Semester/Kelas : 4/C
NIM : SF19114
Resume Imunologi
Bab 1
Pendahuluan
Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imun. Sistem imun meliputi
sistem imun non spesifik dan spesifik, yang keduanya bisa secara humoral maupun
seluler.
Pada imunologi ada beberapa istilah yang harus diketahui yaitu antigen,
imunogen, hapten, epitop, paratop dan antibodi. Pada imunitas dapat dibedakan
antara unsur-unsur imunitas bawaan dan didapat.
Topik 2 Respon Imun Non Spesifik
Disebut nonspesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroba tertentu, teh ada
dan siap berfungsi sejak lahir. Mekanismenya tidak menunjukan spesifisitas
terhadapa bahan asing dan mampu melindungi tubuh terhadap banyak patogen
potensial. Sistm tersebut merupakan pertahanan terdepan dalam menghadapi serangan
berbagai mikroba dan dapat memberikan respon langsung.
Imunitas bawaan (non spesifik) meliputi kulit dan mukosa sebagai barrier,
cara kimia & fisik, asam lemak (kulit, folikel rambut), lisozim (air mata, saliva),
mukus,asam lambung gerak silia, batuk / bersin.
A. Pertahanan fisik/mekanik.
Dalam sisitem pertahanan fisik atau mekanik, kulit, selaput lendir, silia
saluran napas, batuk dan bersin, merupakan garis pertahanan terdepan
terhadap infeksi.
B. Pertahanan biokimia.
Kebanyakan mikroba tidak dapat menembus kulit yang sehat, namun
beberapa dapat masuk tubuh melalui kelenjar sebasue dan folikel rambut. pH
asam keringat sekresi sebasues, berbagai asam lemak yang dilepas kulit
mempunya efek denaturasi terhadap protein membran sel sehingga dapat
terjadi melalui kulit Lisozim dalam keringat, ludah air mata dan air susu ibu,
melindungi tubuh terhaadap berbagai kuman positif-Gram oleh karena dapat
menghancurkan lapisan peptidoglikan dinding bakteri.
Flora normal (biologis) terbentuk bila bakteri nonpatogenik menempati
permukaan epitel. Flora tersebut dapat melindungi tubuh melalui kompetisi
dengan patogenuntuk makanan dan tempat menempel pada epitel serta
produksi bahan antimikrobial. Penggunaan antibiotik dapat mematikan flora
normal sehingga bakteri patogenik dapat menimbulkan penyakit. Mekanisme
imunitas nonspesifik terhadap bakteri pada tingkat sawar fisik seperti kulit
atau permukaan mukosa adalah sebagai berikut :
1. Bakteri yang bersifat simbiotik atau komensal yang ditemukan di kulit
pada daerah terbatas hanya menggunakan sedikit nutrien, sehingga
kolonisasi mikroorganisme patogen sulit terjadi.
2. Kulit merupakan sawar fisik efektif dan pertumbuhan bakteri dihambat
sehingga agen patogen yang menempel akan dihambat oleh pHrendah
dari asam laktat yang terkandung dalam sebum yang dilepas kelenjar
keringat.
3. Sekret dipermukaan mukosa mengandung enzim destruktif sepertin
lisozim yang menghancurkan dinding sel bakteri.
4. Saluran napas dilindungi oeh gerakan mukosiliarsehingga lapisan
mukosa secara terusmenerus digerakkan menuju arah nasofaring.
5. Bakteri ditangkap oleh mukus sehingga dapat disingkirkan dari saluran
napas.
6. Sekresi mukosa saluran napas dan saluran cerna mengandung peptida
antimikrobial yang dapat memusnahkan mikroba patogen.
7. & 8. Mikroba patogen yang berhasil menembus sawar fisik dan masuk
ke jaringan dibawahnya dapat dimusnahkan dengan bantuan
komplemen dan dicerna oleh fagosit
Fagosit Profesional adalah sel yang berperan pada proses fagositosis yaitu
polimorfonuklear (PMN) dan monosit. Monosit yang berada dalam jaringan
disebut makrofag. Makrofag mempunyai beberapa nama sesuai dengan
jaringan yang ditempati.Makrofag pada kulit disebut langerhans, pada syaraf
disebut dendrit, pada hati disebut kupfer, pada otak disebut makroglia, pada
lung disebut alveolar makrofag. Makrofag sebagai fagosit intra sel juga
berfungsi sebagai Antigen Presenting Cell (APC) dan produksi sitokin.
Sebagai APC jika antigennya eksogen maka peptida akan digendong oleh
MHC kelas II yang selanjutnya direspon oleh limfosit T helper sedangkan
jika antigennya endogen maka peptida akan digendong oleh MHC kelas I
yang selanjutnya direspon oleh limfosit T sitotoksik.
Cara pembunuhan ekstraseluler dari sel terinfeksi oleh sel natural killer (NK), yaitu
begitu reseptor NK mengikat permukaan sel terinfeksi virus maka granula sel NK
melepas perforin keluar dari sel kemudian memproses penggabungan molekul untuk
membentuk saluran tembus membran yang memberikan kemudahan terjadinya lisis
sel yang menjadi sasaran dengan cara memberi jalan masuknya fragmentin, tumor
nekrosis factor dan factor sitotoksik potensial lainnya yang berasal dari granula.
Fragmentasi nukleosom DNA menjadi 200 kb fragmen ‘ladder' setelah kematian sel
didapat dengan cara memecah λ DNA oleh Hind III sehingga terjadi kerusakan yang
karakteristik dari DNA yang mengalami apoptosis.
Fungsi :
1. Killing ( Sel Tumor, Intra Cellular Pathogens Langsung )
Peran sel NK pada sel tumor dilakukan dengan cara mengeluarkan zat yang ada pada
granulanya yang menyebabkan sel tumor menjadi apoptosis (kematian sel yang
terprogram)
2. Produksi Toksin
Eosinofil
Eosinofil mempunyai granula-granula yang jelas yang mengambil warna yang jelas
pada pengecatan dengan cat asam dan mempunyai suatu gambaran khas pada
mikroskop elektron. Suatu protein dasar utama (major basic protein = MBP)
ditemukan dalam inti granula sementara protein kation eosinofilik bersama-sama
dengan suatu peroksidase dapat diidentifikasi dalam matriks granula. Mereka
mempunyai reseptor permukaan untuk C3b dan dalam keadaan aktif menghasilkan
suatu letupan respiratori yang hebat bersamaan dengan terbentuknya metabolit
oksigen aktif. Tidak cukup dengan ini, alam juga mempersenjatai sel dengan protein-
protein granula yang mampu menghasilkan suatu penyumbat transmembran dalam
membran sasaran seperti C9 dan perforin NK.
Selama fase akut infeksi, terjadi perubahan pada kadar beberapa protein dalam serum
yang disebut APP. Yang akhir merupakan bahan antimikrobial dalam serum yang
meningkat dengan cepat setelah sistem imun nonspesifik diaktifkan. Protein yang
meningkat atau menurun selama fase akut disebut juga APRP yang berperan dalam
pertahanan dini
a. C-Reactive Protein
CRP yang merupakan salah satu PFA termasuk golongan protein yang kadarnya
dalam darah meningkat pada infeksi akut sebagai respons imunitas nonspesifik.
Sebagai opsonin, CRP mengikat berbagai mikroorganisme, protein C pneumokok
yang membentuk kompleks dan mengaktifkan komplemen jalur klasik. Pengukuran
CRP digunakan untuk menilai aktivitas penyakit inflamasi.
b. Lektin
Lektin/kolektin merupakan molekul larut dalam plasma yang dapat mengikat
manan/manosa dalam polisakarida, (karenya disebut MBL) yang merupakan
permukaan banyak bakteri seperti galur pneumokok dan banyak mikroba, tetapi tidak
pada se vertebrata.
3. Sitokin
Sitokin berbagai molekul yg berfungsi memberi sinyal antara Limfosit, Fagosit &
Sel-Sel lain untuk membangkitkan respon imun. Contoh sitokin antara lain adalah
interferon, interleukin, Coloni Stimulating Factor (CSF), Tumor Necrosis Factor
(TNF).
Reaksi Inflamasi
Inflamasi adalah reaksi lockal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan
lebih banyak mediator dibanding respon imun didapat. Inflamasi dapat lokal,
sistemik, akut dan kronis yang menimbulkan kelainan patologis. Sel-sel sistem imun
non spesifik seperti neutrofil, sel mast,basofil, eosinofl dan makrofag jaringan
berperan dalam inflamasi.
Fungsi utama sistem imun spesifik selular ialah pertahanan terhadap bakter yang
hidup intraselular, virus, jamur, parasit dan keganasan. Sel CD4⁺mengaktifkan sel
Th1 yang selanjutnya mengaktifkan makrofag untuk menghancurkan mikroba. Sel
CD8⁺ memusnahkan sel terinfeksi. Perbedaan imunitas speifik humoral dan selular.
Limpa
Seperti halnya dengan kelenjar getah bening, limpa terdiri atas zona sel T atau senter
germinal dan zona sel B atau zona folikel. Arteriol berakhir dalam sinusoid vaskuler
yang mengandung sejumlah eritrosit, makrofag, sel dendritik, limfosit dan sel plasma.
Antigen dibawa antigen pressenting cell (APC) masuk ke dalam limpa melalui
sinusoid vaskuler. Limpa merukan tempat respon imun utama yang merupakan
saringan terhadap antigen asal darah. Mikroba dalam darah dibersihkan makrofag
dalam limpa. Limpa merukan tempat utama fagosit memakan mikroba yang diikat
antibodi (opsonisasi)
Microfold cell
Microfold cell atau sel M adalah sel epitel saluran cerna yang pinositik aktif, berperan
dalam mengantarkan kuman dan bahan makromolekul dari lumen intestinal ke plak
Peyer. Sel tersebut bukanlah APC, ditemukan di lapisan epitel plak Peyer yang
berperan dalam presentasi antigen. Sel tersebut memiliki permukaan relatif besar
dengan lipatan-lipatan mikro yang menempel pada mikroorganisme dan permukaan
makromolekular.
Dasar dari respon imun didapat / spesifik adalah antigen rekognisi. Antigen adalah
initiator & pemicu semua bentuk bespon imun spesifik. Inti respons imun adalah
aktivasi klon
limfosit yang mengenal antigen pemicu.
Sistem imun dibentuk untuk mengenal antigen, menghancurkannya dan menyikirkan
sumbernya.
Antigen Binding Molecules terdiri dari B-Cell Antigen Receptor (Ig), T-Cell Antigen
Receptor &
MHC Klas I & II
Seluler
Limfosit T dengan sub set : T Helper ( Th1& Th2), T Supresor & T Sitotoksik
Fungsi membantu sel B untuk membentuk Antibodi
Fungsi Sitotoksik
Produksi Sitokin
Humoral
Antibodi (Imunoglobulin)
Disintesis oleh Limfosit B/ Sel Plasma
Membran Ig merupakan reseptor Ag pd permukaan Sel B
Secreted/Circulating Ig merupakan bentuk soluble dari reseptor tsb
Fungsi : - Mengawali Aktivasi Komplemen Jalur Klasik
- Mengaktivasi Fagosit
- Multi Valen
Mempunyai struktur dasar yang sama, terdiri atas Fragmen Fab yang mengikat Ag,
dan
Fc yang berinteraksi dengan unsur-unsur lain dari sistem imun yang mempunyai
reseptor.
Antibody Dependent Cell Cytotoxicity (ADCC)
Sitotoksisitas seluler baru dapat berlangsung bila dibantu oleh (ada interaksi dengan)
antibodi.
Hipotesis Seleksi Klon
Limfosit B mempunyai reseptor yang disebut B Cell antigen Receptor (BCR).
Reseptor dari limfosit B akan berikatan dengan antigen yang cocok. Satu limfosit
akan mengenali satu epitop. Setelah reseptor antigen berikatan dengan antigen maka
akan terikat erat dan masuk secara endositosis, kemudian sel akan teraktivasi yaitu
proliferasi (memperbanyak diri) dan diferensiasi (berubah bentuk) menjadi sel plasma
(sel efektor) dan sel memori.
TICCL model
T-cell Induce Cell Contact Ligand (TICCL) adalah mekanisme sel T dalam
membantu sel B membentuk antibodi. Antigen akan ditangkap oleh sIg kemudian
masuk ke dalam sel, dipecah menjadi peptide dan digendong oleh MHC II kemudian
di presentasikan ke permukaan sel dan di ikat oleh TCR dari limfosit T. Ikatan
tersebut akan menyebabkan sel T teraktivasi yaitu membentuk molekul permukaan
baru yaitu TICCL dan sekresi limfokin. TICCL akan berikatan dengan CD40 dari
Limfosit B menyebabkan Limfosit B teraktivasi yaitu berproliferasi dan dibawah
pengaruh limfokin akan berdiferensiasi.
Mekanisme Respon Imun
Pengenalan → cocok → “Lock & Key”
Aktivasi → Ditangkap oleh sIg dari Limfosit B
- Masuk secara Endositosis
↓-
Dipecah menjadi peptida
- Disajikan ke permukaan sel melalui MHC II
- Diikat TcR limfosit T
↓
Ikatan tersebut menyebabkan limfosit T teraktivasi membentuk
- TICCL
- Sekresi limfokin
↓
TICCL ikatan CD40 limfosit B → Proliferasi
dengan adanya limfokin → Diferensiasi
↓
Efektor → Sel Plasma yang mensekresi Imunoglobulin
Sel Memori