Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMASI FISIK

KELOMPOK 2

Elsa Amelia /1713013013


Taufik Fajar / 1713013011
Siti Zumaryati / 1713013023
Vheggy Vhilda Afdal Pangando / 1713013001

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI


UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2018
PERCOBAAN KE III

EMULSIFIKASI

A. TUJUAN
1. Mengetahui jumlah emulgator golongan sulfraktan yang digunakan dalam
pembuatan emulsi.
2. Membentuk emulsi dengan menggunakan emulgator golongan sulfraktan.
3. Mengevaluasi kestabilan suatu emulsi.
4. Menentukan HLB butuh minyak yang digunakan dalam pembuatan emulsi.

B. DASAR TEORI
Emulsi adalah suatu sistem yang tidak stabil secara termodinamika yang
mengandung paling sedikit dua fase cair yang tidak bercampur, satu diantaranya
didispersikan sebagai globul dalam fase cair lain. Sistem ini dibuat stabil dengan
bantuan suatu zat pengemulsi atau emulgator (Martin, 1993).
Pada emulsi farmasetik, fase yang digunakan biasanya air dan fase yang
lainnya adalah minyak, lemak, atau zat-zat seperti lilin (Lund, 1994).
Sistem emulsi minyak dalam air (M/A) adalah sistem dengan fase
terdispersinya (fasediskontinyu) adalah minyak dan fase pendispersinya (fase
kontinyu) adalah air. Sebaliknya, emulsi air dalam minyak (A/M) adalah emulsi
dengan air sebagai fase terdispersi dan minyak sebagai fase pendispersinya.
Selain dua tipe emulsi yang telah disebutkan sebelumnya, ada suatu sistem
emulsi yang lebih kompleks yang dikenal dengan emulsi ganda misalnya pada
emulsi M/A, di dalam globul minyak yang terdispersi dalam fase air terdapat
globul air sehingga membentuk emulsi A/M/A. Sebaliknya, apabila terdapat
globul minyak di dalam air pada emulsi A/M akan membentuk emulsi M/A/M.
Pembuatan emulsi ganda ini dapatdilakukan dengan tujuan untukmemperpanjang
kerja obat, untuk makanan, dan untuk kosmetik.
Emulsi memiliki viskositas yang bervariasi dari cairan hingga semi solid.
Secara umum, istilah emulsi lebih dikenal sebagai sediaan cair yang ditujukan
untuk pemberian oral. Emulsi yang ditujukan untuk penggunaan eksternal
biasanya lebih dikenal dengan nama krim, losion, atau obat gosok. Emulsi yang
diberikan dengan cara topikal memiliki diameter ukuran globul yang berkisar
antara 0,1 – 100 μm.
(Lund, 1994)

C. ALAT DAN BAHAN

1. Alat

a. Batang pengaduk
b. Cawan porselin
c. Gelas kimia
d. Gelas ukur
e. Pengaduk elektrik
f. Penangas air
g. Stopwatch
h. Timbangan analitik
2. Bahan
a. Aquadest
b. Parafin cair
c. Span 60
d. Tween 60
D. BAGAN KERJA
1. Pembuatan HLB butuh minyak dengan jarak HlB lebar
Dihitung jumlah tween dan span yang diperlukan untuk setiap nilai HLB
butuh.

Ditimbang masing masing minyak, air, tween, span, sejumlah yang di


perlukan

Dicampurkan minyak dengan span dan tween dengan air, panaskan


keduanya diatas tangas air bersuhu 60℃

Ditambahkan campuran minyak ke dalam campuran air dan segera diaduk


menggunakan pengadukan elektrik selama 5 menit

Dimasukan masing- masing emulsi ke dalam tabung sedimentasi dan diberi


tanda sesuai dengan nilai HLB

Tinggi emulsi dalam tabung di usahakan sama dan dicatat waktu mulai
memasukan emulsi kedalam tabung

Diamati jenis ketidak stabilan emulsi yang terjadi selama 6 hari. Bila
terjadi creaming, ukur tinggi emulsi yang membentuk cream

Ditentukan pada nilai HLB berapa emulsi tampak relatif paling stabil

2. Penentuan HLB butuh minyak HLB sempit


Dipanaskan hasil pada minggu pertama diperoleh nilai HLB butuh
berdasarkan atas emulsi yang tampak relatif paling stabil.
E. HASIL PENGAMATAN
1. Tabel Hasil Pengamatan
a. Minggu ke 1- : Penentuan HLB butuh minyak dengan jarak HLB lebar
Konsentrasi
Minyak HLB Hv/Ho Hari ke-
(% b/b)
(% b/b) Butuh
Tween Span 0 1 2 3 4 5 6
60 60 5g 9 1 - 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
60 60 5g 10 1 - 0,56 0,58 0,57 0,56 0,6
60 60 5g 11 1 - 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12
60 60 5g 12 1 - 0,24 0,22 0,24 0,24 0,22
60 60 5g 13 1 - 0,36 0,36 0,36 0,35 0,36

2. Perhitungan
a. R/ Parafin cair 20%
Emulgator 5%
Aquadest 25 mL
Tween 60 14,9
Span 60 4,7
5
Emulgator = ×25 mL=1,25 g
100

1) HLB 9
Tween 60 14,9 4,3

Span 60 4,7 5,9


10,2

4,3
Tween 60 = × 1,25 g = 0,52 g
10,2

5,9
Span 60 = × 1,25 g = 0,72 g
10,2

2) HLB 10
Tween 60 14,9 5,3

10

Span 60 4,7 4,9


10,2

5,3
Tween 60 = × 1,25 g = 0,64 g
10,2

4,9
Span 60 = × 1,25 g = 0,60 g
10,2

3) HLB 11
Tween 60 14,9 6,3

11

Span 60 4,7 3,9


10,2

6,3
 1,25 g  0,77 g
Tween 60 = 10,2

3,9
Span 60 = × 1,25 g = 0,47 g
10,2

4) HLB 12
Tween 60 14,9 7,3
12

Span 60 4,7 2,9


10,2

7,3
Tween 60 = × 1,25 g = 0,89 g
10,2

2,9
Span 60 = × 1,25 g = 0,35 g
10,2

5) HLB 13

Tween 60 14,9 8,3

13

Span 60 4,7 1,9


10,2

8,3
Tween 60 = × 1,25 g = 1,01 g
10,2

1,9
Span 60 = × 1,25 g = 0,23 g
10,2

b. Peritungan Creaming
Keterangan : Hv : Tinggi creaming pada emulsi
Ho : Tinggi larutan emulsi
Hv 25
HLB 9 = = =1
Ho 25
Hv 25
HLB 10 = = =1
Ho 25
Hv 25
HLB 11 = = =1
Ho 25
Hv 25
HLB 12 = = =1
Ho 25
Hv 25
HLB 13 = = =1
Ho 25
1) Hari ke-2
Hv 5
HLB 9 = = = 0,2
Ho 25
Hv 14
HLB 10 = = = 0,56
Ho 25
Hv 3
HLB 11 = = = 0,12
Ho 25
Hv 6
HLB 12 = = = 0,24
Ho 25
Hv 9
HLB 13 = = = 0,36
Ho 25
2) Hari ke-3
Hv 5,2
HLB 9 = = = 0,2
Ho 25
Hv 14,6
HLB 10 = = = 0,58
Ho 10
Hv 3
HLB 11 = = = 0,12
Ho 25
Hv 5,5
HLB 12 = = = 0,22
Ho 25
Hv 9
HLB 13 = = = 0,36
Ho 25
3) Hari ke-4
Hv 5
HLB 9 = = = 0,2
Ho 25
Hv 14,4
HLB 10 = = = 0,57
Ho 25
Hv 3
HLB 11 = = = 0,12
Ho 25
Hv 6
HLB 12 = = = 0,24
Ho 25
Hv 9,2
HLB 13 = = = 0,36
Ho 10
4) Hari ke-5
Hv 5
HLB 9 = = = 0,2
Ho 25
Hv 14
HLB 10 = = = 0,56
Ho 25
Hv 3
HLB 11 = = = 0,12
Ho 25
Hv 6
HLB 12 = = = 0,24
Ho 25
Hv 8,9
HLB 13 = = = 0,35
Ho 25
5) Hari ke-6
Hv 5,2
HLB 9 = = = 0,2
Ho 25
Hv 15
HLB 10 = = = 0,6
Ho 25
Hv 3
HLB 11 = = = 0,12
Ho 25
Hv 5,5
HLB 12 = = = 0,22
Ho 25
Hv 9
HLB 13 = = = 0,36
Ho 25
F. PEMBAHASAN

Pada percobaan kali ini bahan yang di gunakan untuk membuat emulsi yaitu
parafin cair (20 %), elmugator (5 %), aquades (25 ml), tween 60 (14,19), dan span 60
(4,7). Pada percobaan emulsifikasi ini awalnya akan dibuat satu seri emulsi dengan
nilai HLB butuh jaarak lebar yang masing-masing adalah 9,10,11,12,13, dan 14.
Bahan yang digunakan adalah minyak dan air, sedangkan untuk emulgator digunakan
emulgator kombinasi surfaktan yaitu Tween 80 dan Span 80. Pencampuran Tween
80 dengan air karena nilai HLB Tween 80 relatif tinggi yaitu sebesar 15. Nilai HLB
yang tinggi menunjukkan bahwa Tween 80 bersifat polar sehingga dapat bercampur
dengan air yang bersifat polar. Sedangkan Span 80 dicampur dengan fase minyak,
karena Span 80 memiliki nilai HLB yang lebih rendah yaitu 4,3 dan menunjukkan
bahwa Span 80 bersifat non polar sehingga dapat bercampur dengan minyak.

Terbentuknya emulsi ditandai dengan berubahnya warna campuran menjadi putih


susu. Setelah beberapa menit emulsi yang terbentuk dimasukkan ke dalam tabung
sedimentasi dan diberi tanda sesuai dengan nilai HLB-nya. Tinggi emulsi dalam
tabung diusahakan sama agar mempermudah dalam membandingkan kestabilan dari
tiap emulsi. Selanjutnya, diamati ketidakstabilan emulsi yang terjadi selama 5 hari.
Dari hasil pengamatan, setelah emulsi dipindahkan ke dalam tabung sedimentasi
semua emulsi mengalami creaming. Terbentuknya creaming menandakan emulsi
yang terbentuk tidak stabil. Creaming yang terbentuk mengarah ke atas.
Foto sediaan emulsi dengan HLB butuh dengan jarak jauh

Creaming berpotensi terhadap terjadinya penggabungan fase dalam yang sempurna.


Jadi, semakin tinggi creaming yang terjadi, semakin besar pula potensi fase dalam
untuk bergabung secara sempurna.

Dari data pengamatan dapat dilihat bahwa semua emulsi mengalami creaming
sehingga dapat dikatakan tidak ada yang stabil. Tinggi creaming pada emulsi dengan
HLB 9 jauh lebih tinggi dibandingkan tinggi creaming pada emulsi lainnya. Hal ini
menunjukkan bahwa emulsi minyak oleum ricini dengan air pada HLB 9 paling tidak
stabil jika dibandingkan dengan emulsi pada HLB lainnya. Sedangkan pada HLB 14
memiliki creaming yang lebih rendah dari pada yang lainnya. Hal ini menunjukkan
pula bahwa emulsi pada HLB 14 yang paling stabil dibandingkan dengan yang
lainnya.

Dari praktikum pertama diduga minyak X yang digunakan memiliki HLB butuh 14.
Untuk memperjelas hasil emulsi, kembali dilakukan praktikum dengan menggunakan
jarak HLB butuh dengan jarak pendek, dimana HLB yang digunakan mendekati HLB
14, yaitu HLB butuh masing-masing 13.25, 13.50, 13.75, 14.25, 14.5, dan 14.75.
setelah emulsi dibuat, masing-masing emulsi tetap mengalami creaming. Namun
lama pembentukan masing-masing emulsi berbeda-beda. Yang paling lama
mengalami creaming adalah emulsi dengan nilai HLB butuh 14,25.

Foto sediaan emulsi dengan HLB butuh dengan jarak pendek

Tabung sedimentasi memiliki diameter yang berbeda-beda, sehingga kestabilan dapat


dilihat pula dengan melihat kondisi warna emulsi. Pada HLB butuh 14,25 terlihat
warna yang paling keruh diantara yang lain. Warna yang keruh ini menandakan
bahwa masih terdapat globul-globul yang menyebar pada emulsi. Pada emulsi HLB
14,75 juga terlihat emulsi dengan warna keruh, namun pada bagian atasnya telah
mengalami breaking. Sehingga dapat di simpulkan bahwa emulsi yang relatif stabil
pada HLB butuh jarak sempit adalah emulsi dengan HLB 14,25.

Dari percobaan ini dibandingkan pula keadaan sediaan emulsi kelas A dan kelas B
dengan sistem pengocokan berbeda. Kelas A menggunakan homogenizer dan kelas B
menggunakan lumpang alu. Didapatkan sistem emulsi yang lebih stabil adalah emulsi
yang menggunakan sistem pengocokan homogenizer.

Sebelum memulai praktikum pertama-tama menghitung HLB pada resep


parafin cair (20 %), elmugator (5 %), aquades (25 ml), tween 60 (14,19), dan
span 60 (4,7). dimulai dari HLB 9 dimana hasil yang di dapat kan tween 60
(0,52 gram) dan span 60 (0,72 gram), HLB 10 hasil yang di dapatkan tween
60 (0,64 gram) dan span 60 (0,60 gram), HLB 11 hasil yang di dapatkan
tween 60 (0,77 gram) dan span 60 (0,47 gram), HLB 12 hasil yang di
dapatkan tween 60 (0,89 gram) dan span 60 (0,35 gram), dan HLB 13 hasil
yang di dapatkan tween 60 (1,01 gram) dan span 60 (0,23 gram). setelah
didapatkan hasil dari masing-masing HLB diambil dan di timbang bahan
paraffin cair (5 gram), elmugator (1,25 gram), aquades (25 ml), tween 60 dan
span 60 sesuai dengan perhitungan masing-masing HLB. Kemudian
dipanaskan di atas hot plate untuk meleburkan. Setelah suhu 60 c di

campurkan fase minyak terlebih dahulu (minyak dan span) kemudian disusul
dengan mencampurkan fase air (tween dan air) di aduk dengan batang
pengaduk dan tetap mengukur suhu dengan termometer, apa bila suhu di
atas 60 c maka matikan hot plate untuk mengstabilkan suhu, apa bila suhu di

bawah 60 c maka hidup kan kembali hot plate untuk mendapatkan suhu

yang di inginkan. Setelah homogen, dicampurkan fase minyak dan fase air di
dalam satu wadah, aduk sampai tercampur rata dan dingin. Setelah
tercampur dan dingin, di masukkan kedalam gelas ukur 25 ml, lalu di beri
etiket sesuai perhitungan HLB masing-masing, dan diamati di hari pertama
pembuatan sampai 6 hari kedepan (pengamatan dalam 1 minggu)

pada percoban ini yang menjadi penguji pertama adalah gelas ukur HLB
9 dan hasil yang di dapatkan dari pengamatan pada saat hari pembuatan
emulsi, creaming berada di (1) dan hari ke-2,3,4,5,6 berada di (0,2).
Kedua, gelas ukur HLB 10 dan hasil yang di dapatkan dari pengamatan
pada saat hari pembuatan emulsi, creaming berada di (1) hari ke-2 di (0,56),
hari ke-3 di (0,58), hari ke-4 di (0,57), hari ke-5 di (0,56) dan hari ke-6 di (0,6).

Ketiga, gelas ukur HLB 11 dan hasil yang di dapatkan dari pengamatan
pada saat hari pembuatan emulsi, creaming berada di (1), dan hari ke-2,3,4,5
berada di (0,12).

Keempat, gelas ukur HLB 12 dan hasil yang di dapatkan dari


pengamatan pada saat pembuatan emulsi, creaming berada di (1), hari ke-2
di (0,24), hari ke-3 di (0,22), hari ke-4 di (0,24), hari ke-5 di (0,24) dan hari ke-
6 di (0,22).

Kelima, gela sukur HLB 13 dan hasil yang di dapatkan dari pengamatan
pada saat pembuatan emulsi, creaming beradi di (1), hari ke-2 di (0,36), hari
ke-3 di (0,36), hari ke-4 di (0,36), hari ke-5 di (0,35) dan hari ke-6 di (0,36).
G. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat di simpulkan bahwa
Emulsi adalah suatu sistem yang tidak stabil secara termodinamika yang mengandung
paling sedikit dua fase cair yang tidak bercampur yaitu fase air dan fase minyak yang
mana jumlah elmugator yang di gunakan pada saat pembuatan emulsi adalah 1,25
gram dan pada pengamatan terjadi nya ketidakstabilan pada creaming.
DAFTAR PUSTAKA

Martin, Alfred dkk. 1993. Farmasi Fisika. Jakarta: UI Press.

Lund, Walter.1994. The Parmaceutical Codex Twelfth Edition Principles And


Practice Of Pharmaceutis. London: The Pharmaceutical Press.
LEMBAR PENGESAHAN
Samarinda, 28 April 2018
Mengetahui,
Dosen Pembimbing Praktikan

Viriyanata Wijaya,S.Farm.,M.Farm.,Apt Siti Zumaryati


NIDN. 0002099004 Nim. 1713013023

Anda mungkin juga menyukai