Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH IMUNOLOGI

Macam Macam Sel Pada Sistem Imun
















Disusun Oleh :

SUDIONO S (10330050)


FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA Dan ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT SAINS Dan TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2013




BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem imun mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas,
organisme akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit, serta
menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang
sehat dan jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem ini sulit
karena adaptasi patogen dan memiliki cara baru agar dapat menginfeksi organisme.
Untuk selamat dari tantangan ini, beberapa mekanisme telah berevolusi yang
menetralisir patogen. Bahkan organisme uniselular seperti bakteri dimusnahkan oleh
sistem enzim yang melindungi terhadap infeksivirus. Mekanisme imun lainnya yang
berevolusi pada eukariota kuno dan tetap pada keturunan modern, seperti tanaman, ikan,
reptil dan serangga. Mekanisme tersebut termasuk peptida antimikrobial yang disebut
defensin, fagositosis, dan sistem komplemen. Mekanisme yang lebih berpengalaman
berkembang secara relatif baru-baru ini, dengan adanya evolusi vertebrata. Imunitas
vertebrata seperti manusia berisi banyak jenis protein, sel, organ tubuh dan jaringan
yang berinteraksi pada jaringan yang rumit dan dinamin. Sebagai bagian dari respon
imun yang lebih kompleks ini, sistem vertebrata mengadaptasi untuk mengakui patogen
khusus secara lebih efektif. Proses adaptasi membuat memori imunologis dan membuat
perlindungan yang lebih efektif selama pertemuan di masa depan dengan patogen
tersebut. Proses imunitas yang diterima adalah basis dari vaksinasi.
Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya untuk melindungi tubuh juga
berkurang, membuat patogen, termasuk virus yang menyebabkan penyakit. Penyakit
defisiensi imun muncul ketika sistem imun kurang aktif daripada biasanya,
menyebabkan munculnya infeksi. Defisiensi imun merupakan penyebab dari penyakit
genetik, seperti severe combined immunodeficiency, atau diproduksi oleh farmaseutikal
atau infeksi, seperti sindrom defisiensi imun dapatan (AIDS) yang disebabkan oleh
retrovirusHIV. Penyakit autoimun menyebabkan sistem imun yang hiperaktif
menyerang jaringan normal seperti jaringan tersebut merupakan benda asing. Penyakit
autoimun yang umum termasuk rheumatoid arthritis, diabetes melitus tipe 1 dan lupus




erythematosus. Peran penting imunologi tersebut pada kesehatan dan penyakit adalah
bagian dari penelitian.


B. Tujuan
Agar mahasiswa memahami bagaimana mekanisme system imun di dalam tubuh
Agar mahasiswa memahami bagian bagian atau sel sel dari system imun




























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


A. Sejarah Imunologi
Imunologi adalah ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi imunitas. Imunologi
berasal dari ilmu kedokteran dan penelitian awal akibat dari imunitas sampai penyakit.
Sebutan imunitas yang pertama kali diketahui adalah selama wabah Athena tahun 430
SM. Thucydides mencatat bahwa orang yang sembuh dari penyakit sebelumnya dapat
mengobati penyakit tanpa terkena penyakit sekali lagi. Observasi imunitas nantinya diteliti
oleh Louis Pasteur pada perkembangan vaksinasi dan teori penyakit kuman. Teori Pasteur
merupakan perlawanan dari teori penyakit saat itu, seperti teori penyakit miasma. Robert
Koch membuktikan teori ini pada tahun 1891, untuk itu ia diberikan hadiah nobel pada
tahun 1905. Ia membuktikan bahwa mikroorganisme merupakan penyebab dari penyakit
infeksi. Virus dikonfirmasi sebagai patogen manusia pada tahun 1901 dengan penemuan
virus demam kuning oleh Walter Reed.
Imunologi membuat perkembangan hebat pada akhir abad ke-19 melalui
perkembangan cepat pada penelitian imunitas humoral dan imunitas selular. Paul Ehrlich
mengusulkan teori rantai-sisi yang menjelaskan spesifisitas reaksi antigen-antibodi.
Kontribusinya pada pengertian imunitas humoral diakui dengan penghargaan hadiah nobel
pada tahun 1908, yang bersamaan dengan penghargaan untuk pendiri imunologi selular,
Elie Metchnikoff.

B. Pengertian Imunitas
Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang
melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan
membunuh patogen serta sel tumor. Resistensi dan pemulihan pada infeksi virus
bergantung pada interaksi antara virus dan inangnya. Pertahanan inang bekerja langsung
pada virus atau secara tidak langsung pada replikasi virus untuk merusak atau membunuh
sel yang terinfeksi. Fungsi pertahanan nonspesifik inang pada awal infeksi untuk
menghancurkan virus adalah mencegah atau mengendalikan infeksi, kemudian adanya




fungsi pertahanan spesifik dari inang termasuk pada infeksi virus bervariasi bergantung
pada virulensi virus, dosis infeksi, dan jalur masuknya infeksi (Mayer 2003).
sistem imun pada mamalia yaitu Stimulasi antigenik menginduksi respons imun
yang dilakukan sistem seluler secara bersama-sama diperankan oleh makrofag, limfosit
B, dan limfosit T. Makrofag memproses antigen dan menyerahkannya kepada limfosit.
Limfosit B, yang berperan sebagai mediator imunitas humoral, yang mengalami
transformasi menjadi sel plasma dan memproduksi antibodi. Limfosit T mengambil peran
pada imunitas seluler dan mengalami diferensiasi fungsi yang berbeda sebagai
subpopulasi (Sharma 1991).
Antigen eksogen masuk ke dalam tubuh melalui endosistosis atau fagositosis.
Antigen-presenting cell (APC) yaitu makrofag, sel denrit, dan limfosit B merombak
antigen eksogen menjadi fragmen peptida melalui jalan endositosis. Limfosit T
mengeluarkan subsetnya, yaitu CD4, untuk mengenal antigen bekerja sama dengan
Mayor Hystocompatablity Complex (MHC) kelas II dan dikatakan sebagai MHC kelas II
restriksi. Antigen endogen dihasilkan oleh tubuh inang. Sebagai contoh adalah protein
yang disintesis virus dan protein yang disintesis oleh sel kanker. Antigen endogen
dirombak menjadi fraksi peptida yang selanjutnya berikatan dengan MHC kelas I pada
retikulum endoplasma. Limfosit T mengeluarkan subsetnya, yaitu CD8, mengenali
antigen endogen untuk berikatan dengan MHC kelas I, dan ini dikatakan sebagai MHC
kelas I restriksi (Kuby 1999, Tizard 2000).
Limfosit adalah sel yang ada di dalam tubuh hewan yang mampu mengenal dan
menghancurkan bebagai determinan antigenik yang memiliki dua sifat pada respons imun
khusus, yaitu spesifitas dan memori. Limfosit memiliki beberapa subset yang memiliki
perbedaan fungsi dan jenis protein yang diproduksi, namun imun spesifik karena setiap
individu limfosit dewasa memiliki sisi ikatan khusus sebagai varian dari prototipe
reseptor antigen. Reseptor antigen pada limfosit B adalah bagian membran yang
berikatan dengan antibodi yang disekresikan setelah limfosit B yang mengalami
diferensiasi menjadi sel fungsional, yaitu sel plasma yang disebut juga sebagai membran
imunoglobulin. Reseptor antigen pada limfosit T bekerja mendeteksi bagian protein
asing atau patogen asing yang masuk sel inang (Janeway et al. 2001). Mekanisme kerja
sistem imun disajikan pada Gambar 2 (Cann 1977). morfologinya sulit dibedakan (Abbas
et al. 2000). Limfosit berperan dalam respons imun spesifik karena setiap individu
limfosit dewasa memiliki sisi ikatan khusus sebagai varian dari prototipe reseptor
antigen. Reseptor antigen pada limfosit B adalah bagian membran yang berikatan dengan




antibodi yang disekresikan setelah limfosit B yang mengalami diferensiasi menjadi sel
fungsional, yaitu sel plasma yang disebut juga sebagai membran imunoglobulin.
Reseptor antigen pada limfosit T bekerja mendeteksi bagian protein asing atau patogen
asing yang masuk sel inang (Janeway et al. 2001).
Sel limfosit B berasal dari sumsum tulang belakang dan mengalami pendewasaan
pada jaringan ekivalen bursa. Jumlah sel limfosit B dalam keadaan normal berkisar antara
10 dan 15%. Setiap limfosit B memiliki 105 B cell receptor (BCR), dan setiap BCR
memiliki dua tempat pengikatan yang identik. Antigen yang umum bagi sel B adalah
protein yang memiliki struktur tiga dimensi. BCR dan antibodi mengikat antigen dalam
bentuk aslinya. Hal ini membedakan antara sel B dan sel T, yang mengikat antigen yang
sudah terproses dalam sel (Kresno 2004).
Jajaran ketiga sel limfoid adalah natural killer cells (sel NK) yang tidak memiliki
reseptor antigen spesifik dan merupakan bagian dari sistem imun nonspesifik. Sel ini
beredar dalam darah sebagai limfosit besar yang khusus memiliki granula spesifik yang
memiliki kemampuan mengenal dan membunuh sel abnormal, seperti sel tumor dan sel
yang terinfeksi oleh virus. Sel NK berperan penting dalam imunitas nonspesifik pada
patogen intraseluler (Janeway et al. 2001).
Antibodi diproduksi oleh sistem imun spesifik primer pada pemulihan pada
infeksi virus dan pertahanan pada serangan infeksi virus. Sel T lebih berperan pada
pemulihan infeksi virus. Sitotoksik sel T (CTLs) atau CD8 berperan pada respons imun
terhadap antigen virus pada sel yang diinfeksi dengan cara membunuh sel yang terinfeksi
untuk mencegah penyebaran infeksi virus. Sel T helper (CD4) adalah subset sel T yang
berperan membantu sel B untuk memproduksi antibodi. Limfokin disekresikan oleh sel T
untuk mempengaruhi dan mengaktivasi makrofag dan sel NK sehingga meningkat secara
nyata pada penyerangan virus (Mayer 2003).
Patogen yang mampu dijangkau oleh antibodi adalah hanya antigen yang berada
pada peredaran darah dan di luar sel, padahal beberapa bakteri patogen, parasit, dan virus
perkembangan replikasinya berada di dalam sel sehingga tidak dapat dideteksi oleh
antibodi. Penghancuran patogen ini membutuhkan peran limfosit T sebagai imunitas yang
diperantarai oleh sel. Limfosit T mengenal sel yang terinfeksi virus, virus yang
menginfeksi sel bereplikasi di dalam sel dengan memanfaatkan sistem biosintesis sel
inang. Derivat antigen dari replikasi virus dikenal oleh limfosit T sitotoksik. Sel tersebut
mampu mengontrol sel yang terinfeksi sebelum replikasi virus dilangsungkan secara




lengkap. Sel T sitotoksik merupakan ekspresi dari molekul CD8 pada permukaannya
(Janeway et al. 2001).
Sistem imun terbagi dua berdasarkan perolehannya atau asalnya, yaitu :
1. Sistem imun Non Spesifik ( Sistem imun alami )
2. Sistem imun Spesifik ( Sistem imun yang didapat/hasil adaptasi )

Berdasarkan mekanisme kerjanya, sistem imun terbagi, yaitu:
1. Sistem imun humoral ( sistem imun jaringan atau diluar sel, yang berperan
adalah Sel B antibodi )
2. Sistem imun cellular (sistem imun yang bekerja pada sel yang terinfeksi antigen,
yang berperan adalah sel T (Th, Tc, Ts) )
Disamping itu dalam sistem imun juga dikenal:
1. Komplemem (zat glikoprotein yang berperan membantu kerja sel imun yaitu
sebagai aktivator, mediator, penghancur)
2. Itokine/limfokim (zat yang dihasilkan oleh sel sel limfosit dan beberapa sel
sistem imun yang mana berperan sebagao motivator dalam sistem imun.
Perbedaan antara imunitas non spesifik dan spesifik adalah imunitas non spesifik
berespons dengan cara yang sama pada paparan berikutnya dengan mikroba, sedangkan
imunitas spesifik akan berespons lebih efisien karena adanya memori imunologik.
Dibawah ini terdapat bagan dari system imun, yaitu :










































C. Lapisan pelindung pada imunitas
Sistem kekebalan tubuh melindungi organisme dari infeksi dengan lapisan pelindung
kekhususan yang meningkat. Pelindung fisikal mencegah patogen seperti bakteri dan virus
memasuki tubuh. Jika patogen melewati pelindung tersebut, sistem imun bawaan
menyediakan perlindungan dengan segera, tetapi respon tidak-spesifik. Sistem imun
bawaan ditemukan pada semua jenis tumbuhan dan binatang. Namun, jika patogen berhasil
melewati respon bawaan, vertebrata memasuki perlindungan lapisan ketiga, yaitu sistem
imun adaptif yang diaktivasi oleh respon bawaan. Disini, sistem imun mengadaptasi respon
tersebut selama infeksi untuk menambah penyadaran patogen tersebut. Respon ini lalu
ditahan setelah patogen dihabiskan pada bentuk memori imunologikal dan menyebabkan
sistem imun adaptif untuk memasang lebih cepat dan serangan yang lebih kuat setiap
patogen tersebut ditemukan.







Baik imunitas bawaan dan adaptif bergantung pada kemampuan sistem imun untuk
memusnahkan baik molekul sendiri dan non-sendiri. Pada imunologi, molekul sendiri
adalah komponen tubuh organisme yang dapat dimusnahkan dari bahan asing oleh sistem
imun. Sebaliknya, molekul non-sendiri adalah yang dianggap sebagai molekul asing. Satu
kelas dari molekul non-sendiri disebut antigen (kependekan dari generator antibody) dan
dianggap sebagai bahan yang menempel pada reseptor imun spesifik dan mendapatkan
respon imun
Beberapa perisai melindungi organisme dari infeksi, termasuk perisai mekanikal,
kimia dan biologi. Kulit ari tanaman dari banyak daun, eksoskeletonserangga, kulit telur
dan membran bagian luar dari telur dan kulit adalah contoh perisai mekanikal yang
merupakan pertahanan awal terhadap infeksi. Namun, karena organisme tidak dapat
sepenuhnya ditahan terhadap lingkungan mereka, sistem lainnya melindungi tubuh
seperti paru-paru, usus, dan sistem genitourinari. Pada paru-paru, batuk dan bersin secara




mekanis mengeluarkan patogen dan iritan lainnya dari sistem pernapasan. Pengeluaran air
mata dan urin juga secara mekanis mengeluarkan patogen, sementara ingus dikeluarkan
oleh saluran pernapasan dan sistem pencernaan untuk menangkap mikroorganisme.
Perisai kimia juga melindungi terhadap infeksi. Kulit dan sistem pernapasan
mengeluarkan peptida antimikroba seperti -defensin. Enzim seperti lisozim dan
fosfolipase A2 pada air liur, air mata dan air susu ibu juga antiseptik. Sekresi Vagina
merupakan perisai kimia selama menarche, ketika mereka menjadi agak bersifat asal,
sementara semen memiliki pertahanan dan zinc untuk membunuh patogen. Pada perut,
asam lambung dan protase menyediakan pertahanan kimia yang kuat melawan patogen
yang tertelan ketika dimakan.
Dalam saluran pencernaan dan sistem genitourinari, florakomensal merupakan
perisai biologi dengan bersaing dengan patogen untuk makanan dan tempat, dan pada
beberapa kasus, dengan mengubah kondisi lingkungan mereka, seperti pH atau besi yang
ada. Hal ini mengurangi kemungkinan bahwa patogen akan menyebabkan penyakit.
Namun, sejak kebanyakan antibiotik mengincar bakteri dan tidak menyerang fungi,
antibiotik oral dapat menyebabkan "pertumbuhan lebih" fungi dan dapat menyebabkan
kondisi seperti kandiasis vagina. Terdapat bukti baik bahwa perkenalan kembali flora
probiotik, seperti budaya asli lactobacillus yang ada pada yogurt, menolong
mengembalikan keseimbangan kesehatan populasi mikrobial pada infeksi usus anak-anak
dan mendorong data pendahuluan pada penelitian Gastroenteritis bakterial, radang usus,
infeksi saluran urin dan infeksi setelah operasi.
Mikroorganisme yang berhasil memasuki organisme akan bertemu dengan sel dan
mekanisme sistem imun bawaan. Respon bawaan biasanya dijalankan ketika mikroba
diidentifikasi oleh reseptor pengenalan susunan, yang mengenali komponen yang
diawetkan antara grup mikroorganisme. Pertahanan imun bawaan tidak spesifik, berarti
bahwa respon sistem tersebut pada patogen berada pada cara yang umum. Sistem ini
tidak berbuat lama-penghabisan imunitas terhadap patogen. Sistem imun bawaan adalah
sistem dominan pertahanan seseorang pada kebanyakan organisme.






SEL SEL SISTEM IMUN
Sel sel system imun tersebar di seluruh tubuh dan ditemukan di dalam darah, limfa,
saluran nafas, saluran cerna, dan saluran kemih. Sel sel tersebut berasal dari sel asal yang
multipoten yang kemudian berdiferensiasi menjadi 2 golongan sel asal. Golongan sel asal
pertama berkembang menjadi :
a. Megakarosit, sel asal trombosit
b. Eritroid, sel asal eritrosit
c. Sel mieloid, sel asal granulosit, mastosit / basofil, monosit dan makrofag
Golongan sel asal yang kedua bekembang menjadi sel sel yang berperanan dalam
system imun nonspesifik dan sel limfoid menjadi sel sel yang berperanan dalam system
imun spesifik.











Gambar Proses Pematangan Sel Darah dan Sel Sistem Imun
Sel asal multipoten
Sel asal I Sel asal II
Eritroid
Limfoid
Megakariosit Mieloid
Trombosit
Trombosit
Eritrosit
Sel Darah Merah
Limfosit T Limfosit B
Sel Plasma
Makrofag
( Monosit dan
Makrofag Jaringan )
Granulosit
( neutrofil,
eosinofil,
basofil )




Untuk sel sel leukosit yang diproduksi dalam sumsum tulang akan masuk ke tepi
pembuluh daah dan kemudian meninggalkan sirkulasi lalu masuk ke jaringan. Lama dalam
sirkulasi dan hidupnya berbeda sebagai beikut :
Darah Jaringan
Neutrofil 10 jam 1 2 hari
Eosinofil 2 hari 4 10 hari
Monosit / Makrofag 1 hari 4 12 hari s/d berbulan - bulan
Sel sel system imun dapat dibagi menurut fungsinyan sebagai berikut :
1. Sel sel system imun nonspesifik, yang terdiri atas :
a. Fagosit
- Mononuklier ( monosit dan makofag )
- Polimorfonuklier atau polimorf atau granulosit
b. Sel NK ( Natural Killer Cell )
c. Sel Mediator ( Basofil dan Mastosit )
2. Sel sel system imun spesifik, yang terdiri atas :
a. Sel T
b. Sel B

Sel sel system imun tersebut tidak bekerja sendiri sendiri, tetapi merupakan kesatuan yang
beerja sama.















1. SEL SEL SISTEM IMUN NONSPESIFIK
A. Sel Fagosit
Istilah reticuloendothelial system adalah istilah lama yang merupakan sebutan
kolektif untuk semua sel fagosit yang dapat hidup lama di seluruh jaringan tubuh.
Sekarang system tersebut disebut system system fagosit makrofag.
Lisosom adalah organel yang ditemukan dalam semua sel, berisikan enzim yang
mencerna dan meusak bahan yang dimakan. Fagolisosom dibentuk oleh gabungan
fagosom dan lisosom. Segera setelah fagolisosom terbentuk, pH menurun dan
protease menjadi aktif.
Granul adalah lisosom khusus dari granulosit yang berisikan berbagai protein
bakterisidal. Tiap jenis granul terdiri atas potein khusus misalnya pada neutrofil
mieloperoksidase merupakan granul azurofilik primer, sedang laktoferin merupakan
granul sekunder.Lisozim ( muramidase ) adalah enzim yang mencerna ikatan
proteoglikan dalam dinding bakteri gam positif yang dilepas neutrofil dan beberapa
makrofag dan juga ditemukan banyak dalam sekresi tubuh.
Protein kationik ditemukan dalam granul neutrofil dan beberapa makrofag, merusak
lapisan lipid bagian lua bakteri gam negative. Defensin merupakan golongan peptide
kecil yang sitotoksik untuk bakteri, ditemukan dalam granul neutofil dan mempunyai
sifat antibacterial luas dan antimikotik. Laktoferin ditemukan dalam granul neutrofil
yang mengikat zat besi yang esensial untuk bakteri.
Fagosit Mononuklier
a. Sel Monosit
Asal fagosit mononuklier adalah sel asal dalam sumsum tulang. Sesudah
berproliferasi dan menjadi matang, sel tersebut masuk ke dalam peredaran
darah. Di dalam sirkulasi, sel ini disebut monosit yang berrfungsi sebagai
fagosit.
b. Sel Makrofag
Setelah 24 jam, sel monosit akan bermigrasi dari peredaan darah ke tempat
tujuandi berbagai jaringan dan disana berdiferensiasi sebagai makrofag. Jadi
makrofag tesebut bukanlah stadium akhir karena sel itu masih dapat
membelah diri membentuk protein dan dapat bertahan hidup berbulan
bilan. Sel tersebut disebut fixed macrophage bila berbentuk khusus yang
tergantung dari alat atau jaringan yang ditempatinya. Namanya berbeda
beda tapi semuanya mempunyai persamaan yaitu dapat mengikat dan




memapa partikel antigen. Sel kupffer di hati berupa sel besar dengan banyak
poyeksi sitoplasma. Makrofag peritoneal bebas dalam caian peritoneum.
Kehadirannya sepanjang kapiler memungkinkan untuk menangkap pathogen
dan antigen yang masuk badan dengan mudah. Menurut fungsinya, makrofag
dapat dibagi menjadi 2, yaitu fagosit pofesional dan antigen presenting sel.
Tetapi ada pula makrofag yang memiliki kedua fungsi tesebut.

Fagosit Polimorfonuklier
Fagosit polimorfonuklier atau ganulosit dibentuk dalam sumsum tulang dengan
kecepatan 8 juta / menit dan hidup selama 2 3 hari, sedang monosit atau
makrofag dapat hidup untuk beberapa bulan sampai tahun. Granulosit
merupakan 60 70 % dari seluruh jumlah sel darah putih normal, tetapi
ditemukan juga di luar pembuluh darah oleh kaena dapat menembus dinding
pembuluh darah.
Ganulosit dibagi menurut pewarnaan histologik menjadi neutrofil, eosinofil, dan
basofil. Sel tersebut besama dengan antibody dan komplemen berperan pada
inflamasi akut. Fungsi utama polimorf yang menurun sering disertai dengan
meningginya kerentanan terhadap infeksi.
a. Neutrofil
Neutrofil merupakan 70% dari jumlah leukosit dalam sirkulasi. Biasanya
hanya berada dalam sirkulasi kurang dari 48 jam sebelum bermigrasi. Butir
butir azurofilik primer ( lisosom ) mengandung hidrolase asam,
mieloperoksidase dan neuraminidase ( lisozim ), sedang butir butir sekunde
atau spesifik mengandung laktoferin dan lisozim. Neutrofil mempunyai
reseptor untuk fraksi Fc antibody dan komplemen yang diaktifkan.
Mikroorganisme yang dicerna disimpan dalam vakuol yang disebut fagosom.

b. Eosinofil
Eosinofil merupakan 2 5 % dari sel darah putih oang ehat tanpa alergi.
Seperti neutrofil, eosinofil juga berfungsi sebagai fagosit. Eosinofil dapat
pula dirangsang untuk degranulasi sepeti halnya pada sel mastosit dan
basofil. Mediato mediator yang dilepas oleh sel mastosit / basofil pada
reaksi alergi. Eosinofil diduga juga berperanan pada imunitas cacing.
Eosinofil dapat mengikat skistosoma yang dilapisi IgG untuk kemudian




melalui degranulasi melepaskan protein yang toksik. Eosinofil memiliki
bebagai reseptordan juga seperti halnya denganmastosit memiliki reseptor
untuk IgE pada permukaannya dan berperanan pada imunitas parasit.

Fagosit Frustasi
Bila Fagosit menempel pada bahan tertentu ( membrane basal ) yang tidak dapat
dimakan, sel akan melepas enzim lisosomnya ke luar sel ( eksositosis ). Proses
tersebut dapat menimbulkan kerusakan seperti terjadi pada penyakit kompleks
imun.


B. Sel Nol atau Sel Populasi Ketiga
Sebagian sel limfoid tidak mengandung petanda seperti yang ditemukan pada
permukaan sel B dan sel T, oleh karena itu disebut sel nol atau sel populasi ketiga
atau non T non B. sel tersebut berupa large granular lymphocyte yang dapat dikenal
oleh karena memiliki petanda permukaan CD56 dan CD16 tetapi tidak CD3. Pada
orang normal merupaka 10 15% dari limfosit perifer dan 1 2% dari limfosit
limpa. Sel non T non B tersebut dibagi dalam sel NK ( Natural Killer ) dan sel K (
killer ). Sel NK dapat membunuh sel tumor dan sel yang mengandung virus dengan
cara nonspesifik tanpa bantuan antibody sedang sel K merupakan efektor Antibody
Dependent Cellular Cytotoxicity ( ADCC ) yang dapat membunuh sel tersebut secara
nonspesifik, tetapi hanya terjadi bila sel sasarannya dilapisi antibody.


C. Sel Mediator
1. Basofil dan Mastosit
Jumlah sel basofil yang ditemukan dalam sirkulasi darah sangat sedikit yaitu
kurang dari 0,5% seluruh sel darah putih. Sel basofil diduga berfungsi sebagai sel
mediator. Mastosit adalah sel yang dalam struktur, fungsi dan proliferasinya
serupa dengan basofil. Lain halnya dengan basofil, sel mastosit hanya ditemukan
dalam kebanyakan jaringan yang berhubungan dengan pembuluh darah. Baik sel
mastosit maupun sel basofil, melepaskan bahan bahan yang mempunyai
aktivitas biologic, antara lain : meningkatkan permeabilitas vaskuler dan respon
inflamasi erta mengerutkan otot polos bronkus.




Butir butir di dalam kedua sel tersebut mengandung histamine, heparin, slow
reacting substance A ( SRS-A ) dan eosinophile chemotactic factor ( ECF ).
Degranulasi disebabkan antara lain akibat terjadiya ikatan antara antigen dan IgE.
Peningkatan IgE ditemukan pada eaksi alergi. Di pihak lain peningkatan kadar
IgE sering dihubungkan dengan imunitas terhadap parasit.
Basofil dan mastosit yang diaktifkan melepas bebagai mediator serta sitokin.
Mastosit memiliki reseptor untuk IgE dan karenanya dapat diaktifkan oleh
allergen yang spesfik. Disamping melalui mekanisme IgE, mastosit dapat pula
diaktifkan dan melepas mediator mediatornya atas berbagai pengaruh seperti
PAF, C3a, C5a. selain pada alergi, peningkatan IgE sering pula dihubungkan
dengan imunitas parasit.
Ada dua macam sel mastosit yaitu terbanyak sel mastosit jaringan dan sel
mastosit mukosa. Yang pertama ditemukan sekitar pembuluh darah dan
mengandung sejumlah histamine dan heparin. Pembentukannya dicegah oleh
kromoglikat. Yang kedua ditemukan di saluan cerna dan napas. Proliferasinya
dipengaruhi IL-3 dan IL-4 dan ditingkatkan pada infeksi parasit.








































Gambar Berbagai Pengaruh Yang Dapat Merangsang Mastosit Melepas Mediator
ALERGEN

MASTOSIT
HIPOKSIA
OBAT
Opioid
Antibiotik
Kontras
Pelemas otot
SEL YANG DAPAT
MERANGSANG PENGLEPASAN
HISTAMIN
Neutrofil
Eosinofil
Limfosit
Makrofag
Trombosit
Sel endotel
Bilas nasal
Ca
IONOPHOR
(A-23187 )
ANAFILATOKSIN
C3a, C4a, C5a
NEUROTENSIN
ATP
SUBSTANCE P
RANGSANGAN
FISIS
Panas
Sinar matahari
Dingin
Tekanan
SITOKIN
IL-1
IL-3
GM-CSF




2. Trombosit
Peranan trombosit yang banyak diketahui ialah hemostatis melalui pembentukan
agregasi di dinding vaskuler yang rusak. Jumlah trombosit yang menurun akan
disertai dengan perdarahan. Sebetulnya trombosit mempunyai peranan penting
pula pada inflamasi. Tombosit merupakan sel darah dengan jumlah terbanyak
dalam sirkulasi setelah sel darah merah. Jumlah trombosit berbanding leukosit
adalah sekitar 20 50 berbanding satu.
Hal hal yang mengaktifkan leukosit akan pula mengaktifkan trombosit.
Trombosit diaktifkan melalui petanda permukaan yang dimilikinya. Sekarang
telah diketahui bahwa trombosit berperan pada hemostatis, modulasi respon
inflamasi, sitotoksik sebagai sel efektor dan penyembuhan jaringan.
Akibat kerusakan endotel, trombosit melekat dan menggumpal pada permukaan
endotel seta melepas berbagai bahan antara lain serotonin yang dapat
meningkatkan pemeabilitas vaskuler dan mengaktifkan komplemen untuk
melepas factor kemotatik. Trombosit diaktifkan pula oleh Platelet Activating
Factor. Yang dilepas sel lain seperti mastosit.


D. Sel Asesori
Yang digolongkan ke dalam sel asesori adalah eosinofil, basofil, sel mastosit,
trombosit dan sel APC. Eosinofil berperan dalam imunitas / kerusakan beberapa
parasit dan inflamasi. Basofil, sel mastosit dan trombosit mengandung berbagai
molekul yang berperan dalam inflamasi. Sel sel asesori berinteraksi dengan sel
APC dan menimbulkan respon imun yang efektif.














2. SEL SEL SISTEM IMUN SPESIFIK
Limfosit yang merupakan 20 % dari semua leukosit dalam sirkulasi darah orang dewasa
terdiri atas sel T dan sel B, merupakan kunci pengontrol system imun. Sel sel tersebut
dapat mengenal benda asig dan membedakannya dari sel jaringan sendiri. Biasanya sel
limfosit hanya memberikan reaksi tehadap benda asing, tetapi tidak tehadap sel sendiri.
Kemampuan mengenal limfosit tersebut disebabkan oleh adanya reseptor pada pemukaan
sel ( TCR ). Sel B mengenal antigen melalui TCR yang berupa immunoglobulin
(antibody) pada permukaan selnya. TCR sel T ditemukan pada semua sel T yang matang
yang dapat mengenal peptide antigen yang berhubungan dengan molekul MHC. TC sel T
terdiri atas heterodimer yang mengikat antigen / MHC dan komleks polipeptida yang
disebut kompleks CD3 yang diperlukan untuk mencetuskan aktivasi sel T selanjutnya.

A. SEL T
Perkembangan Sel T
Pada neonates, timus merupakan salah satu tempat pematangan sel. Sel asal sel T
berasal dari sumsum tulang, memasuki timus dan berproliferasi di region
subkapsuler. Sel tersebut adalah CD4
-
8
-
dan bekembang dengan cepat menjadi
CD4
+
8
+
di region kortikal yang merupakan sebagian besar dari timosit. Dalam
perkembangan selanjutnya timosit mendapat TCR dan mengalami seleksi positif
dan negative. Timosit yang berdiferensiasi akan kehilangan CD4 atau CD8 saja di
medulla. Sel yang gagal mendapat TCR yang berfungsi atau tidakdapat berinteraksi
dengan molekul MHC, atau yang mengenal self-antigen akan mati dalam korteks
dan dimakan makrofag.
Seleksi positif dan negative adalah proses yang menghindarkan sel T dari apoptosis
dalam perkembangannya. Sel diseleksi melalui interaksi dengan molekul MHC
pada epitel sel timus dan di seleksi negative bila dikenalnya self antigen yang
dipresentasikan molekul kepada sel dedritik yang berfungsi sebagai sel APC.
Diduga 90 % timosit yang gagal memperoleh reseptor yang diperlukan untuk
berfungsi akan dihancurkan. Sel T merupakan 65 80 % dari semua limfosit dalam
sirkulasi. Di bawah mikroskop biasa, sel T tidak dapat dibedakan dari sel B.



















Gambar Penampang Sel T

Fungsi Sel T
Membantu sel B dalam produksi antibody
Mengenal dan menghancurkan sel yang teinfeksi vius
Mengaktifkan makrofag dalam fagositosis
Mengontrol ambang dan kualitas system imun


Subset Sel T
Sel T terdiri atas beberapa sel subset sebagai berikut :
1. Sel Th ( T helper )
Sel Th berperan menolong sel B dalam diferensiasi dan memproduksi antibody.
Untuk membentuk antibody, kebanyakan antigen T dependen harus dikenal
terlebih dahulu baik oleh sel T maupun oleh sel B. sel Th juga berpengauh atas
sel Tc dalam mengenal sel yang teinfeksi virus dan jaringan cangkok
allogeneic. Istilah sel T induce dipakai untuk menunjukkan aktivitas sel Th
dalam mengaktifkan sel subset T lainnya. Sel Th juga melepas limfokin yang
mengaktifkan makrofag sehingga dapat menghancurkan pathogen yang
dimakannya dan sel sel lainnya. Kebanyakan sel Th adalah CD4
+
yang
mengenal antigen yang dipresentasikan di permukaan sel APC yang
berhubungan dengan molekul MHC kelas II.

















Gambar Sel T Pembantu
















Gambar Sel T Pembunuh

2. Sel Ts ( T suppressor )




Sel Ts berperan menekan aktivitas sel T yang lain dan sel B. menurut fungsinya
sel Ts dapat dibagi menjadi sel Ts spesifik untuk antigen tertentu dan sel Ts
nonspesifik. Tidak ada petanda unik pada sel ini., tetapi ada penelitian yang
menemukan molekul CD8
+
. Molekul CD4
+
kadang dapat pula supresif.
Dasar seluler imunoregulasi sel Ts terjadi melalui :
Efek sitostatik terhadap sel CD8
+

Blockade pasif aktivasi limfosit
Sekresi molekul imunosupresif seperti PG atau TGF-
Produksi sitokin setempat


3. Sel Tdh atau Td ( delayed hypersensitivity )
Sel Tdh adalah sel yang berperan pada pengerahan makrofag dan sel inflamasi
lainnya ke tempat terjadinya reaksi hipersensitivitas tipe lambat. Dalam
fungsinya, sel Tdh sebenarnya menyerupai sel Th.
Melalui sitokin yang dilepas, sel Th juga berperan pada aktivasi limfosit lainnya
dan monosit antara lain pengerahan makrofag dan sel inflamasi yang terlihat
pada reaksi inflamasi hipersensitivitas lambat. Sel T yang aktif berperan pada
jenis reaksi tersebut adalah sel Tdh. Pada tikus sel Th dapat dibedakan dari sel
Tdh, tetapi pada manusia perbedaan antara kedua sel tersebut belum dapat
ditunjukkan.


4. Sel Tc
Sel Tc adalah limfosit kecil beasal dari sel asal dalam sumsum tulang. Sel
tersebut matang dalam timus untuk mendapat reseptor spesifik terhadap
fragmen antigen. Kebanyakan sel Tc adalah CD8
+
dan hanya mengenal antigen
yang berhubungan dengan MHC kelas I. fungsi utamanya ialah mengeliminir
sel yang terinfektir virus. Sel Tc akan juga menghancurkan sel ganas dan sel
histoinkompatibel seperti penolakan pada transplantasi. Dalam keadaan tetentu
dapat juga menghancurkan sel yang terinfekti bakteri. Sel Tc mempunyai
kemampuan untuk mengahncukan sel allogenic dan sel sasaan yang
mengandung virus.





5. Sel Limfosit Naif ( virgin )
Sel limfosit naf adalah sel limfosit yang belum pernah terpajan dengan antigen
dan menunjukkan molekul permukaan CD45RA.


6. Sel Th0
Sel Th dibagi menjadi sel Th1 dan Th2 atas dasar jenis jenis sitokin yang
diproduksinya. Ada klon sel T yang mempoduksi berbagai kombinasi sitokin
dari kedua jenis sel tersebut, misalnya IL-2, IFN dan IL-4 yang disebut sel Th0.


7. Sel Regulator dan Efektor
Sel Th dan Ts disebut juga sel T regulator, sedang sel Tdh dan sel Tc disebut sel
T efektor.


B. SEL B
Pada manusia belum didapatkan hal yang analog dengan bursa tersebut dan
pematangan tejadi di sumsum tulang atau ditempat yang belum diketahui. Sel matang,
sel B bergerak kea lat alat seperti limpa, kelenjar limfe dan tonsil.
Sel B termuda ditemukan dalam hati fetus dan sumsum tulang dan belum
mempunyai immunoglobulin permukaan / petanda. Mula mula dibentuk IgM dalam
sitoplasma yang dapat digunakan sebagai cirri dari pe-B cell. Dalam stadium
selanjutnya IgM tersebut di dorong keaah membrane sel dan kemudian dijadikan
resepto monomerik permukaan sIgM. Sekarang sel B dapat mengenal antigen untuk
pertama kali. Kontak antara antigen dan sel B muda ini tidak menimbulkan ekspansi
dan dierensiasi lebih lanjut. Dalam perkembangan selanjutnya, dibentuk IgD yang
kemudian juga di dorong kea rah membrane sel. Sel yang sudah memiliki reseptor
IgM dan IgD dianggap matang. Kebanyakan sel B yang matang dan belum diaktifkan
meninggalkan sumsum tulang. Perkembangan sel B dalam sumsum tulang adalah
antigen independen tetapi perkembangan selanjutnya memerlukan rangsangan dari
antigen. Sel B dalam istirahat berukuran kecil dengan sedikit sekali sitoplasma. Bila
diaktifkan berkembang menjadi limfiblas. Beberapa diantaranya menjadi matang / sel
plasma yang tidak lagi memiliki Ig pada permukaannya, tetapi mampu memproduksi




antibody bebas. Beberapa limfoblas berkembang menjadi sel memori. Atas pengaruh
antigen melalui sel T, Sel B berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel plasma
yang mapu membentuk dan melepas Ig dengan spesifitas yang sama seperti reseptor
yang ada pada permukaan sel pekursornya. Pada waktu yang sama, sebagian sel yang
dibentuk akan kmbali kedalam fase istirahat, sel B yang matang sebagai sel B memori
yang dapat memberikan espon imun dengan lebih cepat.
Rangsangan antigen pertama menimbulkan diproduksinya IgM dan rangsangan
selanjutnya menimbulkan IgG atau IgA atau IgE. Sebab yang menyebabkan switch
ini belum diketahui. Sel B merupakan 5 15 % dari jumlah seluruh limfosit dalam
sikulasi. Fungsi utamanya adalah mempoduksi antibody. Sel B ditandai dengan
adanya Ig yang dibentuk di dalam sel dan kemudian dilepas, tetapi sebagian
menempel pada pemukaan sel yang selanjutnya berfungsi sebagai reseptor antigen.
Kebanyakan sel B perifer mengandung IgM dan IgD dan hanya bebeapa sel yang
mengandung IgG, IgA atau IgE. Pada pemukaan tersebutyang dapat ditemukan
dengan teknik imunofluoresen. Sel sel limfoid tidak dapat dibedakan satu dai
lainnya dengan mikroskop biasa.
1. Ig Permukaan ( sIg )
Semua sel B memilikimolekul Ig pada permukaannya, atau hanya IgM atau hanya
IgG dan sebagainya.

2. Reseptor Fc ( FcR )
Semua el B memiliki reseptor terhadap fraksi Fc ( Fcr ) dari IgG. Reseptor tesebut
dapat ditunjukkan dengan menambahkan sel darah meah biri biri yang dilapisi
antibody IgG ke larutan sel B yang akan membentuk rosette

3. Reseptor C3
Sel B memiliki pula reseptor tehadap komponen komplemen yang diaktifkan C3b.
oleh karena itu sel B dapat pula ditunjukkan dengan caa rosette.



4. Reseptor Epstein Barr Virus ( EBV )
Virus Epstein Bar dapat diikat sel B melalui reseptor spesifik. Infeksi EBV sering
menimbulkan replikasi sel B yang stabil dan teus menerus.





5. Presentasi Antigen dan MHC
Seperti halnya dengan makofag, sel B memiliki antigen MHC kelas II yang
diperlukan untuk merangsang sel T. sel B dapat mengikat antigen melalui
antibody pada permukaannya dan mempresentasikan ke sel T dalam hubungannya
dengan MHC kelas II. Disini sel B befungsi sebagai APC.


C. Imunoregulasi
Imunoegulasi diatur primer oleh antigen dan sekunder oleh interaksi antar
limfosit, APc dan poduknya seperti antibody dan sitokin. Antigen merupakan inisiator
primer dari respon imun kaena sinyal pertama yang diperlukan untuk merangsang
limfosit adalah antigen / MHC. System imun bekerja untuk mempertahankan
homeostatis dengan menyingkirkan antigen tersebut sehingga system imun dapat
kembali ke fase semula.

















BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi
tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen
serta sel tumor. Dalam system imun terdapat beberapa sel, yaitu : Fagosit, Sel NK
(Natural Killer Cell), Sel Mediator ( Basofil dan Mastosit ), Sel B, dan Sel T.
Sistem imun terbagi dua berdasarkan perolehannya atau asalnya, yaitu :
Sistem imun Non Spesifik ( Sistem imun alami )
Sistem imun Spesifik ( Sistem imun yang didapat/hasil adaptasi )
Berdasarkan mekanisme kerjanya, sistem imun terbagi, yaitu:
1. Sistem imun humoral ( sistem imun jaringan atau diluar sel, yang berperan adalah Sel
B antibodi )
2. Sistem imun cellular (sistem imun yang bekerja pada sel yang terinfeksi antigen, yang
berperan adalah sel T (Th, Tc, Ts) )











DAFTAR PUSTAKA

www.wikipedia.com
www.google.com
Buku Panduan Imunologi Dasar

Anda mungkin juga menyukai