Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN IMUNOSEROLOGI

PEMERIKSAAN RPR KARBON ANTIGEN

OLEH :

Ida Ayu Sinta Sasmitha Dewi Suta

P07134017062

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

2019
Hari/tanggal : Selasa, 2 April 2019

I. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum
1. Mahasiswa dapat memahami cara pemeriksaan RPR karbon antigen.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan cara pemeriksaan RPR karbon antigen.
b. Tujuan Instruksional Khusus
1. Mahasiswa dapat melakukan cara pemeriksaan RPR karbon antigen.
2. Mahasiswa dapat mengetahui hasil kualitatif dan kuantitatif pemeriksaan RPR
karbon antigen.
3. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil kualitatif dan kuantitatif
pemeriksaan RPR karbon antigen.

II. Metode
Metode yang digunakan adalah rapid test aglutinasi

III. Prinsip
Rapid Plasma Reagin/ RPR tes adalah sebuah metode non treponemal untuk
mendeteksi serologi sifilis. Antigen ( suspensi parikulat karbon yang dilapisi dengan
lipid kompleks). Aglutinasi menendakan serum regain. Regain adalah antibody pada
serum pasien sipilitik. Visible aglutinasi dalam bentuk clump hitam yang bisa dilihat
secara makroskopis, menunjukkan adanya antibody tersebut dalam sampel yang diuji.

IV. Dasar Teori

Sifilis adalah penyakit menular seksual yang sangat infeksius, disebabkan oleh
bakteri berbentuk spiral, Treponema pallidum sub spesies pallidum. Schaudinn dan
Hoffmann pertama kali mengidentifikasi Treponema pallidum sebagai penyebab
sifilis pada tahun 1905. Schaudin memberi nama organisme ini dari bahasa Yunani
trepo dan nema, dengan kata pallida dari bahasa Latin ( Efrida, 2014 ).
Angka sifilis di Amerika terus menurun sejak tahun 1990, jumlahnya dibawah
40.000 kasus per tahun. Center for Disease Control (CDC) melaporkan hanya 11,2
kasus sifilis per 100.000 populasi pada tahun 2000 dan kasus ini terpusat di kota besar
dan wilayah tertentu. Penyebaran sifilis di dunia telah menjadi masalah kesehatan
yang besar dan umum, dengan jumlah kasus 12 juta per-tahun. Hasil penelitian
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM, dari 24 lapas
dan rutan di Indonesia didapatkan prevalensi sifilis 8,5% pada responden perempuan
dan 5,1% pada responden laki-laki ( Efrida, 2014 ).
Treponema pallidum subspesies pallidum (biasa disebut dengan Treponema
pallidum) merupakan bakteri gram negatif, berbentuk spiral yang halus, ramping
dengan lebar kira-kira 0,2 μm dan panjang 5-15 μm. Bakteri yang patogen terhadap
manusia, bersifat parasit obligat intraselular, mikroaerofilik, akan mati apabila
terpapar oksigen, antiseptik, sabun, pemanasan, pengeringan sinar matahari dan
penyimpanan di refrigerator. Penularan sifilis biasanya melalui kontak seksual dengan
pasangan yang terinfeksi, kontak langsung dengan lesi/luka yang terinfeksi atau dari
ibu yang menderita sifilis ke janinnya melalui plasenta pada stadium akhir kehamilan.
Sifilis dapat disembuhkan pada tahap awal infeksi, tetapi apabila dibiarkan penyakit
ini dapat menjadi infeksi yang sistemik dan kronik. Infeksi sifilis dibagi menjadi
sifilis stadium dini dan lanjut. Sifilis stadium dini terbagi menjadi sifilis primer,
sekunder, dan laten dini. Sifilis stadium lanjut termasuk sifilis tersier (gumatous,
sifilis kardiovaskular dan neurosifilis) serta sifilis laten lanjut ( Efrida, 2014 ).
Ada dua jenis pemeriksaan serologi pada Treponema pallidum yaitu; uji
nontreponemal dan treponemal. Uji nontreponemal biasanya digunakan untuk
skrining karena biayanya murah dan mudah dilakukan. Uji treponemal digunakan
untuk konfirmasi diagnosis. Uji nontreponemal yang paling sering dilakukan adalah
uji VDRL dan RPR ( Efrida, 2014 ).

V. Alat dan bahan


a) Alat
- Slide test
- Mikropipet
- Yello tip
- Tusuk gigi
b) Bahan
- Serum /plasma darah
- Reagen RPR

VI. Cara kerja


a. Metode Kualitatif
1. Letakkan reagen dan sampel pada suhu ruang.
2. Letakkan 50µl sampel dan teteskan control terpisah pada lingkar slide.
3. Resuspen antigen dengan lembut.
4. Tambahkan 1 tetes antigen pada lingkar slide.
5. Homogenkan dengan pipet dan goyangkan dengan kecepatan 100 rpm dalam 8
menit.m
b. Metode Kuantitatif
1. Tambahkan 50µl salin ke lingkar 2,3,4, dan 5.
2. Tambahkan 50µl sampel ke lingkar 1 dan 2.
3. Homogenkan salin dan sampel di lingkar secara up and down dengan hati- hati
untuk menghindari gelembung.
4. Pindahkan 50µl dari lingkar 2 ke 3.
5. Lakukan seri pengenceran seperti langkah diatas sampai lingkaran penuh
terakhir dan buang 50µl diakhir.
6. Gunakkan pipet steril untuk menghomogenkkan setiap lingkar dari lingkar 5
ke limgkar 1.
7. Proses kualitatif dari step 3.
c. Metode Mikrotiter Plate
1. Gunakkan lubang yang berdasar datar dan tambahkan 50µl sampel.
2. Tambahkan 1 tetes carbon antigen.
3. Centrifuge 20 menit dengan kecepatan 5 rpm.
4. Baca secara mikroskopis di bawah mikroskop.

VII. INTERPRETASI HASIL


Memeriksan makroskopis untuk menunjukkan clump dalam 1 menit :
 Clump besar ( R ) = Reaktif
 Clump kecil ( W ) = Raktif Lemah
 Tidak ada clump ( N ) = Tidak reaktif

VIII. Hasil pengamatan


Nama : Ida Ayu Sinta Sasmitha Dewi Suta
Umur : 20 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Hasil pemeriksaan kualitatif : Tidak timbul clump hitam ( Tidak reaktif ).

IX. Pembahasan
Treponema pallidum merupakan salah satu bakteri spirochaeta. Bakteri ini
berbentuk spiral. Terdapat empat sub spesies, yaitu Treponema pallidum pallidum,
yang menyebabkan sifilis, Treponema pallidum pertenue, yang menyebabkan yaws,
Treponema pallidum carateum,yang menyebabkan pinta dan Treponema pallidum
endemicum yang menyebabkan sifilis endemik (juga disebut bejel.11 Klasifikasi
bakteri penyebab sifilis adalah; Kingdom: Eubacteria, Filum: Spirochaetes, Kelas:
Spirochaetes, Ordo: Spirochaetales, Familia: Treponemataceae, Genus: Treponema,
Spesies: Treponema pallidum, Subspesies: Treponema pallidum pallidum ( Indiarsa,
2010 ).
Struktur Treponema pallidum terdiri dari membran sel bagian dalam, dinding
sel nya dilapisi oleh peptidoglikan yang tipis, dan membran sel bagian luar. Flagel
periplasmik (biasa disebut dengan endoflagel) ditemukan didalam ruang periplasmik,
antara dua membran. Organel ini yang menyebabkan gerakan tersendiri bagi
Treponema pallidum seperti alat pembuka tutup botol (Corkscrew). 13 Filamen flagel
memiliki sarung/ selubung dan struktur inti yang terdiri dari sedikitnya empat
polipeptida utama. Genus Treponema juga memiliki filamen sitoplasmik, disebut juga
dengan fibril sitoplasmik. Filamen bentuknya seperti pita, lebarnya 7-7,5 nm. Partikel
protein intramembran membran bagian luar Treponema pallidum sedikit. Konsentrasi
protein yang rendah ini diduga menyebabkan Treponema pallidum dapat menghindar
dari respons imun pejamu. Treponema pallidum merupakaan salah satu bakteri yang
patogen terhadap manusia (parasit obligat intraselular) dan sampai saat ini tidak dapat
dikultur secara invitro. Dahulu Treponema pallidum dianggap sebagai bakteri anaerob
obligat, sekarang telah diketahui bahwa Treponema pallidum merupakan organisme
mikroaerofilik, membutuhkan oksigen hanya dalam konsentrasi rendah (20%).
Kuman ini dapat mati jika terpapar dengan oksigen, antiseptik, sabun, pemanasan,
pengeringan sinar matahari dan penyimpanan di refrigerator.17,18 Bakteri ini
berkembang biak dengan pembelahan melintang dan menjadi sangat invasif, patogen
persisten dengan aktivitas toksigenik yang kecil dan tidak mampu bertahan hidup
diluar tubuh host mamalia. Mekanisme biosintesis lipopolisakarida dan lipid
Treponema pallidum sedikit. Kemampuan metabo-lisme dan adaptasinya minimal dan
cenderung kurang, hal ini dapat dilihat dari banyak jalur seperti siklus asam
trikarboksilik, komponen fosforilasi oksidatif dan banyak jalur biosintesis lainnya.
Keseimbangan penggunaan dan toksisitas oksigen adalah kunci pertumbuhan dan
ketahanan Treponema pallidum. Organisme ini juga tergantung pada sel host untuk
melindunginya dari radikal oksigen, karena Treponema pallidum membutuhkan
oksigen untuk metabolisme tetapi sangat sensitif terhadap efek toksik oksigen.15,19
Treponema pallidum akan mati dalam 4 jam bila terpapar oksigen dengan tekanan
atmosfer 21%.20,21 Keadaan sensitivitas tersebut dikarenakan bakteri ini kekurangan
superoksida dismutase, katalase, dan oxygen radical scavengers. Super-oksida
dismutase yang mengkatalisis perubahan anion superoksida menjadi hidrogen
peroksida dan air, tidak ditemukan pada kuman ini. Treponema pallidum tidak dapat
menular melalui benda mati seperti bangku, tempat duduk toilet, handuk, gelas, atau
benda-benda lain yang bekas digunakan/dipakai oleh pengindap, karena pengaruh
suhu dan rentang pH. Suhu yang cocok untuk organisme ini adalah 30-370C dan
rentang pH adalah 7,2-7,4.18 ( Efrida, 2014 ).
Kebanyakan kasus infeksi didapat dari kontak seksual langsung dengan orang
yang menderita sifilis aktif baik primer ataupun sekunder. Penelitian mengenai
penyakit ini mengatakan bahwa lebih dari 50% penularan sifilis melalui kontak
seksual. Biasanya hanya sedikit penularan melalui kontak nongenital (contohnya
bibir), pemakaian jarum suntik intravena, atau penularan melalui transplasenta dari
ibu yang mengidap sifilis tiga tahun pertama ke janinnya. Prosedur skrining transfusi
darah yang modern telah mencegah terjadinya penularan sifilis ( Anindyaputri, 2017 ).
Pemeriksaan immunoassay untuk sifilis dapat dibagi menjadi 3 golongan
besar, adapun pembagiannya yaitu : ( Widiastuti, 2014 )
1. TSS (Tes Serologik Sifilis) yang menggunakan reagin sebagai antibodi dan
lipoid sebagai antigen. Termasuk di sini yaitu:
a. VDRL (Veneral Disease Research Laboratory); merupakan uji
presipitasi.
b. RPR (Rapid Plasma Reagin); merupakan uji flokulasi.
c. CWR (Cardiolipin Wassermann); merupakan uji faksasi komplemen.
2. Immunoassay yang mempergunakan beberapa strain saprofitik dari treponema.

a) Reiter Protein Complement Fixation (RPCF); merupakan uji fiksasi


complement.
3. Immunoassay yang menggunakan T.pallidum sebagai antigen. Termasuk disini
adalah:
a) Treponema pallidum Complement Fixation
b) Treponema Wasserman (T-WR)
c) Treponama pallidum immobilization (TPI)
d) Treponema pallidum immobilization Lyzozym (TPIL)
e) Treponema pallidum immobilization-Symplification
f) Flurorescence Troponemal antibodi-5 (FTA-5)
g) FTA-200
h) FTA-absorption
i) FTA-inhibitori
j) Treponema pallidum Hamagglutination (TPHA);merupakan uji
aglutinasi
k) Treponema pallidum immunoaneadhrence (TPIA)
l) ELISA-Treponema pallidum
Pada praktikum yang dilakukan kali ini menggunakan uji RPR. Uji RPR
termasuk dalam uji non-treponema, uji iniadalah uji yang mendeteksi antibodi-
nontreponema atau antibodi antikardiolipin (IgG, IgA dan IgM) atau reagin di dalam
serum seseorang. Antigen yang digunakan adalah lipoid yang diekstrak dari jaringan
mamalia normal, biasanya menggunakan kardiolipin jantung sapi. Zat ini
memerlukan tambahan lesitin dan kolesterol lainnya untuk bereaksi dengan “reagin”
sifilis. Tes ini didasarkan bahwa lipoid tetap tersebar dalam serum normal tetapi
terlihat menggumpal bila bergabung dengan reagin. Karena uji ini tidak langsung
mendeteksi terhadap keberadaan Treponema pallidum itu sendiri, maka uji ini
bersifat non-spesifik. Yang termasuk uji non-treponema diantaranya adalah RPR
(Rapid Plasma Reagin) dan VDRL (Veneral Disease Research Laboratories). Tes
VDRL selain digunakan untuk skrining penyakit sifilis juga dapat digunakan untuk
monitoring respon terapi, deteksi kelainan saraf dan membantu diagnosis pada sifilis
kongenital. Ada sedikit perbedaan mengenai antigen pada reagen VDRL dan RPR.
Antigen pada tes VDRL terdiri atas campuran kardiolipin, fosfatidil kolin dan
kolesterol. Tes RPR memakai antigen kardiolipin yang disertai mikro-partikel karbon
( Widiastuti, 2014 ).
Pemeriksaan RPR merupakan suatu pemeriksaan skrining cepat terhadap
sifilis. sebagai suatu pemeriksaan antibodi non-treponema serupa dengan VDRL.
Pemeriksaan RPR mendeteksi reagin antibodi dalam serum dan lebih sensitif tetapi
kurang spesifik daripada VDRL. Seringkali digunakan pada darah donor untuk
mendeteksi sifilis. Sebaiknya hasil RPR positif dikonfirmasikan dengan pemeriksaan
VDRL dan atau FTA-ABS. Pemeriksaan VDRL juga merupakan pemeriksaan
penyaring atau skrining test, dimana apabila VDRL positif maka akan dilanjutkan
dengan pemeriksaan TPHA (Treponema Phalidum Heamaglutinasi). Hasil uji
serologi tergantung pada stadium penyakit misalnya pada infeksi primer hasil
pemeriksaan serologi biasanya menunjukkan hasil non reaktif. Treponema palidum
dapat ditemukan pada chancre. Hasil serologi akan menunjukan positif 1-4 minggu
setelah timbulnya chancre. Dan pada infeksi sekunder hasil serologi akan selalu
positif dengan titer yang terus meningkat. Tes VDRL atau RPR yang positif akan
menjadi negatif dalam 6-18 bulan setelah pengobatan sifilis yang efektif. Dalam tes
non-treponema dapat ditemukan hasil tes positif palsu maupun negatif palsu. Hasil
positif palsu yang diakibatkan oleh adanya reagin pada berbagai macam penyakit
manusia, diantaranya malaria, lepra, campak, mononukleosis infeksiosa, penyakit
kolagen vaskuler dan keadaan-keadaan akut seperti hepatitis, infeksi virus,
kehamilan atau proses kronik seperti kerusakan pada jaringan penyambung.
Tingginya titer antibodi (prozone phenomenon) yang sering ditemukan pada sifilis
sekunder ( Widiastuti, 2014 ).
Hasil yang di dapatkan dari uji RPR yang dilakukan menggunakan sampel dari
mahasiswa atas nama Ida Ayu Sinta Sasmitha Dewi Suta berjenis kelamin perempuan
berumur 20 tahun pada uji kualitatif di dapatkkan hasil negative, tidak munculnya
clum hitam pada uji kualitatif tersebut, hal ini menunjukkan tidak adanya antibody
non treponemal pada serum pasien tersebut.

X. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum pemeriksaan RPR pada serum probandus atas
nama Ida Ayu Sinta Sasmitha Dewi Suta , umur 20 tahun, jenis kelamin perempuan di
peroleh hasil negatif ditandai dengan tidak adanya clump hitam yang muncul pada
pengujian. Hal ini menunjukkan tidak adanya antibody non treponemal pada serum
probandus.

DAFTAR PUSTAKA

 Anindyaputri. 2017. PEMERIKSAAN TPHA. Tersedia di


http://anindyaputri.mahasiswa.unimus.ac.id/2017/07/26/pemeriksaan-
tpha/. Diakses pada 3 April 2019.

 Efrida. 2014. Imunopatogenesis Treponema pallidum dan Pemeriksaan


Serologi. Tersedia di
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/203/198. Diakses
pada 3 April 2019 .
 Indiarsa. 2010. Sifilis Sekunder dengan Manifestasi Klinis Kondilomata
Lata. Tersedia di http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-
bik372acb95c96full.pdf. Diakses pada 3 April 2019.
 Widiastuti. 2014. Pengujian Sifilis dengan metode RPR. Tersedia di
http://repository.unimus.ac.id/436/2/12.%20BAB%20I.pdf. Diakses pada
3 April 2019.

Anda mungkin juga menyukai