Tujuan
Agar dapat mengetahui kualitas fisik dan kimia susu apakah dalam keadaan baik
atau tidak sehingga dapat menyimpulkan kondisi dan mutu susu yang baik untuk
dikonsumsi.
2. METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Praktikum dilakukan pada hari Jumat, 24 November 2017 pada pukul 07.00 s/d
11.00 WIB di Laboratorium CB Mikro Kampus Gunung Gede Diploma Institut
Pertanian Bogor, membahas tentang berbagai uji kualitas susu sapi segar.
Metode kerja
1. Uji Organoleptik / Uji Sensorik
Pertama alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan, kemudian susu
segar sapi dimasukkan kedalam tabung reaksi sebanyak 3 ml. Amati warna, bau
dan konsistensi dan dilanjutkan pemanasan sampai didih, kemudian amati bau dan
rasa.
2. Uji Kesegaran susu
Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan. Susu segar sapi dimasukkan
kedalam tabung reaksi sebanyak 3 ml, kemudian didihkan sampai susu terlihat
mendidih. Kemudian di dinginkan dan Amati ada atau tidaknya
endapan/gumpalan/butiran halus di dinding tabung.
2.2 Uji Alkohol
Dua tabung reaksi bersih disiapkan. Susu segar dimasukkan ke dalam tabung
reaksi sebanyak sama rata, + 3 ml. Tabung 1 ditambahkan alkohol 70% dengan
perbandingan alkohol : susu yaitu 1:1 dan tabung 2 ditambahkan alkohol 70%
dengan perbandingan alkohol : susu yaitu 2:1. Kemudian amati kedua tabung
tersebut apakah susu terlihat pecah atau tidak.
2.3 Uji Pengendapan Kasein
Dua tabung reaksi bersih disiapkan. Susu segar dimasukkan ke dalam tabung
reaksi sebanyak sama rata, + 3 ml. Tabung 1 ditambahkan HCL dan dilihat berapa
tetes HCL sampai susu menggumpal atau pecah. Tabung 2 ditambahkan alkokol
pekat atau alkohol 96% dan dilihat berapa tetes sampai susu mengendap atau
pecah.
3. Uji Mastitis
Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan, kemudian 2 ml susu
dimasukan kedalam paddle dengan sama rata. Tambahkan jumlah yang sama
pereaksi IPB-I, kemudian Homogenkan dengan cara diputar atau horizontal selama
15-20 detik. Amati perubahan yang terjadi. Hasil positif ditandai dengan
kekentalan dan warna yang berbeda.
4. Uji Kebersihan
Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan, kemudian gelas beker dan kain
penyaring disiapkan. Susu segar sebanyak 500ml kemudian di saring dan diaduk
dengan gelas pengaduk agar proses penyaringan lebih cepat. Setelah proses
penyaringan selesai, amati kain tersebut apakah terdapat endapan /gumpalan.
HASIL
Warna : Putih
Kiri depan : ++
Kanan belakang : -
3. PENUTUP
Simpulan
Uji kualitas susu secara makroskopis atau dengan uji organoleptik
mengindikasikan bahwa susu normal tetapi setelah dilakukan uji alkohol dan uji didih
terdapat butiran susu pada dinding tabung. Uji pengendapan kasein dengan HCL
menunjukan susu yang ditambahkan HCl pekat mengalami pengendapan, karena
Protein bersifat mengendap dalam asam mineral pekat seperti asam klorida (HCl),
Sedangkan pengendapan kasein menggunakan alkohol 96% menujukkan hasil susu
tidak mengalami penggumpalan tetapi berubah menjadi sedikit kental. Uji mastitis
dengan pereaksi IPB 1 menunjukan hasil positif, dilihat dari terbentuknya lendir atau
mengental. Uji Kebersihan setelah dilakukan proses penyaringan tidak terdapat
kotoran di hasil penyaringan susu.
DAFTAR PUSTAKA
Abizar. M. 2006. Studi Analisa Casein Pada Susu Bubuk. Jurnal Ilmu Pangan, 4(1) :
56-62. Online. (i-lib.ugm.ac.id/jurnal/detail/php.dataid) Diakses 1 November
2014.
Buckle, KA., TA.E DWARDS, G.H. Gleet Dan M. Wolton. 1987. Ilmu Pangan.
Terjemahan Hari Purnomo Dan Adiono . Universitas –Indonesia Press,
Jakarta
Dasuki, U., A. Lengkey, dan E. Setiadi. (1981). Pengaruh Perbedaan Metode
Pasteurisasi Secara Sederhana dan Pabrik Terhadap Daya Awet, Jenis dan
Jumlah Bakteri Susu (Kasus Susu Sapi Rakyat Pengalengan ). Dari Kumpulan
Makalah Kongres Nasional Mikrobiologi ke-3, Perhimpunan Mikrobiologi
Indonesia. Jakarta.
[IDF] International Dairy Federation. 1999. Suggested interpretation of mastitis
terminology. Bull Int Dairy Fed 33: 3-36.
Lukman DW, Sudarwanto M, Sanjaya AW, Purnawarman T, Latif H, Soejoedono
RR. 2009. Pemerahan dan Penanganan. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan,
Institut Pertanian Bogor.
Lukman, DW, Sudarwanto, M, Sanjaya, AW, Purnawarman, T, Latif, H,
Soejoedono, RR. 2012. Pemeriksaan Mastitis Subklinis. Di dalam: Pisestyani,
H. (Ed). Higiene Pangan Asal Hewan. Bogor: Kesmavet FKH IPB. Hlm 35-38.
Maheswari RRA. 2004. Penanganan dan Pengolahan Hasil Ternak Perah. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.
Ressang, A. A, dan A. M. Nasution. (1982). Ilmu Kesehatan Susu (Milk Hygiene).
Edisi ke-2 Institut Pertanian Bogor.
Robert. L. Diyert 1997. Mikrobiologi Pangan. Gramedia Pustaka. Jakarta.
Souza FN, Blagitz MG, Penna CFAM, Della LAMMP, Heinemann MB, Cerqueira
MMOP. 2012. Somatic cell count in small ruminants: friend or foe?. J Small
Rum Res 107: 65-75.
Sudarwanto M. 2005. Bahan kuliah hygiene makanan. Bahan ajar. Bagian Penyakit
Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan,
Institut Pertanian Bogor.
Yusuf R.2010. Kandungan protein susu sapi perah friesian holstein akibat pemberian
pakan yang mengandung tepung katu (sauropus androgynus (l.) merr) yang
berbeda. Jurnal. Jurnal Teknologi Pertanian volume 6 nomor 1 halaman 1-6.