Anda di halaman 1dari 2

Nama : Galuh Anindya Putri

NIM : 151810113022
LAPORAN PRAKTIKUM IMUNOLOGI TERAPAN
RPR (Rapid Plasma Reagin)
1. Tujuan Praktikum : Untuk mengetahui metode yang sensitif dan spesifik guna
membantu diagnosis penyakit Sifilis

2. Dasar reaksi :
Jika di dalam sampel ditemukan antibodi, maka akan berikatan dengan partikel lipid
dari antigen membentuk gumpalan. Partikel charcoal beraglutinasi dengan antibodi dan
kelihatan seperti gumpalan di atas kartu putih. Apabila antibodi tidak ditemukan didalam
sampel, maka akan kelihatan campuran berwarna abu-abu(Pope, 2012).

3. Prinsip pemeriksaan :
Antibodi yang ada dalam serum pasien yang akan membentuk aglutinasi dengan
partikel yang terdapat dalam reagen yang telah dilekati antigen.

4. Dasar Teori :
Metode definitif untuk mendiagnosis sifilis dilakukan dengan pemeriksaan mikroskop
lapangan gelap terhadap eksudat dari chancre pada sifilis primer dan lesi mukokutis pada
sifilis sekunder serta uji antibodi fluoresens langsung. Uji serologi lebih mudah, ekonomis,
dan lebih sering dilakukan. Terdapat dua jenis uji serologi yaitu: 1) uji nontreponema,
termasuk uji VDRL dan RPR, 2) uji treponema, termasuk FTA-ABS dan TP-PA (Prince SA
and Wilson, 2006). Uji nontreponemal yang paling sering dilakukan adalah uji VDRL dan
RPR. Kedua pemeriksaan tersebut digunakan untuk mendeteksi antibodi terhadap antigen
yang terdiri dari kardiolipin, kolesterol, dan lesitin yang sudah terstandardisasi. Uji serologi
nontreponemal ini adalah uji yang dianjurkan untuk memonitor perjalanan penyakit selama
dan setelah pengobatan, karena pemeriksaannya mudah, cepat dan tidak mahal (Ratnam S,
2005).

5. Alat dan Bahan :


Alat yang digunakan berupa Mikropipet, Kartu uji, Tip kuning, Rotator, Pengaduk .
Sedangkan untuk bahan yang digunakan serum, Reagen RPR, Kontrol positif, Kontrol negatif

6. Langkah kerja :
a. Uji Kualitatif
1. Menyiapkan alat serta bahan
2. Menghomogenkan reagen
3. Menyiapkan kartu uji
4. Menambahkan 40µL serum pada kartu uji dengan menggunakan mikropipet
5. Meratakan spesimen pada kartu uji
6. Meneteskan Reagen RPR sebanyak 1 tetes
7. Menghomogenkan dengan rotator selama 8 menit dengan rotator
8. Membaca hasil secara makropis
b. Uji Kuantitatif
1. Menyiapkan alat serta bahan
2. Membuat seri pengenceran 1:2, 1:4, 1:8, 1:16, 1:32
3. Menambahkan 50µL saline pada masing-masing pengenceran
4. Menambahkan 50µL serum pada pengenceran 1:2, homogenkan, lalu
mengambil 50µL dari pengenceran 1:2 ke pengenceran 1:4, homogenkan,
lakukan terus hingga pengenceran 1:32, terakhir buang 50µL dari pengenceran
1:32.
5. Meneteskan Reagen RPR sebanyak 1 tetes pada masing-masing slide
6. Mengaduk dengan pengaduk
7. Menghomogenkan dengan rotator selama 8 menit dengan kecepatan 100 rpm
8. Membaca hasil secara makroskopis

7. Pembahasan :
Pembacaan hasil Uji RPR sebagai berikut
 Terdapat gumpalan: reaktif (R)
 Sedikit butiran atau tidak ada gumpalan: tidak reaktif (N)
Interpretasi Hasil
- Mendiagnosis sifilis, hasil pemeriksaan RPR harus ditunjang dengan gejala klinis,
pemeriksaan serologi yang lain, mikroskop lapangan gelap dan faktor risiko. Tanpa
gabungan tersebut, hasil RPR tidak berhubungan dengan infeksi Treponema pallidum.
- Hasil RPR reaktif dapat bermakna infeksi baru atau lama dengan treponema patogen,
meskipun hasil reaksi positif palsu dapat juga terjadi. Hasil reaksi positif palsu dapat
disebabkan oleh kesalahan laboratorium dan serum antibodi yang tidak ada
hubungannya dengan sifilis.
- Hasil RPR nonreaktif tanpa gejala klinik sifilis dapat berarti tidak terinfeksi sifilis
atau pengobatan yang tidak efektif. Apabila hasil RPR nonreaktif disertai dengan
gejala klinik sifilis, dapat berarti sifilis primer dini, reaksi prozone pada sifilis
sekunder. Inkubasi dari infeksi sifilis tidak dapat disingkirkan dari hasil RPR
nonreaktif.

8. Kesimpulan :
Uji RPR lebih mudah, cepat, dan sensitif dibandingkan dengan Uji treponemal
lainnya. Uji RPR baik untuk menilai respon terapi. Uji RPR lebih mahal dibanding Uji
VDRL. Uji RPR harus dikonfirmasi dengan Uji Serologi Treponemal yang lebih sensitif
yaitu Uji Flourescent Treponemal Antibody Absorption (FTA-ABS) atau Treponema
pallidum Particle Aglutination (TP-PA)
9. Daftar Pustaka
Pope V, Fears BF., 2012, Serodia treponema pallidum passive particle agglutination (TpPa)
Test. Dapat diakses pada www.cdc.gov/std/syphilis/.../CHAPT10.pdf
Prince SA, Wilson LM., 2006, Sifilis dalam Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit 6th, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Ratnam S., 2005, The Laboratory Diagnosis of Syphilis. Can J Infect Dis Med Microbiol,
Canadian STI Best Practice Laboratory Guidelines, Canada.

Anda mungkin juga menyukai