PENDAHULUAN
1
merupakan panelis yang terkadang dapat dipengaruhi oleh kondisi fisik dan
mental, sehingga panelis dapat menjadi jenuh dan menurun kepekaannya.
Selain itu dapat terjadi pula salah komunikasi antara manajer dan panelis.
1.3 TUJUAN
1.3.1 untuk mengetahui pengertian dari cita rasa
1.3.2 untuk mengetahui pengertian analisis organoleptik
1.3.3 untuk mengetahui bagian-bagian indra manusia
1.3.4 untuk mengetahui syarat analisa organoleptik
1.3.5 untuk mengetahui cara analisis organoleptik
2
BAB II
PEMBAHASAN
Cita rasa adalah suatu cara pemilihan makanan yang harus dibedakan
dari rasa (taste) makanan tersebut. Cita rasa merupakan atribut makanan yang
meliputi penampakan, bau, rasa, tekstur, dan suhu. Cita rasa merupakan
bentuk kerja sama dari kelima macam indra manusia, yakni perasa,
penciuman, perabaan, penglihatan, dan pendengaran. Rasa sendiri merupakan
hasil kerja pengecap rasa (taste buds) yang terletak di lidah, pipi,
kerongkongan, atap mulut, yang merupakan bagian dari cita rasa. Pada usia
lanjut, pengecap rasa manusia akan berkurang jumlahnya, sehingga
memerlukan lebih banyak bumbu untuk menimbulkan cita rasa yang sama.
3
d. membandingkan produk sendiri dengan produk pesaing
e. evaluasi penggunaan bahan, formulasi, dan peralatan baru.
4
susunan syaraf sensori atau syaraf penerimaan. Mekanisme pengindraan
secara singkat adalah :
1. Penerimaan rangsangan (stimulus) oleh sel-sel peka khusus pada indra
2. Terjadi reaksi dalam sel-sel peka membentuk energi kimia
3. Perubahan energi kimia menjadi energi listrik (impulse) pada sel syaraf
4. Penghantaran energi listrik (impulse) melalui urat syaraf menuju ke syaraf
pusat otak atau sumsum belakang.
5. Terjadi interpretasi psikologis dalam syaraf pusat
6. Hasilnya berupa kesadaran atau kesan psikologis.
5
yang sudah mulai menimbulkan kesan. Ambang pengenalan sudah mulai
dikenali jenis kesannya, ambang pembedaan perbedaan terkecil yang sudah
dikenali dan ambang batas adalah tingkat rangsangan terbesar yang masih
dapat dibedakan intensitas.
Dalam penilaian bahan pangan sifat yang menentukan diterima atau tidak
suatu produk adalah sifat indrawinya. Penilaian indrawi ini ada enam tahap
yaitu pertama menerima bahan, mengenali bahan, mengadakan klarifikasi
sifat-sifat bahan, mengingat kembali bahan yang telah diamati, dan
menguraikan kembali sifat indrawi produk tersebut. Indra yang digunakan
dalam menilai sifat indrawi suatu produk adalah :
6
3. Indra pembau, pembauan juga dapat digunakan sebagai suatu indikator
terjadinya kerusakan pada produk, misalnya ada bau busuk yang
menandakan produk tersebut telah mengalami kerusakan.
4. Indra pengecap, dalam hal kepekaan rasa , maka rasa manis dapat dengan
mudah dirasakan pada ujung lidah, rasa asin pada ujung dan pinggir
lidah, rasa asam pada pinggir lidah dan rasa pahit pada bagian belakang
lidah.
7
lebih difokuskan terhadap kenampakan produk maka digunakan
intensitas cahaya lebih dari 100 Foot Candle.
b. Waktu Pengujian
Pelaksanaan uji organoleptik/sensori dilakukan pada saat panelis
tidak dalam kondisi lapar atau kenyang, yaitu sekitar pukul 09.00 –
11.00 WIB dan pukul 14.00 – 16.00 WIB atau sesuai kebiasaan waktu
setempat.
Jumlah panelis minimal panelis standar dalam satu kali pengujian
adalah 6 orang, sedangkan untuk panelis non standar adalah 30 orang,
dengan Syarat-syarat panelis adalah sebagai berikut :
Tertarik terhadap uji organoleptik sensori dan mau berpartisipasi;
Konsisten dalam mengambil keputusan;
Berbadan sehat, bebas dari penyakit THT, tidak buta warna serta
gangguan psikologis;
Tidak menolak terhadap makanan yang akan diuji ( tidak alergi);
Tidak melakukan uji 1 jam sesudah makan;
Menunggu niminal 20 menit setelah merokok, makan permen karet,
makan dan minuman ringan;
Tidak melakukan uji pada saat sakit influenza dan sakit mata;
Tidak memakan makanan yang sangat pedas pada saat makan siang,
jika pengujian dilakukan pada waktu siang hari;
Tidak menggunakan kosmetik seperti parfum dan lipstik serta
mencuci tangan dengan sabun yang tidak berbau pada saat dilakukan
uji bau.
Catatan: disarankan mencuci mulut dengan air putih pada saat
melakukan uji rasa.
2. Penyajian contoh
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum penyajian contoh, yaitu:
8
a. Produk olahan yang perlu dimasak dapat dilakukan dengan cara
perebusan, pengukusan, penggorengan dan pemanggangan. Pengukusan
dilakukan pada suhu 100 oC dengan membungkus produk dalam
alumunium foil: penggorengan dilakukan pada suhu 140 oC dengan
menggoreng produk dalam minyak goreng non curah. Waktu
pemasakan sangat bervariasi sesuai dengan ukuran, jenis produk dan
peralatan yang digunakan. Pemasakan produk untuk uji rasa tidak boleh
mempengaruhi rasa khas produk.
b. Pelelehan terhadap produk beku dilakukan dengan menghindarkan
kontak langsung dengan air, misal membungkus produk dalam
plastik/alumunium foil.
c. Penyajian contoh mewakili produkyang akan diuji baik bentuk maupun
ukuran. Jumlah minimal contoh cairan 16 ml dan padatan 28 gram.
d. Penyajian contoh dalam wadah yang sama baik ukuran, bentuk maupun
bahan
e. Pengujian contoh yang diuji pada suhu tertentu disiapkan sedemikian
rupa sehingga suhu produk yang diinginkan tidak berubah pada saat
pengujian berlangsung.
f. Pengkodean terhadap contoh yang disajikan menggunakan angka untuk
menghilangkan dugaan oleh panelis terhadap mutu produk yang akan
diuji. Angka yang digunakan terdiri dari lima digit dan diambil secara
acak.
g. Cara Penilaian contoh
Contoh yang telah siap diuji disajikan dalam bilik-bilik pencicipan.
Uji rasa dilengkapi dengan air sirup, air putih, tisu, dan peralatan lain
yang berhubungan dengan jenis contoh.
Uji deskripsi: Penilaian contoh yang diuji dideskripsikan dalam
lembar penilaian meliputi spesifikasi kenampakan, bau, rasa,
tekstur/konsistensi, dan spesifikasi lainnya yang erat hubungannya
dengan kondisi contoh.
9
Uji hedonik: Penilaian contoh yang diuji berdasarkan tingkat
kesukaan panelis. Jumlah tingkat kesukaan bervariasi tergantung dari
rentangan mutu yang ditentukan. Penilaian dapat diubah dalam
bentuk angka dan selanjutnya dapat dianalisis secara statistik untuk
penarikan kesimpulan.
Uji Skor: Penilaian contoh yang diuji dilakukan dengan cara
memberikan nilai pada lembar penilaian sesuai dengan tingkatan
mutu produk.
4. Perhitungan
Uji hedonik: Data yang diperolah dari lembar penilaian ditabulasi dan
ditentukan nilai mutunya dengan mencari hasil rata-rata pada setiap
panelis pada tingkat kepercayaan 95 %. Untuk menghitung interval nilai
mutu rata-rata dari setiap panelis digunakan rumus sebagai berikut :
Uji skor: Data yang diperoleh dari lembar penilaian ditabulasi dan
ditentukan nilai mutunya dengan mencara hasil rerata pada setiap panelis
pada tingkat kepercayaan 95 %. Untuk menghitung interval nulai mutu
rerata dari setiap panelis digunakan rumus sebagai berikut:
5. Pelaporan
a. Laporkan hasil uji deskripsi dalam bentuk uraian spesifikasi dari produk
yang diuji.
b. Laporkan hasil uji hedonik dalam bentuk 1 angka dibelakang koma dan
dikonversi ke tingkat kesukaan. Jika angka dibelakang koma kurang
dari lima maka angka di depan koma tetap, tetapi apabila angka di
10
belakang koma lebih dari lima maka angka didepan koma naik satu
angka. Jika di belakang koma lima maka nilai tetap. Contoh :
6,4 dibulatkan menjadi 6,0
6,6 dibulatkan menjadi 7,0
6,5 tetap 6,5
c. Laporkan hasil uji skor dalam bentuk 1 angka dibelakang koma dan
dikonversi ke tingkat kesukaan. Jika angka dibelakang koma kurang
dari lima maka angka di depan koma tetap, tetapi apabila angka di
belakang koma lebih dari lima maka angka didepan koma naik satu
angka. Jika di belakang koma lima maka nilai tetap. Contoh :
6,4 dibulatkan menjadi 6,0
6,6 dibulatkan menjadi 7,0
6,5 tetap 6,5
11
2.5 CARA ANALISIS ORGANOLEPTIK
Pengujian organoleptik mempunyai macam-macam cara. Cara-cara
pengujian itu dapat digolongkan dalam beberapa kelompok. Cara pengujian
yang paling populer adalah kelompok pengujian pembedaan (defference tests)
dan kelompok pengujian pemilihan (preference tests). Di samping kedua
kelompok pengujian itu, dikcnal juga peng ujian skalar dan pengujian
deskripsi. Jika kedua pengujian pertama banyak digunakan dalam penelitian,
analisis proses, dan penilaian hasil akhir, maka dua kelompok pengujian
terakhir mi banyak diguna kan dalam pengawasan mutu (quality control).
Diluar 4 kelompok pengujian itu masih ada uji-uji sensorik lain, termasuk di
sini adalah uji konsumen.
12
Pengujian Pembedaan
13
pembedaan yang jauh lebih baik daripada yang dilakukan tanpa menggunakan
panelis terlatih meskipun dengan anggota panelis yang besar jumlahnya.
1. Uji pasangan
Uji pasangan juga disebut paired comparison, paired test atau dual
corn paration. Cara pengujian mi termasuk paling sederhana dan paling
tua, karena itu juga sering digunakan. Dalam pengujian de ngan uji
pasangan, dua contoh disajikan bersamaan atau berurutan dengan nomor
kode berlainan. Masing-masing anggota panel diminta menyatakan ada
atau tidak ada perbedaan dalam hal sifat yang d ujikan. Agar pengujian mi
cfektif, sifat atau kriteria yang diujikan harus jelas dan dipahami paneis.
Ada dua cara uji pasangan yaitu dengan dan tanpa dengan bahan
pembanding (reference). Dan dua contoh yang disajikan yang satu dapat
merupakan bahan pembanding atau sebagai kontrol sedang kan yang lain
sebagai yang dibandingkan, dinilai atau yang diuji. mi dilakukan misalnya
membandingkan hasil cara pengolahan lama sebagai contoh baku atau
pembanding dan hasil cara pengolahan baru yang dibandingkan atau
dinilai. Dalam hal uji pasangan dengan pembanding, bahan pembanding
dicicip lebih dulu baru contoh ke dua. Tetapi dapat juga dua contoh itu
tidak mempunyai bahan pem banding. Misalnya membandingkan 2
macam hasil dan dua daerah. Dalam hal mi ingin diketahui atau dinilai
ialah ada atau tidak ada nya perbedaan sifat basil dan kcdua daerah itu.
Dalam uji pasangan, pengujian dapat dianggap cukup jika panelis telah
dapat menyatakan ada atau tidak adanya perbedaan. Dalam uji pasangan
14
tanpa bahan pembanding kedua contoh itu disajikan secara acak. Di
samping itu pengelola pengujian dapat pula meminta keterangan lebih
lanjut pada para panelis untuk menyatakan lebih lanjut tingkat perbedaan.
Ting kat perbedaan dapat dinyatakan, misalnya: perbcdaan sedikit, sedang,
banyak.
15
kurang meyakinkan. Dalam uji segitiga kescragaman ketiga contoh sangat
penting agar dapat dihindari pengaruh penyajian.
3. Uji duo-trio
Uji mi scpcrti halnya pada uji segitiga, tiap-tiap anggota panel
disajikan 3 contoh, 2 contoh dan bahan yang sama dan contoh ketiga dan
bahan yang lain. Bedanya ialah bahwa salah satu dan 2 contoh yang sama
itu dicicip atau dikenali dulu dan dianggap sebagai con toh baku,
sedangkan kedua contoh lainnya kemudian. Dalam penyu guhannya ketiga
contoh itu dapat diberikan bcrsamaan. Atau contoh bakunya diberikan
lcbih dulu baru kemudian kedua contoh yang lain disuguhkan.
Dalam pelaksanaan uji, panelis diminta untuk memilih satu di
antara 2 contoh tcrakhir yang sama dengan contoh baku atau pembanding.
Karena contoh yang dinilai ada dua maka peluang secara acak 50%.
4. Uji pembanding ganda (dual standards)
Uji pembanding ganda juga disebut dual sMndards. Bentuk penguji
an pcmbanding ganda menyerupai uji duo-trio. Jika pada uji duo- trio
digunakan satu contoh baku sebagai pembanding maka pada uji
pembanding ganda digunakan dua contoh baku sebagai pemban ding yaitu
A dan B. Kedua contoh pembanding itu disuguhkan ber samaan sebelum
contoh-contoh yang akan diuji diberikan. Panelis diwajibkan mengenali
dan mengirigat sifat-sifat sensonik kedua contoh pembanding yang
diujikan, misalnya jika baii tengik yang diujikan maka panelis harus sudah
betul-betul mengenali dan hafal bau tengik itu dan pembauan. Setelah
semua panelis yang akan melaksa nakan uji bau itu betul-betul mengetahui
bau tengik pada contoh pembanding, barulah dua contoh yang diujikan
disuguhkan secara acak.
16
Dalam pengujian mi panelis diminta menyebut yang mana dan
kedua contoh yang diujikan sama dengan pembanding A dan yang mana
yang sama dengan pembanding B. Uji mi balk untuk membe dakan bau-
bauan atau sifat bau komoditi. Di samping itu uji mi juga baik digunakan
untuk memilih suatu tim panelis yang akan diguna kan sebagai panel
penguji pembedaan. Karena jumlah contoh yang dinilai ada dua maka
peluang secara acak adalah 50%.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Cita rasa adalah suatu cara pemilihan makanan yang harus dibedakan
dari rasa (taste) makanan tersebut. Cita rasa merupakan atribut makanan yang
meliputi penampakan, bau, rasa, tekstur, dan suhu. Cita rasa merupakan
bentuk kerja sama dari kelima macam indra manusia, yakni perasa,
penciuman, perabaan, penglihatan, dan pendengaran. Rasa sendiri merupakan
hasil kerja pengecap rasa (taste buds) yang terletak di lidah, pipi,
kerongkongan, atap mulut, yang merupakan bagian dari cita rasa.
Organoleptik merupakan pengujian terhadap bahan makanan
berdasarkan kesukaan dan kemauan untuk mempegunakan suatu produk. Uji
Organoleptik atau uji indera atau uji sensori sendiri merupakan cara pengujian
dengan menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran
daya penerimaan terhadap produk.
3.2 SARAN
Setelah selesai melakukan setiap uji bahan pangan selalu dilakukan
pelaporan, pendokumentasian, dan pengarsifan hasil pemeriksaan. Hal ini
bisa dilakukan secara manual atau komputerisasi. Data yang diarsifkan terdiri
dari hasil pemeriksaan, metode pemeriksaan, kode pemeriksa, kode pasien,
dan waktu.
18
MAKALAH
OLEH :
NAMA : IKHWANGI
NIM : P00341015020
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya maka
saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “CITA RASA &
ANALISIS ORGANOLEPTIK”. Penulisan makalah adalah merupakan salah satu
tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Kimia Analisis Air,
Makanan dan Minuman II.
Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga
akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini tanpa hambatan apapun.
Demikian tugas makalah ini dibuat, semoga dapat bermanfaat dan dapat
menambah ilmu pengetahuan. Amin.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan .............................................................................................18
B. Saran........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
ii
DAFTAR PUSTAKA
Shallenberger, R.S. 1993. Taste Chemistry. Chapman & Hall, Cambridge, UK.
Soekarto ST. 2008. Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan. Hlm 34.
Taylor, A.J. 2002. Food Flavor Technology. Sheffield Academic Press, UK.
Valentin, D., C. Chrea and D.H. Nguyen. 2006. Taste-odour interactions in sweet
taste perception. In W. J. Spillane (ed). Optimising Sweet Taste in Foods.
Woodhead Publishing Limited. Cambridge, England