Oleh:
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN ANALIS KESEHATAN 3B
TAHUN AJARAN
2018/2019
PEMERIKSAAN RPR
(Rapid Plasma Reagin )
I. TUJUAN
A. Tujuan Instruksional Umum
1. Mahasiswa dapat memahami cara pemeriksaan RPR karbon antigen.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan cara pemeriksaan RPR karbon antigen.
B. Tujuan Instruksional Khusus
1. Mahasiswa dapat melakukan cara pemeriksaan RPR karbon antigen.
2. Mahasiswa dapat mengetahui hasil kualitatif dan kuantitatif pemeriksaan RPR
karbon antigen.
3. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil kualitatif dan kuantitatif pemeriksaan
RPR karbon antigen.
II. METODE
Metode yang digunakan adalah rapid tes aglutinasi
III. PRINSIP
Rapid plasma reagin / RPR tes adalah sebuah metode non treponemal untuk
mendeteksi serologi sífilis. Antigen suspensi partikulat karbon yang dilapisi dengan lipid
kompleks aglutinasi menandakan dari serum reagin. Reagin adalah antibodi pada serum
pasien sipilitik. Visible aglutinasi dalam bentuk rumpun hitam yang bisa dilihat secara
makroskopis menunjukkan adanya antibodi tersebut dalam sampel yang diuji.
IX. PEMBAHASAN
Sifilis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema pallidum,
merupakan penyakit kronis dan bersifat sistemik, selama perjalanan penyakit dapat
menyerang seluruh organ tubuh, ada masa laten tanpa manifestasi lesi di tubuh, dan dapat
ditularkan kepada bayi di dalam kandungan.(Donna,Partogi. 2009)
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang sangat infeksius, disebabkan oleh
bakteri berbentuk spiral, Treponema pallidum subspesies pallidum. Schaudinn dan
Hoffmann pertama kali mengidentifikasi Treponema pallidum sebagai penyebab sifilis
pada tahun 1905. Schaudin memberi nama organisme ini dari bahasa Yunani trepo dan
nema, dengan kata pallida dari bahasa Latin. (E Efrida,2014)
Sifilis ditandai dengan periode aktif (primer, sekunder dan tersier) diselingi
periode laten. Penyebab sifilis adalah Treponema pallidum, a motile, corkscrew-shaped,
bakteri prokaryotic yang flexible, helically coiled cell wall. Sifilis ditularkan melalui
kontak intim dengan lesi yang terinfeksi atau tranfusi darah, juga transplasental. Pada
awal tahun 1990-an, 10% populasi di Amerika Serikat dan Eropa terinfeksi sifilis.
Terbanyak pada pria dengan usia 15–34 tahun. Diagnosis dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan mikroskop lapangan gelap dari serum lesi. Identifikasi serologi dapat
dilakukan minimal 3 minggu. Sifilis primer terjadi 3 minggu setelah kontak infeksi, dapat
sembuh dalam 4–8 minggu dengan atau tanpa pengobatan. Sifilis sekunder biasanya
tampak dengan erupsi kulit dalam 2–10 minggu setelah infeksi primer disertai keluhan
prodormal ringan, seperti lemah, kehilangan nafsu makan, demam, sakit kepala, pusing.
Lesi permulaan bersifat bilateral simetris, kemerahan, basah, dan berbentuk bulat.
Manifestasi sifilis sekunder dapat berupa makula erupsi (roseola syphilitica) 0,5–2,0 cm,
kemerahan, basah, bulat, biasanya di punggung dan fleksor ekstremitas atas, kondilomata
lata berupa kemerahan, papula atau plak, halus, basah.(Indiarsa Arief,2010)
Metode definitif untuk mendiagnosis sifilis dilakukan dengan pemeriksaan
mikroskop lapangan gelap terhadap eksudat dari chancre pada sifilis primer dan lesi
mukokutis pada sifilis sekunder serta uji antibodi fluoresens langsung. Uji serologi lebih
mudah, ekonomis, dan lebih sering dilakukan. Terdapat dua jenis uji serologi yaitu: 1)uji
nontreponema, termasuk uji Venereal Disease Research Laboratory (VDRL) dan Rapid
Plasma Reagin (RPR), 2)uji treponema, termasuk Fluorescent Treponemal Antibody
Absorption (FTA-ABS) dan Treponema pallidum Particle Agglutination(TP-PA). (E
Efrida,2014)
Pemeriksaan sifilis terbagi menjadi dua tahap, yaitu pemeriksaan non treponemal
dan treponemal. Pemeriksaan non treponemal merupakan tahap skrining. Metode yang
biasanya digunakan adalah RPR. Pemeriksaan RPR bertujuan untuk mendeteksi adanya
kerusakan jaringan yang ditandai dengan adanya Reagin. Reagin merupakan antibodi
yang dapat mengenali fragmen jaringan yang terlepas. Kehadiran reagin dideteksi
menggunakan kardiolipin yang terikat pada partikel karbon. Hasil reaktif ditandai dengan
terbentuknya gumpalan setelah delapan menit dilakukan rotasi. (Patricia & Gina,2018)
Uji RPR adalah uji aglutinasi non treponema untuk mendeteksi keberadaan reagin
dalam serum manusia. Pemeriksaan ini berdasarkan pada reaksi aglutinasi yang terjadi
antara partikel karbon yang dilapisi kompleks lipid dengan reagin yang berada dalam
sampel pasien yang terkena sifilis. Uji RPR ini merupakan uji yang non spesifik untuk
sifilis. Semua sampel yang reaktif harus diuji kembali dengan metode TPHA dan FTA-
ABS untuk mengkonfirmasi hasil. Hasil strong reactive (reaktif kuat) ditandai dengan
terbentuknya aglutinasi dalam jumlah yang sangat banyak sedangkan hasil weak reactive
(reaktif lemah) ditandai dengan terbentuknya aglutinasi pada permukaan papan aglutinasi
dengan jumlah yang sangat sedikit. (Patricia & Gina,2018)
Pada praktikum pemerksaan RPR-Karbon Antigen menggunakan sampel serum
probandus atas nama Ni Kadek Wira Ningsih, umur 20 tahun, jenis kelamin perempuan
dilakukan dengan cara kualitatif dengan hasil yaitu tidak ditemukan adanya aglutinasi
dan yang ditemukan hanya campuran berwarna abu-abu sehingga hasil tersebut dikatakan
non reaktif (N).
Pemeriksaan RPR mengukur antibodi IgM dan IgG terhadap materi lipoidal,
dihasilkan dari kerusakan sel host sama seperti lipoprotein, dan mungkin kardiolipin
dihasilkan dari treponema. Antibodi antilipoidal merupakan antibodi yang diproduksi
tidak hanya dari pasien sifilis dan penyakit treponemal lainya, tetapi juga sebagai respons
terhadap penyakit nontreponemal akut dan kronik yang menyebabkan kehancuran
jaringan. Jika di dalam sampel ditemukan antibodi, maka akan berikatan dengan partikel
lipid dari antigen membentuk gumpalan. Partikel charcoal beraglutinasi dengan antibodi
dan kelihatan seperti gumpalan di atas kartu putih. Apabila antibodi tidak ditemukan
didalam sampel, maka akan kelihatan campuran berwarna abu-abu. (E Efrida,2014)
Hasil false positive (positif palsu) ditemukan pada penyakit seperti infeksi
mononukleosis, pneumonia, toksoplamosis, kehamilan, dan autoimun. Haemoglobin (10
g/L), bilirubin (20 mg/dL), dan lipid (10 g/L) tidak akan mengganggu pemeriksaan
sedangkan Rheumatoid factor dengan konsentrasi 300 IU/ml dapat mengganggu
pemeriksaan. Hasil yang baik didapatkan dengan menggabungkan data laboratorium dan
gejala klinis. (Patricia & Gina,2018)
X. KESIMPULAN
Berdasarkn praktikum yang telah dilakukan pada pemeriksaan RPR sampel serum
probandus atas nama Ni Kadek Wira Ningsih ,umur 20 tahun , jenis kelamin perempuan
didapatkan hasil yaitu tidak ada aglutinasi (N/non reaktif) pada uji kualitatif.
DAFTAR PUSTAKA
Donna,Partogi. 2009. Evaluasi beberapa tes treponemal terhadap sifilis. Tersedia pada web :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/3402/08E00859.pdf?
sequence=1&isAllowed=y diakses pada tanggal 10 April 2019
Indiarsa Arief. 2010. Sifilis Sekunder dengan Manifestasi Klinis Kondilomata Lata(Secondary
Syphilis with Condylomata Lata as a Clinical Manifestation). Tersedia pada web:
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-bik372acb95c96full.pdf diakses pada 10
April 2019
Patricia & Gina. 2018. PEMERIKSAAN RAPID PLASMA REAGIN (RPR). Tersedia pada web :
https://www.researchgate.net/profile/Patricia_Naully2/publication/325281195 . Diakses
pada tanggal 10 April 2019