Anda di halaman 1dari 20

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan


berbagai macam nikmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah Mikrobiologi I dengan judul
“Koefisien Fenol ” ini dengan baik sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
Makalah Mikrobiologi tentang Koefisien Fenol ini telah kami
susun sedemikian rupa tentunya dengan bantuan berbagai macam pihak
untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama proses
pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepeda semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.Namun tidak terlepas dari semua itu, kami
menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah
ini. Oleh karena itu, kami mengundang para pembaca untuk memberikan
saran serta kritik yang dapat membangun kami.
Akhir kata kami mengharapkan semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita sekalian.

Bandung, 22 Februari 2018

Penyusun

i
Daftar Isi

Kata Pengantar................................................................................................i
Daftar Isi..........................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................2

Bab II Pembahasan........................................................................................3
2.1 Pengertian danIstilah Koefisien Fenol.....................................................3
2.2 Uji Koefisien Fenol..................................................................................3
2.3 Prinsip Uji Koefisien Fenol...................................................................10
2.4 Metode Kerja Uji Koefisien Fenol.........................................................10

Bab III Penutup.............................................................................................17


3.1 Kesimpulan...............................................................................................17

Daftar Pustaka................................................................................................18

ii
Bab I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengawasan terhadap mikroorganisme penyebab penyakit telah menjadi
pemikiran para ahli semenjak penyakit-penyakit mulai dikenal. Berbagai macam
substansi telah dicoba untuk memilih yang paling tepat guna menghilangkan
pencemaran oleh jasad renik terhadap benda-benda baik hidup ataupun mati.
Bahan anti mikroba yang ditemukan memiliki keefektifan yang bermacam-
macam, dan pengunaannya pun ditujukan terhadap hal-hal yang berbeda-beda pula.
Salah satu jenis anti mikroba dikenal sebagai disinfektan, merupakan suatu zat
(biasanya kimia) yang dipakai untuk maksud disinfeksi pada bahan-bahan tidak
bernyawa.
Fenol adalah salah satu contoh disinfektan yang efektif dalam membunuh
kuman. Pada konsentrasi rendah, daya bunuhnya disebabkan karena fenol
mempresipitasikan protein secara aktif, dan selain itu juga merusak membran sel
dengan menurunkan tegangan permukaannya. Dengan persetujuan para ahli dan
peneliti, fenol dijadikan standar pembanding untuk menentukan aktivitas sesuatu
disinfektan.
Zat-zat antimikroba yang dipergunakan untuk disinfeksi harus diuji
keefektifannya. Cara menentukan daya sterilisasi zat-zat tersebut adalah dengan
melakukan tes koefisien fenol. Uji ini dilakukan untuk membandingkan aktivitas
suatu produk (desinfektan) dengan daya bunuh fenol dalam kondisi tes yang sama.
Berbagai pengenceran fenol dan produk yang dicoba dicampur dengan suatu volume
tertentu biakan Salmonella thyphosa atau Staphylococcus aureus.
Fenol atau benzenol adalah zat kristal tak berwarna yang memiliki bau khas.
Rumus kimianya adalah C6H5OH dan strukturnya memiliki gugus hidroksil (-OH)
yang berikatan dengan cincin fenil.
Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol
memiliki sifat yang cenderung asam, artinya ia dapat melepaskan ion H+ dari gugus
hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O− yang
dapat dilarutkan dalam air.

1
Dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya, fenol bersifat lebih asam. Hal
ini dibuktikan dengan mereaksikan fenol dengan NaOH, di mana fenol dapat
melepaskan H+. Pada keadaan yang sama, alkohol alifatik lainnya tidak dapat bereaksi
seperti itu. Pelepasan ini diakibatkan pelengkapan orbital antara satu-satunya
pasangan oksigen dan sistem aromatik, yang mendelokalisasi beban negatif melalui
cincin tersebut dan menstabilkan anionnya

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang makalah, kami merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang di maksud dengan Koefisien Fenol?
2. Apa Prinsip atau teori dari Koefisien Fenol ?
3. Bagaimana Cara kerja dari Koefisien Fenol?
4. Apa Kelebihan dan kekurangan Koefisien Fenol?

1.3 Tujuan Makalah


1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Mikrobiologi I
2. Untuk mengetahui pengertian Koefisien Fenol
3. Untuk mengetahui Prinsip atau Teori koefisien Fenol
4. Untuk mengetahui Cara kerja dari Koefisien Fenol
5. Untuk mengetahui apa Kelebihan dan kekurangan Koefisien Fenol

2
Bab II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Istilah Koefisien Fenol


Koefisien fenol adalah perbandingan ukuran keampuhan suatu bahan
antimikrobial dibandingkan dengan fenol. Fenol dijadikan pembanding karena fenol
sering digunakan untuk mamtikan mikroorganisme. Koefisien fenol yang kurang dari
1 menunjukkan bahwa bahan antimikrobial tersebut kurang efektif dibandingkan
fenol. Sebaliknya, apabila koefisien fenol lebih dari 1 artinya bahan mikrobial
tersebut lebih ampuh daripada fenol.
Koefisien fenol ditentukan dengan cara membagi pengenceran tertinghi dari
fenol yang mematikan mikroorganisme dalam sepuluh menit tetapi tidak
mematikannya dalam lima menit terhadap pengenceran tertinggi bahan antimikrobial
yang mematikan mikroorganisme dalam sepuluh menit tetapi tidak dalam lima menit.
Fenol adalah salah satu contoh disinfektan yang efektif dalam membunuh
kuman. Pada konsentrasi rendah, daya bunuhnya disebabkan karena fenol
mempresipitasikan protein secara aktif, dan selain itu juga merusak membran sel
dengan menurunkan tegangan permukaannya. Dengan persetujuan para ahli dan
peneliti, fenol dijadikan standar pembanding untuk menentukan aktivitas sesuatu
disinfektan.

2.2 Uji Koefisien Fenol


Zat-zat antimikroba yang dipergunakan untuk disinfeksi harus diuji
keefektifannya. Cara menentukan daya sterilisasi zat-zat tersebut adalah dengan
melakukan tes koefisien fenol. Uji ini dilakukan untuk membandingkan aktivitas
suatu produk (desinfektan) dengan daya bunuh fenol dalam kondisi tes yang sama.
Berbagai pengenceran fenol dan produk yang dicoba dicampur dengan suatu volume
tertentu biakan Salmonella thyphosa atau Staphylococcus aureus.

3
Tujuan dari uji koefisien fenol adalah untuk mengevaluasi daya anti mikroba
suatu desinfektan dengan memperkirakan potensi dan efektifitas desinfektan
berdasarkan konsentrasi dan lamanya kontak terhadap kuman dan membandingkannya
terhadap fenol standard yang disebut koefisien fenol.

Dalam berbagai keperluan tentunya kita telah mengenal, bahkan mungkin


menggunakan beberapa produk keperluan rumah tangga, laboratorium, atau rumah
sakit yang bernama desinfektan. Tidak jarang istilah desinfektan dirancukan dengan
istilah lain yakni antiseptik. Padahal keduanya memiliki definisi dan fungsi yang
berbeda. Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang
digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti
bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme
atau kuman penyakit lainnya. Sedangkan antiseptik didefinisikan sebagai bahan kimia
yang dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan jasad renik seperti bakteri,
jamur dan lain-lain pada jaringan hidup. Bahan desinfektan dapat digunakan untuk
proses desinfeksi untuk proses desinfeksi tangan, lantai, ruangan, peralatan dan
pakaian (Rismana, 2008).
Pada dasarnya ada persamaan jenis bahan kimia yang digunakan sebagai
antiseptik dan desinfektan. Tapi tidak semua bahan desinfektan adalah bahan
antiseptik karena adanya batasan dalam penggunaan antiseptik. Antiseptik tersebut
harus memiliki sifat tidak merusak jaringan tubuh atau tidak bersifat keras. Terkadang
penambahan bahan desinfektan juga dijadikan sebagai salah satu cara dalam proses
sterilisasi, yaitu proses pembebasan kuman. Tetapi pada kenyataannya tidak semua
bahan desinfektan dapat berfungsi sebagai bahan dalam proses sterilisasi.Walaupun
kita sering menggunakan produk desinfektan, sebagian besar konsumen tentunya
belum mengenal jenis bahan kimia apa yang ada dalam produk tersebut. Padahal
bahan kimia tertentu merupakan zat aktif dalam proses desinfeksi dan sangat
menentukan efektivitas dan fungsi serta target mikroorganime yang akan dimatikan
(Rismana, 2008).
Beberapa jenis bahan yang berfungsi sebagai desinfektan dijelaskan di bawah
ini
Golongan Aldehid
Bahan kimia golongan aldehid yang umum digunakan antara lain formaldehid,
glutaraldehid dan glioksal. Golongan aldehid ini bekerja dengan cara denaturasi dan
umum digunakan dalam campuran air dengan konsentrasi 0,5% - 5% . Daya aksi

4
berada dalam kisaran jam, tetapi untuk kasus formaldehid daya aksi akan semakin
jelas dan kuat bila pelarut air diganti dengan alkohol.
Formaldehid pada konsentrasi di bawah 1,5% tidak dapat membunuh ragi dan
jamur, dan memiliki ambang batas konsentrasi kerja pada 0,5 ml/m3 atau 0,5 mg/l
serta bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker). Larutan formaldehid dengan
konsentrasi 37% umum disebut formalin dan biasa digunakan utuk pengawetan mayat
(Rismana, 2008).
Glutaraldehid memiliki daya aksi yang lebih efektif disbanding formaldehid,
Sehingga lebih banyak dipilih dalam bidang virologi dan tidak berpotensi
karsinogenik. Ambang batas konsentrasi kerja glutaraldehid adalah 0,1 ml/m3 atau
0,1 mg/l. Pada prinsipnya golongan aldehid ini dapat digunakan dengan spektrum
aplikasi yang luas, Misalkan formaldehid untuk membunuh mikroorganisme dalam
ruangan, peralatan dan lantai, sedangkan glutaraldehid untuk membunuh virus.
Keunggulan golongan aldehid adalah sifatnya yang stabil, persisten, dapat
dibiodegradasi, dan cocok dengan beberapa material peralatan. Sedangkan beberapa
kerugiannya antara lain dapat mengakibatkan resistensi dari mikroorganisme, untuk
formaldehid diduga berpotensi bersifat karsinogen, berbahaya bagi kesehatan,
mengakibatkan iritasi pada sistem mukosa, aktivitas menurun dengan adanya protein
serta berisiko menimbulkan api dan ledakan (Rismana, 2008).

Golongan alkohol
Golongan alkohol merupakan bahan yang banyak digunakan selain golongan
aldehid. Beberapa bahan di antaranya adalah etanol, propanol dan isopropanol.
Golongan alkohol bekerja dengan mekanisme denaturasi serta berdaya aksi dalam
rentang detik hingga menit dan untuk virus diperlukan waktu di atas 30 menit. Umum
dibuat dalam campuran air pada konsentrasi 70-90 %. Golongan alkohol ini tidak
efektif untuk bakteri berspora serta kurang efektif bagi virus non-lipoid. Penggunaan
pada proses desinfeksi adalah untuk permukaan yang kecil, tangan dan kulit. Adapun
keunggulan golongan alkohol ini adalah sifatnya yangn stabil, tidak merusak material,
dapat dibiodegradasi, kadang cocok untuk kulit dan hanya sedikit menurun
aktivasinya bila berinteraksi dengan protein. Sedangkan beberapa kerugiannya adalah
berisiko tinggi terhadap api/ledakan dan sangat cepat menguap (Rismana, 2008).

5
Golongan pengoksidasi

Bahan kimia yang termasuk golongan pengoksidasi kuat dibagi ke dalam dua
golongan yakni peroksida dan peroksigen di antaranya adalah hidrogen peroksida,
asam perasetik, kalium peroksomono sulfat, natrium perborat, benzoil peroksida,
kalium permanganat. Golongan ini membunuh mikroorganisme dengan cara
mengoksidasi dan umum dibuat dalam larutan air berkonsentrasi 0,02 %. Daya aksi
berada dalam rentang detik hingga menit, tetapi perlu 0,5 - 2 jam untuk membunuh
virus. Pada prinsipnya golongan pengoksidasi dapat digunakan pada spektrum yang
luas, misalkan untuk proses desinfeksi permukaan dan sebagai sediaan cair.
Kekurangan golongan ini terutama oleh sifatnya yang tidak stabil, korosif, berisiko
tinggi menimbulkan ledakan pada konsentrasi di atas 15 %, serta perlu penanganan
khusus dalam hal pengemasan dan sistem distribusi/transport (Rismana, 2008).

Golongan halogen

Golongan halogen yang umum digunakan adalah berbasis iodium seperti larutan
iodium, iodofor, povidon iodium, sedangkan senyawa terhalogenasi adalah senyawa
anorganik dan organik yang mengandung gugus halogen terutama gugus klor,
misalnya natrium hipoklorit, klor dioksida, natrium klorit dan kloramin. Golongan ini
berdaya aksi dengan cara oksidasi dalam rentang waktu sekira 10-30 menit dan umum
digunakan dalam larutan air dengan konsentrasi 1-5%. Aplikasi proses desinfeksi
dilakukan untuk mereduksi virus, tetapi tidak efektif untuk membunuh beberapa jenis
bakteri gram positif dan ragi. Umum digunakan sebagai desinfektan pada pakaian,
kolam renang, lumpur air selokan (Rismana, 2008).
Adapun kekurangan dari golongan halogen dan senyawa terhalogenasi adalah
sifatnya yang tidak stabil, sulit dibuat dalam campuran air pada konsentrasi 70-90 %.
Golongan alkohol ini tidak efektif untuk bakteri berspora serta kurang efektif bagi
virus non-lipoid. Penggunaan pada proses desinfeksi adalah untuk permukaan yang
kecil, tangan dan kulit. Adapun keunggulan golongan alkohol ini adalah sifatnya
yangn stabil, tidak merusak material, dapat dibiodegradasi, kadang cocok untuk kulit
dan hanya sedikit menurun aktivasinya bila berinteraksi dengan protein. Sedangkan
beberapa kerugiannya adalah berisiko tinggi terhadap api/ledakan dan sangat cepat
menguap (Rismana, 2008).

6
Golongan fenol

Senyawa golongan fenol dan fenol terhalogenasi yang telah banyak dipakai
antara lain fenol (asam karbolik), kresol, para kloro kresol dan para kloro xylenol.
Golongan ini berdaya aksi dengan cara denaturasi dalam rentang waktu sekira 10-30
menit dan umum digunakan dalam larutan air dengan konsentrasi 0,1-5%. Aplikasi
proses desinfeksi dilakukan untuk virus, spora tetapi tidak baik digunakan untuk
membunuh beberapa jenis bakteri gram positif dan ragi. Umum digunakan sebagai
dalam proses desinfeksi di bak mandi, permukaan dan lantai, serta dinding atau
peralatan yang

terbuat dari papan/kayu. Adapun keunggulan dari golongan golongan fenol dan fenol
terhalogenasi adalah sifatnya yang stabil, persisten, dan ramah terhadap beberapa jenis
material, sedangkan kerugiannya antara lain susah terbiodegradasi, bersifat racun, dan
korosif. Golongan garam amonium kuarterner Beberapa bahan kimia yang terkenal
dari golongan ini antara lain benzalkonium klorida, bensatonium klorida, dan
setilpiridinium klorida (Rismana, 2008).

Golongan ini berdaya aksi dengan cara aktif-permukaan dalam rentang waktu
sekira 10-30 menit dan umum digunakan dalam larutan air dengan konsentrasi 0,1%-
5%. Aplikasi untuk proses desinfeksi hanya untuk bakteri vegetatif, dan lipovirus
terutama untuk desinfeksi peralatannya. Keunggulan dari golongan garam amonium
kuarterner adalah ramah terhadap material, tidak merusak kulit, tidak beracun, tidak
berbau dan bersifat sebagai pengemulsi, tetapi ada kekurangannya yakni hanya dapat
terbiodegradasi sebagian. Kekurangan yang lain yang menonjol adalah menjadi
kurang efektif bila digunakan pada pakaian, spon, dan kain pel karena akan
terabsorpsi bahan tersebut serta menjadi tidak aktif bila bercampur dengan sabun,
protein, asam lemak dan senyawa fosfat.

Salah satu produk yang sudah dipasarkan dari golongan ini diklaim efektif
untuk membunuh parvovirus, di mana virus ini merupakan jenis virus hidrofilik yang
sangat susah untuk dimatikan (Rismana, 2008).

7
Fenol

Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak berwarna yang
memiliki bau khas. Rumus kimianya adalah C6H5OH dan strukturnya memiliki
gugus hidroksil (-OH) yang berikatan dengan cincin fenil.

Struktur Fenol
Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol
memiliki sifat yang cenderung asam, artinya dapat melepaskan ion H+ dari gugus
hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O− yang
dapat dilarutkan dalam air (Aditya, 2009).
Dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya, fenol bersifat lebih asam. Hal
ini dibuktikan dengan mereaksikan fenol dengan NaOH, di mana fenol dapat
melepaskan H+. Pada keadaan yang sama, alkohol alifatik lainnya tidak dapat
bereaksi seperti itu. Pelepasan ini diakibatkan pelengkapan orbital antara satu-satunya
pasangan oksigen dan sistem aromatik, yang mendelokalisasi beban negatif melalui
cincin tersebut dan menstabilkan anionnya.

Fenol didapatkan melalui oksidasi sebagian pada benzena atau asam benzoat
dengan proses Raschig, Fenol juga dapat diperoleh sebagai hasil dari oksidasi batu
bara. Fenol dapat digunakan sebagai antiseptik seperti yang digunakan Sir Joseph
Lister saat mempraktikkan pembedahan antiseptik. Fenol merupakan komponen
utama pada anstiseptik dagang, triklorofenol atau dikenal sebagai TCP
(trichlorophenol). Fenol juga merupakan bagian komposisi beberapa anestitika oral,
misalnya semprotan kloraseptik (Aditya, 2009).

Fenol berfungsi dalam pembuatan obat-obatan (bagian dari produksi aspirin,


pembasmi rumput liar, dan lainnya. Fenol yang terkonsentrasi dapat mengakibatkan
pembakaran kimiawi pada kulit yang terbuka. Penyuntikan fenol juga pernah
digunakan pada eksekusi mati. Penyuntikan ini sering digunakan pada masa Nazi,
Perang Dunia II. Suntikan fenol diberikan pada ribuan orang di kemah-kemah,
terutama di Auschwitz-Birkenau. Penyuntikan ini dilakukan oleh dokter secara

8
penyuntikan ke vena (intravena) di lengan dan jantung. Penyuntikan ke jantung dapat
mengakibatkan kematian langsung (Aditya, 2009).

Bacillus subtilis

Bacillus subtilis berasal dari famili Bacillaceae, bersifat aerob berbentuk basil
dan merupakan bakteri gram positif yang membentuk endospora. Umumnya bekteri
ini bersifat saprofit yang hidup di tanah, debu, tumbuh – tumbuhan, dan air. Jika
hidup pada jaringan manusia, dapat menyebabkan infeksi, seperti infeksi mata.

Rangkaian genom lengkap dari Bacillus subtillis adalah bakteri gram positif
pertama. Rangkaian genom ini memberi pengetahuan signifikan terhadap kapasitas
bakteri untuk digunakan secara luas sebagai sumber karbon dan untuk mensekresi
enzim penting bagi industri dalam jumlah yang besar. Rangkaian ini setidaknya
mengandung sepuluh pro fage atau lebih, yang berperan penting untuk infeksi bakteri
dalam transfer dari gen selama perkembangan evolusi bakteri.

Publikasi dari rangkaian genom lengkap bakteri gram positif, Bacillus subtilis,
memberikan kontribusi yang sangat besar untuk mempelajari bakteri lain dalam
golongan ini. Bakteri gram positif mencakup beberapa pathogen pada manusia, seperti
penyebab Botulisme, Pneumonia, dan Tuberkulosis. Genom Bacillus subtilis
menghasilkan banyak gen yang mengkode transkripsi regulator. Gen ditemukan
sebanyak 77 tipe yang berbeda dari protein pentransfer, yang dapat mengambil nutrisi
untuk bakteri dan mengeluarkan racun seperti antibiotik.

Media Nutrient Broth

Penyiapan media pertumbuhan mikroorganisme harus mengandung nutrisi


yang dibutuhkan bakteri supaya dapat tumbuh membentuk koloni dan harus steril
sehingga tidak ada kontaminan dari lingkungan.

Media pertumbuhan dasar untuk bakteri adalah Nutrient Broth (NB), Nutrient
Agar (NA), Tryptic Soy Broth (TSB), dan Tryptic Soy Agar (TSA).

9
2.3 Prinsip Uji Koefisien Fenol

Membandingkan aktivitas suatu produk (desinfektan) dengan daya bunuh


fenol dalam kondisi tes yang sama. Berbagai pengenceran fenol dan produk yang
dicoba dicampur dengan suatu volume tertentu biakan bakteri.

2.4 Metode Kerja Uji Koefisien Fenol

Cara Melakukan Uji Koefisien Fenol

Perbandingan aktivitas fenol dengan pengenceran baku terhadap aktivitas


sampel dengan pengenceran tertentu, MIC ( konsentrasi terendah dimana
pertumbuhan bakteri terhambat ) suatu antiseptik terhadap bakteri tertentu

Metode pegenceran bertingkat dengan mengurangi konsentrasi zat sebanyak


setengah dari konsentrasi awal dengan volume yang sama. Metode turbidimetri,
menentukan takaran dengan melihat kekeruhan yang terjadi setelah percobaan
dilakukan.

V1.C1 = V2.C2

Hasil kali konsentrasi dengan volume senyawa yang semula digunakan adalah
sama dengan hasil kali konsentrasi senyawa tersebut dalam volume setelah
pengenceran.

Contoh Uji koefisien Fenol Dengan Disinfektan

Tujuan : Tujuan dari praktikum uji koefisien fenol adalah untuk mengevaluasi daya
anti mikroba suatu desinfektan dengan memperkirakan potensi dan efektifitas
desinfektan berdasarkan konsentrasi dan lamanya kontak terhadap kuman dan
membandingkannya terhadap fenol standard yang disebut koefisien fenol.

Prinsip : Pertumbuhan bakteri uji pada media yang sesuai setelah bakteri tersebut
kontak dengan disinfektan dalam waktu 5, 10, dan 15 menit.

10
Alat dan Bahan :
Alat :
o Tabung reaksi
o Ose/sengkelit
o Pencatat waktu (stopwatch)
o Mc Farland III (109 kuman/ml)
o Vortex
o Stiker label
o Spiritus

Bahan :
o Kaldu nutrisi (Nutrient Broth)
o Air suling steril
o Staphylococcus aureus ATCC 25953 dalam agar nutrisi (Gram +)
o Salmonella thyphosa ATCC 6539 dalam agar nutrisi (Gram -)
o Larutan NaCl fisiologis 0,9%
o Fenol standar
o Desinfektan uji

Dasar Teori :
Zat-zat antimikroba yang dipergunakan untuk disinfeksi harus diuji
keefektifannua. Cara menentukan daya sterilisasi zat-zat tersebut adalah dengan
melakukan tes koefisien fenol. Uji ini dilakukan untuk membandingkan aktivitas
suatu produk (desinfektan) dengan daya bunuh fenol dalam kondisi tes yang sama.
Berbagai pengenceran fenol dan produk yang dicoba dicampur dengan suatu volume
tertentu biakan Salmonella thyphosa atau Staphylococcus aureus.

Cara Kerja
1. Pembuatan media
Media kaldu nutrisi (Nutrient Broth) dimasukkan dalam 12 tabung reaksi
ukuran 20 x 150 mm, volume masing-masing dibuat 5 ml. Komposisi perliter
terdiri dari pepton 10 g, ekstrak daging 5 g, dan NaCl 5 g; pH akhir 6,8.

11
2. Pembuatan inokulum
Bakteri Salmonella thyphosa atau Staphylococcus aureus sebelumnya telah
ditanam pada agar nutrisi (Nutrient Agar) miring dan diinkubasi pada suhu
37°C selama 24-48 jam.
Tahap pengenceran bakteri uji adalah sebagai berikut:
a) Siapkan tabung reaksi berisi 2 ml NaCl fisiologis 0,9%
b) Pindahkan biakan S. thyphosa atau S. aureus tersebut (pilih salah satu) ke
dalam larutan NaCl dengan ose, dan setarakan kekeruhannya dengan
larutan Mc Farland III (109 kuman/ml)
c) Suspensi kuman tersebut kini diperkirakan berisi 109 kuman/ml
d) Siapkan 3 buah tabung reaksi masing-masing berisi 4,5 ml NaCl fisiologis
0,9%
e) Pipet 0,5 ml dari suspensi kuman sebelumnya (109 kuman/ml), pindahkan
ke salah satu tabung reaksi berisi 4,5 ml NaCl. Suspensi kuman kini
berkonsentrasi 108 kuman/ml
f) Lakukan pengenceran kedua dengan mengambil 0,5 ml dari suspensi
kuman 108 dan memindahkannya ke dalam tabung berisi 4,5 NaCl yang
kedua. Suspensi kuman kini berkonsentrasi 107 kuman/ml
g) Pengenceran terakhir dilakukan dengan memindahkan 0,5 ml dari suspensi
kuman 107 ke dalam tabung terakhir NaCl. Suspensi kuman telah setara
dengan 106 kuman/ml. Suspensi bakteri dengan konsentrasi inilah yang
akan digunakan untuk melakukan uji praktikum ini.
3. Pembuatan larutan baku fenol
Dibuat larutan persediaan baku fenol 5% dengan cara menimbang 2,5
g fenol dalam 50 ml air suling steril. Kemudian dilakukan pengenceran
konsentrasi menjadi 1:80 dengan mempipet 12,5 ml larutan fenol 5%
ditambahkan dengan 37,5 ml air suling steril pada tabung steril ukuran 25 x
150 mm.

4. Pembuatan larutan desinfektan


Pengenceran larutan desinfektan dilakukan pada tabung steril berukuran 25 x
150 mm. Tahapannya adalah sebagai berikut:
a) Siapkan 4 buah tabung steril berisi aquades dengan volume yang berbeda-
beda di dalamnya yaitu 9 ml, 7 ml, 4,5 ml, dan 7 ml, secara berurutan

12
b) Lakukan pengenceran pertama dengan mempipet 1 ml larutan desinfektan
ke dalam 9 ml air suling sehingga konsentrasi menjadi 1:10
c) Pengenceran selanjutnya adalah dengan memindahkan 1 ml desinfektan
1:10 ke dalam tabung berisi 7 ml air suling. Konsentrasi desinfektan pada
tabung ini adalah 1:80
d) Pindahkan 0,5 ml desinfektan 1:80 ke dalam 4,5 ml aquades sehingga
konsentrasi kini 1:100
e) Pipet 0,5 ml desinfektan 1:100 ke dalam tabung berisi 7 ml air suling
sehingga konsentrasi pada tabung ini adalah 1:150
f) Desinfektan yang akan dipakai selanjutnya adalah yang konsentrasinya
1:80, 1:100, dan 1:150. Oleh karena itu, samakan volumenya masing-
masing menjadi 5 ml
Media, bakteri uji, larutan fenol, dan desinfektan telah disiapkan. Dengan
demikian kita dapat melakukan inokulasi kuman uji dalam desinfektan dan
fenol dengan memperhitungkan waktu kontak 5, 10, dan 15 menit secara
akurat. Label 12 tabung berisi Nutrient both dengan menandai F5’, F10’, F15’,
DES 1:80 5’, DES 1:80 10’, DES 1:80 15’, DES 1:100 5’, DES 1:100 10’,
DES 1:100 15’, DES 1:150 5’, DES 1:150 10’, DES 1:150 15’.

5. Uji Fenol
Pipet inokulum berkonsentrasi 106 kuman/ml sebanyak 0,5 ml ke
dalam larutan fenol 1:80. Tunggu sampai 5 menit, ambil 1 ose dari campuran
tersebut ke dalam tabung berlabel F5’. Lima menit kemudian, ambil lagi 1 ose
dari campuran tersebut ke dalam tabung F10’. Setelah lima menit kemudian,
ambil 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung F15’.
Uji I 1:80
Pipet inokulum berkonsentrasi 106 kuman/ml sebanyak 0,5 ml ke
dalam desinfektan 1:80. Tunggu sampai 5 menit, ambil 1 ose dari campuran
tersebut ke dalam tabung berlabel DES 1:80 5’. Lima menit kemudian, ambil
lagi 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung DES 1:80 10’. Setelah lima
menit kemudian, ambil 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung DES
1:80 15’.
Uji II 1:100

13
Pipet inokulum berkonsentrasi 106 kuman/ml sebanyak 0,5 ml ke
dalam desinfektan 1:100. Tunggu sampai 5 menit, ambil 1 ose dari campuran
tersebut ke dalam tabung berlabel DES 1:100 5’. Lima menit kemudian, ambil
lagi 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung DES 1:100 10’. Setelah
lima menit kemudian, ambil 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung
DES 1:100 15’.
· Uji III 1:150
Pipet inokulum berkonsentrasi 106 kuman/ml sebanyak 0,5 ml ke
dalam desinfektan 1:150. Tunggu sampai 5 menit, ambil 1 ose dari campuran
tersebut ke dalam tabung berlabel DES 1:150 5’. Lima menit kemudian, ambil
lagi 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung DES 1:150 10’. Setelah
lima menit kemudian, ambil 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung
DES 1:150 15’.
Tabung-tabung reaksi uji kemudian dieramkan di dalam inkubator pada suhu
37°C selama 24-48 jam.
Diamati ada tidaknya pertumbuhan bakteri pada setiap tabung
Pengamatan :
(+) keruh : ada pertumbuhan
(-) jernih : tidak ada pertumbuhan.

Data Pengamatan
Setelah tabung reaksi diinkubasi padsa suhu 37°C selama 24 - 48 jam, maka
didapatkan hasil sebagai berikut:
Jenis  Waktu / menit
pengenceran 5 10 15
FENOL 1 : 80 + + _
DESINFEKTAN 1 : 80 _ _ _
DESINFEKTAN 1 : 100 _ _ _
DESINFEKTAN 1 : 150 + _ _

14
Perhitungan
Koefisien fenol adalah hasil bagi dari faktor pengenceran tertinggi desinfektan
dengan faktor pengenceran tertinggi baku fenol yang masing-masing dapat
membunuh bakteri uji dalam jangka waktu 10 menit, tetapi tidak membunuh dalam
jangka waktu 5 menit.

Pembahasan
Dari pengamatan praktikum kali ini didapatkan hasil tes fenol 1:80, suatu
desinfektan dengan konsentrasi 1:80, 1:100, dan 1:150. Tes fenol dengan pengenceran
1:80 pada tabel di atas menunjukkan bahwa kuman masih hidup sampai menit ke-10
namun setelah 15 menit, kuman tersebut mati. Hal ini cukup rasional oleh karena
semakin lama fenol tersebut bekerja, semakin efektif pula daya disinfeksinya.
Pada pengenceran suatu desinfektan 1:80, tidak terdapat kuman sama sekali dari
menit ke-5 sampai menit ke-15. Dengan hasil tersebut, asumsi kami adalah
desinfektan ini memiliki kefektifitasan yang cukup bagus sehingga dapat langsung
membunuh kuman dengan cepat.
Sementara pada pengenceran 1:100, tabung reaksi juga tidak menampakkan
kekeruhan dan disimpulkan bahwa tidak ada bakteri yang hidup.
Namun pada pengenceran desinfektan yang terakhir, yaitu 1:150, terdapat
kekeruhan di menit ke-5 tetapi tidak pada menit ke-10 dan ke-15. Kekeruhan pada
pengenceran terakhir ini menimbulkan keraguan pada hasil dari pengenceran 1:100,
atau pada pengenceran 1:150 ini.
Oleh karena kesalahan yang kami lakukan pada praktikum ini, kita tidak dapat
melakukan perhitungan koefisien fenol.Terjadinya hal ini dapat diakibatkan oleh
berbagai faktor kemungkinan. Faktor-faktor kemungkinan penyebab terjadinya
kesalahan kami antara lain adalah:
 Pengerjaan praktikum secara paralel
Kegagalan yang terjadi dalam praktikum ini mungkin juga disebabkan
oleh pengerjaan tabung Uji Disinfektan secara paralel yang saat itu
dimaksudkan untuk mempersingkat waktu pengerjaan. Pengerjaan secara
paralel tersebut telah mengakibatkan ketidakakuratan dan ketidaktelitian
perhitungan waktu yang diperlukan.

15
 Ketidakakuratan dalam pengambilan kuman menggunakan ose Dalam
menginokulasi kuman uji terhadap desinfektan, kami memindahkan kuman
tersebut hanya dengan 1 ose. Dengan penggunaan ose, terdapat kemungkinan
kuman tidak terangkat sesuai dengan konsentrasi yang diinginkan. Sebab pada
percobaan kami, banyak kuman yang mati. Pengambilan kuman dengan 2 ose
mungkin dapat lebih akurat.
 Penggunaan spiritus yang berlebihan
Banyaknya kuman yang mati juga dapat disebabkan terlalu seringnya
dilakukan flambir pada pembuatan inokulum dan pada penginokulasian kuman
uji terhadap desinfektan. Kuman S. aureus dan S. thyphosa tumbuh optimum
pada suhu 37°C, oleh karena itu tidak diperlukan suhu panas yang berlebihan.
 Pengenceran desinfektan yang tidak akurat
Pada percobaan kali ini, kami mungkin juga melakukan kesalahan ketika
melakukan pengenceran desinfektan ke dalam 1:80, 1:100, 1:150. Pengenceran
yang dilakukan tidak akurat, yaitu terlalu banyak desinfektan yang terkandung
dalam 1:80 atau 1:100, sehingga desinfektan terlalu pekat dan tidak sebanding
dengan jumlah kuman yang dibiakkan.

Kesimpulan
Dari percobaan yang kami lakukan tidak dapat diambil kesimpulan
karena tidak ditemukan hasil yang sesuai.

16
Bab III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Koefisien fenol adalah perbandingan ukuran keampuhan suatu bahan
antimikrobial dibandingkan dengan fenol. Fenol dijadikan pembanding karena fenol
sering digunakan untuk mamtikan mikroorganisme. Koefisien fenol yang kurang dari
1 menunjukkan bahwa bahan antimikrobial tersebut kurang efektif dibandingkan
fenol. Sebaliknya, apabila koefisien fenol lebih dari 1 artinya bahan mikrobial
tersebut lebih ampuh dari pada fenol.
Tujuan dari uji koefisien fenol adalah untuk mengevaluasi daya anti mikroba
suatu desinfektan dengan memperkirakan potensi dan efektifitas desinfektan
berdasarkan konsentrasi dan lamanya kontak terhadap kuman dan
membandingkannya terhadap fenol standard yang disebut koefisien fenol.
PRINSIP UJI KOEFISIEN FENOL membandingkan aktivitas suatu produk
(desinfektan) dengan daya bunuh fenol dalam kondisi tes yang sama. Berbagai
pengenceran fenol dan produk yang dicoba dicampur dengan suatu volume tertentu
biakan bakteri.

17
Daftar Pustaka

http://pharzone.com/blog/50-mikrobiologi/108-uji-koefisien-fenol.html
JEWETZ, 2007, MIKROBIOLOGI KEDOKTRAN,CETAKAN I
EDISI 23, JAKARTA : BUKU KEDOKTERAN EGC.

iii

Anda mungkin juga menyukai