Dosen Pembimbing:
Esthy Rahman Asih, S.TP, M.Sc
Sri Mulyani, S.TP, M.Si
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini
sebagai tugas praktek mata kuliah Teknologi Pengembangan Produk Pangan yang
disajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber dengan baik meskipun
banyak kekurangan didalamnya.
Penulis sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita. Penulis juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam laporan ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
laporan yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................2
BAB IPENDAHULUAN........................................................................................3
2.1 Pengawet...................................................................................................5
2.2 Formalin....................................................................................................6
2.3 Boraks......................................................................................................10
BAB IIIMETODOLOGI.....................................................................................16
3.3 Prosedur........................................................................................................17
4.1. Hasil.............................................................................................................19
4.2 Pembahasan..................................................................................................21
BAB V PENUTUP................................................................................................25
5.1 Kesimpulan...................................................................................................25
5.2 Saran.............................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................26
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut permenkes no 033/Menkes/per/XI/2012, Bahan Tambahan
Pangan yang selanjutnya disingkat BTP adalah bahan yang ditambahkan ke
dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan. BTP tidak
dimaksudkan untuk dikonsumsi secara langsung dan/atau tidak diperlakukan
sebagai bahan baku pangan. BTP dapat mempunyai atau tidak mempunyai
nilai gizi, yang sengaja ditambahkan ke dalam pangan untuk tujuan
teknologis pada pembuatan, pengolahan, perlakuan, pengepakan,
pengemasan, penyimpanan dan/atau pengangkutan pangan untuk
menghasilkan atau diharapkan menghasilkan suatu komponen atau
mempengaruhi sifat pangan tersebut, baik secara langsung atau tidak
langsung. BTP tidak termasuk cemaran atau bahan yang ditambahkan ke
dalam pangan untuk mempertahankan atau meningkatkan nilai gizi [ CITATION
Ris16 \l 1033 ].
Penyalahgunaan bahan-bahan kimia berbahaya sebagai bahan tambahan
bagi produk makanan maupun minuman yang tidak sesuai dengan
peruntukkannya telah banyak membuat resah masyarakat. Penggunaan bahan
kimia seperti pewarna dan pengawet untuk makanan ataupun bahan makanan
dilakukan oleh produsen agar produk olahannya menjadi lebih menarik, lebih
tahan lama dan juga tentunya lebih ekonomis sehingga diharapkan dapat
menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Namun dampak kesehatan
yang ditimbulkan dari penggunaan bahanbahan berbahaya tersebut sangatlah
buruk bagi masyarakat yang mengkonsumsinya. Keracunan makanan yang
bersifat akut serta dampak akumulasi bahan kimia yang bersifat karsinogen
merupakan beberapa masalah kesehatan yang akan dihadapi oleh
konsumen[ CITATION Agh16 \l 1033 ]
Dalam proses pengolahan makanan, produsen selalu mengusahakan
untuk menghasilkan makanan yang disukai dan berkualitas baik. Oleh karena
itu, biasanya produsen sering menambahkan Bahan Tambahan Pangan (BTP)
ke dalam makanan. Penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) atau food
4
additives sudah sangat meluas. Hampir semua industri pangan, baik industri
besar maupun industri rumah tangga, dipastikan menggunakan BTP.
Penggunaan BTP memang tidak dilarang asalkan bahantersebut benar-benar
aman bagi kesehatan manusia dan dalam dosis yang tepat. Akan tetapi,
terdapat dua permasalahan utama dalam penggunaannya. Pertama, produsen
menggunakan BTP yang diizinkan akan tetapi melebihi dosis yang diizinkan.
Kedua, produsen menggunakan bahan yang bukan merupakan BTP. Salah
satu contoh bahan yang bukan termasuk BTP tetapi sering ditambahkan ke
dalam makanan yaitu formalin dan boraks[ CITATION Mof86 \l 1033 ]
Mengkonsumsi makanan yang mengandung formalin dan boraks
memang tidak serta berakibat buruk secara langsung, tetapiformalin dan
boraks akan menumpuk sedikit demi sedikit karena diserap dalam tubuh.
Seringnya mengkonsumsi makanan yang mengandung formalin dan boraks
akan menyebabkan gangguan otak, hati, dan ginjal[ CITATION Ris16 \l 1033 ].
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengawet
5
Bahanpengawetumumnyadigunakanuntukmengawetkanpangan yang
mempunyaisifatmudahrusak. Bahaninidapatmenghambatataumemperlambat
proses fermentasi, pengasaman, ataupenguraian yang disebabkan oleh mikroba.
Akan tetapi, tidakjarangprodusenmenggunakannya pada pangan yang
relativeawetdengantujuanuntukmemperpanjang masa
simpanataumemperbaikitekstur[ CITATION Mar00 \l 14345 ].
Pengertianbahanpengawetsangatbervariasitergantungdari negara yang
membuatbatasanpengertiantentang bahanpengawet. Meskipundemikian,
penggunaanbahanpengawetmemilikitujuan yang sama,
yaitumempertahankankualitas dan memperpanjangumursimpanbahanpangan.
Bahanpengawetadalahsenyawa yang mampumenghambat dan menghentikan
proses fermentasi, pengasaman, ataubentukkerusakanlainnya, ataubahan yang
dapatmemberikanperlindunganbahanpangandaripembusukan[ CITATION Mar00 \l
14345 ].
Panganmerupakan salah satukebutuhanpokok yang
sangatpentingdalamkehidupanmanusia. Pengolahan dan
pengawetanbahanmakananmemilikiinterelasiterhadappemenuhangizimasyarakat,
makaTidakmengherankanjikasemua negara baik negara
majumaupunberkembangselaluberusahauntukmenyediakansuplaipangan yang
cukup, aman dan bergizi. Salah satunyadenganmelakukanberbagaicarapengolahan
dan pengawetanpangan yang dapatmemberikanperlindunganterhadapbahanpangan
yang akandikonsumsi[ CITATION Bud02 \l 14345 ].
Seiringdengankemajuanteknologi, manusiaterusmelakukanperubahan-
perubahandalamhalpengolahanbahanmakanan. Hal
iniwajarsebabdengansemakinberkembangnyateknologikehidupanmanusiasemakin
harisemakinsibuksehinnggatidakmempunyaibanyakwaktuuntukmelakukanpengola
hanbahanmakanan yang hanyamengandalkanbahanmentah yang
kemudiandiolahdidapur. Dalamkeadaaandemikian, makanancepatsaji (instan)
yang
telahdiolahdipabrikatautelahdiawetkanbanyakmanfatnyabagimasyarakatitusendiri[
CITATION Fit15 \l 14345 ].
6
Banyaknyakasuskeracunanmakanan yang
terjadidimasyarakatsaatinimengindikasikanadanyakesalahan yang
dilakukanmasyarakatataupunmakanandalammengolah dan
mengawetkanbahanmakanan yang dikonsumsi.
Problematikamendasarpengolahanmakanan yang
dilakukanmasyarakatlebihdisebabkanbudayapengelohanpangan yang
kurangberorientasiterhadapnilaigizi,
sertaketerbatasanpengetahuansekaligusdesakanekonomisehinggamasalahpemenuh
an dan pengolahanbahanpanganterabaikan,
Industrimakanansebagaipelakupenyediaprodukmakananseringkalimelakukantinda
kan yang tidakterpuji dan hanyaberorientasi profit oriented
dalammenyediakanberbagai produk di pasar
sehinnggahalitumembukapeluangterjadinyapenyalahgunaanbahandalampengolaha
nbahanmakananuntukmasyarakatdiantaranyasepertikasuspenggunaanberbagaibaha
ntambahanmakanan yang seharusnyatidaklayakdikosumsi[ CITATION Bud02 \l
14345 ].
Kasus yang paling menyeruakdikalanganmasyarakatbaru-
baruiniialahpenggunaan formalin dan
borakdibeberapaprodukmakananpokokmasyarakatdenganbebrbagaidalihuntukmen
ambah rasa dan keawetanmakanan tanpamemperdulikanefekbahan yang
digunankanterhadapkesehatanmasyarakat, halinilah yang
mendorongdiperlukannyaberbagairegulasi/peraturandariinstansiterkait Agar
dapatmelindungikonsumendaripelbagaimasalahkeamananpangan dan
industrypangandiIndonesia[ CITATION Fit15 \l 14345 ].
2.2 Formalin
2.2.1 Pengertian Formalin
Formalin adalah cairan jernih yang tidak bewarna dengan bau yang
menusuk, uapnya merangsang selaput lendir hidung dan tenggorokan serta adanya
rasa terbakar. Menurut pusat penelitian kimia LIPI, Dr.Leonardus Broto Kardono,
formaldehida atau formaldehyde berbentuk padat. Bila zat ini sudah di campur
dengan air barulah di sebut dengan formalin yang memiliki rumus kimia CH 2O.
7
Bahan formalin biasanya dapat di temukan di pasar, formalin yang di peroleh
biasanya dalam bentuk sudah di encerkan dengan konsentrasi 37%-40%. (Singgih,
2013)
Formaldehid yang lebih di kenal dengan nama formalin adalah salah sau zat
tambahan makanan yang di larang. Harga yang murah dari pada pengawet lainnya
membuat produsen nakal sering menggunakan formalin sebagai pengawet
makanan, walaupun produsen sendiri sudah tahu bahwa zat ini berbahaya jika di
gunakan sebagai pengawet makanan. Pemakaian formalin oleh pedagang sebagai
bahan pengawet makanan dapat di sebabkan karen kurangnya informasi tentang
bahaya pemakaian formalin, tingkat kesadaran kesehatan masyarakat yang masih
rendah, harga formalin yang murah dan lebih mudah untuk di peroleh. . (Faradila,
2014)
Formalin merupakan bahan kimia yang biasa dipakai untuk membasmi
bakteri atau berfungsi sebagai disinfektan. Zat ini termasuk dalam golongan
kelompok desinfektan kuat, dapat membasmi berbagai jenis bakteri pembusuk,
penyakit, cendawan atau kapang, disamping itu juga dapat mengeraskan jaringan
tubuh setiap hari. Kita menghirup formalin dari lingkungan sekitar. Skala
kecil, formaldehida sebutan lain untuk formalin secara alami ada di alam.
Contohnya gas penyebab bau kentut atau telur busuk. Formalin di udara terbentuk
dari pembakaran gas metana dan oksigen yang ada di atmosfer, dengan
bantuan sinar matahari. Formalin mudah larut dalam air sampai kadar 55 %,
sangat reaktif dalam suasana alkalis, serta bersifat sebagai zat pereduksi yang
kuat, mudah menguap karena titik didihnya rendah yaitu -210C (Winarno,
2004).
Formalin bisa ditemukan dalam bentuk yang sudah diencerkan, dengan
kandungan formaldehid 10 –40% dan secara fisik seperti cairan putih jernih
dengan bau yangmenyengat dan tajam.
Formalin digunakan pada :
- Bidang kesehatan : desinfektan dan pengawet mayat
- Industri perkayuan dan plywood : sebagai perekat
- Industri plastik : bahan campuran produksi
- Industri tekstil, resin, karet dan fotografi : mempercepat pewarnaan.
8
Formalin tidak diizinkan ditambahkan ke dalam bahan makanan atau
digunakan sebagai pengawet makanan, tetapi formalin mudah diperoleh dipasar
bebas dengan harga murah. Adapun landasanhokum yang dapat digunakan dalam
pengaturan formalin yaitu:
UU Nomor : 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
UU Nomor : 7 tahun 1996 tentang Pangan
UU Nomor : 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
Kepmenkes Nomor : 1168/Menkes/Per/X/1999 tentang Bahan Tambahan
Makanan
SK Memperindag Nomor : 254/2000 tentang Tataniaga Impor dan
Peredaran Bahan Berbahaya . (Asrianti, 2016)
Adanya formalin ada atau tidak didalam makananbisa dengan tes kalium
permanganat Uji ini cukup sederhana, dengan melarutkan serbuk kalium
permanganat di air hingga berwarna pink (merah jambu) Perubahan warna pada
larutan dari warna merah jambu pudar, maka menunjukan sampel tersebut
mengandung formalin. (Winarno, 2004
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 20 sampel dari 42 sampel yang
diidentifikasi dilaboratorium positif mengandung formalin (47,6%). Bedasarkan
hasil yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa hampir separuh bakso yang dijual
di Kota Padang mengandung formalin.Hasil penelitian mengungkapkan bahwa
bakso yang mengandung formalin warnanya terlihat lebih putih pucat
dibandingkan dengan bakso yang tidak mengandung formalin namun jika dibelah
didalamnya terlihat berwarna lebih merah. Hal ini disebakan karena senyawa
formalin memiliki kandungan zat pemutih.10 Aroma dagingnya juga tidak terlalu
kuat seperti bakso yang tidak mengandung formalin dan jika bakso yang
mengandung formalin dilemparkan dia akan memantul, berbeda dengan bakso
yang tidak mengandung formalin. (Faradila, 2014)
9
2.2.2 Bahaya Bagi Kesehatan
Kasus pemakaian formalin pada tahu, ikan segar, ikan asin, dan produk
makanan lainnya menunjukkan kurang pengetahuan pada produsen serta
minimnya sosialisasi pada masyarakat mengenai manfaat dan bahaya zat adiktif.
(Asrianti, 2016)
Formalin tidak di peekenankan ada dalam makanan ataupun minuman,
karena dalam jangka Panjang dapat memicu perkembangan sel-sel kanke.
Formalin sangat berbahaya jika terhirup, tertelan atau mengenai kulit karena
dapat mengakibatkan iritasi pada saluran pernapasan, reaksi alergi serta luka
bakar. (Asrianti, 2016)
Bahaya terpaparnya formalin jangka pendek dan jangka panjang, adalah:
1. Bila terhirup
Akut:
- Iritasi pada hidung dan tenggorokan, gangguan pernafasan, rasa
terbakar pada hidung dan tenggorokan serta batuk-batuk.
- Kerusakan jaringan dan luka pada saluran pernafasan seperti radang
paru, pembengkaka paru.
- Tanda-tanda lainnya meliputi bersin, radang tekak, radang
tenggorokan, sakit dada yang berlebihan, lelah, jantung berdebar, sakit
kepala, mual dan muntah.
- Pada konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan kematian.
Kronik:
- Menimbulkan sakit kepala, gangguan sakit kepala, gangguan
pernafasan, batuk-batuk, radang selaput lendir, mual, mengantuk, luka
pada ginjal dan sensitisasi pada paru.
- Efek neuropsikologis meliputi gangguan tidur, cepat marah,
keseimbangan terganggu, kehilangan konsentrsi dan daya ingat
berkurang.
- Gangguan haid dan kemandulan pada perempuan.
- Kanker hidung, rongga hidung, mulut, tenggorokan, paru dan otak.
10
2. Bila terkena kulit
Akut:
Menimbulkan perubahan warna, yakni kulit menjadi merah, mengeras,
mati rasa dan ada rasa terbakar.
Kronik:
Terasa panas, mati rasa, gatal dan memerah, kerusakan pada jari
tangan, pengerasan kulit dan kepekaan pada kulit, dan radang kulit yang
menyebabkan gelembung.
3. Bila terkena mata
Akut:
Menimulkan iritasi mata sehingga mata memerah, terasa sakit, gatal
dan penglihatan kabur serta mengeluarkan air mata.
Kronik:
Radang selaput lendir.
4. Bila tertelan:
Akut:
- Mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit menelan, mual,
muntah dan diare, kemungkinan terjadi perdarahan, sakit perut yang
hebat, sakit kepala, hipotensi, kejang dan koma.
- Kerusakan pada hati, jantung, otak, limpa, pankreas, SSP dan ginjal.
Kronik:
Iritasi pada saluran pencernaan, muntah-muntah dan kepala pusing,
penurunan suhu tubuh dan rasa gatal di dada.
2.3 Boraks
Asamborak atauBoraks (boric acid) merupakanzatpengawetberbahaya yang
tidakdizinkandigunakansebagaicampuranbahanmakanan.Boraksadalahsenyawaber
bentukKristalputih, tidakberbau, danstabilpadasuhudantekanan normal. Dalam air,
boraksberubahmenjadinatriumhidroksidadanasamborat.Boraksumumnyadigunaka
ndalampembuatangelasdan enamel, sebagaipengawetkayu, danpembasmikecoa.
11
Boraksiniseringdisalahgunakanuntuk 7 dicampurkandalampembuatanbaso, tahu,
ikanasin, mie[CITATION Rat17 \l 1033 ].
Boraksbersifatiritandanracunbagisel-seltubuh,
berbahayabagisusunansarafpusat,
ginjaldanhati.Jikatertelandapatmenimbulkankerusakanpadausus,
otakatauginjal.kalaudigunakanberulang-
ulangsertakumulatifakantertimbundalamotak, hatidanjaringanlemak.
Asamboraksiniakanmenyerangsystemsarafpusatdanmenimbulkangejalakerusakans
eperti rasa mual, muntah, diare, kejangperut, iritasikulitdanjaringanlemak,
gangguanperedarandarah, kejangkejangakibatnyakoma,
bahkankematiandapatterjadikarenaadagangguansystemsirkulasidarah.[CITATION
Rat17 \l 1033 ]
Boraksmerupakanbahankimia yang
banyakdipergunakanuntukindustrykertas, pengawetkayu, pengontrolkecoadan
industry keramik. Di
masyarakatluasboraksseringdisalahgunakansebagaibahantambahanmakananuntuk
pembuatankerupuk, miebasah, lontong,
baksodanprodukmakananlainnya.Akibatmengkonsumsiboraksdalammakanan
lama-kelamaanakanterakumulasi (tertimbun) sedikit-demi sedikitdalam organ
hati, otakdan testis. Boraks yang
dikonsumsicukuptinggidapatmenyebabkangejalapusing, muntah, kejangperut,
kerusakanginjal, hilangnafsumakan. (Anggara, 2011)
Boraksmerupakangaramnatriumataunatriumtetraborat yang
banyakdigunakan di berbagaiindustrynonpangan, khususnyaindustrykertas, gelas,
pengawetkayu, dankeramik.BoraksbiasaberupaserbukKristalputih, tidakberbau,
mudahlarutdalam air, tetapiborakstidakdapatlarutdalamalkohol.
Boraksbiasadigunakansebagaipengawetdanantiseptickayu.Dayapengawet yang
kuatdariboraksberasaldarikandunganasamboratdidalamnya.Asamboratseringdigun
akandalamduniapengobatandankosmetika.Misalnya, larutanasamboratdalam air
digunakansebagaiobatcucimatadandikenalsebagaiboorwater.Asamboratjugadiguna
kansebagaiobatkumur, semprothidung, dansaleplukakecil.Namun,
bahaninitidakbolehdiminumataudigunakanpadalukaluarkarenaberacunketikaterser
12
apmasukdalamtubuh.Dalampengidentifikasianborakspadamakananjikaboraksdirea
ksikandengankurkuminakanmenghasilkansenyawaberwarnamerah yang
disebutrososiania. (Silfana, 2013).
13
tongkol memiliki kulit yang licin berwarna abu-abu, dagingnya tebal,
dan warna dagingnya merah tua [ CITATION Dam14 \l 14345 ].
Komponen kimia utama daging ikan adalah air, protein dan
lemak yaitu berkisar 98% dari total berat daging. Komponen ini
memiliki pengaruh besar terhadap nilai nutrisi, sifat fungsi, kualitas
sensori, dan stabilitas penyimpanan daging. Kandungan komponen
kimia lainnya seperti karbohidrat, vitamin dan 10 mineral berkisar 2%
yang berperan pada proses biokimia di dalam jaringan ikan mati
[ CITATION Dam14 \l 14345 ].
Ikan tongkol (Euthynnus affinis) merupakan jenis ikan dengan
kandungan gizi yang tinggi yaitu kadar air 71,00 – 76,76%, protein
21,60 – 26,30%, lemak 1,30 – 2,10%, mineral 1,20 – 1,50% dan abu
1,45 – 3,40%. Secara umum bagian ikan yang dapat dimakan (edible
portion) berkisar antara 45 – 50% [ CITATION Dam14 \l 14345 ].
14
merupakankomponenutamapengujidalam test kit
dapattahandisimpanselama 4 bulan[ CITATION Jov11 \l 14345 ].
Keunggulan :
1. Tingkat akurasi uji yang cukuptinggi (mendeteksisampai 50
ppm) dan spesifikuntukmengujiboraks.
2. Praktisdalampenggunaansehinggadapatdigunakan oleh setiap
orang
3. Waktu analisissingkat (10 – 15 menit)
4. Tidakmemerlukaninstrumentasidalamanalisisnya
5. Membantu dan memudahkan proses pengujiankandunganboraks
pada bahanpangan (padatataucair) dalamrangkapengendalian
dan pengawasanpenyalahgunaanboraks di industrypangan
6. Menekanbiayaanalisisboraks yang harusdikeluarkan
(biayapengujiankualitatifboraksberkisarRp. 30.000,00 – Rp.
60.000,00) menjadihanyaRp. 7.500,00 per sampel.
[ CITATION Jov11 \l 14345 ]
KemungkinanDampakNegatif :
Tidakadakarenapengujiantidakmerusakproduk yang diuji, dan
test kit tidakmembahayakanpenguji.
15
yaituLarutan A dan Larutan B, 2 botolkacakosonguntukpengujiansampel,
dan satu syringe untukmengambillarutansampel[ CITATION End10 \l 14345 ].
Test Kit Uji Residu Formalin iniberupaalatpenguji (test kit) kualitatif
yang praktismenggunakanlarutancampuranpararosanilindengansulfitjenuh
pada suasanaasam.
Alatpengujiinisamasensitifnyadenganreagenpengujikomersial dan
dapatmendeteksiadanya formalin pada
makanandalambentukpadatataucairdenganbatasdeteksi minimal 2
ppm[ CITATION End10 \l 14345 ].
Keunggulan :
1. Dalamhalkepraktisan dan efektivitas, inovasiinisamadengan
yang tersedia di pasaran, tapiharganyalebihmurah.
2. Test Kit Uji Residu Formalin
sangatdibutuhkankarenakasusmalpraktekpengawetanmakanan,
terutamakansemakinmarak, sementaradeteksi visual
tidakmungkindilakukan.
3. Test Kit
sangatmemudahkanpengawasdalammembuktikanadanyamalprak
tek, biladigunakanbagipengawasanrutin di pusat-
pusatproduksimakanan, dapatmenghentikanpenyalahgunaan
formalin pada makanan.
4. Di bidangperikanan, test kit inidapatdigunakan di TPI
sebagaigerbangpendaratanikansehinggaadajaminankeamananata
sikan yang didaratkan.
5. Test Kit inidapatdigunakantidakterbatas pada ikan,
tapiuntuksemuajenismakananpadatmaupuncair.
6. Test Kit iniakansangatmembantu para retailer (misal: super
market atau pasar) untukmemastikanbahwaproduk yang
dikirimsupplierterbuktiaman.
7. Test Kit cocokdigunakanuntukinikarenapraktis,
mudahdigunakan, hasilnyacepatdidapat, batasdeteksi minimal
rendah, dan
16
sangatmurahsehinggabiayapengujiantidakakanmembebaniharga
produk yang dijual.
8. Telahdiproduksi dan
dijualsecarakomersialbekerjasamadenganKoperasiArtha Mina
dan telahdigunakan oleh beberapainstansipemerintah
(beberapadinasperikanan) untukpengawasanpenyalahgunaan
formalin sejakTahun 2007.
[ CITATION End10 \l 14345 ]
KemungkinanDampakNegatif :
Dampaknegativetidakadakarenapengujiantidakmerusakproduk
yang diuji, dan test kit tidakmembahayakanpenguji. Karena Larutan
B secaraterpisahakanmemberikanpewarnaan pink pada kulit
(walaupuntidakmembahayakan)
makadisarankanmenggunakansarungtangan pada
saatpengujianataumembasuhtangan yang
terkenatetesantersebutdengandetergensetelah proses
pengujian[ CITATION End10 \l 14345 ]
BAB III
METODOLOGI
17
• Pemanas air
• Timbangan
Bahan:
• Reagent Formalin-1
• Reagent Formalin-2
• Reagent Formalin-3
• Reagent Borax-1
• Kertas Borax
• Sampel (Lontong daun dan ikan tongkol)
• Aquadest
3.3 Prosedur
3.3.1 Formalin
18
ostfbh52lB
randigkeum
3.3.2 Borax
19
3T
PD
w
qyp-1jM
08
,xC
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
20
4.1. Hasil
a. Borax
b. Formalin
21
Ikan Tongkol Negatif (-)
(Pasar Kodim)
4.2 Pembahasan
4.1.1.Tahu Putih
22
ditimbang sebanyak 25 gr dan dilarutkan dengan 50 ml aquadest, lalu
sebanyak 5 ml sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi dan dipanaskan
pada penangas air dengan suhu 80oC selama 3-5 menit. Setelah sampel
dingin tambahkan reagen Borax – 1 sebanyak 3 tetes lalu kocok hingga
merata. Selanjutnya siapkan kertas borax lalu teteskan sampel keatasnya dan
diamkan beberapa saat dan amati perubahan warna yang terjadi.Pada sampel
tahu putih didapatkan hasil negatif dimana warna sampel pada kertas uji
borax tidak ada yang sesuai dengan deret standar warna borax.
4.1.2.Beras Pasar
4.1.3.Lontong Daun
23
daun didapatkan hasil negatif dimana warna sampel pada kertas uji borax
tidak ada yang sesuai dengan deret standar warna borax.
4.2 Formalin
24
Pada praktikum identifikasi formalin yang dilakukan di Laboraturium
Kimia Poltekkes Kemenkes Riau dapat dihasilkan bahwa sampel ikan tongkol
menunjukkan tidak adanya kandungan formalin. Pada uji ini sampel ikan
tongkol 25 gram yang telah dihaluskan dilarutkan dalam aquades 50 ml,
kemudian dimasukkan dalam tabung reaksi yaitu 2ml untuk di beri reagen
formalin dengan konsentrasi reagen formalin 1,2 dan 3 yaitu 3 tetes, 5 tetes
dan 3 tetes.Setelah di teteskan dengan reagen formalin, sampel ikan tongkol
selanjutnya di kocok dan dibiarkan bereaksi. Lalu amati perubahan warna
yang terjadi.
Pada sampel ikan tongkol didapatkan hasil positif dimana warna sampel
berubah menjadi keungu-unguan. Setelah diamati, sampel ikan tongkol
inisesuai dengan deret standar warna formalin yang ke-2. Sampel ikan
tongkol ini dibeli di pasar di jalan Pahlawan Kerja.
25
Hasil uji kualitatif menunjukkan bahwa, sampel tahu putih negative
mengandung formalin yaitu sampel tidak berubah warna menjadi
keunguan.Hasil penelitian yang dilakukan Habsah (2012) menunjukkan
bahwa faktor yang terkait penjualan makanan berformalin pada makanan
adalah pengetahuan dari pedagang. Kurangnya pengetahuan terkait Bahan
Tambahan Pangan (BTP) akan cenderung membuat kebiasaan menjual
makanan yang mengandung BTP yang tidak baik. Beberapa survei
menunjukkan, alasan produsen atau pedagang jadi menambahkan formalin
pada tahu putih tersebut adalah agar tahu terlihat kenyal jika ditekan.
Konsumen biasanya sulit untuk membedakan tahu putih yang diawetkan
dengan formalin dan tidak diawetkan dengan formalin, tahu putih mudah
rusak dan bertahan paling lama hanya satu atau dua hari, produsen atau
pedagang tidak mengetahui akan bahaya formalin bagi kesehatan dan perilaku
konsumen yang cenderung untuk membeli makanan yang harganya murah,
tanpa mengindahkan kualitas.
26
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum diatas dapat disimpulkan bahwa :
5.2 Saran
Disarankan kepada masyarakat terutama agar bisa memilih bahan
makanan yang baik dan bebas dari bahan tambahan pangan yang berbahaya,
karena itu akan merusak kesehatan tubuh kita sendiri dan pada sampel perlu
dilakukan analisis secara kontiniu (berkesinambungan), agar hasil yang
diperoleh lebih akurat.
27
DAFTAR PUSTAKA
28