Anda di halaman 1dari 28

Laporan Akhir Hari : Rabu

MK. Pengawasan Mutu Pangan Tanggal :05 Desember2018

IDENTIFIKASI BAHAN KIMIA BERBAHAYA


“FORMALIN DAN BORAKS”
Disusun oleh:
Kelompok 3
Anita Safitri (P031613411042)
Hervina Rahayu (P031613411052)
Laras Eldifitriani (P031613411056)
Nur Azizah (P031613411060)
Tiara Wulandari Ayuningtias (P031613411071)
Tiara Zelfiani (P031613411072)
Tria Nafisah (P031613411073)
Windy Irawati (P031613411076)
Wiwik Wulandari (P031613411078)
Yolanda Musticha Sarie (P031613411079)

Dosen Pembimbing:
Esthy Rahman Asih, S.TP, M.Sc
Sri Mulyani, S.TP, M.Si

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU
JURUSAN GIZI
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini
sebagai tugas praktek mata kuliah Teknologi Pengembangan Produk Pangan yang
disajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber dengan baik meskipun
banyak kekurangan didalamnya.
Penulis sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita. Penulis juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam laporan ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
laporan yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.

Pekanbaru, 05 Desember 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................1

DAFTAR ISI...........................................................................................................2

BAB IPENDAHULUAN........................................................................................3

BAB IITINJAUAN PUSTAKA.............................................................................5

2.1 Pengawet...................................................................................................5

2.2 Formalin....................................................................................................6

2.3 Boraks......................................................................................................10

2.4 Karakteristik Sampel...............................................................................12

2.5 Test Kit....................................................................................................13

BAB IIIMETODOLOGI.....................................................................................16

3.1 Waktu dan Tempat.......................................................................................16

3.2 Alat dan Bahan.............................................................................................16

3.3 Prosedur........................................................................................................17

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................19

4.1. Hasil.............................................................................................................19

4.2 Pembahasan..................................................................................................21

BAB V PENUTUP................................................................................................25

5.1 Kesimpulan...................................................................................................25

5.2 Saran.............................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................26

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut permenkes no 033/Menkes/per/XI/2012, Bahan Tambahan
Pangan yang selanjutnya disingkat BTP adalah bahan yang ditambahkan ke
dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan. BTP tidak
dimaksudkan untuk dikonsumsi secara langsung dan/atau tidak diperlakukan
sebagai bahan baku pangan. BTP dapat mempunyai atau tidak mempunyai
nilai gizi, yang sengaja ditambahkan ke dalam pangan untuk tujuan
teknologis pada pembuatan, pengolahan, perlakuan, pengepakan,
pengemasan, penyimpanan dan/atau pengangkutan pangan untuk
menghasilkan atau diharapkan menghasilkan suatu komponen atau
mempengaruhi sifat pangan tersebut, baik secara langsung atau tidak
langsung. BTP tidak termasuk cemaran atau bahan yang ditambahkan ke
dalam pangan untuk mempertahankan atau meningkatkan nilai gizi [ CITATION
Ris16 \l 1033 ].
Penyalahgunaan bahan-bahan kimia berbahaya sebagai bahan tambahan
bagi produk makanan maupun minuman yang tidak sesuai dengan
peruntukkannya telah banyak membuat resah masyarakat. Penggunaan bahan
kimia seperti pewarna dan pengawet untuk makanan ataupun bahan makanan
dilakukan oleh produsen agar produk olahannya menjadi lebih menarik, lebih
tahan lama dan juga tentunya lebih ekonomis sehingga diharapkan dapat
menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Namun dampak kesehatan
yang ditimbulkan dari penggunaan bahanbahan berbahaya tersebut sangatlah
buruk bagi masyarakat yang mengkonsumsinya. Keracunan makanan yang
bersifat akut serta dampak akumulasi bahan kimia yang bersifat karsinogen
merupakan beberapa masalah kesehatan yang akan dihadapi oleh
konsumen[ CITATION Agh16 \l 1033 ]
Dalam proses pengolahan makanan, produsen selalu mengusahakan
untuk menghasilkan makanan yang disukai dan berkualitas baik. Oleh karena
itu, biasanya produsen sering menambahkan Bahan Tambahan Pangan (BTP)
ke dalam makanan. Penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) atau food

4
additives sudah sangat meluas. Hampir semua industri pangan, baik industri
besar maupun industri rumah tangga, dipastikan menggunakan BTP.
Penggunaan BTP memang tidak dilarang asalkan bahantersebut benar-benar
aman bagi kesehatan manusia dan dalam dosis yang tepat. Akan tetapi,
terdapat dua permasalahan utama dalam penggunaannya. Pertama, produsen
menggunakan BTP yang diizinkan akan tetapi melebihi dosis yang diizinkan.
Kedua, produsen menggunakan bahan yang bukan merupakan BTP. Salah
satu contoh bahan yang bukan termasuk BTP tetapi sering ditambahkan ke
dalam makanan yaitu formalin dan boraks[ CITATION Mof86 \l 1033 ]
Mengkonsumsi makanan yang mengandung formalin dan boraks
memang tidak serta berakibat buruk secara langsung, tetapiformalin dan
boraks akan menumpuk sedikit demi sedikit karena diserap dalam tubuh.
Seringnya mengkonsumsi makanan yang mengandung formalin dan boraks
akan menyebabkan gangguan otak, hati, dan ginjal[ CITATION Ris16 \l 1033 ].

1.2 Tujuan Praktikum


1. mampu melakukan identifikasi formalin dan boraks secara kuantitatif
dalam makanan
2. mampu melaksanaan program keamanan pangan dalam industry
pengolahan pangan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengawet

5
Bahanpengawetumumnyadigunakanuntukmengawetkanpangan yang
mempunyaisifatmudahrusak. Bahaninidapatmenghambatataumemperlambat
proses fermentasi, pengasaman, ataupenguraian yang disebabkan oleh mikroba.
Akan tetapi, tidakjarangprodusenmenggunakannya pada pangan yang
relativeawetdengantujuanuntukmemperpanjang masa
simpanataumemperbaikitekstur[ CITATION Mar00 \l 14345 ].
Pengertianbahanpengawetsangatbervariasitergantungdari negara yang
membuatbatasanpengertiantentang bahanpengawet. Meskipundemikian,
penggunaanbahanpengawetmemilikitujuan yang sama,
yaitumempertahankankualitas dan memperpanjangumursimpanbahanpangan.
Bahanpengawetadalahsenyawa yang mampumenghambat dan menghentikan
proses fermentasi, pengasaman, ataubentukkerusakanlainnya, ataubahan yang
dapatmemberikanperlindunganbahanpangandaripembusukan[ CITATION Mar00 \l
14345 ].
Panganmerupakan salah satukebutuhanpokok yang
sangatpentingdalamkehidupanmanusia. Pengolahan dan
pengawetanbahanmakananmemilikiinterelasiterhadappemenuhangizimasyarakat,
makaTidakmengherankanjikasemua negara baik negara
majumaupunberkembangselaluberusahauntukmenyediakansuplaipangan yang
cukup, aman dan bergizi. Salah satunyadenganmelakukanberbagaicarapengolahan
dan pengawetanpangan yang dapatmemberikanperlindunganterhadapbahanpangan
yang akandikonsumsi[ CITATION Bud02 \l 14345 ].
Seiringdengankemajuanteknologi, manusiaterusmelakukanperubahan-
perubahandalamhalpengolahanbahanmakanan. Hal
iniwajarsebabdengansemakinberkembangnyateknologikehidupanmanusiasemakin
harisemakinsibuksehinnggatidakmempunyaibanyakwaktuuntukmelakukanpengola
hanbahanmakanan yang hanyamengandalkanbahanmentah yang
kemudiandiolahdidapur. Dalamkeadaaandemikian, makanancepatsaji (instan)
yang
telahdiolahdipabrikatautelahdiawetkanbanyakmanfatnyabagimasyarakatitusendiri[
CITATION Fit15 \l 14345 ].

6
Banyaknyakasuskeracunanmakanan yang
terjadidimasyarakatsaatinimengindikasikanadanyakesalahan yang
dilakukanmasyarakatataupunmakanandalammengolah dan
mengawetkanbahanmakanan yang dikonsumsi.
Problematikamendasarpengolahanmakanan yang
dilakukanmasyarakatlebihdisebabkanbudayapengelohanpangan yang
kurangberorientasiterhadapnilaigizi,
sertaketerbatasanpengetahuansekaligusdesakanekonomisehinggamasalahpemenuh
an dan pengolahanbahanpanganterabaikan,
Industrimakanansebagaipelakupenyediaprodukmakananseringkalimelakukantinda
kan yang tidakterpuji dan hanyaberorientasi profit oriented
dalammenyediakanberbagai produk di pasar
sehinnggahalitumembukapeluangterjadinyapenyalahgunaanbahandalampengolaha
nbahanmakananuntukmasyarakatdiantaranyasepertikasuspenggunaanberbagaibaha
ntambahanmakanan yang seharusnyatidaklayakdikosumsi[ CITATION Bud02 \l
14345 ].
Kasus yang paling menyeruakdikalanganmasyarakatbaru-
baruiniialahpenggunaan formalin dan
borakdibeberapaprodukmakananpokokmasyarakatdenganbebrbagaidalihuntukmen
ambah rasa dan keawetanmakanan tanpamemperdulikanefekbahan yang
digunankanterhadapkesehatanmasyarakat, halinilah yang
mendorongdiperlukannyaberbagairegulasi/peraturandariinstansiterkait Agar
dapatmelindungikonsumendaripelbagaimasalahkeamananpangan dan
industrypangandiIndonesia[ CITATION Fit15 \l 14345 ].

2.2 Formalin
2.2.1 Pengertian Formalin
Formalin adalah cairan jernih yang tidak bewarna dengan bau yang
menusuk, uapnya merangsang selaput lendir hidung dan tenggorokan serta adanya
rasa terbakar. Menurut pusat penelitian kimia LIPI, Dr.Leonardus Broto Kardono,
formaldehida atau formaldehyde berbentuk padat. Bila zat ini sudah di campur
dengan air barulah di sebut dengan formalin yang memiliki rumus kimia CH 2O.

7
Bahan formalin biasanya dapat di temukan di pasar, formalin yang di peroleh
biasanya dalam bentuk sudah di encerkan dengan konsentrasi 37%-40%. (Singgih,
2013)
Formaldehid yang lebih di kenal dengan nama formalin adalah salah sau zat
tambahan makanan yang di larang. Harga yang murah dari pada pengawet lainnya
membuat produsen nakal sering menggunakan formalin sebagai pengawet
makanan, walaupun produsen sendiri sudah tahu bahwa zat ini berbahaya jika di
gunakan sebagai pengawet makanan. Pemakaian formalin oleh pedagang sebagai
bahan pengawet makanan dapat di sebabkan karen kurangnya informasi tentang
bahaya pemakaian formalin, tingkat kesadaran kesehatan masyarakat yang masih
rendah, harga formalin yang murah dan lebih mudah untuk di peroleh. . (Faradila,
2014)
Formalin  merupakan  bahan  kimia  yang  biasa  dipakai untuk membasmi
bakteri atau berfungsi sebagai disinfektan. Zat ini termasuk dalam golongan
kelompok desinfektan kuat, dapat membasmi  berbagai  jenis  bakteri  pembusuk, 
penyakit, cendawan atau kapang, disamping itu juga dapat mengeraskan jaringan
tubuh setiap  hari.  Kita  menghirup  formalin  dari  lingkungan  sekitar. Skala
kecil, formaldehida sebutan lain untuk formalin secara alami ada di alam.
Contohnya gas penyebab bau kentut atau telur busuk. Formalin di udara terbentuk
dari pembakaran gas metana  dan  oksigen  yang  ada  di  atmosfer,  dengan 
bantuan  sinar  matahari. Formalin  mudah  larut dalam air sampai kadar 55 %,
sangat reaktif dalam suasana alkalis, serta  bersifat sebagai zat pereduksi  yang 
kuat,  mudah  menguap  karena  titik  didihnya  rendah  yaitu -210C (Winarno,
2004).
Formalin bisa ditemukan dalam bentuk yang sudah diencerkan, dengan
kandungan formaldehid 10 –40% dan secara fisik seperti cairan putih jernih
dengan bau yangmenyengat dan tajam.
Formalin digunakan pada :
- Bidang kesehatan : desinfektan dan pengawet mayat
- Industri perkayuan dan plywood : sebagai perekat
- Industri plastik : bahan campuran produksi
- Industri tekstil, resin, karet dan fotografi : mempercepat pewarnaan.

8
Formalin tidak diizinkan ditambahkan ke dalam bahan makanan atau
digunakan sebagai pengawet makanan, tetapi formalin mudah diperoleh dipasar
bebas dengan harga murah. Adapun landasanhokum yang dapat digunakan dalam
pengaturan formalin yaitu:
 UU Nomor : 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
 UU Nomor : 7 tahun 1996 tentang Pangan
 UU Nomor : 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
 Kepmenkes Nomor : 1168/Menkes/Per/X/1999 tentang Bahan Tambahan
Makanan
 SK Memperindag Nomor : 254/2000 tentang Tataniaga Impor dan
Peredaran Bahan Berbahaya . (Asrianti, 2016)
Adanya formalin ada atau tidak didalam makananbisa dengan tes kalium
permanganat  Uji ini cukup  sederhana,  dengan melarutkan  serbuk  kalium 
permanganat  di air hingga berwarna pink (merah jambu) Perubahan warna pada
larutan dari warna merah jambu pudar, maka menunjukan sampel tersebut
mengandung formalin. (Winarno, 2004
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 20 sampel dari 42 sampel yang
diidentifikasi dilaboratorium positif mengandung formalin (47,6%). Bedasarkan
hasil yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa hampir separuh bakso yang dijual
di Kota Padang mengandung formalin.Hasil penelitian mengungkapkan bahwa
bakso yang mengandung formalin warnanya terlihat lebih putih pucat
dibandingkan dengan bakso yang tidak mengandung formalin namun jika dibelah
didalamnya terlihat berwarna lebih merah. Hal ini disebakan karena senyawa
formalin memiliki kandungan zat pemutih.10 Aroma dagingnya juga tidak terlalu
kuat seperti bakso yang tidak mengandung formalin dan jika bakso yang
mengandung formalin dilemparkan dia akan memantul, berbeda dengan bakso
yang tidak mengandung formalin. (Faradila, 2014)

9
2.2.2 Bahaya Bagi Kesehatan
Kasus pemakaian formalin pada tahu, ikan segar, ikan asin, dan produk
makanan lainnya menunjukkan kurang pengetahuan pada produsen serta
minimnya sosialisasi pada masyarakat mengenai manfaat dan bahaya zat adiktif.
(Asrianti, 2016)
Formalin tidak di peekenankan ada dalam makanan ataupun minuman,
karena dalam jangka Panjang dapat memicu perkembangan sel-sel kanke.
Formalin sangat berbahaya jika terhirup, tertelan atau mengenai kulit karena
dapat mengakibatkan iritasi pada saluran pernapasan, reaksi alergi serta luka
bakar. (Asrianti, 2016)
Bahaya terpaparnya formalin jangka pendek dan jangka panjang, adalah:
1. Bila terhirup
 Akut:
- Iritasi pada hidung dan tenggorokan, gangguan pernafasan, rasa
terbakar pada hidung dan tenggorokan serta batuk-batuk.
- Kerusakan jaringan dan luka pada saluran pernafasan seperti radang
paru, pembengkaka paru.
- Tanda-tanda lainnya meliputi bersin, radang tekak, radang
tenggorokan, sakit dada yang berlebihan, lelah, jantung berdebar, sakit
kepala, mual dan muntah.
- Pada konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan kematian.
 Kronik:
- Menimbulkan sakit kepala, gangguan sakit kepala, gangguan
pernafasan, batuk-batuk, radang selaput lendir, mual, mengantuk, luka
pada ginjal dan sensitisasi pada paru.
- Efek neuropsikologis meliputi gangguan tidur, cepat marah,
keseimbangan terganggu, kehilangan konsentrsi dan daya ingat
berkurang.
- Gangguan haid dan kemandulan pada perempuan.
- Kanker hidung, rongga hidung, mulut, tenggorokan, paru dan otak.

10
2. Bila terkena kulit
 Akut:
Menimbulkan perubahan warna, yakni kulit menjadi merah, mengeras,
mati rasa dan ada rasa terbakar.
 Kronik:
Terasa panas, mati rasa, gatal dan memerah, kerusakan pada jari
tangan, pengerasan kulit dan kepekaan pada kulit, dan radang kulit yang
menyebabkan gelembung.
3. Bila terkena mata
 Akut:
Menimulkan iritasi mata sehingga mata memerah, terasa sakit, gatal
dan penglihatan kabur serta mengeluarkan air mata.
 Kronik:
Radang selaput lendir.
4. Bila tertelan:
 Akut:
- Mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit menelan, mual,
muntah dan diare, kemungkinan terjadi perdarahan, sakit perut yang
hebat, sakit kepala, hipotensi, kejang dan koma.
- Kerusakan pada hati, jantung, otak, limpa, pankreas, SSP dan ginjal.
 Kronik:
Iritasi pada saluran pencernaan, muntah-muntah dan kepala pusing,
penurunan suhu tubuh dan rasa gatal di dada.

2.3 Boraks
Asamborak atauBoraks (boric acid) merupakanzatpengawetberbahaya yang
tidakdizinkandigunakansebagaicampuranbahanmakanan.Boraksadalahsenyawaber
bentukKristalputih, tidakberbau, danstabilpadasuhudantekanan normal. Dalam air,
boraksberubahmenjadinatriumhidroksidadanasamborat.Boraksumumnyadigunaka
ndalampembuatangelasdan enamel, sebagaipengawetkayu, danpembasmikecoa.

11
Boraksiniseringdisalahgunakanuntuk 7 dicampurkandalampembuatanbaso, tahu,
ikanasin, mie[CITATION Rat17 \l 1033 ].
Boraksbersifatiritandanracunbagisel-seltubuh,
berbahayabagisusunansarafpusat,
ginjaldanhati.Jikatertelandapatmenimbulkankerusakanpadausus,
otakatauginjal.kalaudigunakanberulang-
ulangsertakumulatifakantertimbundalamotak, hatidanjaringanlemak.
Asamboraksiniakanmenyerangsystemsarafpusatdanmenimbulkangejalakerusakans
eperti rasa mual, muntah, diare, kejangperut, iritasikulitdanjaringanlemak,
gangguanperedarandarah, kejangkejangakibatnyakoma,
bahkankematiandapatterjadikarenaadagangguansystemsirkulasidarah.[CITATION
Rat17 \l 1033 ]
Boraksmerupakanbahankimia yang
banyakdipergunakanuntukindustrykertas, pengawetkayu, pengontrolkecoadan
industry keramik.  Di
masyarakatluasboraksseringdisalahgunakansebagaibahantambahanmakananuntuk
pembuatankerupuk, miebasah, lontong,
baksodanprodukmakananlainnya.Akibatmengkonsumsiboraksdalammakanan
lama-kelamaanakanterakumulasi (tertimbun) sedikit-demi sedikitdalam organ
hati, otakdan testis.  Boraks yang
dikonsumsicukuptinggidapatmenyebabkangejalapusing, muntah, kejangperut,
kerusakanginjal, hilangnafsumakan. (Anggara, 2011)
Boraksmerupakangaramnatriumataunatriumtetraborat yang
banyakdigunakan di berbagaiindustrynonpangan, khususnyaindustrykertas, gelas,
pengawetkayu, dankeramik.BoraksbiasaberupaserbukKristalputih, tidakberbau,
mudahlarutdalam air, tetapiborakstidakdapatlarutdalamalkohol.
Boraksbiasadigunakansebagaipengawetdanantiseptickayu.Dayapengawet yang
kuatdariboraksberasaldarikandunganasamboratdidalamnya.Asamboratseringdigun
akandalamduniapengobatandankosmetika.Misalnya, larutanasamboratdalam air
digunakansebagaiobatcucimatadandikenalsebagaiboorwater.Asamboratjugadiguna
kansebagaiobatkumur, semprothidung, dansaleplukakecil.Namun,
bahaninitidakbolehdiminumataudigunakanpadalukaluarkarenaberacunketikaterser

12
apmasukdalamtubuh.Dalampengidentifikasianborakspadamakananjikaboraksdirea
ksikandengankurkuminakanmenghasilkansenyawaberwarnamerah yang
disebutrososiania. (Silfana, 2013).

2.4 Karakteristik Sampel


2.4.1 Lontong
Lontong merupakan salah satu cara penyajian nasi berbahan
dasar beras. Lontong berbentuk nasi yang dipadatkan karena dimasak
dengan air namun ditekan dengan pembungkus biasanya daun pisang
atau plastik. Lontong mempunyai tekstur kenyal dan lembut serta
dapat bertahan hingga dua hari jika disimpan dalam lemari pendingin.
(Tarwodjo, 1998).
Pada proses pembuatan lontong dapat dilakukan dengan
memasukkan beras ke dalam panci. Tuangkan air hingga setinggi satu
ruas jari dari permukaan beras. Masak sampai menjadi aron. Ambil
selembar daun pisang, taruh 3 hingga 4 sendok makan beras aron di
atasnya. Gulung hingga berbentuk bulat panjang bergaris tengah 4 cm.
Semat kedua ujungnya dengan lidi. Lakukan hingga semua beras aron
terbungkus. Didihkan air yang banyak dalam panci, masukkan
gulungan beras ke dalamnya hingga terendam air. Rebus selama 4 jam,
bila air berkurang tambahkan air panas secukupnya. Setelah lontong
matang, angkat, tiriskan kemudian didinginkan.
2.4.2 Ikan Tongkol
Ikan tongkol (Euthynnus affinis) merupakan golongan dari ikan
tuna kecil. Badannya memanjang, tidak bersisik kecuali pada garis
rusuk. Sirip punggung pertama berjari-jari keras 15, sedangkan yang
kedua berjari-jari lemah 13, diikuti 8 – 10 jari - jari sirip tambahan.
Ukuran asli ikan tongkol cukup besar, bisa mencapai 1 meter dengan
berat 13,6 kg. Rata-rata, ikan ini berukuran sepanjang 50-60 cm. Ikan

13
tongkol memiliki kulit yang licin berwarna abu-abu, dagingnya tebal,
dan warna dagingnya merah tua [ CITATION Dam14 \l 14345 ].
Komponen kimia utama daging ikan adalah air, protein dan
lemak yaitu berkisar 98% dari total berat daging. Komponen ini
memiliki pengaruh besar terhadap nilai nutrisi, sifat fungsi, kualitas
sensori, dan stabilitas penyimpanan daging. Kandungan komponen
kimia lainnya seperti karbohidrat, vitamin dan 10 mineral berkisar 2%
yang berperan pada proses biokimia di dalam jaringan ikan mati
[ CITATION Dam14 \l 14345 ].
Ikan tongkol (Euthynnus affinis) merupakan jenis ikan dengan
kandungan gizi yang tinggi yaitu kadar air 71,00 – 76,76%, protein
21,60 – 26,30%, lemak 1,30 – 2,10%, mineral 1,20 – 1,50% dan abu
1,45 – 3,40%. Secara umum bagian ikan yang dapat dimakan (edible
portion) berkisar antara 45 – 50% [ CITATION Dam14 \l 14345 ].

2.5 Test Kit


1. Test Kit Uji ResiduBoraks (Antirax)
Test Kit Uji ResiduBoraks (Antirax) dirancangsebagaiperalatan uji
sederhana dan mudah yang dapatdigunakanmendeteksikeberadaanboraks
pada bahanmakanan (padatataucair),
sehinggadapatdenganmudahdigunakan para
personilpengawasanmutuuntukskriningawalkeberadaanborak pada
produkpangan[CITATION Jov11 \l 14345 ].
Test Kit Uji ResiduBoraks (Antirax)
dapatmendeteksikeberadanboraks pada bahan uji cairdengan minimal
deteksi 50 ppm sedangkanuntukbahan uji makananpadat limit
deteksinyaadalah 100 ppm.
Denganmetodepewarnaan yang
digunakandalamalatinimakatidakdiperlukaninstrumentasi dan
keahliankhususdalammengujiresiduboraks. Dan bersarkanhasil uji
penyimpanandiketahuibahwakertas turmeric yang

14
merupakankomponenutamapengujidalam test kit
dapattahandisimpanselama 4 bulan[ CITATION Jov11 \l 14345 ].

 Keunggulan :
1. Tingkat akurasi uji yang cukuptinggi (mendeteksisampai 50
ppm) dan spesifikuntukmengujiboraks.
2. Praktisdalampenggunaansehinggadapatdigunakan oleh setiap
orang
3. Waktu analisissingkat (10 – 15 menit)
4. Tidakmemerlukaninstrumentasidalamanalisisnya
5. Membantu dan memudahkan proses pengujiankandunganboraks
pada bahanpangan (padatataucair) dalamrangkapengendalian
dan pengawasanpenyalahgunaanboraks di industrypangan
6. Menekanbiayaanalisisboraks yang harusdikeluarkan
(biayapengujiankualitatifboraksberkisarRp. 30.000,00 – Rp.
60.000,00) menjadihanyaRp. 7.500,00 per sampel.
[ CITATION Jov11 \l 14345 ]
 KemungkinanDampakNegatif :
Tidakadakarenapengujiantidakmerusakproduk yang diuji, dan
test kit tidakmembahayakanpenguji.

2. Test Kit Uji Residu Formalin (Antilin)


Test Kit Uji Residu Formalin
adalahseperangkatalatuntukpengujiancepatkandungan formalin pada bahan
uji makananatauminuman, termasukprodukperikanan. Formalin
merupakan salah satubahanberbahaya yang
seringdisalahgunakansebagaipengawetmakanan, sepertimie, tahu, ikan dan
bakso. Residu formalin pada produkpangansulitdideteksisecarainderawi
(visual). Test Kit Uji Residu Formalin
suatualatpengujicepatdalamkemasan yang berisi 2 botollarutanpenguji,

15
yaituLarutan A dan Larutan B, 2 botolkacakosonguntukpengujiansampel,
dan satu syringe untukmengambillarutansampel[ CITATION End10 \l 14345 ].
Test Kit Uji Residu Formalin iniberupaalatpenguji (test kit) kualitatif
yang praktismenggunakanlarutancampuranpararosanilindengansulfitjenuh
pada suasanaasam.
Alatpengujiinisamasensitifnyadenganreagenpengujikomersial dan
dapatmendeteksiadanya formalin pada
makanandalambentukpadatataucairdenganbatasdeteksi minimal 2
ppm[ CITATION End10 \l 14345 ].
 Keunggulan :
1. Dalamhalkepraktisan dan efektivitas, inovasiinisamadengan
yang tersedia di pasaran, tapiharganyalebihmurah.
2. Test Kit Uji Residu Formalin
sangatdibutuhkankarenakasusmalpraktekpengawetanmakanan,
terutamakansemakinmarak, sementaradeteksi visual
tidakmungkindilakukan.
3. Test Kit
sangatmemudahkanpengawasdalammembuktikanadanyamalprak
tek, biladigunakanbagipengawasanrutin di pusat-
pusatproduksimakanan, dapatmenghentikanpenyalahgunaan
formalin pada makanan.
4. Di bidangperikanan, test kit inidapatdigunakan di TPI
sebagaigerbangpendaratanikansehinggaadajaminankeamananata
sikan yang didaratkan.
5. Test Kit inidapatdigunakantidakterbatas pada ikan,
tapiuntuksemuajenismakananpadatmaupuncair.
6. Test Kit iniakansangatmembantu para retailer (misal: super
market atau pasar) untukmemastikanbahwaproduk yang
dikirimsupplierterbuktiaman.
7. Test Kit cocokdigunakanuntukinikarenapraktis,
mudahdigunakan, hasilnyacepatdidapat, batasdeteksi minimal
rendah, dan

16
sangatmurahsehinggabiayapengujiantidakakanmembebaniharga
produk yang dijual.
8. Telahdiproduksi dan
dijualsecarakomersialbekerjasamadenganKoperasiArtha Mina
dan telahdigunakan oleh beberapainstansipemerintah
(beberapadinasperikanan) untukpengawasanpenyalahgunaan
formalin sejakTahun 2007.
[ CITATION End10 \l 14345 ]
 KemungkinanDampakNegatif :
Dampaknegativetidakadakarenapengujiantidakmerusakproduk
yang diuji, dan test kit tidakmembahayakanpenguji. Karena Larutan
B secaraterpisahakanmemberikanpewarnaan pink pada kulit
(walaupuntidakmembahayakan)
makadisarankanmenggunakansarungtangan pada
saatpengujianataumembasuhtangan yang
terkenatetesantersebutdengandetergensetelah proses
pengujian[ CITATION End10 \l 14345 ]

BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Penelitian Formalin dan Borax akan dilakukan pada hari kamis, pada
tanggal 29 November 2018. Praktek ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia
Poltekkes Kemenkes Riau.
3.2 Alat dan Bahan
Alat :
• Beaker glass
• Tabung reaksi
• Rak tabung reaksi
• Pipet tetes
• Spatula

17
• Pemanas air
• Timbangan
Bahan:
• Reagent Formalin-1
• Reagent Formalin-2
• Reagent Formalin-3
• Reagent Borax-1
• Kertas Borax
• Sampel (Lontong daun dan ikan tongkol)
• Aquadest

3.3 Prosedur
3.3.1 Formalin

18
ostfbh52lB
randigkeum
3.3.2 Borax

19
3T
PD
w
qyp-1jM
08
,xC
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

20
4.1. Hasil
a. Borax

Sampel Hasil Pemeriksaan Dokumentasi


Tahu Putih Negatif (-)

Beras (Pasar) Negatif(-)

Lontong Daun Negatif (-)

Kerupuk nasi Positif (+)

b. Formalin

Sampel Hasil Pemeriksaan Dokumentasi


Ikan teri Positif (+)

21
Ikan Tongkol Negatif (-)
(Pasar Kodim)

Ikan Tongkol Positif (+)


(pasar jalan
Pahlawan Kerja)

Tahu Putih Negatif (-)

4.2 Pembahasan
4.1.1.Tahu Putih

Pada praktikum identifikasi borax yang dilakukan di Laboraturium


Kimia Poltekkes Kemenkes Riau Pada saat pengujian borax sampel

22
ditimbang sebanyak 25 gr dan dilarutkan dengan 50 ml aquadest, lalu
sebanyak 5 ml sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi dan dipanaskan
pada penangas air dengan suhu 80oC selama 3-5 menit. Setelah sampel
dingin tambahkan reagen Borax – 1 sebanyak 3 tetes lalu kocok hingga
merata. Selanjutnya siapkan kertas borax lalu teteskan sampel keatasnya dan
diamkan beberapa saat dan amati perubahan warna yang terjadi.Pada sampel
tahu putih didapatkan hasil negatif dimana warna sampel pada kertas uji
borax tidak ada yang sesuai dengan deret standar warna borax.

4.1.2.Beras Pasar

Pada praktikum identifikasi borax yang dilakukan di Laboraturium


Kimia Poltekkes Kemenkes Riau Pada saat pengujian borax sampel
ditimbang sebanyak 25 gr dan dilarutkan dengan 50 ml aquadest, lalu
sebanyak 5 ml sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi dan dipanaskan
pada penangas air dengan suhu 80oC selama 3-5 menit. Setelah sampel
dingin tambahkan reagen Borax – 1 sebanyak 3 tetes lalu kocok hingga
merata. Selanjutnya siapkan kertas borax lalu teteskan sampel keatasnya dan
diamkan beberapa saat dan amati perubahan warna yang terjadi.

Pada sampel beras yang dijual dipasaran didapatkan hasil negatif


namun pada kertas uji borax saat dibandingkan dengan deret standar warna
borax menunjukkan indikator angka 100.

4.1.3.Lontong Daun

Pada praktikum identifikasi borax yang dilakukan di Laboraturium


Kimia Poltekkes Kemenkes Riau Pada saat pengujian borax sampel
ditimbang sebanyak 25 gr dan dilarutkan dengan 50 ml aquadest, lalu
sebanyak 5 ml sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi dan dipanaskan
pada penangas air dengan suhu 80oC selama 3-5 menit. Setelah sampel dingin
tambahkan reagen Borax – 1 sebanyak 3 tetes lalu kocok hingga merata.
Selanjutnya siapkan kertas borax lalu teteskan sampel keatasnya dan diamkan
beberapa saat dan amati perubahan warna yang terjadi.Pada sampel lontong

23
daun didapatkan hasil negatif dimana warna sampel pada kertas uji borax
tidak ada yang sesuai dengan deret standar warna borax.

4.1.4 Kerupuk Nasi

Pada praktikum identifikasi borax yang dilakukan di Laboraturium


Kimia Poltekkes Kemenkes Riau dapat dihasilkan bahwa sampel kerupuk
nasi mengandung senyawa boraks. Kandungan senyawa boraks pada sampel
dianalisis dengan metode kertas kurkumin. Analisis positif ditandai dengan
perubahan warna pada kertas kurkumin dari kuning menjadi kuning pekat
(oren) yaitu 100 mg/l borak. Perubahan warna pada kertas kurkumin
disebabkan karena kunyit mengandung kurkumin (warna kuning pada
kunyit). Kurkumin pada kondisi asam akan berwarna kuning dan akan
berubah menjadi merah kecoklatan (10.000 mg/l) pada kondisi basa. Oleh
karena itu, apabila kertas kurkumin bereaksi dengan senyawa basa,
diantaranya adalah boraks, yang mana boraks merupakan senyawa yang
bersifat basa, maka akan membentuk senyawa kurkumin.

4.2 Formalin

4.2.1 Ikan Teri

Pada praktikum identifikasi formalin yang dilakukan di Laboraturium


Kimia Poltekkes Kemenkes Riau dapat dihasilkan bahwa sampel ikan
terimenunjukkan adanya kandungan formalin, yang ditandai dengan
berubahnya warna ikan teri menjadi warna ke unguan. Pada uji ini sampel
ikan teri 25 gram yang telah dihaluskan dilarutkan dalam aquades 50 ml,
kemudian dimasukkan dalam tabung reaksi yaitu 2ml untuk di beri reagen
formalin dengan konsentrasi reagen formalin 1,2 dan 3 yaitu 3 tetes, 5 tetes
dan 3 tetes.

4.2.2 Ikan Tongkol

24
Pada praktikum identifikasi formalin yang dilakukan di Laboraturium
Kimia Poltekkes Kemenkes Riau dapat dihasilkan bahwa sampel ikan tongkol
menunjukkan tidak adanya kandungan formalin. Pada uji ini sampel ikan
tongkol 25 gram yang telah dihaluskan dilarutkan dalam aquades 50 ml,
kemudian dimasukkan dalam tabung reaksi yaitu 2ml untuk di beri reagen
formalin dengan konsentrasi reagen formalin 1,2 dan 3 yaitu 3 tetes, 5 tetes
dan 3 tetes.Setelah di teteskan dengan reagen formalin, sampel ikan tongkol
selanjutnya di kocok dan dibiarkan bereaksi. Lalu amati perubahan warna
yang terjadi.

Pada sampel ikan tongkol didapatkan hasil negatif dimana warna


sampel tidak ada yang sesuai dengan deret standar warna borax. Sampel ikan
tongkol ini dibeli di pasar Kodim.

4.2.3 Ikan Tongkol

Pada praktikum identifikasi formalin yang dilakukan di Laboraturium


Kimia Poltekkes Kemenkes Riau dapat dihasilkan bahwa sampel ikan tongkol
menunjukkan adanya kandungan formalin. Pada uji ini sampel ikan tongkol
25 gram yang telah dihaluskan dilarutkan dalam aquades 50 ml, kemudian
dimasukkan dalam tabung reaksi yaitu 2ml untuk di beri reagen formalin
dengan konsentrasi reagen formalin 1,2 dan 3 yaitu 3 tetes, 5 tetes dan 3
tetes.Setelah di teteskan dengan reagen formalin, sampel ikan tongkol
selanjutnya di kocok dan dibiarkan bereaksi. Lalu amati perubahan warna
yang terjadi.

Pada sampel ikan tongkol didapatkan hasil positif dimana warna sampel
berubah menjadi keungu-unguan. Setelah diamati, sampel ikan tongkol
inisesuai dengan deret standar warna formalin yang ke-2. Sampel ikan
tongkol ini dibeli di pasar di jalan Pahlawan Kerja.

4.2.4 Tahu Putih

25
Hasil uji kualitatif menunjukkan bahwa, sampel tahu putih negative
mengandung formalin yaitu sampel tidak berubah warna menjadi
keunguan.Hasil penelitian yang dilakukan Habsah (2012) menunjukkan
bahwa faktor yang terkait penjualan makanan berformalin pada makanan
adalah pengetahuan dari pedagang. Kurangnya pengetahuan terkait Bahan
Tambahan Pangan (BTP) akan cenderung membuat kebiasaan menjual
makanan yang mengandung BTP yang tidak baik. Beberapa survei
menunjukkan, alasan produsen atau pedagang jadi menambahkan formalin
pada tahu putih tersebut adalah agar tahu terlihat kenyal jika ditekan.
Konsumen biasanya sulit untuk membedakan tahu putih yang diawetkan
dengan formalin dan tidak diawetkan dengan formalin, tahu putih mudah
rusak dan bertahan paling lama hanya satu atau dua hari, produsen atau
pedagang tidak mengetahui akan bahaya formalin bagi kesehatan dan perilaku
konsumen yang cenderung untuk membeli makanan yang harganya murah,
tanpa mengindahkan kualitas.

26
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum diatas dapat disimpulkan bahwa :

1. Hasil praktikum pada percobaan mengidentifikasi Boraks pada bahan


pangan, tidak teridentifikasinya boraks pada Tahu Putih, Beras (Pasar),
dan Lontong Daun. Sedangkan pada Kerupuk Nasi teridentifikasi adanya
boraks.

2. Hasil paktikum pada percobaan mengidentifikasi formalin pada bahan


pangan, tidak teridentifikasinya formalin pada Ikan Tongkol yang dibeli di
Pasar Kodim dan Tahu Putih. Sedangkan pada Ikan Teri dan Ikan Tongkol
yang di beli di Pasar Jalan Pahlawan Kerja teridentifikasi adanya formalin.

5.2 Saran
Disarankan kepada masyarakat terutama agar bisa memilih bahan
makanan yang baik dan bebas dari bahan tambahan pangan yang berbahaya,
karena itu akan merusak kesehatan tubuh kita sendiri dan pada sampel perlu
dilakukan analisis secara kontiniu (berkesinambungan), agar hasil yang
diperoleh lebih akurat.

27
DAFTAR PUSTAKA

Aghnan. (2016). Bahan Pengawet dan Penyedap dalam Makanan (BORAKS,


FORMALIN, DAN MSG) .
Asrianti Bahaya Formalin dalam Makanan [Report]. - Yogyakarta : Tribun Jogja,
2016.
Budiyanto, M. (2002). Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Malang : UMM press.
Dami, K. (2014). Deskripsi dan Klasifikasi Ikan Tongkol.
Fadilah, R. (2017). Bahan Tambahan Makanan. Makassar: Fakultas Teknik
Universitas Negri Makassar.
Faradila Yustini Alioes, Elmatris Identifikasi Formalin pada Bakso yang Dijual
pada Beberapa Tempat di Kota Padang [Journal]. - Padang : FK. Unand,
20014. - Vol. 157.
Heruwati, E. S. (2010). Test Kit Antilin Untuk Uji Residu Formalin pada Produk
Perikanan.
Margono, T. d. (2000). Cara Penggaraman Ikan Asin.
Moffat, A. C. (1986). Clarke’s Isolation and Identification of Drugs.2 nd Edition.
Murtini, J. T. (2011). Test Kit Antirax untuk Menguji Residu Boraks pada Produk
Perikanan.
Rahmawati, F. (2015). Pengawetan Makanan Dan Permasalahannya.
Sikanna, R. (2016). Analisis Kualitatif Kandungan Formalin Pada Tahu Yang
Dijual Dibeberapa Pasar Di Kota Palu . Kovalen, 85-90.
Singgih Kandungan Formalin pada ikan asin menggunakan sensor warna dengan
bantuan FMR [Journal]. - [s.l.] : ELTEK, 2013. - Vol. 169.
Tarwodjo soejoeti Dasar-dasar Gizi kuliner [Book]. - Jakarta : Grasindo, 1998.
Winarno Keamanan Pangan 2 [Book]. - Bogor : M Brio Press, 2004

28

Anda mungkin juga menyukai