Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI II

LABORATORIUM ANALIS KESEHATAN

PRAKTIKUM (KE-II)

“PEMERIKSAAN SIFILIS”

Oleh :

IKHWANGI
P00341015020

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEDARI
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2018
LAPORAN PRAKTIKUM II

I. Judul Praktikum : Pemeriksaan Sifilis Metode Immunochromatografi


Rapid Test.
II. Hari/Tanggal : Rabu, 17 Januari 2018

III. Tujuan Praktikum :  Untuk mengetahui cara melakukan Pemeriksaan


Sifilis Metode Immunochromatografi Rapid Test
 Untuk mendeteksi adanya antibodi Treponema
Pallidum pada serum
IV. Prinsip Kerja : Rapid test strip immunoassay untuk mendeteksi an-
tibody (Ig G dan ig M) Treponema Pallidum dalam
serum,plasma,whole blood. Antigen sifilis
rekombinan terdapat pada daerah garis test,
kemudian bereaksi dengan antigen sifilis yang
melapisi partikel pada daerah test. Campuran ini
akan bergerak secara kromatografi sepanjang garis
test dan akan bereaksi dengan antigen sifilis pada
test strip.
V. Landasan Teori :
A. Pengertian
Sifilis adalah penyakit infeksi menular seksual (IMS) yang
disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum, sangat kronis dan bersifat
sistemik. Pada perjalanannya dapat menyerang hampir semua alat tubuh,
dapat menyerupai banyak penyakit, mempunyai masa laten, dan dapat
ditularkan dari satu orang ke orang yang lain melalui hubungan genito-
genital (kelamin-kelamin) maupun oro-genital (seks oral). Infeksi ini juga
dapat ditularkan oleh seorang ibu kepada bayinya selama masa
kehamilan. Tidak dapat tertular oleh sifilis dari handuk, pegangan pintu
atau tempat duduk WC.

1
B. Epidemiologi
Asal penyakit ini tidak jelas. Sebelum tahun 1492 belum dikenal di
Eropa. Ada yang menganggap penyakit ini berasal dari penduduk indian
yang di bawa oleh anak buah Columbus waktu mereka kembali ke
Spanyol pada tahun 1492. Pada tahun 1494 terjadi epidemi di Napoli.
Pad abad ke -18 baru diketahui bahwa penularan sifilis dan gonore
disebabkan oleh senggama dan keduanya dianggap disebabkan oleh
infeksi yang sama.
Pada abad ke-15 terjadi wabah di Eropa, sesudah tahun 1860
morbilitas sifiis di Eropa menurun cepat, mungkin karena perbaikan
sosio ekonomi. Selama Perang Dunia kedua insidensnya meningkat dan
mencapai puncaknya pada tahun 1946, kemudian makin menurun.
Insidens sifilis di berbagai negeri di seluruh dunia pada tahun 1996
berkisar antara 0,04-0,52%. Insidens yang terendah di Cina, sedangkan
yang tertinggi di Amerika Selatan. Di Indonesia insidensnya 0,61%.
Gejala dan tanda dari sifilis banyak dan berlainan, sebelum
perkembangan tes serologikal, diagnosis sulit dilakukan dan penyakit ini
sering disebut “Peniru Besar” karena sering dikira penyakit lainnya. Data
yang dilansir Departemen Kesehatan menunjukkan penderita sifilis
mencapai 5.000 – 10.000 kasus per tahun. Sementara di Cina, laporan
menunjukkan jumlah kasus yang dilaporkan naik dari 0,2 per 100.000
jiwa pada tahun 1993 menjadi 5,7 kasus per 100.000 jiwa pada tahun
2005. Di Amerika Serikat, dilaporkan sekitar 36.000 kasus sifilis tiap
tahunnya, dan angka sebenarnya diperkiran lebih tinggi. Sekitar tiga per
lima kasus terjadi kepada lelaki.

C. Etiologi
Pada tahun 1905 penyebab sifilis ditemukan oleh Schaudinn dan
Hoffman ialah Treponema pallidum yang termasuk dlam ordo
Spirochaetales, familia Spirochaetaceae, dan genus Treponema.
Bentuknya sebagai spiral teratur, panjangnya antara 6,15um, lebar

2
0,15um, terdiri atas delapan sampai dua puluh empat lekukan.
Gerakannya berupa rotasi sepanjang aksis dan maju seperti gerakan
pembuka botol. Membiak secara pembelahan melintang, pada stadium
aktif terjadi setiap 30 jam. Pembiakan pada umumnya tidak dapat
dilakukan di luar badan. Di luar badan kuman tersebut cepat mati,
sedangkan dalam darah untuk transfusi dapat hidup 72 jam.

D. Klasifikasi
1. Klasifikasi menurut WHO berdasarkan faktor epidemiologi :
a. Sifilis dini
 Perjalanan penyakit < 2 tahun

 Bersifat menular

 Masih ditemukan kuman Treponema pallidum di lesi kulit

b. Sifilis lanjut

 Perjalanan penyakit > 2 tahun

 Bersifat tidak menular

 Tidak ditemukan kuman di lesi kulit, kecuali ibu hamil yang


menderita stadium lanjut,  Treponema pallidum dapat
melalui plasenta masuk ke tubuh janin.

2. Klasifikasi Secara klinis, Sifilis terbagi :


a. Sifilis kongenital (bawaan) terdiri atas :
 Dini (sebelum dua tahun)
 Lanjut (sesudah dua tahun)
 Stigmata
b. Sifilis akuisita (didapat) terdiri dari :
 Stadium I

3
 Stadium II
 Stadium laten :
 Dini : bersifat menular
 Lanjut : bersifat tidak menular
 Stadium III
 Stadium kardiovaskular dan neurosifilis
E. Patogenesis
1. Stadium dini
Pada sifilis yang didapat T.pallidum masuk ke dalam kulit
melalui mikrolesi atau selaput lendir, biasanya melalui senggama.
Kuman tersebut membiak, jaringan bereaksi dengan membentuk
infiltrat yang terdiri atas sel-sel limfosit dan sel-sel plasma, terutama
di perivaskuler, pembuluh-pembuluh darah kecil berproliferasi di
kelilingi oleh T.pallidum dan sel-sel radang. Treponema tersebut
terletak diantara endotelium kapiler dan jaringan perivaskuler di
sekitarnya. Kehilangan pendarahan akan menyebabkan erosi, pada
pemeriksaan klinis tampak sebagai SI.
Sebelum SI terlihat, kuman telah mencapi kelenjar getah bening
regional secara limfogen dan membiak. Pada saat itu terjadi pula
penjalaran hematogen dan menyebar ke semua jaringan di badan,
tetapi manifestasinya akan tampak kemudian. Multifikasi ini diikuti
oleh reaksi jaringan sebagai SII, yang terjadi 6-8 minggu sesudah SI.
SI akan sembuh perlahan-lahan karena kuman di tempat tersebut
jumlahnya berkurang, kemudian terbentuklah fibroblas-fibroblas dan
akhirnya sembuh berupa sikatriks, SII juga mangalami regresi
perlahan-lahan dan lalu menghilang. Tibalah stadium laten yang
tidak disertai gejala, meskipun infeksi yang aktif masih terdapat.
Sebagai contoh pada stadium ini seorang ibu dapat melahirkan bayi
dengan sifillis kongenita.
Kadang-kadang proses imunitas gagal mengontrol infeksi
sehingga T,pallidum membiak lagi pada tempat SI dan menimbulkan

4
lesi rekuren atau kuman tersebut menyebar melalui jaringan
menyebabkan reaksi serupa dengan lesi rekuren SII, yang terakhir ini
lebih sering terjadi daripada yang terdahulu. Lesi menular tersebut
dapat berulang-ulang, tetapi pada umumnya tidak melebihi dua
tahun. Sifilis tersebut terdapat pada penderita dengan daya tahan
tubuh yang rendah.
2. Sifilis Lanjut
Stadium laten dapat berlangsung bertahun-tahun, rupanya
treponema dalam keadaan dorman. Meskipun demikian antibodi
tetap ada dalam serum penderita. Keseimbangan antara treponema
dan jaringan dapat sekonyong-konyong berubah, sebabnya belum
jelas, mungkin trauma merupakan salah satu faktor presipitasi. Pada
saat itu muncullah SIII berbentuk gumma. Meskipun pada gumma
tersebut tidak dapat ditemukan T.pallidum, reaksinya hebat karena
bersifat destruktif dan berlangsung bertahun-tahun. Setelah
mengalami masa laten yang bervariasi gumma tersebut timbul di
tempat-tempat lain.
Treponema mencapai sistem kardiovaskulerdan sistem syaraf
pada waktu dini, tetapi kerusakan terjadi perlahan-lahan sehingga
memerlukan waktu bertahun-tahun untuk menimbulkan gejala klinis.
Penderita dengan gumma biasanya tidak mendapat gangguan syaraf
dan kardiovaskuler, demikian pula sebaiknya. Kira-kira 2/3 kasus
dengan stadium laten tidak memberi gejala.

F. Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan Treponema pallidum
a. Pemeriksaan - mikroskop lapangan gelap melihat pergerakkan
Treponema
b. Pewarnaan Burri (tinta hitam)  tidak adanya pergerakan
Treponema, - T. pallidum telah mati  kuman berwarna jernih
dikelilingi oleh lapangan yang berwarna hitam.

5
2. Serologi Tes sifilis (STS)
a. STS penting untuk diagnosis dan pengamatan hasil pengobatan.
Prinsip pemeriksaan STS - mendeteksi bermacam antibodi yang
berlainan akibat infeksi T. pallidum
Klasifikasi STS
 Tes Non Treponema : kardiolipin, lesitin dan kolesterol
 Tes Treponema : Treponema pallidum hidup / mati / fraksi
Treponema pallidum
 Ketepatan hasil STS dinilai berdasarkan :
– Sensitivitas : % individu yang terinfeksi yang memberi
hasil positif
– Spesifivitas : % individu yang tidak infeksi yang
memberikan hasil negatif .

VI. Alat dan Bahan :


 Pipet disposible
 Sifilis test strip
 Sentrifuge
 Serum
 Buffer Sifilis
VII.Posedur Kerja :
1. Dilakukan pengambilan darah, kemudian di diamkan sampai beku, lalu
disentrifuge untuk mendapatkan serum pada kecepatan 3000 rpm selama
± 15 menit
2. Srtip uji dikeluarkan dan diletakkan di tempat yang datar dan kering
3. Dengan mengunakan pipet kapiler di pipet sampel lalu di teteskan
sebanyak 1 tetes dan dimasukkkan ke dalam sumur bertanda “S”
4. Ditambahkan sebanyak 3 tetes buffer Sifilis
5. Hasil tes dibaca pada 5 – 20 menit

6
VIII. Hasil Pemeriksaan :
a. Data pasien/probandus
 Nama : IKHWANGI
 Umur : 20 Tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Hasil pemeriksaan: non-reaktif (negatif)
b. Interpretasi Hasil :
 Negatif : terbentuk 1 garis warna pada daerah C
 Positif : terbentuk 2 garis warna yaitu pada daerah
C dan T.
 Invalid : tidak terbentuk garis warna pada daerah C

c. Gambar hasil pemeriksaan :

7
IX. Pembahasan :
Sifilis adalah penyakit infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan
oleh bakteri Treponema pallidum, sangat kronis dan bersifat sistemik. Pada
perjalanannya dapat menyerang hampir semua alat tubuh, dapat menyerupai
banyak penyakit, mempunyai masa laten, dan dapat ditularkan dari satu orang
ke orang yang lain melalui hubungan genito-genital (kelamin-kelamin)
maupun oro-genital (seks oral). Infeksi ini juga dapat ditularkan oleh seorang
ibu kepada bayinya selama masa kehamilan.
Uji Treponema merupakan uji yang spesifik terhadap silis, karena
mendeteksi langsung Ab terhadap Ag Treponema Pallidum. Biasanya uji ini
digunakan untuk mengkonfirmasi uji non treponema dan untuk menilai
respon bakteri treponema tersebut. walapun pengobatan secara dini diberikan
namun uji treponema dapat memberi hasil positif seumur hidup. Pada
praktikum ini dapat digunakan sampel serum,plasma,whole blood.
Pada praktikum ini digunakan metode pemeriksaan
Immunochromatografi Rapid Test degan prinsip Rapid test strip
immunoassay untuk mendeteksi antibody (Ig G dan ig M) Treponema
Pallidum dalam serum,plasma,whole blood. Antigen sifilis rekombinan
terdapat pada daerah garis test, kemudian bereaksi dengan antigen sifilis yang
melapisi partikel pada daerah test. Campuran ini akan bergerak secara
kromatografi sepanjang garis test dan akan bereaksi dengan antigen sifilis
pada test strip. Praktiukm ini dilakukan untuk Untuk mengetahui cara
melakukan Pemeriksaan Sifilis dengan menggunakan strip uji dan untuk
mendeteksi adanya antibodi Treponema Pallidum pada serum.
Dalam pemeriksaan ini menggunakan strip uji, dimana dalam strip uji ini
terdapat “S” (sumur sampel), garis “C” (control), dan garis “T” (Test). Pada
penggunaan strip uji harus ditempatkan pada tempat yang datar karena nanti
akan mempengaruhi migrasi sampel. Dimana pada penggunaan strip ini
menggunakan serum pasien sebanyak 1 tetes menggunakan pipet disposible
yang ada pada alat rapid test (setara dengan 10µl) diteteskan kedalam sumur
“S” dan diteteskan 3 tetes buffer HIV, fungsi dari buffer ini adalah untuk

8
memigrasi sampel dan akan terlihat hasilnya. Bila pada garis “C” muncul
garis merah maka strip ini masih dalam keadaan bagus jika tidak muncul
garis merah pada “C” maka strip tidak dapat digunakan. Pada pemeriksaan
menggunakan strip uji ini untuk pemebacaan dibaca setelah 5-20 menit. Hail
yang didapat adalah negatif dimana tidak terbentuk garis warna merah “T”,
hanya terbentuk pada daerah “C”.

9
X. Kesimpulan :

 Pada pratikum ini dilakukan pemeriksaan HIV menggunakan rapid test


atau strip. Hal ini untuk mendeteksi adanya antibodi Treponema
Pallidum pada serum.
 Dari pemeriksaan yang telah dilakukan menunjukkan hasil yang negatif
pada strip test uji yang digunakan.

Kendari, 22 Januari 2018

Instruktur, Praktikan,

Bintang. SKM., MM Ikhwangi

10
DAFTAR PUSTAKA

Djuanda adhi,dkk. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. edisi IV. Jakarta

A.Price Silvia dan m.Wilson Lorraine, 2006. Patofisiologi.edisi 6.EGC: Jakarta

Mansjoer arif,dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edsi III. Media Aesculapius

Fakultas Kedoketran Universitas Indonesia : Jakarta

Rani A azis,dkk, 2005. Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan Dokter Spesialis

Penyakit Dalam Indonesia. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta

Sudoyo aru W, 2006.Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Pusat Penerbitan Ilmu

Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai