Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem Imunitas adalah salah satu sistem yang sering dilupakan oleh
manusia, padahal Imunitas merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam
kelangsungan hidup bagi semua makhluk. Kita dapat menikmati kehidupan tanpa
harus merasa sakit, tidak perlu mengeluarkan biaya berobat yang saat ini Untuk
melawan benda asing, tubuh memiliki sistem pertahanan yang saling mendukung.
Epidermis yang berfungsi sebagai pertahanan fisik, dibantu oleh air mata, sebum,
ludah, dan getah lambung yang mengandung unsur pertahanan kimiawi.
Sistem imun melibatkan partisipasi dari berbagai jenis sel dengan fungsi
saling terkait yang merupakan suatu jaringan aktivitas yang secara efektif
mempertahankan tubuh dari benda asing dan organisme, contohnya virus dan
bakteria. Sistem pertahanan tubuh merupakan gabungan sel, molekul, dan jaringan
yang berperan dalam resistensi terhadap bahan atau zat yang masuk ke dalam
tubuh. Jika bakteri pathogen berhasil menembus garis pertahanan pertama, tubuh
melawan serangan dengan reaksi radang (inflamasi) atau reaksi imun yang
spesifik. Reaksi yang dikoordinasikan sel-sel dan molekul-molekul terhadap
benda asing yang masuk ke dalam tubuh disebut respon imun.
Sistem imun ini sangat diperlukan tubuh untuk mempertahankan
keutuhannya terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan oleh berbagai bahan atau
zat dari lingkungan hidup. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini
akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan
sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan imunokimia?
2. Apa yang dimaksud dengan sistem kekebalan tubuh?
3. Apa saja jenis-jenis sistem kekebalan tubuh?
4. Bagaimana klasifikasi dari immunoglobulin?
5. Apa fungsi dan peran dari imunokimia?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian atau definisi dari imunokimia?
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan sistem kekebalan tubuh?
3. Mengetahui apa saja jenis-jenis sistem kekebalan tubuh?
4. Mengetahui bagaimana klasifikasi dari immunoglobulin?
5. Mengetahui apa fungsi dan peran dari imunokimia?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Imunokimia
Berikut ini definisi imunokimia :

Imunokimia merupakan ilmu yang mempelajari sistem kekebalan tubuh.


Imunokimia merupakan ilmu yg berhubungan dengan aspek kimia

imunologi dan gabungan antara teknik biokimia dan imunologi.


Imunokimia adalah cabang dari imunologi yang berbicara tentang sistem
kekebalan
Imunokimia adalah suatu kajian imunologi yang berfokus pada level

kimia/ biokimia. Imunokimia juga menerangkan secara rinci molekul -molekul


dan reaksi- reaksi yang terlibat dalam sistem kekebalan, ini berkembang pesat
dengan adanya teknik laboratorium canggih (RIA, ELISA, Immunochemistry,
dll). imunokimia berfungsi menerangkan reaksi kimia masuknya benda asing.
contoh lewat pencernaan, urine, dan lain-lain. setelah itu, dibahas juga reaksireaksi yang terjadi di dalamnya.

B. Sistem Kekebalan Tubuh


Sistem kekebalan tubuh ( imunitas ) adalah sistem mekanisme pada
organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan
mengidentifikasi dan membunuh patogen serta seltumor. Sistem ini mendeteksi
berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas, organisme akan melindungi
tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit, serta menghancurkan zatzat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dan
jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa.
Pada organisme tinggi, sistem kekebalan merupakan salah satu dari tiga
jajaran utama pertahanan tubuh, yaitu :
1. Kulit dan berbagai epitel pelapis alat tubuh, berfungsi sebagai pelindung
terhadap kontak dengan lingkungan.
2. Mekanisme non spesifik pada tiap inang, yaitu untuk mengatasi
mikroorganisme patogen seperti pelepesan sel, pengaturan pH, bersin, dsb.

3. Sistem kekebalan tubuh itu sendiri.


Dalam sistem kekebalan tubuh akan melibatkan antibodi dan antigen, antigen
yang masuk akan ditolak oleh tubuh melalui 2 cara, yaitu:
1.

Dengan membuat suatu protein khusus (antibodi) yang akan melekat pada

2.

bahan asing (antigen), tanggapan ini disebut Respon Kekebalan Humoral.


Dengan peran sel limfosit khusus, yaitu sel T. Limfosit yang punya
kemampuan untuk mengikat antigen dan akan dimusnahkan, tanggapan ini
disebut Respon Kekebalan Selular.

Kedua tanggapan tersebut berkaitan erat dengan sel darah putih. Dan yang
terdapat dalam sel darah putih antara lain:
1.
2.
3.
4.

Reaksi hypersensitive
Helper T- Cells
Killer T cells
Sel NK natural killer
Sel-sel NK dapat membunuh sel-sel sasaran tanpa mensintesa sebelumnya

Antigen spesifik, aktivitasnya tidak memerlukan adanya MHC kelas I pada sel-sel
target. Diperkirakan sel-sel NK ambil bagian dalam pengawasan tumor yang
mulai timbul dan juga terhadap pertumbuhan metastatik tumor. Berkembang
dalam bone marrow, kemudian diperoleh dalam peripheral blood, sel pit (sinusoid
liver) dan sinusoid limpa Dapat mensekresi interferon gamma, dan secara spontan
membunuh sel yang diinfeksi virus dan sel-sel tumor. Mungkin salah satu dari sel
T Sitotoksik. Mempunyai reseptor yang berikatan dengan bagian dari molekul
IgG. Saat berikatan, sel-sel NK memasukkan suatu protein ke sel target,
menyebabkan sel target membengkak dan pecah. Markernya CD 16
NK cells merupakan suatu grup yg disebut "large granular lymphocytes".
Sel-sel ini bersifat non-specific, MHC unrestricted cells berperan untuk eliminasi
sel-sel neoplastik atau tumor, Mekanisme bagaimana sel ini mengenal sel
sasarannya belum diketahui secara jelas. Kemungkinan terdapat beberapa tipe
NK-determinant yg diekspresikan oleh sel sasaran yg dikenal oleh reseptor NKreceptor pd permukaan sel NK . Begitu sel sasaran dikenali pemusnahan mungkin
sama dengan cara kerja CTL.
4

5.

Macrophages
Sel fagosit mono nukleus non limfosit. Ada pada jaringan dan dalam

darah, derivat dari stem sel monositic. Penting sebagai sel pelengkap pada respon
imun Makrofag khusus ada pada beberapa lokasi, sel-sel Kupffer dan histiosit.
Makrofag dan monosit yang baru direkrut melakukan fagositosis serta membunuh
mikroorganisme di dalam sel. Makrofag juga mampu membunuh secara
ekstraseluler. Makrofag mendukung perbaikan jaringan dan beraksi sebagai
antigen-presenting cells (APC), yang diperlukan untuk memicu respon imun
spesifik.
6.

Complement
Complement merupakan suatu grup protein serum yang berkerja sebagai

komplemen aktivitas antibodi untuk melenyapkan patogen. Adalah suatu kaskade


enzim yang membentu pertahanan tubuh thd infeksi. Complement bukan bersifat
spesifik thd antigen dan komponennya diaktifkan dengan segera bila terdapat
patogen, sehingga digolongkan dalam imunitas didapat (innate immunity). Akan
tetapi adapula antigen yang dapt mengaktifkan protein komplemen sehingga
aktivasi komplemen sebagian digolongkan pula dalam humoral immunity.
Complement menstimulasi inflamasi, memfasilitasi fagositosis antigen dan
lisis dari beberapa macam sel secara langsung.Karena merupakan suatu agen
inflamasi yang kuat maka aktivitasnya diregulasi secara ketat. Complement
protein diproduksi secara konstitutif oleh makrofag dan hepatosit. Yg terdapat
dalam sirkulasi merupakan sebagai molekul yg belum aktif. Sebagian besar
protein komplemen merupakan pro-enzyme (zymogen) dan sebagian ditemukan
pula pada permukaan sel.
7.

Classical pathway
Aktivasi dependen terhadap Ab, terjadi bila C1 berinteraksi dengan Ag-

IgM atau aggregated Ag-IgG complexes, atau Ab-independent, yg terjadi bila


polyanion (eg, heparin, protamine, DNA dan RNA dari sel apoptotic), gram-

negative bacteria, atau terikat pada C-reactive protein yg bereaksi langsung


dengan C1. Pathway ini diregulasi oleh C1 inhibitor (C1-INH).
8.

Lectin pathway
Aktivasi adalah Ab-independent; yang terjadi bila mannose-binding lectin

(MBL), suatu protein

serum, terikat pada gugus manosa atau fruktosa pada

dinding sel bakteri, dinding sel ragi (yeast), atau virus. Secara fungsionil dan
struktural jalur ini menyerupai jalur klasik.
9.

Alternate pathway
Aktivasi terjadi bila komponen permukaan sel mikroba (a.l., yeast walls,

bacterial cell wall lipopolysaccharide [endotoxin]) atau Ig (a.l., nephritic factor,


aggregated IgA) memecah sebagian kecil C3. Jalur ini diregulasi oleh properdin,
factor H, dan decay-accelerating factor. Ke 3 jalur itu kemudian akan mengerucut
menjadi suatu jalur final bersama bilamana C3 convertase memecah C3 menjadi
C3a dan C3b. Pemecahan C3 akan menghasilkan pembentukan membrane attack
complex (MAC), yang merupakan komponen sitotoksik sistem komplemen. MAC
menyebabkan lysis dari sel-sel asing.

C. Jenis jenis Sistem Kekebalan Tubuh


1. Sistem Kekebalan Tubuh Berdasarkan Asalnya
Sistem Kekebalan Tubuh Berdasarkan Asalnya terdiri atas 2 yakni :
a. Kekebalan Nonspesifik (Kekebalan tubuh bawaan / Kekebalan tubuh alami)
b. Kekebalan Spesifik (Kekebalan adaptif / Kekebalan tubuh buatan)
a. Kekebalan Nonspesifik (Kekebalan tubuh bawaan / Kekebalan tubuh alami)
Kekebalan tubuh nonspesifik adalah bagian dari tubuh kita yang telah ada
sejak kita lahir.
Ciri-cirinya yakni:
6

Sistem ini tidak selektif,artinya semua benda asing yang masuk ke dalam

tubuh akan diserang dan dihancurkan tanpa seleksi


Tidak memiliki kemampuan untuk mengingat infeksi yan terjadi

sebelumnya
Eksposur menyebabkan respon maksimal segara
Sistem ini memiliki komponen-komponen yang mampu menangkal benda
masuk ke dalam tubuh

b. Kekebalan Spesifik (Kekebalan adaptif / Kekebalan tubuh buatan)


Kekebalan tubuh spesifik adalah system kekebalan yang diaktifkan oleh
kekebalan tubuh nonspesifik dan merupakan system pertahanan tubuh yang
ketiga.
Ciri-cirinya yakni :

Bersifat selektif terhadap benda asing yang masuk ke dalam tubuh.


Sistem reaksi ini tidak memiliki reaksi yang sama terhadap semua jenis

benda asing
Memiliki kemampuan untuk mengingat infeksi sebelumnya
Melibatkan pembentukan sel-sel tertentu dan zat kimia (antibody)
Perlambatan waktu antara eksposur dan respon maksimal
Komponen yang terlibat dalam kekebalan tubuh spesifik adalah :

1) Antigen
Antigen merupakan zat kimia asing yang masuk ke dalam tubuh dan dapat
merangsang terbentuknya antibody. Antigen memiliki struktur tiga dimensi sengan
dua atau lebih determinant site. Determinant site merupakan bagian dari antigen
yang dapat melekat pada bagian sisi pengikatan pada antibody. Antigen dapat
berupa protein, sel bakteri, atau zat kimia yang dikeluarkan mikroorganisme. Jenis
jenis antigen yakni :

Heteroantigen : antigen yang berasal dari spesies lain


Isoantigen
: Antigen dari spesies sama tetapi struktur genetiknya

berbeda.
Autoantigen

: Antigen yang berasal dari tubuh itu sendiri.

2) Hapten
Hapten merupakan suatu determinant site yang lepas dari struktur antigen.
Hapten hanya dapat berikatan dengan antibody apabila disuntikkan ke dalam
tubuh.
3) Antibodi
(Imunoglobulin / Ig) merupakan zat kimia (protein plasma) yang dapat
mengidentifikasi antigen. Antibodi dihasilkan oleh sel limfosit B. Ketika sel
limfosit B mengidentifikasi antigen,dengan cepat sel akean bereplikasi untuk
menghasilkan sejumlah besar sel plasma.Sel plasma lalu akan menghasilkan
antibody dan melepaskanya ke dalam cairan tubuh. Sel limfosit B juga
menghasilkan sel memori B, dengan struktur yang sama dengan sel limfosit B,
dan dapat hidup lebih lama daripada sel plasma.

Antibody Poliklonal : Antibodi dihasilkan di dalam tubuh secara alami yang

dibentuk merupakan klon dari sel-sel limfosit dan umum.


Antibodi monoclonal : Antibodi yang dibentuk di luar tubuh melalui fusi sel.
Merupakan hasil pengklonan satu sel hibridoma. Berfungsi untuk mendiagnois
penyakit kanker dan hepatisis.
Antibodi memiliki struktur seperti huruf Y dengan dua lengan dan satu

kaki. Lengan tersebut dinamakan antigen binding site, yakni tempat melekatnya
antigen. Molekul antibody dapat dikelompokkan menjadi lima kelas yakni, IGg,
IgA, IgM, IgD, IgE.

2. Sistem Kekebalan Tubuh Berdasarkan Mekanisme Kerjanya


a. Imunitas humoral
Imunitas humoral, yaitu imunitas yang dimediasi oleh molekul di dalam
darah, yang disebut antibodi. Antibodi dihasilkan oleh sel B limfosit. Mekanisme
imunitas ini ditujukan untuk benda asing yang berada di di luar sel (berada di
cairan atau jaringan tubuh). B limfosit akan mengenali benda asing tersebut,
kemudian akan memproduksi antibodi. Antibodi merupakan molekul yang akan
menempel di suatu molekul spesifik (antigen) di permukaan benda asing tersebut.

Kemudian antibodi akan menggumpalkan benda asing tersebut sehingga menjadi


tidak aktif, atau berperan sebagai sinyal bagi sel-sel fagosit.
b. Imunitas selular
Imunitas selular adalah respon imun yang dilakukan oleh molekul-molekul
protein yang tersimpan dalam limfa dan plasma darah. Imunitas ini dimediasi oleh
sel T limfosit. Mekanisme ini ditujukan untuk benda asing yang dapat
menginfeksi sel (beberapa bakteri dan virus) sehingga tidak dapat dilekati oleh
antibodi. T limfosit kemudian akan menginduksi 2 hal:
1) fagositosis benda asing tersebut oleh sel yang terinfeksi,
2) lisis sel yang terinfeksi sehingga benda asing tersebut terbebas ke luar sel dan
dapat di dilekati oleh antibodi.

D. Klasifikasi Imunoglobulin
Beberapa protein yang terlibat dalam system kekebalan tubuh
Antibodi adalah suatu golongan dari serum protein yang dipicu setelah
mengalami kontak dengan antigen. Mereka terikat secara khusus terhadap antigen
yang memicu pembentukan mereka. Immunoglobin (Ig) adalah sinonim untuk
antibodi. Banyak antibodi lemah pada pH netral dan ditemukan dalam fraksi gama
globulin dari serum.
Molekul antibody dapat dikelompokkan menjadi lima kelas yakni, IgG,
IgA, IgM, IgD, IgE. Dan berikut adalah klasifikasinya :
1. Imunoglobulin G (IgG)
IgG mempunyai struktur dasar imunoglobulin yang terdiri dari 2 rantai berat
h dan 2 rantai ringan l. Igg manusia mempunyai koefisien sedimentasi 7 s dengan
berat molekul sekitar 150.000. Pada orang normal IgG merupakan 75% dari
seluruh jumlah imunoglobulin.
Imunoglobulin g terdiri dari 4 subkelas, masing-masing mempunyai
perbedaan yang tidak banyak, dengan perbandingan jumlahnya sebagai berikut:

IgG 1 40-70%, IgG 2 4-20%, IgG 3 4-8%, dan IgG 4 2-6%. Masa paruh IgG
adalah 3 minggu,
IgG merupakan antibodi dominan pada respon sekunder dan menyusun
pertahanan yang penting melawan bakteti dan virus. Ini merupakan satu-satunya
antibodi

yang

mampu

melintasi

plasenta,oleh

karena

itu

merupakan

imunoglobulin yang paling banyak ditemukan pada bayi yang baru lahir.
IgG lebih mudah menyebar ke dalam celah-celah ekstravaskuler dan
mempunyai peranan utama menetralisis toksin kuman dan melekat pada kuman
sebagai persiapan fagosistosis serta memicu kerja system komplemen. Dikenal 4
subklas yang disebut IgG 1, IgG 2, IgG 3 dan IgG 4.

2. Imunoglobulin M (IgM)
Secara

diagnostik

bermanfaat

karena

kehadiran

IgM

umumnya

mengindikasikan adanya infeksi baru oleh pathogen yang menyebabkan


pembentukannya.
IgM berfungsi sebagai reseptor permukaan sel b untuk tempat antigen
melekat dan disekresikan dalam tahap-tahap awal respons sel plasma. IgM sangat
efisien untuk reaksi aglutinasi dan reaksi sitolitik, dan karena timbulnya cepat
setelah infeksi dan tetap tinggal dalam darah maka igm merupakan daya tahan
tubuh penting pada bakterimia.
Ini merupakan imunoglobulin yang efisien dalam proses aglutinasi fiksasi
komplemen dan reaksi antigen-antibodi lainnya serta penting juga dalam menjadi
pertahanan dalam melawan bakteri dan virus.
Imunoglobulin M merupakan 10% dari seluruh jumlah imunoglobulin,
dengan koefisien sedimen 19 s dan berat molekul 850.000-l.000.000. Molekul ini
mempunyai 12% dari beratnya adalah karbohidrat. Antibodi IgM adalah antibodi
yang pertama kali timbul pada respon imun terhadap antigen dan antibodi yang

10

utama pada golongan darah secara alami. Gabungan antigen dengan satu molekul
IgM cukup untuk memulai reaksi kaskade komplemen.

3. Imunoglobulin A (IgA)
Adalah imunoglobulin utama dalam sekresi selektif, misalnya pada susu,
air liur, air mata dan dalam sekresi pernapasan, saluran genital serta saluran
pencernaan atau usus (corpo antibodies). Imunoglobulin ini melindungi selaput
mukosa dari serangan bakteri dan virus. Ditemukan pula sinergisme antara iga
dengan lisozim dan komplemen untuk mematikan kuman koliform. Juga
kemampuan iga melekat pada sel polimorf dan kemudian melancarkan reaksi
komplemen melalui jalan metabolisme alternatif.
IgA dihasilkan paling banyak dalam bentuk dimer yang tahan terhadap
proteolisis berkat kombinasi dengan suatu zat protein khusus, disebut secretory
component, oleh sel-sel dalam membrane mukosa.

Fungsi utama IgA adalah untuk mencegah perluasan virus dan bakteri ke

permukaan epitel.
Fungsi IgA setelah bergabung dengan antigen pada mikroorganisme mungkin
dalam pencegahan melekatnya mikroorganisme pada sel mukosa.

4. Imunoglobulin D (IgD)
Konsentrasi IgD dalam serum sangat sedikit (0,03 mg/ml), sangat labil
terhadap pemanasan dan sensitif terhadap proteolisis. Berat molekulnya adalah
180.000. Rantai mempunyai berat molekul 60.000 70.000 dan l2% terdiri dari
karbohidrat. Fungsi utama IgD belum diketahui tetapi merupakan imunoglobulin
permukaan sel limfosit b bersama IgM dan diduga berperan dalam diferensiasi sel
ini.
Imunoglobulin ini tidak mengaktifkan system komplemen dan tidak dapat
menembus plasenta. IgD terutama ditemukan pada permukaan sel b, yang
kemungkinan berfungsi sebagai suatu reseptor antigen yang diperlukan untuk
memulai diferensiasi sel-sel b menjadi plasma dan sel b memori. Ini juga terjadi
pada beberapa sel leukemia limfatik. Di dalam serum immunoglobulin ini hanya
terdapat dalam jumlah sedikit.
11

5. Imunoglobulin E (IgE)
Didalam serum ditemukan dalam konsentrasi sangat rendah. IgE apabila
disuntikkan ke dalam kulit akan terikat pada mast cells dan basofil. Kontak
dengan antigen akan menyebabkan degranulasi dari mast cells dengan
pengeluaran zat amin yang vasoaktif. IgE yang terikat ini berlaku sebagai reseptor
yang merangsang produksinya dan kompleks antigen-antibodi yang dihasilkan
memicu respon alergi anafilaktik melalui pelepasan zat perantara.
Pada orang dengan hipersensitivitas alergi berperantara antibodi,
konsentrasi IgE akan meningkat dan dapat muncul pada sekresi luar. IgE serum
secara khas juga meningkat selama infeksi parasit cacing. Dihasilkan pada saat
respon alergi seperti asma dan biduran.
Peranan IgE belum terlalu jelas. Di dalam serum, konsentrasinya sangat
rendah, tetapi kadarnya akan naik jika terkena infeksi parasit tertentu, terutama
yang disebabkan oleh cacing. IgE berukuran sedikit lebih besar dibandingkan
dengan molekul IgG dan hanya mewakili sebagian kecil dari total antibodi dalam
darah
Fungsi Imunoglobulin. Imunoglobulin mempunyai banyak fungsi, beberapa
diantaranya adalah
1. Mengikat antigen, yang dilakuakan lewat perantaraan fragmen fab,
khususnya pada daerah variabel dari rantai h dan l.
2. Dua ciri utama imunoglobulin (ig) adalah specifitiy (kekhususan/ spesifitas)
dan diversity (keanekaragaman). Spesifitas berkaitan dengan kemampuan ig
tertentu untuk berinteraksi dengan antigen tertentu. Karena terdapat antigen
dalam jumlah banyak dan beraneka ragam, diperlukan juga ig dlama jumlah
banyak dan beranekaragam.
3. Fungsi biologis lain yang dilakukan lewat perantaraan fc. Fungsi biologis ini
antara lain adalah pengikatan komplemen, fasilitas fagositosis, fiksasi pada
kulit dan pengangkutan melewati barier plasenta.

12

E. Fungsi dan Peran imunokimia


Fungsi Imunokimia:
Imunokimia berfungsi menerangkan reaksi kimia masuknya benda asing.
contoh lewat pencernaan, urine, dan lain-lain. Setelah itu, dibahas juga reaksi reaksi yang terjadi di dalamnya.
Beberapa contoh peran imunokimia:
1. Antibodi dan immunoglobulin merupakan suatu glikoprotein. dalam biokimia
adalah DNA, suatu polinukleotida.
2. Interaksi antigen antibodi merupakan interaksi kimiawi yang dapat
dianalogikan dengan interaksi enzim dengan substratnya. Spesifitas kerja
antibodi mirip dengan enzim.
Pemberian transfusi darah yang tidak sesuai akan menimbulkan hemolisis,,
koagulasi. Landsteiner menemukan golongan darah ABO pada tahun 1900.
penentu golongan darah ternyata adalah glikoprotein yang ditemukan beberapa
puluh tahun kemudian.

F. Mekanisme Respon Imun


Lingkungan disekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur patogen,
misalnya bakteri, virus, fungus, protozoa dan parasit yang dapat menyebabkan
infeksi pada manusia. Infeksi yang terjadi pada orang normal umumnya singkat
dan jarang meninggalkan kerusakan permanen. Hal ini disebabkan tubuh manusia
memiliki suatu sistem yang disebut sistem imun yang memberikan respon dan
melindungi tubuh terhadap unsur-unsur patogen tersebut.
Proses pengenalan antigen dilakukan oleh unsur utama sistem imun yaitu
limfosit yang kemudian diikuti oleh fase efektor yang melibatkan berbagai jenis
sel. Bila sistem imun terpapar pada zat yang dianggap asing, maka ada dua jenis
respon imun yang mungkin terjadi, yaitu:
1) respon imun nonspesifik
2) respon imun spesifik.

13

1. RESPONS IMUN NONSPESIFIK


Komponen-komponen utama sistem imun nonspesifik adalah pertahanan
fisik dan kimiawi seperti epitel dan substansi anti mikroba yang diproduksi pada
permukaan epitel, berbagai jenis protein dalam darah termasuk diantaranya
komponen-komponen sistem komplemen, mediator inflamasi lainnya dan
berbagai sitokin, sel-sel fagosit yaitu sel-sel polymorfonuklear dan makrofag serta
sel natural killer (NK). Salah satu upaya tubuh untuk mempertahankan diri
terhadap masuknya antigen, misalnya antigen bakteri, adalah menghancurkan
bakteri bersangkutan secara nonspesifik dengan proses fogositosis. Dalam hal ini
leukosit memegang peran penting supaya dapat terjadi fagosistisis maka sel-sel
fagosit tersebut harus dalam jarak dekat dengan partikel bakteri, atau lebih tepat
partikel lebih melekat pada permukaan fagosit. Selain fagositosis, manifestasi
respon imun nonspesifik yang lain adalah reaksi inflamasi. Sel-sel sistem imun
tersebar diseluruh tubuh, apabila terjadi infeksi di satu tempat perlu upaya untuk
memusatkan sel-sel sistem imun yang dihasilkan untuk menuju ke lokasi infeksi.
Selama respon berlangsung terjadi 3 proses yaitu : peningkatan aliran darah di
area infeksi, peningkatan permeabilitas kapiler akibat retraksi sel-sel endotel yang
mengakibatkan molekul-molekul besar dapat menembus dinding vascular, dan
migrasi leukosit keluar vascular.
2. RESPONS IMUN SPESIFIK
Ciri utamanya adalah :
a. Spesifisitas ini berarti bahwa respon yang timbul terhadap antigen, bahkan
terhadap komponen structural kompleks protein atau polysakarida yang
berbeda, tidak sama. Spesifisitas ini terjadi karena masing-masing limfosit
mengekspresikan reseptor yang mampu membedakan struktur antigen satu
dengan yang lain walaupun perbedaan itu sangat kecil.
b. Diversitas yaitu jumlah total spesifisitas limfosit terhadap antigen dalam
satu invidu yang disebut lymphocyte repertoire, sangat besar.
c. Memori. Limfosit memiliki kemampuan mengingat antigen yang pernah
dijumpainya dan memberikan respons yang lebih efektif pada perjumpaan
berikutnya. Apabila antigen yang sama dikemudian hari masuk kedalam
tubuh, maka klon limfosit tersebut akan berproliferasi dan menimbulkan

14

respon sekunder spesifik yang berlangsung lebih cepat dan lebih intensif
dibandingkan respon primer.
d. Spesialisasi sistem imun memberikan respon yang berbeda dengan cara
yang berbeda pula terhadap berbagai mikroba yang berlainan.
e. Membatasi diri. Semua respon imun normal mereda dalam waktu tertentu
setelah rangsangan antigen
f. Membedakan self dari non-self. Sistem imun menunjukan toleransi
terhadap antigen tubuh sendiri.
Dengan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa limfosit merupakan inti
dalam proses respon imun spesifik karena sel-sel ini dapat mengenal setiap jenis
antigen, baik antigen yang terdapat intraselular maupun ekstraselular misalnya
dalam cairan tubuh atau dalam darah. Antigen dapat berupa molekul yang berada
pada permukaan unsur patogen atau dapat juga merupakan toksin yang diproduksi
oleh patogen yang bersangkutan, ada beberapa subpopulasi limfosit namun secara
garis besar limfosit digolongkan dalam dua populasi yaitu limfosit T yang
berfungsi dalam respon imun selilar dan limfosit B yang berfungsi dalam respon
imun humoral.
Walaupun dalam hakekatnya respon imun spesifik merupakan interaksi
antara berbagai komponen dalam system imun secara bersama-sama, untuk
memudahkan pembahasannya, respon imun spesifik dibagi menjadi tiga golongan
yaitu :
a. Respon Imun Selular
Banyak mikroorganisme yang hidup dan berkembang biak intra selular,
antara lain virus dan mikroba intra selular seperti M-tuberkulosa yang hidup
dalam makrofag sehingga sulit dijangkau oleh antibody. Unyuk melawan
mikroorganisme tresebut diperlukan respon imun selular yang merupakan fungsi
limfosit T.
b. Respon Imun Humoral
Respon ini dilaksanakan oleh sel B dan produknya, yaitu antibody, dan
berfungsi dalam pertahanan terhadap mikroba ekstra selular. Ini diawali dengan
diferensiasi limfosit B menjadi satu populasi sel plasma yang memproduksi dan
melepaskan antibody spesifik kedalam darah.

15

c. Interaksi Antara Respons Imun Selular Dengan Respons Imun Humoral


Salah satu interaksi antara respons imun selular dengan humoral adalh
interaksi yang disebut antibody dependent cell mediatet cytotoxicity (ADCC).
Istilah ini diberikan karena sitolisis baru terjadi bila dibantu oleh antibody. Dalam
hal ini antibody berfungsi melapisi antigen sasaran, sehingga sel NK mempunyai
resptor terhadap fragmen Fc antibody tersebut dapat melekat pada sel atau antigen
sasaran. Pengikatan sel NK melalui reseptornya pada kompleks antigen/antibody
mengakibatkan sel NK dapat menghancurkan sel sasaran. Penghancuran sel
sasaran itu terjadi melaui menglepasan berbagai enzim, sitolisil, langsung pada
sasaran.
RESPONS LIMFOSIT TERHADAP STIMULASI
Limfosit mengalami perubahan-perubahan yang jelas apabila diaktivasi.
Perubahan-perubahan itu adalah :
1. Transformasi blast dan proliferasi
Sebelum stimulasi oleh antigen, limfosit berada dalam keadaan istirahat
atau dalam fase Go siklus sel. Ada dugaan bahwa apabila tidak distimulasi oleh
antigen, limfosit naf ini akan mati setelah waktu tertentu dan populasi sel ini
dipertahankan dalam jumlah tertentu dengan pembentukan sel-sel baru dari sel
precursor dalam sumsum tulang. Umur limfosit yang tidak distimulasi tidak
diketahui pasti, mungkin beberapa bulan atau tahun. Setelah distimulasi, sel-sel
itu akan masuk dalam fase G1 siklus sel. Bentuknya berubah menjadi lebih besar
(limfoblast) dan mengandung RNA lebih banyak (fasosintesis, fase S) dan
kemudian membelah. Sekuen peristiwa tersebut disebut transformasi blast.
2. Diferensiasi menjadi sel efektor
Limfosit yang teraktivasi berdiferensiasi dari sel kognitif yang mengenal
antigen menjadi sel efektor yang berfungsi menyingkirkan antigen. Sel T
sistolitik yang berdiferensiasi mempunyai granula sitoplasmik lebih banyak yang
mengandung protein yang berfungsi melisiskan sel sasaran. Limfosit B
berdiferensiasi menjadi sel plasma yang memproduksi antibody. Sel plasma
umumnya tidak terdapat dalam sirkulasi tetapi hanya terdapat dalam organ limfoid
dan pada tempat-tempat terjadinya respons imun.

16

3. Diferensiasi menjadi sel memori


Sebagian populasi sel T dan sel B yang distimulasi yang tidak
berdiferensiasi menjadi sel efektor tetapi menjadi sel memory yang memiliki
ketahanan hidup lebih panjang , mungkin hingga 20 tahun atau lebih bila tidak
distimulasi. Belum diketahui secara pasti sel memori ini hidup terus tanpa
stimulasi atau keberadaannya dipertahankan melalui stimulasi antigen dengan
kadar sangat rendah atau bereaksi silang dengan antigen lingkungan yang mirip
dengan antigen yang menstimulasi sebelumnya sel memori tidak berubah menjadi
sel efektor bila tidak distimulasi. Ciri- ciri sel memori tidak diketahui dengan
pasti karena keberadaan sel ini ditentukan oleh survival dan tidak menunjukkan
tanda fenotip yang berada dengan limfosit lain.
4. Apoptosis
Sebagian limfosit yang diaktivasi berproliferasi tetapi tidak berubah
menjadi sel efektor atau sel memori. Sebaliknya limfosit ini mengalami kematian
terprogram yang dikenal sebagai proses apoptosis. Apoptosis adalah bentuk
kematian sel yang fisiologik dan teratur dimana nukleus mengalami kodensasi
dan fragmentasi, sitoplasma membengkak dan mengalami vakuolisasi dan sel itu
kemudian difagositosis tanpa melepaskan isinya. Proses apoptosis merupakan
mekanisme homeostatik yang penting dalam imunologi yang fungsi utamnya
adalah mempertahankan pool limfoid yang konstan selama hidup. Meknisme ini
bertanggung jawab atas :
a) eliminasi limfosit precursor yang gagal mengekskresikan reseptor antigen
fungsional yang tidak dipilih untuk hidup dalam organ limfoid,
b) kematian limfosit naif yang tidak terpapar dengan antigen yang
dikenalnya,
c) kematian fraksi limfosit teraktivasi yang tidak terpapar secara terusmenerus

pada

antigen

atau

tidak

pertumbuhan dengan kadar cukup.

RESPONS IMUN HUMORAL

17

menerima

rangsangan

faktor

1. INTERAKSI ANTAR SEL


Dalam pembahasan mengenai antigen dan unsur-unsur yang berperan
dalam reaksi imunologik, telah disebutkan bahwa antigen dapat menimbulkan
respons imun selular maupun humoral. Limfosit T yang bertanggung jawab atas
respons imun selular dirangsang untuk memproduksi sejumlah zat yang
diperlukan untuk memacu berbagai reaksi, sedangkan aktivasi sel

mengakibatkan sel B berproliferasi dan berdiferensiasi kemudian memproduksi


antibody.

Pengolahan Dan Presentasi Antigen


Proses presentasi antigen sebenarnya belum difahami sepenuhnya, tetapi

proses ini sangat penting dalam mengendalikan respons imun. Berbagai jenis APC
memproses antigen dengan cara berbeda-beda, misalnya makrofag akan
menangkap

antigen

dengan

cara

fagositosis

dan

merombaknya

dalam

fagolisosom, sedangkan sel dendritik tidak dapat melakukan fagositesis walaupun


merupakan jenis APC yang potensial. Disamping itu sifat sel APC juga
menentukan apakah akan terjadi respons atau toleransi. Dilain pihak, bila antigen
dipresentasikan

oleh

sel

dendritik

atau

makrofag

teraktivasi

yang

mengekspresikan MHC kelas II dalam jumlah banyak disertai ekspresi molekul


ko-stimulasi, yang terjadi adalah aktivasi sel T yang sangat efektif.

18

Interaksi Antara Sel B dan Sel T


Interaksi antara kedua sel tersebut merupakan proses dua arah, dimana sel

B mempresentasikan antigen kepada sel T dan di lain pihak sel B menerima sinyal
dari sel T untuk berproliferasi dan diferensiasi.
2. AKTIVASI SEL DAN PRODUKSI ANTIBODY
Aktivasi limfosit mengakibatkan terjadinya 2 proses yaitu proliferasi dan
diferensiasi menjadi sel efektor. Sel-sel yang terbentuk pada fase terminal adalah
sel yang mempunyai kemampuan khusus misalnya sel dengan kemampuan
membentuk antibody dengan spesifisitas tinggi. Selain menyajikan antigen, APC
juga memproduksi IL-1 yang mampu merangsang pertumbuhan sel T. interaksi ini
merangsang berbagai reaksi biokimia di dalam sel T, diantaranya perombakan
fosfatidil-inositol dan peningkatan konsentrasi ion Ca++, serta aktivasi protein
kinasil-C yang diperlukan sebagai katalisator kepada fosforilasi berbagai jenis
protein atau enzim yang berfungsi dalam transduksi sinyal.
3. RESPONS IMUN SEKUDER
Respons imun ini umumnya timbul lebih cepat dan kuat dibanding respons
imun primer. Penyebabnya adalah sel T dan B memory. Memory yang dibawakan
sel T dan sel B mereflekasikan kombinasi antara peningkatan jumlah perkusor dan
limfosit

reaktif

spesifik

dan

peningkatan

sensitivitas

terhadap

antigen

bersangkutan. Antigen yang dikenal sel B spesifik lebih effisien dan dalam ini sel
B sekaligus dapat bertindak sebagai APC. Karena jumlah sel T dan B spesifik
lebih banyak, kemungkinan untuk berinteraksi dengan antigen lebih besar,
sehingga titer antibody juga cepat meningkat. Perbedaan yang terdapat pada
respons imun sekunder dan primer antara lain : a) perbedaan dalam waktu:
respons imun sekunder menunjukkan lag-phase yang lebih pendek disertai plateau
yang lebih panjang dan waktu penurunan respons yang lebih panjang pula, b)
perbedaan dalam titer antibody: kadar antibody lebih tinggi bahkan dapat
mencapai kadar 10x lebih tinggi dibanding kadarnya respons primer, c) perbedaan
dalam kelas antibody: pada respons primer antibody yang dihasilkan adalah IgM
sedangkan rspons sekunder adalah IgG dengan sedikit IgM, d) perbedaan dalam
afinitas antibody: afinitas antibody pada respons sekunder biasanya lebih tinggi
dibanding respons primer.

19

4. REGULASI RESPONS IMUN


Setelah terjadinya respons imun, sel sel yang spesifik terhadap antigen
bersangkutan bertambah banyak, dan sel-sel efektor beraksi untuk menyingkirkan
antigen. Setelah terbentuk antibody, antigen dihancurkan atau dinetralkan oleh
antibody, sehingga hanya imunosit dengan afinitas reseptor yang tinggi sajalah
yag dapat mengenali antigen, dengan demikian aktivitas imunosit makin lama
makin berkurang. Penurunan aktivitas imunosit terjadi karena penangkapan
kompleks antigen-antibody oleh APC dalam kondisi antibody poliklonal
berlebihan menjadi kurang efisien akibat banyaknya reseptor Fc yang ditempati
oleh immunoglobulin yang mengikat molekul antigen. Selain itu antigen juga
terikat pada antibody dalam kondisi antibody berlebihan juga terlindungi dari
proteolisis.
Regulasi Respons Imun Oleh sel T
Respons imun seluler terhadap mikroba intraseluler dapat berlangsung
melalui 2 cara:
1) respons imun terhadap mikroba yang terdapat dalam fagosom makrofag
diperantarai oleh sel T yang mengenal antigen bersangkutan dan
memproduksi sitokin yang mengaktifkan makrofag dan merangsang
inflamasi. Jadi dalam respons imun terhadap mikroba ini spesifitas terletak
pada sel T, sedangkan fungsi efektor diperankan oleh fagosit atau makrofag
dan komunikasi antara sel T dengan fagosit berlangsung melalui sitokin.
2) pada sisi lain, respons imun terhadap mikroba yang menginfeksi dan
bereplikasi dalam sitosol berbagai jenis sel termasuk sel non-fagositik,
diperantai oleh sel T sitolitik CD8+ yang membunuh sel terinfeksi dan
mengeliminasi sumber infeksi. Sel T CD8+ ini faktor utama dalam respons
imun seluler terhadap virus.

Regulasi Respons Imun Oleh Imunoglobin


Antibody pada dasarnya mampu memberikan umpan balik. Pemberian

IgM spesifik dan antigennya secara bersama-sama dapat meningkatkan respons


imun terhadap antigen itu, sebaliknya IgG spesifik yang diberikan bersama-sama
antigen dapat menekan repons imun. Kemampuan antibody yang diberikan secara
pasif untuk menekan respons imun bergantung pada kelasnya. Penjelasan
mengenai respons imun oleh IgM : pembentukan respons anti-idiotip yang
20

meningkatkan respons imun, dan dampak IgM pada uptake, pemrosesan dan
presentasi antigen karena adanya pengikatan IgM yang mengandung kompleks
imun pada reseptor Fc yang terdapat pada permukaan sel APC.

Regulasi Oleh Jejaring Idiotip (Idiotype Network)


Konsep ini muncul karena kenyataan bahwa reseptor antigen pada limfosit

T dan B berbeda secara structural, mengandung bagian variabel yang berbeda


antara satu klon dengan klon yang lain. Reseptor-reseptor ini juga membedakan
berbagai variasi sekuen protein, demikian rupa hingga limfosit dapat mengenali
dan memberikan respons terhadap protein yang hanya sedikit berbeda sari protein
self. Karena itu dapat dimengerti bahwa apabila satu klon limfosit berproliferasi
sebagai respons terhadap antigen asing, limfosit lain dapat mengenal dan
memberikan respons terhadap bagian variabel dari reseptor antigen pada klon
yang distimulasi oleh antigen tersebut.

RESPONS IMUN SELULAR


1. AKTIVASI SEL T
Mekanisme respon imun selular lebih kompleks dibanding respon imun
humoral.Limfosit T memegang peran penting sebagai manager yang mengonterol
respon imun secara keseluruhan.Pada umumnya respons imun selular diawali
dengan interaksi antara sl Th dengan antigen yang disajikan oleh APC atau
ineraksi antara sel T sitotoksik (Tc) dengan sel sasaran (Kontak antar sel).Setelah
pengikatan Ligand, terjadi postforilasi sejumlah protein membran maupun
sitoplasmik oleh protein tyrosine kinase (PTK) atau non perotein tyrosine kinase
secara berurutan menyerupai suatu kaskade, sehingga sinyal dari membran dapat
diteruskan ( di Transduksi) ke Nukleus.Salah satu respons terhadap tranduksi
sinyal pada sel T adalah pengaturan ekspresi dan transkripsi gen IL2, suatu
limfokin yang esensial bagi sel T untuk melewati siklus sel fase G1/S dan masuk
M (Mitosis).Selain perforin, akhir_akhir ini juga telah dietemukan enzim lain
yang menyerupai protease dalam granula sel T-sitotoksik, disebut Granzyme yang
dapat berfungsi membunuh sel sasaran.Diduga Granzyne ini menggunakan jalur
perforin untuk samapai kedalam sitoplasma sel sasaran kemudian mengakibatkan
sel sasaran mati. Kontrak antar sel merupakan awal respons imun yang sangat
21

penting.Kontak awal terjadi melalui interaksi adhesiv antara berbagai molekul


asesori yang berbeda. Salah satu interaksi adhesiv terjadi antara leukocyte
functional antigen (LFA 1) dengan inetercellular adhesion molecule (ICAM-1 dan
ICAM-2) interaksi ini terjadi 2 arah karena baik LFA 1 Maupun ICAM tredapat
baik pada sel T maupun APC. Interaksi adhesif ini juga penting untuk perjalanan
limfosite keluar masuk berbagai jaringan. Bila tidak terdapat ligand antigen MHC
yang tepat, ineteraksi non spesifik biasanya terlepas dalam waktu pendek,
dimulailah sinyal yang mengakibatkan aktivitas sel T dan relokalisasi berbagai
molekul ke tempat terjadinya kontak antar sel.
Respon imun selular berlangsung melalui beberapa proses secara
berurutan yang diatur dengan kerja sama antara berbagai subset limfosit
dikendalikan oleh suatu sistem penekanan. Pada respon imun selular juga
diperlukan rentasi antigen melalui MHC kelas1. Baik nukleoprotein virus maupun
protein selular diproses terlebih dahulu dalam sitoplasma sel sasaran kemudian di
ekspresikan pada permukaan sel sasaran sebagai rantai peptida bersama MHC
kelas 1 untuk kemudian berinteraksi dengan limfosit T melalui permukaan
limfosit.
Ada beberapa mekanisme inetraksi reseptor-ligand yang mungkin terjadi : 1)
Antigen spesifik (misalnya antigen Virus pad apermukaan sel sasaraan )dikenal
oleh reseptor sel T-sitotoksik melalui presentasi kompleks antigen-MHC : 2)
determinan antigen (misalnya antigen pada permukaan sel tumor. Dikenal oleh
reseptor permukaan sel NK : 3) Antibodi yang telah terikat oleh antigen dikenal
oleh reseptor Fc pada sel NK (ADCC).
Sel utama uang berperan pada respon imun selular adalah sel T-sitotoksik
yang dapat melakukan fungsi sitotoksisitas apabila antigen dipresentasikan oleh
MHC yang sesusai (MHC-restricted). Tetapi selain itu ada juga jenis selain yang
tidak memerlukan presentasi oleh MHC(MHC-unrestricted , misalnya NK ,sel
LAK yang diduga berasal dari sel NK yang diaktifitasi limfokin dan populasi sel
lain dengan kemampuan membunuh scara non spesifik.
Salah satu kesimpilan drai hasil percobaan yang dilakukan, mengindikdasikan
bahwa reseptor sel T-sitotoksik mempunyai peran penting pembunuhan sel
sasaran , dan bahwa pengikatan antigen melalui reseptor tersebut merangsang
sekresi berbagai limfokin.

22

Secara singkat, pola pembunuhan sel sasaran oleh sel T-sitotoksit berlangsung
dalam tiga fase :1.) sel T terikat pada sel sasaran : 2) isi fesikel berupa bernagai
subtansi disebut diatas dilepaskan, sehingga dengan demikian sel sasaran
mengalami kerusakan. 3) fase akhir, setelah sel sasaran mati. Pembunuhan sel
sasaran oleh sel T-sitotoksik tidak sama dengan lisis sel oleh komplement, tetapi
pada aproses ini terjadi flagmentasi DNA dan disintegrasi sel menjdi fragmenfragmen.
2. AKTIVASI SEL NATURAL KILLER (NK)
Sel NK ddug adapat mengenal sel tumor atau sel terinfeksi virus karena sel
sasaran tersebut mengekpresikan molekulglikoprotein pada permukaan sel yang
membedakannya dari sel normal. Glikoprotein itu kemudia bertindak sebagai
lektin yang mengikat sel NK melalui reseptor yang terdapat pada permukaan sel
NK sehingga terjadi rangsangan. Sitolisis sel tumor terjadi karena dilepaskannya
faktor sitotoksik( sitolisin/ perforin)yang berasal dari granula yang terdapat sel
NK. Granula itu juga mengandung serine protease yang berfungsi sebagai faktor
sitotoksik sel NK. Ada 2 golongan reseptor penghambat pada sel NK, yaitu
pertama golongan KIR yang merupakan anggota keluarga Ig superfamily, dan
golongan kedua adalah reseptor penghambat yang terdiri atas heterodimer yang
nengandung protein ang disebut CD94 dan sub unit lektin yang disebut NKG2
3. ANTIBODY DEPENDENT CELL MEDIATED CYTOTOXICITY
(ADCC)
Pada proses sitotoksik ADCC, berpera sel killer yang mampu mmbunuh
sel sasaran yang dilapisi antibody. Walaupun masih ada beberapa perbedaan
pendapat apakah populasi sel ini merupakan populasi yang berbeda sel Nk,
berbagai penelitian membuktikan bahwa kedua jenis sel mempunyai sifat dan
fungsi yang sama sehingga diduga kedua jenis sel adalah identik.
4. AKTIVASI MAKROFAG
Pada akikatnya makrofag terlibat dalam semua stadium respon imun, di
mulai dengan makrofag menagkap antigen, memprosesnya, lalu menyajikan
antigen yang telah di proses dan di ikat pada MHC kelas II kepada sel Th: dengan
demikian makrofag berfungsi mengaktivasi limfosit. Sel Th teraktivasi
memproduksi berbgai faktor kemotaktik yang menarik lebih banyak makrofat,
23

granulosit, dan limfosit. Apakah suatu antigenakan disingkirkan oleh sel Tsitotoksik atau ditangkap leh makrofag tergantung sifat dan cara antigen itu
diprentasikan. Banyak antigen mikroba maupun antigen larut diprentasikan
antigen larut bersama dengan MHC kelas II. Umumnya mikroba diprentasikan
kepada sel Th oleh makrofag , karena makrofag yang pertama menangkap antigen
jenis ini. Makrofag melksanakan sebagian besar fungsi efktornya hanya setelah
sel itu iaktivitasi oleh mikroba, sitoksin dan stimulus lain. Fungsi diperlkan misal
transkipsi berbagai gen yang diperlukan misal, transkipsi gen yang menjadi nitric
oxide, dan gen yang menjadi hidrogen periksodase dan lain- lain.
5. APOPTOSIS DALAM REGULASI RESPONS IMUN
Ada dua jenis cara yang menyebabka kematia sel berinti yaitu melalui
nekoksis dan apoksis nekrosis terjdi melalui peningkatan permeabilitas dindingsel
sehingga mengakibatka perubahan tekanan osmotik dan air dapat masuk kedalam
sel dan kromatin nukleous mengambang di dalamnya. Semula hal ini merupaka
proses yang refersible tetati lama- lama menjadi irefensible dan integritas dinding
sel menjadi rusak permanen. Cara kemaian sel ini biasanya terjadi karena aktivitas
komplemen, akibat trauma fisika atau bahan. Pda apoktosis , yamg disebut juga
istilah programed celldeadh,terjadi pengrusakan sel atau jaringan secara
terorganisasi, serupa dengan perubahan jaringan pada perkembangan embrio,
tanpa merusak arsitektur atau menyebabkan cacat. Tetapi tanpa dapat di hindarihal
tersebut juga berakibat terbentuknya sejumlah sel yang autoreaktif. Untuk
menyingkirkan sel- sel autoreaktif tersebut, tubuh menerapkan mekanisme
apoktosis sebagai bagian dari mekanisme self torelance untuk mendapatkan
sistem imun yang fungsional.
Pada apoktosis sel sasaran menunjukkan degredasi kromatin menjadi
fragmen- fragmen kecil terdiri atas beberapa DNA . fragmentasi DNA terjadi
sebelum lisis sel dan sangat dipengaruhi oeh Ca++, Zn ++ dan K+. Di duga
prakmentasi DNA terjadi akibat aktivitas endonuklease yang terdapat di dalam
nukleus sel sasaran sendiri, sehingga aktivitas ini seolah olah merupakan proses
bunuh diri (suicide) sel sasaran. Apotosis juga dapat di induksi pada sel sasaran
yang sangat bergantung pada sitokin untuk hidupnya , dengan menyingkirkan
sitokin yang diperlukannya . salah satu contoh adalah apoktosis yang trjadi pada
sel- sek progenitor atau pada sel sel yang bergantung pada GM- CSF bila tidak
24

ada IL-3 atau tidak ada GM- CSF. Hal ini dapat dijelaskan karena IL-3 dan GMCSF mempunyi sifat anti apoktosis. Diduga IL-3 berperan dalam mengatur
ekpresi bcl2 yang merupakan protein anti apoptotik.

Perbandingan respon imun humoral dan selular:

G. Respon imun terhadap infeksi secara umum

25

Mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri dipengaruhi oleh


struktur dan patogenitas bakteri. Bergantung pada struktur dinding sel, mikroba
digolongkan dalam golongan bakteri gram-positif, gram-negatif, mikobakteria dan
spiroketa. Lapisan luar bakteri gram-negatif yang terdiri atas lipid merupakan
komponen yang penting karena ia biasanya peka terhadap mekanisme lisis oleh
komplemen dan sel-sel sitoksis tertentu, sedangkan untuk membunuh golongan
yang lain umumnya diperlukan fagosintesis. Ada dua sifat patogenitas bakteri,
yaitu sifat toksik tanpa invasif dan invasif tanpa toksisitas. Namun sebagian besar
bakteri mempunyai sifat gabungan antara keduanya, yaitu sifat invasif disertai
aktivitas toksin secara lokal dan produksi enzim enzim yang merusak jaringan
sehingga bakteri dapat menyebar. Contoh bakteri yang tidak invasif tetapi toksik
adalah C. Difteria dan V. Cholerae. Untuk melawan jenis bakteri ini neutralizing
antibody sudah cukup, tetapi untuk membunuh sebagian besar jenis mikroba yang
lain diperlukan mekanisme fagosintesis. Bakteri gram negatif umumnya dapat
dibunuh langsung oleh sel NK dengan cara melisiskan membran sel bakteri,
sedangkan sel T-sitotoksis akan merusak membran sel yang terinfeksi bakteri
intraselular sehingga bakteri keluar dan dihancurkan dengan cara lain.
Ada beberapa gambaran umum respons imun terhadap mikroba yang dapat
dirangkum sebagai berikut :
1

Pertahanan terhadap mikroba diperantarai oleh mekanisme efektor imunitas


bawaan (non spesifik) maupun imunitas didapat (spesifik). Berbagai jenis
mikroba dapat melawan respon imun non spesifik, dan dalam keadaan
demikian proteksi terhadap mikroba tersebut sangat bergantung pada respons
imun spesifik, dalam arti bahwa sistem imun spesifik meningkatkan fungsi

sistem imun nonspesifik.


Respon imun non-spesifik terhadap mikroba memegang peranan penting

dalam menentukan respon imun spesifik yang akan berlangsung


Dalam upaya melawan mikroba secara efektif, sistem imun mampu
memberikan respon yang spesialistik dan berbeda terhadap berbagai jenis
mikroba. Karena berbagai mikroba berbeda satu dengan yang lain dalam
pola invasi dan kolonisasi dalam penjamu, maka eliminasinya memerlukan
sistem efektor yang berbeda-beda.

26

Survival dan patogenisitas mikroba sangat dipengaruhi oleh kemampuan

mikroba itu untuk menghindar dari sistem imun pejamu.


Kerusakan jaringan dan penyakit sebagai konsekuensi infeksi pada
umumnya disebabkan oleh respon pejamu terhadap mikroba serta produknya
dan bukan disebabkan oleh mikroba bersangkutan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

27

Dari pembahasan diatas dapat kita simpulkan bahwa Imunokimia


merupakan ilmu yang mempelajari sistem kekebalan tubuh. Imunokimia
merupakan ilmu yg berhubungan dengan aspek kimia imunologi dan gabungan
antara teknik biokimia dan imunologi. Dan imunokimia merupakan cabang dari
imunologi yang berbicara tentang sistem kekebalan.
Dalam tubuh manusia, terdapat sistem Kekebalan Tubuh yang dapat
digolongkan menurut asalnya yaitu Kekebalan Nonspesifik (Kekebalan tubuh
bawaan / Kekebalan tubuh alami) dan Kekebalan Spesifik (Kekebalan adaptif /
Kekebalan tubuh buatan).

Sedangkan menurut mekanisme kerjanya system

kekebalan tubuh di golongkan menjadi imunitas humoral dan imunitas selular.


Imunokimia berfungsi menerangkan reaksi kimia masuknya benda asing.
contoh lewat pencernaan, urine, dan lain-lain. Setelah itu, dibahas juga reaksi reaksi yang terjadi di dalamnya.

B. Saran
Sistem kekebalan tubuh merupakan sistem tubuh yang akan melindungi
tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit, serta menghancurkan zatzat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dan
jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa. Oleh karena itu, sebelum kita
mengalami gangguan sistem kekebalan tubuh sebaiknya kita selalu menerapkan
pola pola hidup sehat agar kesehatan tetap terjaga dan tidak ada masalah dalam
imunitas.

DAFTAR PUSTAKA

Guyton and Hall,1997. Fisiologi Kedokteran.Edisi 9. EGC:Jakarta


Isnaeni, Wiwi. 2006. Imunologi. Kanisius:Yogyakarta

28

http://programbrsjhk2011umj.blogspot.com/2011/11/imunokimia_9887.html
http://www.scribd.com/ida-nurwati/imunokimia
http://rizqisani.wordpress.com/2010/07/27/antibodi-dan%C2%A0antigen/
http://pewezone.blogspot.com/2008/07/imunokimia-merupakan-ilmu-yang.html
http://aviramadhani.blogspot.com/2010/04/imunokimia.html
Boedina, Siti Kresno.2001.IMUNOLOGI: diagnosis dan prosedur laboratorium.
Balai Penerbit FKUI:Jakarta

29

Anda mungkin juga menyukai