspensi bakteri uji kedalam tabung, dilanjutkan dengan
inokulasi satu sengkelit dari masing-masing pengenceran kedalam tabung NB deret
pertama, dengan interval waktu 30 detik untuk setiap pengenceran.
4. Ketika akan mengambil cairan yang akan diinokulasikan, dikocok dahulu dan
tabung dipegang dalam posisi miring bersudut kurang lebih 60o . setiap kali
melakukan pemindahan/inokulasi, sengkelit harus dibakar terlebih dahulu sampai
pijar dan mulut tabung juga dibakar.
Sepuluh menit setelah pengisian bakteri uji pada tabung pengenceran pertama,
dilakukan inokulasi secara berturut-turut kedalam tabung-tabung media NB ke-
11 sampai ke-20. lima belas menit setelah pengisian bakteri uji pada tabung
pertama, dilakukan inokulasi berturut-turut kedalam tabung NB ke-21 sampai ke-
30. semua tabung media yang telah diinokulasi bakteri uji, diinokulasi pada suhu
37oC selama 48 jam. Kemudian diamati ada atau tidaknya pertumbuhan bakteri
pada setiap tabung. Hari ketiga inkubasi, dilakukan uji kemurnian bakteri yang
digunakan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya kontaminasi
bakteri uji.

- Perhitungan
Koefisien fenol adalah hasil bagi dari faktor pengenceran tertinggi disinfektan
dengan faktor pengenceran tertinggi baku fenol yang masing-masing dapat
membunuh bakteri uji dalam jangka waktu 10 menit tetapi tidak membunuh pada
jangka waktu 5 menit.

- Pengamatan Hasil
a. Jika koefisien fenol yang diperolah dikalikan dengan faktor 20 menghasilkan
angka yang lebih kecil dari angka pengenceran yang tertera pada etiket, maka
pengenceran disinspektan tidak memenuhi syarat.
b. Pada koefisien yang diperoleh dikalikan dengan faktor 20 menghasilkan
angka yang sesuai dengan angka pengenceran yang tertera pada etiket, maka
pengenceran disinspektan tidak memenuhi syarat.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Koefisien fenol adalah perbandingan ukuran keampuhan suatu


bahanantimikrobial dibandingkan dengan fenol. Fenol dijadikan pembanding karena
fenol sering digunakan untuk mamtikan mikroorganisme. Koefisien fenol yang kurang
dari 1 menunjukkan bahwa bahan antimikrobial tersebut kurang efektif dibandingkan
fenol. Sebaliknya, apabila koefisien fenol lebih dari 1 artinya bahan mikrobial tersebut
lebih ampuh daripada fenol

Tujuan dari uji koefisien fenol adalah untuk mengevaluasi daya anti mikroba
suatu desinfektan dengan memperkirakan potensi dan efektifitas desinfektan berdasarkan
konsentrasi dan lamanya kontak terhadap kuman dan membandingkannya terhadap fenol
standard yang disebut koefisien fenol. PRINSIP UJI KOEFISIEN FENOL
membandingkan aktivitas suatu produk (desinfektan) dengan daya bunuh fenol dalam
kondisi tes yang sama. Berbagai pengenceran fenol dan produk yang dicoba dicampur
dengan suatu volume tertentu biakan bakteri

DAFTAR PUSTAKA

3, K. (2015). JURUSAN FARMASI UNIVERSITAS TADULAKO. MAKALAH


MIKROBIOLOGI" UJI KOEFISIEN FENOL".
Cita, Y. P. (t.thn.). BAKTERI SALMONELLA TYPHI DAN DEMAM TIFOID.
gusman, r. (2015). uji koefisien fenol.
HENDRAYANA, I. D. (2017). PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR . IDENTIFIKASI DAN
DIAGNOSIS INFEKSI BAKTERI Salmonella typhi .
khaira, A. (2016). Penentuan koefisien fenol pembersih lantai dengan kandungan
Benzalkonium Klorida 1,5% terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa, 48.
PROF.DR.HAMKA. (2012). FAKULTAS FARMASI DAN SAINS UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH . KOEFISIEN FENOL.
RAHMA, E. (2015). PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS
KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH. PENENTUAN KOEFISIEN FENOL PEMBERSIH
LANTAI YANG MENGANDUNG PINEOIL 2,5% TERHADAP BAKTERI
pseudomonas aeruginosa.

Anda mungkin juga menyukai