PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem Imunitas adalah salah satu sistem yang sering dilupakan oleh
manusia, padahal Imunitas merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam
kelangsungan hidup bagi semua makhluk. Kita dapat menikmati kehidupan tanpa
harus merasa sakit, tidak perlu mengeluarkan biaya berobat yang saat ini Untuk
melawan benda asing, tubuh memiliki sistem pertahanan yang saling mendukung.
Epidermis yang berfungsi sebagai pertahanan fisik, dibantu oleh air mata, sebum,
ludah, dan getah lambung yang mengandung unsur pertahanan kimiawi.
Sistem imun melibatkan partisipasi dari berbagai jenis sel dengan fungsi
saling terkait yang merupakan suatu jaringan aktivitas yang secara efektif
mempertahankan tubuh dari benda asing dan organisme, contohnya virus dan
bakteria. Sistem pertahanan tubuh merupakan gabungan sel, molekul, dan jaringan
yang berperan dalam resistensi terhadap bahan atau zat yang masuk ke dalam
tubuh. Jika bakteri pathogen berhasil menembus garis pertahanan pertama, tubuh
melawan serangan dengan reaksi radang (inflamasi) atau reaksi imun yang
spesifik. Reaksi yang dikoordinasikan sel-sel dan molekul-molekul terhadap
benda asing yang masuk ke dalam tubuh disebut respon imun.
Sistem imun ini sangat diperlukan tubuh untuk mempertahankan
keutuhannya terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan oleh berbagai bahan atau
zat dari lingkungan hidup. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini
akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan
sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan imunokimia?
2. Apa yang dimaksud dengan sistem kekebalan tubuh?
3. Apa saja jenis-jenis sistem kekebalan tubuh?
4. Bagaimana klasifikasi dari immunoglobulin?
5. Apa fungsi dan peran dari imunokimia?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian atau definisi dari imunokimia?
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan sistem kekebalan tubuh?
3. Mengetahui apa saja jenis-jenis sistem kekebalan tubuh?
4. Mengetahui bagaimana klasifikasi dari immunoglobulin?
5. Mengetahui apa fungsi dan peran dari imunokimia?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Imunokimia
Berikut ini definisi imunokimia :
Dengan membuat suatu protein khusus (antibodi) yang akan melekat pada
2.
Kedua tanggapan tersebut berkaitan erat dengan sel darah putih. Dan yang
terdapat dalam sel darah putih antara lain:
1.
2.
3.
4.
Reaksi hypersensitive
Helper T- Cells
Killer T cells
Sel NK natural killer
Sel-sel NK dapat membunuh sel-sel sasaran tanpa mensintesa sebelumnya
Antigen spesifik, aktivitasnya tidak memerlukan adanya MHC kelas I pada sel-sel
target. Diperkirakan sel-sel NK ambil bagian dalam pengawasan tumor yang
mulai timbul dan juga terhadap pertumbuhan metastatik tumor. Berkembang
dalam bone marrow, kemudian diperoleh dalam peripheral blood, sel pit (sinusoid
liver) dan sinusoid limpa Dapat mensekresi interferon gamma, dan secara spontan
membunuh sel yang diinfeksi virus dan sel-sel tumor. Mungkin salah satu dari sel
T Sitotoksik. Mempunyai reseptor yang berikatan dengan bagian dari molekul
IgG. Saat berikatan, sel-sel NK memasukkan suatu protein ke sel target,
menyebabkan sel target membengkak dan pecah. Markernya CD 16
NK cells merupakan suatu grup yg disebut "large granular lymphocytes".
Sel-sel ini bersifat non-specific, MHC unrestricted cells berperan untuk eliminasi
sel-sel neoplastik atau tumor, Mekanisme bagaimana sel ini mengenal sel
sasarannya belum diketahui secara jelas. Kemungkinan terdapat beberapa tipe
NK-determinant yg diekspresikan oleh sel sasaran yg dikenal oleh reseptor NKreceptor pd permukaan sel NK . Begitu sel sasaran dikenali pemusnahan mungkin
sama dengan cara kerja CTL.
4
5.
Macrophages
Sel fagosit mono nukleus non limfosit. Ada pada jaringan dan dalam
darah, derivat dari stem sel monositic. Penting sebagai sel pelengkap pada respon
imun Makrofag khusus ada pada beberapa lokasi, sel-sel Kupffer dan histiosit.
Makrofag dan monosit yang baru direkrut melakukan fagositosis serta membunuh
mikroorganisme di dalam sel. Makrofag juga mampu membunuh secara
ekstraseluler. Makrofag mendukung perbaikan jaringan dan beraksi sebagai
antigen-presenting cells (APC), yang diperlukan untuk memicu respon imun
spesifik.
6.
Complement
Complement merupakan suatu grup protein serum yang berkerja sebagai
Classical pathway
Aktivasi dependen terhadap Ab, terjadi bila C1 berinteraksi dengan Ag-
Lectin pathway
Aktivasi adalah Ab-independent; yang terjadi bila mannose-binding lectin
dinding sel bakteri, dinding sel ragi (yeast), atau virus. Secara fungsionil dan
struktural jalur ini menyerupai jalur klasik.
9.
Alternate pathway
Aktivasi terjadi bila komponen permukaan sel mikroba (a.l., yeast walls,
Sistem ini tidak selektif,artinya semua benda asing yang masuk ke dalam
sebelumnya
Eksposur menyebabkan respon maksimal segara
Sistem ini memiliki komponen-komponen yang mampu menangkal benda
masuk ke dalam tubuh
benda asing
Memiliki kemampuan untuk mengingat infeksi sebelumnya
Melibatkan pembentukan sel-sel tertentu dan zat kimia (antibody)
Perlambatan waktu antara eksposur dan respon maksimal
Komponen yang terlibat dalam kekebalan tubuh spesifik adalah :
1) Antigen
Antigen merupakan zat kimia asing yang masuk ke dalam tubuh dan dapat
merangsang terbentuknya antibody. Antigen memiliki struktur tiga dimensi sengan
dua atau lebih determinant site. Determinant site merupakan bagian dari antigen
yang dapat melekat pada bagian sisi pengikatan pada antibody. Antigen dapat
berupa protein, sel bakteri, atau zat kimia yang dikeluarkan mikroorganisme. Jenis
jenis antigen yakni :
berbeda.
Autoantigen
2) Hapten
Hapten merupakan suatu determinant site yang lepas dari struktur antigen.
Hapten hanya dapat berikatan dengan antibody apabila disuntikkan ke dalam
tubuh.
3) Antibodi
(Imunoglobulin / Ig) merupakan zat kimia (protein plasma) yang dapat
mengidentifikasi antigen. Antibodi dihasilkan oleh sel limfosit B. Ketika sel
limfosit B mengidentifikasi antigen,dengan cepat sel akean bereplikasi untuk
menghasilkan sejumlah besar sel plasma.Sel plasma lalu akan menghasilkan
antibody dan melepaskanya ke dalam cairan tubuh. Sel limfosit B juga
menghasilkan sel memori B, dengan struktur yang sama dengan sel limfosit B,
dan dapat hidup lebih lama daripada sel plasma.
kaki. Lengan tersebut dinamakan antigen binding site, yakni tempat melekatnya
antigen. Molekul antibody dapat dikelompokkan menjadi lima kelas yakni, IGg,
IgA, IgM, IgD, IgE.
D. Klasifikasi Imunoglobulin
Beberapa protein yang terlibat dalam system kekebalan tubuh
Antibodi adalah suatu golongan dari serum protein yang dipicu setelah
mengalami kontak dengan antigen. Mereka terikat secara khusus terhadap antigen
yang memicu pembentukan mereka. Immunoglobin (Ig) adalah sinonim untuk
antibodi. Banyak antibodi lemah pada pH netral dan ditemukan dalam fraksi gama
globulin dari serum.
Molekul antibody dapat dikelompokkan menjadi lima kelas yakni, IgG,
IgA, IgM, IgD, IgE. Dan berikut adalah klasifikasinya :
1. Imunoglobulin G (IgG)
IgG mempunyai struktur dasar imunoglobulin yang terdiri dari 2 rantai berat
h dan 2 rantai ringan l. Igg manusia mempunyai koefisien sedimentasi 7 s dengan
berat molekul sekitar 150.000. Pada orang normal IgG merupakan 75% dari
seluruh jumlah imunoglobulin.
Imunoglobulin g terdiri dari 4 subkelas, masing-masing mempunyai
perbedaan yang tidak banyak, dengan perbandingan jumlahnya sebagai berikut:
IgG 1 40-70%, IgG 2 4-20%, IgG 3 4-8%, dan IgG 4 2-6%. Masa paruh IgG
adalah 3 minggu,
IgG merupakan antibodi dominan pada respon sekunder dan menyusun
pertahanan yang penting melawan bakteti dan virus. Ini merupakan satu-satunya
antibodi
yang
mampu
melintasi
plasenta,oleh
karena
itu
merupakan
imunoglobulin yang paling banyak ditemukan pada bayi yang baru lahir.
IgG lebih mudah menyebar ke dalam celah-celah ekstravaskuler dan
mempunyai peranan utama menetralisis toksin kuman dan melekat pada kuman
sebagai persiapan fagosistosis serta memicu kerja system komplemen. Dikenal 4
subklas yang disebut IgG 1, IgG 2, IgG 3 dan IgG 4.
2. Imunoglobulin M (IgM)
Secara
diagnostik
bermanfaat
karena
kehadiran
IgM
umumnya
10
utama pada golongan darah secara alami. Gabungan antigen dengan satu molekul
IgM cukup untuk memulai reaksi kaskade komplemen.
3. Imunoglobulin A (IgA)
Adalah imunoglobulin utama dalam sekresi selektif, misalnya pada susu,
air liur, air mata dan dalam sekresi pernapasan, saluran genital serta saluran
pencernaan atau usus (corpo antibodies). Imunoglobulin ini melindungi selaput
mukosa dari serangan bakteri dan virus. Ditemukan pula sinergisme antara iga
dengan lisozim dan komplemen untuk mematikan kuman koliform. Juga
kemampuan iga melekat pada sel polimorf dan kemudian melancarkan reaksi
komplemen melalui jalan metabolisme alternatif.
IgA dihasilkan paling banyak dalam bentuk dimer yang tahan terhadap
proteolisis berkat kombinasi dengan suatu zat protein khusus, disebut secretory
component, oleh sel-sel dalam membrane mukosa.
Fungsi utama IgA adalah untuk mencegah perluasan virus dan bakteri ke
permukaan epitel.
Fungsi IgA setelah bergabung dengan antigen pada mikroorganisme mungkin
dalam pencegahan melekatnya mikroorganisme pada sel mukosa.
4. Imunoglobulin D (IgD)
Konsentrasi IgD dalam serum sangat sedikit (0,03 mg/ml), sangat labil
terhadap pemanasan dan sensitif terhadap proteolisis. Berat molekulnya adalah
180.000. Rantai mempunyai berat molekul 60.000 70.000 dan l2% terdiri dari
karbohidrat. Fungsi utama IgD belum diketahui tetapi merupakan imunoglobulin
permukaan sel limfosit b bersama IgM dan diduga berperan dalam diferensiasi sel
ini.
Imunoglobulin ini tidak mengaktifkan system komplemen dan tidak dapat
menembus plasenta. IgD terutama ditemukan pada permukaan sel b, yang
kemungkinan berfungsi sebagai suatu reseptor antigen yang diperlukan untuk
memulai diferensiasi sel-sel b menjadi plasma dan sel b memori. Ini juga terjadi
pada beberapa sel leukemia limfatik. Di dalam serum immunoglobulin ini hanya
terdapat dalam jumlah sedikit.
11
5. Imunoglobulin E (IgE)
Didalam serum ditemukan dalam konsentrasi sangat rendah. IgE apabila
disuntikkan ke dalam kulit akan terikat pada mast cells dan basofil. Kontak
dengan antigen akan menyebabkan degranulasi dari mast cells dengan
pengeluaran zat amin yang vasoaktif. IgE yang terikat ini berlaku sebagai reseptor
yang merangsang produksinya dan kompleks antigen-antibodi yang dihasilkan
memicu respon alergi anafilaktik melalui pelepasan zat perantara.
Pada orang dengan hipersensitivitas alergi berperantara antibodi,
konsentrasi IgE akan meningkat dan dapat muncul pada sekresi luar. IgE serum
secara khas juga meningkat selama infeksi parasit cacing. Dihasilkan pada saat
respon alergi seperti asma dan biduran.
Peranan IgE belum terlalu jelas. Di dalam serum, konsentrasinya sangat
rendah, tetapi kadarnya akan naik jika terkena infeksi parasit tertentu, terutama
yang disebabkan oleh cacing. IgE berukuran sedikit lebih besar dibandingkan
dengan molekul IgG dan hanya mewakili sebagian kecil dari total antibodi dalam
darah
Fungsi Imunoglobulin. Imunoglobulin mempunyai banyak fungsi, beberapa
diantaranya adalah
1. Mengikat antigen, yang dilakuakan lewat perantaraan fragmen fab,
khususnya pada daerah variabel dari rantai h dan l.
2. Dua ciri utama imunoglobulin (ig) adalah specifitiy (kekhususan/ spesifitas)
dan diversity (keanekaragaman). Spesifitas berkaitan dengan kemampuan ig
tertentu untuk berinteraksi dengan antigen tertentu. Karena terdapat antigen
dalam jumlah banyak dan beraneka ragam, diperlukan juga ig dlama jumlah
banyak dan beranekaragam.
3. Fungsi biologis lain yang dilakukan lewat perantaraan fc. Fungsi biologis ini
antara lain adalah pengikatan komplemen, fasilitas fagositosis, fiksasi pada
kulit dan pengangkutan melewati barier plasenta.
12
13
14
respon sekunder spesifik yang berlangsung lebih cepat dan lebih intensif
dibandingkan respon primer.
d. Spesialisasi sistem imun memberikan respon yang berbeda dengan cara
yang berbeda pula terhadap berbagai mikroba yang berlainan.
e. Membatasi diri. Semua respon imun normal mereda dalam waktu tertentu
setelah rangsangan antigen
f. Membedakan self dari non-self. Sistem imun menunjukan toleransi
terhadap antigen tubuh sendiri.
Dengan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa limfosit merupakan inti
dalam proses respon imun spesifik karena sel-sel ini dapat mengenal setiap jenis
antigen, baik antigen yang terdapat intraselular maupun ekstraselular misalnya
dalam cairan tubuh atau dalam darah. Antigen dapat berupa molekul yang berada
pada permukaan unsur patogen atau dapat juga merupakan toksin yang diproduksi
oleh patogen yang bersangkutan, ada beberapa subpopulasi limfosit namun secara
garis besar limfosit digolongkan dalam dua populasi yaitu limfosit T yang
berfungsi dalam respon imun selilar dan limfosit B yang berfungsi dalam respon
imun humoral.
Walaupun dalam hakekatnya respon imun spesifik merupakan interaksi
antara berbagai komponen dalam system imun secara bersama-sama, untuk
memudahkan pembahasannya, respon imun spesifik dibagi menjadi tiga golongan
yaitu :
a. Respon Imun Selular
Banyak mikroorganisme yang hidup dan berkembang biak intra selular,
antara lain virus dan mikroba intra selular seperti M-tuberkulosa yang hidup
dalam makrofag sehingga sulit dijangkau oleh antibody. Unyuk melawan
mikroorganisme tresebut diperlukan respon imun selular yang merupakan fungsi
limfosit T.
b. Respon Imun Humoral
Respon ini dilaksanakan oleh sel B dan produknya, yaitu antibody, dan
berfungsi dalam pertahanan terhadap mikroba ekstra selular. Ini diawali dengan
diferensiasi limfosit B menjadi satu populasi sel plasma yang memproduksi dan
melepaskan antibody spesifik kedalam darah.
15
16
pada
antigen
atau
tidak
17
menerima
rangsangan
faktor
proses ini sangat penting dalam mengendalikan respons imun. Berbagai jenis APC
memproses antigen dengan cara berbeda-beda, misalnya makrofag akan
menangkap
antigen
dengan
cara
fagositosis
dan
merombaknya
dalam
oleh
sel
dendritik
atau
makrofag
teraktivasi
yang
18
B mempresentasikan antigen kepada sel T dan di lain pihak sel B menerima sinyal
dari sel T untuk berproliferasi dan diferensiasi.
2. AKTIVASI SEL DAN PRODUKSI ANTIBODY
Aktivasi limfosit mengakibatkan terjadinya 2 proses yaitu proliferasi dan
diferensiasi menjadi sel efektor. Sel-sel yang terbentuk pada fase terminal adalah
sel yang mempunyai kemampuan khusus misalnya sel dengan kemampuan
membentuk antibody dengan spesifisitas tinggi. Selain menyajikan antigen, APC
juga memproduksi IL-1 yang mampu merangsang pertumbuhan sel T. interaksi ini
merangsang berbagai reaksi biokimia di dalam sel T, diantaranya perombakan
fosfatidil-inositol dan peningkatan konsentrasi ion Ca++, serta aktivasi protein
kinasil-C yang diperlukan sebagai katalisator kepada fosforilasi berbagai jenis
protein atau enzim yang berfungsi dalam transduksi sinyal.
3. RESPONS IMUN SEKUDER
Respons imun ini umumnya timbul lebih cepat dan kuat dibanding respons
imun primer. Penyebabnya adalah sel T dan B memory. Memory yang dibawakan
sel T dan sel B mereflekasikan kombinasi antara peningkatan jumlah perkusor dan
limfosit
reaktif
spesifik
dan
peningkatan
sensitivitas
terhadap
antigen
bersangkutan. Antigen yang dikenal sel B spesifik lebih effisien dan dalam ini sel
B sekaligus dapat bertindak sebagai APC. Karena jumlah sel T dan B spesifik
lebih banyak, kemungkinan untuk berinteraksi dengan antigen lebih besar,
sehingga titer antibody juga cepat meningkat. Perbedaan yang terdapat pada
respons imun sekunder dan primer antara lain : a) perbedaan dalam waktu:
respons imun sekunder menunjukkan lag-phase yang lebih pendek disertai plateau
yang lebih panjang dan waktu penurunan respons yang lebih panjang pula, b)
perbedaan dalam titer antibody: kadar antibody lebih tinggi bahkan dapat
mencapai kadar 10x lebih tinggi dibanding kadarnya respons primer, c) perbedaan
dalam kelas antibody: pada respons primer antibody yang dihasilkan adalah IgM
sedangkan rspons sekunder adalah IgG dengan sedikit IgM, d) perbedaan dalam
afinitas antibody: afinitas antibody pada respons sekunder biasanya lebih tinggi
dibanding respons primer.
19
meningkatkan respons imun, dan dampak IgM pada uptake, pemrosesan dan
presentasi antigen karena adanya pengikatan IgM yang mengandung kompleks
imun pada reseptor Fc yang terdapat pada permukaan sel APC.
22
Secara singkat, pola pembunuhan sel sasaran oleh sel T-sitotoksit berlangsung
dalam tiga fase :1.) sel T terikat pada sel sasaran : 2) isi fesikel berupa bernagai
subtansi disebut diatas dilepaskan, sehingga dengan demikian sel sasaran
mengalami kerusakan. 3) fase akhir, setelah sel sasaran mati. Pembunuhan sel
sasaran oleh sel T-sitotoksik tidak sama dengan lisis sel oleh komplement, tetapi
pada aproses ini terjadi flagmentasi DNA dan disintegrasi sel menjdi fragmenfragmen.
2. AKTIVASI SEL NATURAL KILLER (NK)
Sel NK ddug adapat mengenal sel tumor atau sel terinfeksi virus karena sel
sasaran tersebut mengekpresikan molekulglikoprotein pada permukaan sel yang
membedakannya dari sel normal. Glikoprotein itu kemudia bertindak sebagai
lektin yang mengikat sel NK melalui reseptor yang terdapat pada permukaan sel
NK sehingga terjadi rangsangan. Sitolisis sel tumor terjadi karena dilepaskannya
faktor sitotoksik( sitolisin/ perforin)yang berasal dari granula yang terdapat sel
NK. Granula itu juga mengandung serine protease yang berfungsi sebagai faktor
sitotoksik sel NK. Ada 2 golongan reseptor penghambat pada sel NK, yaitu
pertama golongan KIR yang merupakan anggota keluarga Ig superfamily, dan
golongan kedua adalah reseptor penghambat yang terdiri atas heterodimer yang
nengandung protein ang disebut CD94 dan sub unit lektin yang disebut NKG2
3. ANTIBODY DEPENDENT CELL MEDIATED CYTOTOXICITY
(ADCC)
Pada proses sitotoksik ADCC, berpera sel killer yang mampu mmbunuh
sel sasaran yang dilapisi antibody. Walaupun masih ada beberapa perbedaan
pendapat apakah populasi sel ini merupakan populasi yang berbeda sel Nk,
berbagai penelitian membuktikan bahwa kedua jenis sel mempunyai sifat dan
fungsi yang sama sehingga diduga kedua jenis sel adalah identik.
4. AKTIVASI MAKROFAG
Pada akikatnya makrofag terlibat dalam semua stadium respon imun, di
mulai dengan makrofag menagkap antigen, memprosesnya, lalu menyajikan
antigen yang telah di proses dan di ikat pada MHC kelas II kepada sel Th: dengan
demikian makrofag berfungsi mengaktivasi limfosit. Sel Th teraktivasi
memproduksi berbgai faktor kemotaktik yang menarik lebih banyak makrofat,
23
granulosit, dan limfosit. Apakah suatu antigenakan disingkirkan oleh sel Tsitotoksik atau ditangkap leh makrofag tergantung sifat dan cara antigen itu
diprentasikan. Banyak antigen mikroba maupun antigen larut diprentasikan
antigen larut bersama dengan MHC kelas II. Umumnya mikroba diprentasikan
kepada sel Th oleh makrofag , karena makrofag yang pertama menangkap antigen
jenis ini. Makrofag melksanakan sebagian besar fungsi efktornya hanya setelah
sel itu iaktivitasi oleh mikroba, sitoksin dan stimulus lain. Fungsi diperlkan misal
transkipsi berbagai gen yang diperlukan misal, transkipsi gen yang menjadi nitric
oxide, dan gen yang menjadi hidrogen periksodase dan lain- lain.
5. APOPTOSIS DALAM REGULASI RESPONS IMUN
Ada dua jenis cara yang menyebabka kematia sel berinti yaitu melalui
nekoksis dan apoksis nekrosis terjdi melalui peningkatan permeabilitas dindingsel
sehingga mengakibatka perubahan tekanan osmotik dan air dapat masuk kedalam
sel dan kromatin nukleous mengambang di dalamnya. Semula hal ini merupaka
proses yang refersible tetati lama- lama menjadi irefensible dan integritas dinding
sel menjadi rusak permanen. Cara kemaian sel ini biasanya terjadi karena aktivitas
komplemen, akibat trauma fisika atau bahan. Pda apoktosis , yamg disebut juga
istilah programed celldeadh,terjadi pengrusakan sel atau jaringan secara
terorganisasi, serupa dengan perubahan jaringan pada perkembangan embrio,
tanpa merusak arsitektur atau menyebabkan cacat. Tetapi tanpa dapat di hindarihal
tersebut juga berakibat terbentuknya sejumlah sel yang autoreaktif. Untuk
menyingkirkan sel- sel autoreaktif tersebut, tubuh menerapkan mekanisme
apoktosis sebagai bagian dari mekanisme self torelance untuk mendapatkan
sistem imun yang fungsional.
Pada apoktosis sel sasaran menunjukkan degredasi kromatin menjadi
fragmen- fragmen kecil terdiri atas beberapa DNA . fragmentasi DNA terjadi
sebelum lisis sel dan sangat dipengaruhi oeh Ca++, Zn ++ dan K+. Di duga
prakmentasi DNA terjadi akibat aktivitas endonuklease yang terdapat di dalam
nukleus sel sasaran sendiri, sehingga aktivitas ini seolah olah merupakan proses
bunuh diri (suicide) sel sasaran. Apotosis juga dapat di induksi pada sel sasaran
yang sangat bergantung pada sitokin untuk hidupnya , dengan menyingkirkan
sitokin yang diperlukannya . salah satu contoh adalah apoktosis yang trjadi pada
sel- sek progenitor atau pada sel sel yang bergantung pada GM- CSF bila tidak
24
ada IL-3 atau tidak ada GM- CSF. Hal ini dapat dijelaskan karena IL-3 dan GMCSF mempunyi sifat anti apoktosis. Diduga IL-3 berperan dalam mengatur
ekpresi bcl2 yang merupakan protein anti apoptotik.
25
26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
27
B. Saran
Sistem kekebalan tubuh merupakan sistem tubuh yang akan melindungi
tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit, serta menghancurkan zatzat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dan
jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa. Oleh karena itu, sebelum kita
mengalami gangguan sistem kekebalan tubuh sebaiknya kita selalu menerapkan
pola pola hidup sehat agar kesehatan tetap terjaga dan tidak ada masalah dalam
imunitas.
DAFTAR PUSTAKA
28
http://programbrsjhk2011umj.blogspot.com/2011/11/imunokimia_9887.html
http://www.scribd.com/ida-nurwati/imunokimia
http://rizqisani.wordpress.com/2010/07/27/antibodi-dan%C2%A0antigen/
http://pewezone.blogspot.com/2008/07/imunokimia-merupakan-ilmu-yang.html
http://aviramadhani.blogspot.com/2010/04/imunokimia.html
Boedina, Siti Kresno.2001.IMUNOLOGI: diagnosis dan prosedur laboratorium.
Balai Penerbit FKUI:Jakarta
29