Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Immunologi dan Pengembangan Vaksin
Oleh : Nama : Siti Soidah NPM : 250620190501
PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2020 Imunitas dalam konteks immunologi adalah mekanisme kolektif melawan penyakit. Fungsi dari sistem imun adalah melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit, menghancurkan dan menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan virus, serta tumor) yang masuk ke dalam tubuh, menghilangkan jaringan atau sel yg mati atau rusak (debris sel) untuk perbaikan jaringan, dan mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal. Ada 2 sistem imunitas: 1. Sistem kekebalan nonspesifik (bawaan/innate immune system) , tidak bergantung pada bentuk molekul antigen Pertahanan anatomi dan fisiologi,seperti air mata, bersin.Inflamasi, seperti demam, bengkak 2. Sistem kekebalan spesifik (adaptif/ acquired), spesifik sesuai dengan bentuk molekul antigennya, membentuk antibody dan memori. Dalam system kekebalan adaftif, dikenal dengan respon imun humoral (soluble) yaitu Limfosit B (menghasilkan antibodi terlarut yang akan mengikat antigen asing), dan respon immune cellular yaitu Limfosit T (mengenali dan menghancurkan sel yang menyerang secara langsung), peran lain sel T membantu sel B dan sel T helper. T-helper menghasilkan sitokin yaitu hormone sebagai messenger adanya infeksi. Dalam imunitas dikenal konsep self dan non self. Self maksudnya adalah tubuh bisa membedakan mana bagian tubuh sendiri sehingga tidak diperlukan pembuatan antibody, sedangkan non self maksudnya adalah tubuh mengenali adanya zat asing sehingga tubuh memproduksi antibody. Mekanisme respon imun ketika adanya zat asing/patogen masuk ke dalam tubuh adalah sebagai berikut : ketika virus menginfeksi tubuh, virus tersebut akan dihancurkan menjadi fragmen- fragmen kecil dalam bentuk fragmen peptida. Dan peptidanya dimunculkan oleh MHC1 (Major Histocompatibility Complex 1) pada permukaan sel yang terinfeksi. Peptida tersebut akan dikenali oleh TCR (T Cell receptor) pada sel T CD8 + (sel sitotoksik), kemudian sel T CD8 + akan mengeluarkan granzim, yaitu suatu enzim yang akan membolongi membrane sel yang yang terinfeksi sehingga mengalami lisis dan sel tersebut mati. Peptida virus dikenali juga oleh Dendritic Cells (DC) dan akan dimunculkan oleh MHC1 dan dikenali oleh TCR pada sel T CD8 +.Pada DC, peptida virus juga akan dimunculkan juga oleh MHC2, peptida ini akan dikenal oleh TCR pada T sel CD4 + , sel ini akan menghasilkan sitokin yaitu sinyal yang menunjukkan adanya infeksi. Sinyal sitokin ini akan ditangkap oleh reseptor pada sel B dan T helper. Sel B kemudian akan berproliferasi. Sel plasma dari limfosit B berfungsi menghasilkan antibodi. Antibodi akan berikatan pada antigen yang masuk dan Limfosit B akan membentuk sel memori yang bertahan di dalam tubuh, sedangkan sel T helper akan mengkomando pertahanan tubuh dan mengalami proliferasi. Bagian antibody yang berinteraksi dengan antigen disebut paratop. Sedangkan bagian antigen yang berinteraksi dengan antibody disebut epitope. Antibodi pada bagian Fc yang sudah berikatan dengan antigen akan dikenali oleh reseptor pada permukaan Makrofag, sehingga akan mengalami endositosis. Di dalam makrofag (big eater) terdapat banyak enzim hidrolitik. MHC1 ditemukan di self cells, sedangkan MHC2 ditemukan di APC (Antigen Presenting Cells) seperti B cell, Denditic Cell, Makrofag Ada 5 jenis Immunoglobulin, yaitu IgG (Sistem immune sekunder)), IgA (disekresikan dalam bentuk air mata, saliva, paru-paru, dan usus halus), IgM (pentamer, dan merupakan antibody pertama yang dihasilkan ketika hewan merespon antigen baru), IgE (terjadi ketika jaringan tubuh kita berikatan dengan antigen, hal ini menstimulasi mast cell untuk merelease range factor. Dapat juga merelease biologically active amines seperti histamine), dan IgD (ditemukan di permukaan sel matang B limfosit , terlacak di berbagai cairan tubuh, fungsi pastinya belum jelas). Sistem imun mempunyai jalur khusus yaitu jalur lymphoid. Organ lymphoid primer yaitu Thymus (T cell matangnya di thymus) dan Bone marrow (B cell matangnya di sumsum tulang). Organ-organ lymphoid sekunder yaitu kelenjar getah bening, limpa dan jaringan limfoid mukosa. Sel-sel dalam system imun, yaitu WBC (White blood cells) terdiri dari Fagosit (neutrophil dan makrofag), dan Limfosit (B-Limfosit, T-limfosit, Killer cell). Ada 3 garis pertahanan tubuh 1. Garis pertahanan pertama, yaitu pertahanan fisik. Masih bersifat luas dan tidak spesifik, seperti mucus membrane, HCl pada lambung, air mata, bersin 2. Garis pertahanan kedua, yaitu tidak mengenali stuktur antigen tapi mengenali tag pada permukaan, apapun mikrobanya akan dimakan. Seperti WBC 3. Garis pertahanan ketiga, yaitu system immune. Melihat struktur permukaan antigen, bersifat spesifik, seperti sel Limfosit (B-Limfosit, T-limfosit). Edward Jenner mengembangkan vaksinasi modern, ketika menginokulasi orang dengan virus cacar sapi untuk melindungi mereka melawan virus ini. Jenis-jenis vaksin yang berkembang : 1. Live-attenuated vaccine : virus hidup namun dilemahkan sifat virulensinya, sehingga dapat menginduksi pembentukkan antobodi. Vaksin ini paling bagus, namun kekhawatirannnya adalah virus kemungkinan akan kembali bersifat virulen jika masih hidup. 2. Innactivated vaccine : virus dimatikan atau diinaktivasi 3. Conjugate vaccine : toksoid dikonjugasikan dengan komponen polisakarida pada bakteri, maka respon selular system imun akan lebih baik. 4. Sub unit vaccine : melalui protein rekombinan, dan harus diketahui sekuen gen nya 5. Recombinant vaccine 6. DNA vaccine 7. Edible vaccine, antigen dimasukkan ke dalam makanan, lalu ditangkap oleh M cell pada permukaan sel epitel usus, ditransfer ke APC dan dikenali oleh sel B dan sel T .sel B dan sel T akan mengalami amplifikasi di kelenjar getah bening dan disebarkan ke lapisan epitel mukosa Produksi IgA akan menangkap antigen pada permukaan mukosa sehingga terjadi proses netralisasi dan imunitas. Revolusi 4.0 & Society 5: Data besar, visualisasi 3D, simulasi molekul, artificial intelligent, dan komputasi awan. Sekarang ini masuk revolusi industry ke-4, sudah ada big data untuk data-data sekuen protein yang harus diolah supaya bisa dianalisis, diperbaharui dan diberi keterangan. Semua data sudah terintegrasi. Tantangan besarnya adalah mengintegrasikan bioinformatika ke dalam industry farmasi di Indonesia. Obat virus itu rata-rata memblok enzim (Inhibitor untuk reseptor). Contoh remdesivir, memblok RNA dependent RNA polymerase (RdRp), Tamiflu memblok neuramidase, sehingga jika ini diblok maka bisa menghambat replikasi virus Sekarang ini kita bisa melihat struktur dalam tingkat atomic, sehingga kita bisa mensimulasikan interaksi reseptor dengan ligan. Sehingga bisa dirancang suatu obat dengan system komputasi. Respon genom seseorang terhadap obat berbeda-beda Farmakogenomik. Sehingga kedepannya, pengobatan akan berbasis personalize medicine. Contoh kasus obat flu burung pada orang jepang. Pada virus flu burung, terdapat enzim neuramidase dan hemaglutinin dan terus bermutasi. Enzim neuramidase berfungsi memotong ikatan antara HA dengan reseptor asam sialat pada sel inang. Sehingga dibutuhkan obat berupa inhibitor untuk neuramidase, yaitu Tamiflu. Jika diblok active sitenya, menyebabkan virus tidak bisa bereplikasi. Pada kasus di jepang banyak dilaporkan kasus bunuh diri setelah mengkonsumi Tamiflu. Tamiflu yang mengandung oseltamivir ini mempunyai binding affinity yang sesuai pada neuramidase yang ada di manusia. Neuramidase pada manusia berfungsi sebagai faktor pertumbuhan saraf. Jika neuramidase ini diblok, maka terjadi gangguan saraf. SNP (single nucleotide polymorphisms) R41Q terjadi pada 9,29 % populasi Asia dan tidak ada di populasi Eropa dan Afrika-Amerika. Biosimilar diperlukan dalam pembuatan obat. Yaitu suatu obat biologis yang memiliki karakteristik yang mirip dengan obat biologis yang sudah disetujui (originator), atau dapat dibuat ketika masa panen obat originatornya sudah habis. Kemiripan tersebut meliputi regulasi, proses produksi, kualitas, keamanan, kemurnian, dan potensi atau kemanjurannya. Obat tersebut berupa rekombinan protein terapeutik, hormone dan antibody. Zat aktifnya terbuat atau diperoleh dari sel-sel hidup melalui proses biologi. Contoh: pembuatan insulin yang dapat diproduksi dari bakteri dan yeast melalui proses teknik rekayasa genetika. Efek produk biologi ini diyakini lebih mudah dicerna tubuh karena terbuat dari bahan-bahan makhluk hidup. Protein rekombinan, salah satunya adalah pembuatan antibody. Dan jika membuat antibody ini sulit karena bobot molekulnya besar, makanya dibuatlah fragmen antibody, yaitu ScFv (Single chain fragmen variable), yaitu bagian yang mengikat antigennya saja. Lalu dibuat dengan teknik rekayasa genetika.