OLEH :
2. Tinjauan Pustaka
2.1. Teknologi Inseminasi Buatan
2.1.1. Pengertian Inseminasi Buatan
Inseminasi buatan adalah proses memasukkan sperma ke dalam saluran
reproduksi betina dengan tujuan untuk membuat betina jadi bunting tanpa perlu
terjadi perkawinan alami. Konsep dasar dari teknologi ini adalah bahwa seekor
pejantan secara alamiah memproduksi puluhan milyar sel kelamin jantan
(spermatozoa) per hari, sedangkan untuk membuahi satu sel telur (oosit) pada
hewan betina diperlukan hanya satu spermatozoon. Potensi terpendam yang
dimiliki seekor pejantan sebagai sumber informasi genetik, apalagi yang unggul
dapat dimanfaatkan secara efisien untuk membuahi banyak betina (Hafez, 1993).
3.2. Metode
Metode praktikum pada praktikum kali ini yaitu dengan menggunakan
metode deskriptif (penjelasan langsung) dan metode langsung, yakni dengan
melakukan palpasi rektal untuk menemukan cervix dari sapi betina setelah itu
dilakukan teknik inseminasi buatan dengan memasukkan gun yang berisi
straw/semen beku. Pada praktikum ini dilakukan juga tahapan-tahapan sebelum
melaksanakan IB yang dimulai dari mempersiapkan straw sampai mendeposisikan
semen di cervix sapi betina.
Adapun prosedur pelaksanaan inseminasi buatan yakni:
a. Semen harus dicairkan (thawing) terlebih dahulu dengan mengeluarkan semen
beku (straw) dari container yang berisi N2 cair dan memasukkannya ke dalam
air hangat atau meletakkannya dibawah air yang mengalir. Suhu untuk thawing
yang baik adalah 37oC dan dengan waktu sekitar 15 detik.
b. Setelah di thawing, straw dikeluarkan dari air kemudian dilap dengan
menggunakan tissue agar menjadi kering.
c. Kemudian straw dimasukkan dalam gun dan bagian yang memiliki kapas di
posisikan menghadap kebawah, dan ujung yang mencuat dipotong dengan
menggunakan gunting bersih atau pemotong straw.
d. Setelah itu plastic sheath dimasukkan pada gun yang sudah berisi semen
beku/straw.
e. Sapi betina dipersiapkan (dimasukkan) dalam kandang jepit.
f. Petugas Inseminasi Buatan (IB) atau biasa disebut sebagai inseminator
memakai sarung tangan (glove) pada tangan yang akan dimasukkan ke dalam
rektum kemudian diberikan sedikit pelicin atau pelumas agar memudahkan
untuk memasukkan tangan ke dalam rektum maupun tidak melukai rektum.
g. Tangan inseminator dimasukkan ke rektum, hingga dapat menjangkau dan
memegang leher rahim (cervix), apabila dalam rektum banyak kotoran harus
dikeluarkan lebih dahulu.
h. Semen dideposisikan pada bagian akhir dari cervix yaitu pada daerah yang
disebut dengan posisi ke empat atau cincin ke empat, sekitar 0,5 cm dari
cervix.
i. Setelah semua prosedur tersebut dilaksanakan maka keluarkanlah gun dari
vagina dan cervix secara perlahan-lahan.
Pada gambar diatas merupakan alat dan bahan yang digunakan pada saat
akan melaksanakan inseminasi buatan. Alat dan bahan tersebut telah baik dan
sesuai dengan standar yang ada setiap melakukan inseminasi buatan.
Pada gambar di atas merupakan proses pemasangan straw pada gun, dimana
pemasangan tersebut harus berhati-hati dan tidak menyentuh bagian ujung setelah
itu dilakukan pemotongan ujung straw yang tegak lurus kemudian dilanjutkan
dengan pemasukan plastic sheath yang digunakan untuk melindungi gun, agar
tidak melukai organ reproduksi kemudian setelah plastic sheath masuk maka gun
dikunci.
Gambar 6. Teknik Memegang Gun Inseminasi Buatan
5. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini yaitu:
Inseminasi buatan pada ternak ditentukan oleh empat faktor utama untuk
mendukung keberhasilan terjadinya kebuntingan setelah inseminasi, yaitu semen
beku, ternak betina sebagai akseptor IB, keterampilan tenaga pelaksana
(inseminator) dan pengetahuan zooteknis peternak.
DAFTAR PUSTAKA
Prihatno,A. 2006. Beternak Sapi Perah Secara Intensif. Jakarta: PT. Agromedia
Pustaka.
LAMPIRAN
Gambar 2. Simulasi Inseminasi Buatan Pada Organ Reproduksi Betina