Anda di halaman 1dari 20

TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER

MATA KULIAH BAKTERIOLOGI


STr ANALIS KESEHATAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
PEWARNAAN BAKTERI
Disusun oleh Sekar Arum Prabaningtyas (P07134219035)

1. Pewarnaan Negatif
a. Tujuan Tujuan pewarnaan negatif adalah untuk mempelajari penggunaan prosedur
pewarnaan negatif untuk mengamati morfologi organisme yang sukar
diwarnai oleh pewarna sederhana.

b. Prinsip Mengidentifikasi morfologi sel bakteri dengan menggunakan zat warna


tunggal. pewarnaan ini hanya menggunakan satu macam zat warna saja. Zat
warna yang di gunakan adalah Methylen blue, Crystal violet, basic fuchin atau
safranin ( Sutedjo, 1991 ).
c. Alat, pewarna 1) Alat yang digunakan adalah kaca objek, jarum ose, rak tabung, tabung
& jenis bakteri reaksi(tempat biakan bakteri), bunsen dan korek api.
2) Pada pewarnaan ini zat pewarna yang digunakan adalah tinta bak/tinta
cina/tintaindia (nigrosin)
3) Bakteri yang menggunakan pewarnaan ini adalah Leptospira sp. ,
Treponema sp. , dan Borrelia sp., Escherichia coli dan Bacillus subtillis

d. Prosedur 1) Sediakan alat dan bahan


2) Bersihkan kaca objek dengan alcohol dan kapas
3) Fiksasi kaca objek di atas api untuk
menghilangkan lemak
4) Pijarkan jarum ose
5) Ambil biakan bakteri menggunakan jarum
ose
6) Oleskan pada kaca objek
7) Teteskan satu tetes tinta cina
8) Ratakan menggunakan kaca objek lain
9) Lakukan pengamatan
e. Contoh hasil
Nama bakteri : Bacillus subtillis
Zat warna : tinta cina
Bentuk : basilus
Formasi : diplobasil

2. Pewarnaan Sederhana
a. Tujuan Pewarnaan sederhana yaitu pewarnaan dengan menggunakan satumacam
zat warna dengan tujuan hanya untuk melihat bentuk sel bakteri dan untuk
mengetahui morfologi dan susunan selnya . pewarnaan ini dapat
menggunakan pewarnaan basa  pasda umumnya antara lain kristal violet ,
metylen blue , karbol , fuchsin , dan safranin (lay ,1994).
b. Prinsip Teknik pewarnaan ini menggunakan satu jenis zat warna untuk mewarnai
bakteri. Zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana
umumnya bersifat alkolin. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan
pewarnaan-pewarnaan sederhana karena sitoplasamanya bersifat basofilik
(suka dengan basa), sehingga dengan melakukan pewarnaan tersebut dapat
mengetahui bentuk dan rangkaian sel-sel bakteri.
Pewarna basa yang biasa digunakan untuk pewarnaan sederhana ialah
metilen biru, kristal violet, dan karbol fuehsin yang mana pewarnaan
sederhana ini dibagi lagi menjadi dua jenis pewarnaan.

c. Alat,pewarna 1) Alat yang digunakan adalah kaca objek, jarum ose, rak tabung, tabung
& jenis bakteri reaksi(tempat biakan bakteri), bunsen dan korek api.
2) Pewarna basa yang biasa digunakan untuk pewarnaan sederhana ialah
metilen biru, safranin, kristal violet, dan karbol fuehsin yang mana
pewarnaan sederhana ini dibagi lagi menjadi dua jenis pewarnaan
3) Jenis bakteri yang dapat diamati pada teknik pewarnaan sederhana,
seperti: Coccus (bulat), bacillus (batang), spiral.

d. Prosedur 1) Bersihkan preparat glass dengan alkohol 70% kemudian di fiksasi di atas
bunsen
2) Buat 3 lingkaran menggunakan spidol pada kaca objek
3) Pijarkan jarum ose kemudian dicelupkan ke aquades dan teteskan 3 ose
aquades pada preparat glass menggunakan jarum ose
4) Pijarkan lagi jarum ose dan diambil bakteri dari media dengan cara
aseptik lalu diratakkan di atas preparat glass
5) Keringkan
6) Teteskan larutan zat warna sebanyak 1 atau 2 tetes
7) Keringkan selama 5 menit
8) Cuci dengan air mengalir
9) Keringkan preparat dengan dianginkan, dan
10) Amati dibawah mikroskop karakteristik dan bentuk bakteri

e. Contoh hasil
Nama bakteri : Bacillus subtillis
Zat warna : metilen biru
Bentuk : basilus
Formasi : streptobasil
Warna bakteri : biru
Lapang pandang : 100 kali

Nama bakteri : Bacillus subtillis


Zat warna : safranin
Bentuk : basilus
Formasi : streptobasil
Nama bakteri : Bacillus subtillis
Zat warna : kristal violet
Bentuk : basilus
Formasi : streptobasil
Warna bakteri : ungu
Lapang pandang : 100 kali

Nama bakteri : Staphylococcus aureus


Zat warna : kristal violet
Bentuk : coccus
Formasi : Strafilokoki (bergerombol
seperti anggur)
Warna bakteri : ungu
Lapang pandang : 10 kali

3. Pewarnaan Gram
a. Tujuan Tujuan dari pewarnaan adalah untuk memudahkan melihat bakteri
dengan mikroskop, memperjelas ukuran dan bentuk bakteri, untuk
melihat struktur luar dan struktur dalam bakteri seperti dinding sel dan
vakuola, menghasilkan sifat-sifat fisik dan kimia yang khas daripada
bakteri dengan zat warna, serta meningkatkan kontras mikroorganisme
dengan sekitarnya.

b. Prinsip Dalam melakukan pewarnaan Gram terdapat empat macam tahap yang
dilakukan antara lain adalah pemberian warna utama Gram A berupa larutan
Kristal violet berwarna ungu. Selanjutnya adalah pengintensifan warna utama
gram B berupa larutan kalium iodida kemudian pencucia dekolorisasi Gram C
berupa alcohol. Dan yang terakhir adalah pemberian warna penutup/pewarna
tandingan/counterstain Gram D larutan safranin berwarna merah muda.
Ada dua teknik untuk membekukan prosedur warna Gram yang hasilnya
setara ialah teknik Hucker dan teknik Burke. Teknik Burke dalam prosedur ini
dikenakan pada sel bakteri yang telah difiksasi, hasil pewarnaan pada bakteri
Gram positif berwarna ungu, sedangkan pada bakteri Gram negatif berwarna
merah muda. Bakteri gram negatif adalah bakteri yang tidak
mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan Gram.
Bakteri gram positif akan mempertahankan warna ungu gelap setelah dicuci
dengan alcohol, sementara bakteri gram negatif tidak. Sedangkan Bakteri
gram positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna metil ungu
sewaktu proses pewarnaan Gram. Bakteri jenis ini akan berwarna biru atau
ungu di bawah mikroskop, sedangkan bakteri gram negatif akan berwarna
merah muda. Perbedaan klasifikasi antara kedua jenis bakteri ini terutama
didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel bakteri.

c. Alat, pewarna 1) Alat yang digunakan adalah kaca objek, jarum ose, rak tabung, tabung
& jenis bakteri reaksi(tempat biakan bakteri), bunsen dan korek api

2) Alat pewarnaan pada pewarnan gram menggunakan zat pewarna, antara


lain:
a) Gram A : Larutan hucker cristal violet
b) Gram B : Larutan mordan Lugols iodin
c) Gram C : Larutan peluntur
d) Gram D : Larutan safranin
3) Jenis bakteri yang digunakan adalah bakteri gram positif dan bakteri gram
negatif. Bakteri gram positif, sepreti: streptococcus, staphylococcus,
micrococcus, listeria, lactobacillus, carynebacteria, Arthrobacter,
enterococcus, mycobacterium, dan clostridium. Bakteri gram negatif,
seperti: pseudomonas, helicobater, stenotrophus, bakteri asam laktat,
cyanobacteria, dan Escherichia coli.
d. Prosedur 1) Bersihkan glass preparat menggunakan tissu dan alkohol dan keringkan
2) Teteskan 3 ose aquades pada glass preparat
3) Letakkan bakteri diatas aquades tersebut secara aseptis
4) Keringkan dengan cara fiksasi
5) Tetesi gram A dan tunggu 1 menit
6) Setelah itu cuci dengan air mengalir dan keringkan kembali
7) Setelah kering tetesi dengan gram B dan tunggu 1 menit
8) Cuci dengan air mengalir dan keringkan
9) Tetesi dengan gram C dan tunggu 30 detik
10) Cuci dengan air mengalir dan keringkan

e. Contoh hasil
Nama bakteri : Bacillus subtillis
Zat warna : tinta cina dan safranin
Bentuk : basilus
Formasi : streptobasil
Warna bakteri : dinding bakteri merah
dan bagian dalam bening
Lapang pandang : 100 kali
Nama bakteri : Bacillus megaterium

4. Pewarnaan Bateri Tahan Asam (BTA)


a. Tujuan Mengidintifikasi bentuk-bentuk (morfologi) dan sifat BTA pada  preparat
yang telah dibuat.
b. Prinsip 1) Metode Zeihl-Neelsen
Dinding bakteri yang tahan asam mempunyai lapisan lilin dan lemak
yang sukar ditembus cat. Oleh karena pengaruh fenol dan pemanasan
maka lapisan lilin dan lemak itu dapat ditembus cat basic fuchsin. Pada
waktu pencucian lapisan lilin dan lemak yang terbuka akan merapat
kembali. Pada pencucian dengan asam alkohol warna fuchsin tidak
dilepas. Sedangkan pada bakteri tidak tahan asam akan luntur dan
mengambil warna biru dari methylen blue.
 Mewarnai bakteri yang tahan terhadap asam digunakan cara
pewarnaan Ziehl Neelson. Pewarnaan Ziehl Neelson terdapat beberapa
perlakuan dan zat kimia yang diberikan. Fiksasi bertujuan untuk
mematikan bakteri tetapi tidak mengubah struktur sel bakteri. Perlakuan
pencucian dengan menggunakan aquades mengalir bertujuan untuk
menutup kembali lemaknya (Pelczar dan Chan, 1986).
2) Metode Kinyoun-Gabbet
Dinding bakteri yang tahan asam mempunyai lapisan lilin dan
lemak yang sukar ditembus cat. Oleh karena pengaruh fenol dan kadar
cat yang tinggi maka lapisan lilin dan lemak itu dapat ditembus cat
basic fuchsin. Pada waktu pencucian lapisan lilin dan lemak yang
terbuka akan merapat kembali. Pada pencucian dengan asam alkohol
warna fuchsin tidak dilepas. Sedangkan pada bakteri tidak tahan asam
akan luntur dan mengambil warna biru dari methylen blue.
c. Alat,pewarna 1) Alat yang digunakan adalah kaca objek, jarum ose, rak tabung, tabung
& jenis bakteri reaksi(tempat biakan bakteri), bunsen dan korek api.
2) Zat pewarna :
a) Metode Zeihl-Neelsen
Pewarnaan tahan asam menggunakan larutan ziehl-Neelsen A (cat
karbol fuchsin), Ziehl-Neelsen B (alkohol asam :HCL 3% dalam
metanol 95%) dan ziehl –neelsen C (cat biru metilen).
b) Metode Kinyoun-Gabbet
Pewarnaan tahan asam menggunakan larutan Kinyoun (fuchsin
basa 4 gram, alkohol 95% 20 ml, fenol Kristal 8 gram dalam
aquadest 100 ml) dan larutan Gabbet ( Methylen blue 0,3 gram
dalam aquadest 100 ml)
3) Pewarnaan tahan asam memilahkan kelompok Mycobacterium dan
Nocandia dengan bakteri lainnya. Kelompok bakteri ini disebut bakteri
tahan asam karena dapat mempertahankan zat warna pertama (carbol
fuchsin) sewaktu dicuci dengan larutan pemucat (alkohol asam). Larutan
asam terlihat berwarna merah, sebaliknya pada bakteri yang tidak tahan
asam karena larutan pemucat (alkohol asam) akan melakukan reaksi
dengan carbol fuchsin dengan cepat, sehingga sel bakteri tidak berwarna
(Lay, 1994).
d. Prosedur 1) Metode Zeihl-Neelsen
a) Bersihkan gelas benda dengan alkohol agar bebas lemak
b) Buat preparat smear dari biakkan yang ada secara aseptic
c) Preparat smear tersebut dikeringangudarakan
d) Lakukan fiksasi di atas nyala api spirtus
e) Preparat smear di tetesi 2-3 tetes zat Ziehl-Neelsen A dan panaskan
di atas nyala api spirtus  selama 5-10 menit jaga pemanasan jangan
sampai mendidih
f) Cuci dengan air dan tiriskan
g) Tetesi dengan Ziehl-Neelsen B samapi olesan berwarna merah muda
h) Lalu cuci dengan air mengalir dan tiriskan.
i) Tetesi dengan zat Ziehl-Neelsen selama 2 menit
j) Cuci dengan air mengalir dan tiriskan
k) Preparat dikeringudarakan
l) Amati menggunakan mikroskop
2) Metode Kinyoun-Gabbet
a) Dibuat sediaan kuman dan difiksasi
b) Diwarnai dengan Kinyoun selama 3 menit
c) Sediaan dicuci dengan air
d) Diwarnai dengan Gabbet selama 1 menit
e) Dicuci dan dikeringkan
f) Diperiksa di bawah mikroskop.

e. Contoh hasil

Nama bakteri : Micobacteriu tuberculosis


Bentuk : basil
Formasi : streptobasil
Warna bakteri : merah dan biru
Jenis : merah (BTA), biru (Non-
BTA)
Lapang pandang : 100 kali
Metode pewarnaan : metode Ziehl-Neelsen
Bentuk : basilus

Metode pewarnaan : metode Kinyoun-Gabbet


Bentuk : basilus
Formasi : Monobasil, diplobasil, streptobasil
Warna : merah dan biru
Jenis : merah (BTA), biru ( Non-BTA)
Lapang pandang : 100 kali

5. Pewarnaan Kapsul
a. Tujuan Mengidintifikasi bentuk-bentuk (morfologi) dan ada atau tidaknya
kapsula pada bakteri.
b. Prinsip Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion antara komponen
selular dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut
kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada
komponen seluler maupun pada pewarna. Berdasarkan adanya muatan ini
maka dapat dibedakan pewarna asam dan pewarna basa. Pewarna asam
dapat tejadi karena bila senyawa pewarna bermuatan negatif. Dalam kondisi
pH mendekati netral dinding sel bakteri cenderung bermuatan negatif,
sehingga pewarna asam yang bermuatan negatif akan ditolak oleh dinding
sel, maka sel tidak berwarna. Pewarna asam ini disebut pewarna negatif.
Contoh pewarna asam misalnya : tinta cina, larutan Nigrosin, asam pikrat,
eosin dan lain-lain. Pewarnaan basa bisa terjadi bila senyawa pewarna
bersifat positif, sehingga akan diikat oleh dinding sel bakteri dan sel bakteri
jadi terwarna dan terlihat. Contoh dari pewarna basa misalnya metilin biru,
kristal violet, safranin dan lain-lain (Rizki, 2008).

c. Alat, pewarna 1) Alat yang digunakan adalah kaca objek, jarum ose, rak tabung, tabung
&jenis bakteri reaksi(tempat biakan bakteri), Bunsen, kertas penghisap dan korek api.
2) Pewarnaan kapsul menggunakan beberapa zat pewarna, yaitu:
a) Tinta cina
b) Larutan Kristal Violet 0,5 %
3) Bahan yang digunakan dalam pewarnaan ini, antara lain :
a) Aquades steril
b) Alcohol
c) Lisol
d) Sabun cuci
4) Bakteri yang gunakan dalam pewarnaan ini adalah Bacillus anthracis,
Diplooccus pneumoniae, Klebsiella, Acetobacter xylinium, Bacillus
subtilis, Betacrocus dextranicus,
d. Prosedur 1) Menyediakan kaca objek bersih dan melewatkan diatas nyala api bunsen

2) Meteskan aquades menggukan jarum ose

3) Menginokulasikan bakteri yang akan diperiksa di atas tetesan aquades


secara aseptik

4) Meratakan dengan perlahan dan menunggu hingga kering

5) Melakukan fiksasi dengan cara melewatkan sediaan tersebut di atas nyala


api lampu spritus dengan cepat

6) Meletakkan sediaan di atas kawat penyangga yang berada di atas


mangkuk pewarna

7) Meneteskan larutan kristal violet di atas sediaan dan menunggu selama 1


menit

8) Menjepit kaca objek sediaan dengan pinset (kedudukan tetap di atas


mangkuk pewarna)

9) Melakukan pembilasan dengan larutan CuSO4, 5H2O secara hati-hati

10) Mengeringkan sediaan dengan kertas penghisap secara hati-hati agar


tidak merusak sediaan

11) Mengamati sediaan di bawah mikroskop

e. Contoh hasil

Nama Bakteri : Klebsiella pneumonia


Zat warna : tinta cina & karbol
Fuchin
Warna / : merah / oval, lonjong
bentuk sel
Zat warna : tinta cina dan Kristal violet
Bentuk : basilus
Formasi : monobasil
Warna latar belakang : ungu gelap
Warna selubung : bening
Warna bakteri : ungu

6. Pewarnaan Spora
a. Tujuan Metode pewarnaan spora berfungsi untuk mempermudah pengamatan agar
peneliti atau pengamat mampu melihat spora, membedakan dengan sel
vegetatif ataupun mengamati bentuknya.
b. Prinsip Spora bakteri memiliki dinding yang tebal sehingga diperlukan pemanasan
agar pori-pori membesar dan zat warna fuchsin dapat masuk. Dengan
pencucian, pori-pori kembali mengecil menyebabkan zat warna fuchsin
tidak dapat dilepaskan walaupun dilunturkan dengan alkohol, sedangkan
pada bakteri warna fuchsin dilepaskan dan mengambil warna biru dari
methylen blue.
Alat, pewarna & 1) Alat yang digunakan, yaitu kaca benda (object glass), sengkelit /
jenis bakteri jarum ose, pembakar bunsen, pipet tetes, penjepit kaca
bendamikroskop ,cahaya, kertas saring, water bath, corong dan
kertas lensa.
2) Menurut Volk & Wheeler (1988), dalam pengamatan spora bakteri
diperlukan pewarnaan tertentu yang dapat menembus dinding tebal
spora. Contoh dari pewarnaan yang dimaksudkan oleh Volk & Wheeler
tersebut adalah dengan penggunaan larutan hijau malakit 5%, dan untuk
memperjelas pengamatan, sel vegetative juga diwarnai dengan larutan
safranin 0,5% sehingga sel vegetative ini berwarna merah. Pewarnaan
lain yang dapat digunakan dalam pewarnaan ini adalah karbol fuchsin,
dan metilen biru.
3) Bahan yang digunakan dalam pewarnaan ini, yaitu minyak imesi dan
H2SO4 1 %
4) Endospora hanya terdapat pada bakteri. Merupakan tubuh berdinding
tebal, sangat refraktif, dan sangat resisten, dihasilkan oleh semua
spesies Bacillus, Clostridium dan Sporosarcina. Bakteri yang mampu
membentuk endospora dapat tumbuh dan bereproduksi selama banyak
generasi sebagai sel vegetatif. Namun pada beberapa tahapan di dalam
pertumbuhannya, terjadi sintesis protoplasma baru dalam sitoplasma
vegetatifnya yang dimaksudkan untuk menjadi spora. (Pelczar,1986)
c. Prosedur Prosedur pewarnaan menurut Klein adalah
1) Dibuat suspense pekat bakteri dalam 0,5 ml air garam 0,85 % dalam
tabung.
2) Ditambahkan karbol Fuschin (perwarna primer) sama banyaknya dengan
Nacl tadi (0,5 ml)
3) Panaskan diatas api kecil selama 6 menit atau didalam water bath 80 ºC
selama 10 menit.
4) Buat preparat dari suspense tadi dan dikeringkan, rekatkan.
5) Teteskan asam Sulfat 1% sambil dimiringkan untuk membuang zat warna
yang berlebihan selama 1 – 3 detik.
6) Bilas dengan air kran
7) Tuangi air metilen biru, diamkan selama 2 -4 menit.
8) Zat warna dibuang, bilas dengan air kran, keringkan diatas kertas saring
atau di udara.
9) Amati hasil pewarnaan di mikroskop.
10) Badan bakteri berwarna biru, spora berwarna merah.
d. Contoh hasil

Nama Bakteri : Bacillus subtilis


Bentuk : Oval
Warna sel bakteri :biru
Warna /bentuk spora : merah, Oval
Letak spora : terminal

Metode pewarnaan : Schaeffer-Fulton


Zat warna : Hijau Malakit 5% dan
safranin 0.5%..
Warna : Hijau (Spora), Merah
(vegetative/tidak ada spora)
Bentuk : basilus
Formasi : Monobasil, diplobasil,
streptobasil

7. Pewarnaan Granula
e. Tujuan Terdapat 3 metode untuk melakukan pewarnaan granula, tujuannya adalah :
1) Metode Albert : untuk mengamati granula bakteri
2) Metode Loeffler : untuk mengamati granula bakteri
3) Metode Neisser : untuk mewarnai granula
f. Prinsip Terdapat 3 jenis pewarnaan granula dengan prinsip yang berbeda-beda yaitu
sebagai berikut :
1) Prinsip Metode Albert
Pada pengecatan dengan toluidine blue granula bakteri akan berwarna
ungu (karena bersifat metakromatik) dan tidak akan larut oleh air
sehingga  pada pemberian safranin warna granula tetap ungu. Sedangkan
pada sitoplasma warna dari toluidin blue akan larut oleh air dan
mengambil warna hijau dari metyl green.
2) Prinsip Metode Loeffler
Pada prosedur Loeffler digunakan zat warna sederhana metilen biru.
Granula tampak berwarna biru gelap dan sitoplasma bakteri berwarna biru
terang.
3) Prinsip Metode Neisser
Pengecetan dengan Neisser A dan B menyebabkan granula babes Ernst
(poolkarrel) berwarna violet hitam, cat Neisser C tidak berubah (luntur),
badan bakteri akan terlunturkan oleh air yang terdapat pada  Neisser C
sehingga mengambil warna kuning atau coklat dari Neisser C.
g. Alat, pewarna 1) Alat yang digunakan adalah kaca objek, jarum ose, rak tabung, tabung
& jenis bakteri reaksi(tempat biakan bakteri), Bunsen, dan korek api
2) Zat warna :
a) Metode Albert
(1) Formula Zat Warna Albert
Zat Warna Albert mengandung toluidine blue 0,15 g, methyl green
0,2 g, glacial acetic acid 1,0 ml, etanol 95%, 2,0 ml, dan distilled
water 100,0 ml (Beishir, 1991).
(2) Formula Larutan Lugol (Lugol’s Iodine Solution)
Larutan Lugol mengandung C.P. iodine 5,0 g, kalium iodida C.P.
10,0 g, dan distilled water 100,0 ml (Beishir, 1991).
b) Metode Loeffler
Zat Warna Biru Metilen Alkalin Loeffler mengandung methylene blue
chloride 0,3 g, etanol 95%, 30,0 ml, dan larutan KOH 0,01 % 100,0 ml
(Beishir, 1991).
c) Metode Neisser
Zat Warna Neisser A mengandung biru metilen 0,1 g, alkohol 96% 2
ml, asam asetat pekat 5 ml, dan akuades 95 ml. Zat Warna Neisser B
mengandung kristal violet 1 g, alkohol 96% 10 ml, dan akuades 300
ml. Zat Warna Neisser C mengandung crysoidine 2 g dan akuades
(panas) 300 ml (Anonim1, 1991).
3) Jenis bakteri yang digunakan pada teknik pewarnaan ini adalah beberapa
bakteri gram positif, kuman pathogen tertentu, Corynebacterium
diptheriae.
h. Produser 1) Metode Albert
Pertama, buatlah sediaan. Kedua, tetesilah sediaan dengan Zat Warna
Albert dan biarkanlah selama 5 menit. Ketiga, bersihkan sediaan dari sisa-
sisa zat warna (Jangan dicuci dengan air!). Keempat, tetesilah dengan
Larutan Lugol dan biarkanlah selama 1 menit. Kelima, miringkan sediaan
supaya bersih dari sisa-sisa zat warna. Keenam, cucilah dengan air yang
mengalir. Ketujuh, keringkan sediaan (Beishir, 1991).
2) Metode Loeffler
Pertama, buatlah sediaan. Kedua, tetesilah sediaan dengan Zat Warna
Biru Metilen Alkalin Loeffler dan biarkanlah selama 5 menit. Ketiga,
cucilah dengan air yang mengalir. Keempat, keringkanlah sediaan
(Beishir, 1991).
3) Metode Neisser
Pertama, buatlah sediaan kuman pada gelas obyek, fiksasilah, dan
tunggu sampai dingin. Kedua, tuangkan Neisser AB pada sediaan kuman
dan biarkan selama 1 menit. Ketiga, buang sisa Neisser AB dari gelas
obyek. Keempat, tuangkan Neisser C pada sediaan dan biarkan selama
1,5 menit. Kelima, buang sisa Neisser C dari gelas obyek. Keenam,
keringkan dengan kertas pengering. Ketjuh, teteskan satu tetes minyak
imersi pada sediaan lalu lihatlah di bawah mikroskop dengan lensa
obyektif pembesaran 100x (Anonim1, 1991).
i. Contoh hasil

Metode pewarnaan : Albert


Bentuk : basilus
Granula : ungu
Sitoplasma : biru pucat

Metode pewarnaan : Loeffler


Bentuk : basilus
Metode pewarnaan : Neisser
Bentuk : basilus
Granula : warna biru gelap
atau biru hitam (karena Neisser AB)
Sitoplasma : kuning coklat
(karena Neisser C)

8. Pewarnaan Flagela
a. Tujuan Untuk mengetahui ada atau tidaknya fagella dan letak fagella pada bakteri.
b. Prinsip Prinsip pewarnaan fagella adalah membuat organel tersebut dapat di
lihat dengan cara melapisinya dengan larutan mordant dalam  jumlah yang
cukup ada dua metode pada pewarnaan fagella yaitu metode Gray dan dan
metode Leifson.
Metode Gray di gunakan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan
mengena walaupun dalam metode ini tidak di lakukan pencelupan khusus.
Pada pewarnaan flagella larutan kristal violet  bertindak sebagai pewarna
utama, sedangkan asam tannic dan alumunium kalium sulfat bertindak
sebagai mordant. Kristal violet akan membentuk endapan disekitar flagel,
sehingga meningkatkan ukuran nyata flagel (Anonim, 2016).
c. Alat, pewarna 1) Alat yang digunakan adalah kaca objek, jarum ose, rak tabung, tabung
& jenis bakteri reaksi(tempat biakan bakteri), Bunsen, dan korek api.
2) Alat pewarna yang digunakan pada teknik pewarnaan flagella:
a) Metode Gray
(1) Kalium aluin 10% 5 ml
(2) Sublimat 20% 2 ml
(3) Asam tanine 20% 2 ml
(4) Basic fuchsin
b) Metode Leifson
(1) Basic fuchsin 1 g
(2) NaCl 1.5 g
(3) Asam tanine 2,5 g
Ketiga zat dicampur, 1,7g campuran dilarutkan dalam 35 ml alkohol +
85 ml aquadest.
3) Jenis bakteri yang digunakan adalah bakteri yang memiliki flagel.
Berdasarkan jumlah dan letak flagelnya, bakteri dibedakan menjadi
monotrik, lopotrik, amfitrik, peritrik dan atrik. Contoh bakteri berflagel
adalah Pesudomonas (monotrik), Spirillium serpen (amfitrik),
Pseudomonas flourencens (lofottrik), dan Samonella thypii (peritik).
d. Prosedur 1) Metode Gray (Grafallah, 2017)
a) Siapkan objek glass yang bersih dan bebas lemak.
b) Di teteskan satu tetes kultur bakteri/suspensi bakteri pada salah satu
ujung objek glass, tegakkan pada rak sehingga terjadi aliran ke
bawah, biarkan kering di udara.
c) Di genangi dengan larutan mordant. Diamkan selama 5-10-15 menit
d) Cat di buang di bilas dengan air mengalir.
e) Di genangi dengan carbol fuchsin (ZNA). Diamkan 5-10 menit.
f) Cat di buang, di bilas air mengalir. Biarka kering..
g) Di periksa di bawah mikroskop menggunakan obyektif 100X dan oil
imersi.
2) Metode Leifson (Grafallah, 2017)
a) Di siapkan objek glass yang bersih dan bebas lemak.
b) Di teteskan satu tetes kultur bakteri/suspensi bakteri pada salah satu
ujung objek glass, tegakkan pada rak sehingga terjadi aliran ke
bawah. Biarkan kering di udara.
c) Di genangi dengan campuran cat A dan B, diamkan selama 5 menit,
sampai terlihat warna kehijauan pada tetepi tetesan.
d) Cat di buang, di bilas dengan air mengalir. Keringkan.
e) Di lihat di bawah mikroskop menggunakan perbesaran 100X dan oil
imersi.

e. Contoh hasil

Nama bakteri : E. coli


Bentuk : basilus
Spora : merah-oranye
Sitoplasma : merah bata
Jenis : peritik

DAFTAR PUSTAKA

Anonim1. Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Edisi VII. Surabaya: Laboratorium Mikrobiologi Fakultas
Kedokteran Universitas. Airlangga,1991. h. 5−22, 68−69.
Anonim2. 2016. Laporan Mikrobiologi : Makalah Pewarnaan Bakteri. Diakses pada 22 Maret 2020 dari

http://sunshinecuties.blogspot.com/2016/02/makalah-pewarnaan-bakteri.html

Beishir B. Microbiology in Practice : A Self-Instructional Laboratory Course. Edisi V. New York:


HarperCollins, 1991. h. 251−258.
Lay, B. W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: PT. Raga Grafindo Persada.

Pelczar, M. J. And E. C. S. Chan. 1986. Elements of Mycrobiology. New York : Mc grow-Hill Book

Company.
Rizki. 2008. Pewarnaan, (Online), (http://materikuliahpewarnaan.html, diakses tanggal 24 September
2012).

Sutedjo, M.1991. Mikrobiologi Tanah. Jakarta : Rhineka Cipta.

Volk dan Wheeler, 1993, Mikrobiologi Dasar Jilid 1 Edisi ke 5, Erlangga, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai