Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN

PRAKTIKUM FARMASI FISIKA II


SISTEM DISPERSI

Dosen Pengampu : Kusdi Hartono, S.Si., M.Kes

Disusun oleh Kelompok 2 :

FITRI YANI (D1A210181)

NADIA NIA NURULLITA (D1A210170)

RISKINA (D1A210178)

SHOLEH HARYONO (D1A210276)

SRI NUR ISLAMIATY (D1A210179)

TRI HASTO (D1A210283)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS AL-GHIFARI
BANDUNG
2022
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA II
SISTEM DISPERSI

I. TUJUAN
Dengan praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu membuat sediaan
suspensi dan emulsi yang baik dan dapat menetapkan parameter evaluasinya.

II. DASAR TEORI


Sistem dispersi secara sederhana dapat diartikan sebagai larutan atau
campuran dua zat yang berbeda maupun sama wujudnya. Sistem dispersi
ditandai dengan adanya zat yang terlarut dan zat pelarut. Contohnya, jika tiga
jenis benda, yaitu pasir, gula dan susu masing-masing dimasukkan ke dalam
suatu wadah yang berisi berisi air, kemudian air, kemudian diaduk dalam
diaduk dalam wadah terpisah, wadah terpisah, maka kita maka kita akan
memperoleh akan memperoleh 3 sistem disperse (Ridwan, 2012).
Bila suatu zat dicampurkan dengan zat lain, maka akan terjadi penyebaran
secara merata dari suatu zat ke dalam zat lain yang disebut dengan sistem
dispersi. Tepung kanji bila dimasukan ke dalam air panas maka akan
membentuk sistem dispersi dengan air sebagai medium pendispersi dan tepung
kanji sebagai zat terdispersi (Henrayani, 2009)
Sistem terdispersi terdiri dari partikel kecil yang dikenal sebagai fase
terdispers, terdistribusi ke seluruh medium kontinu atau medium terdispersi.
Bahan-bahan yang terdispers bisa mempunyai jangkauan ukuran dari partikel-
partikel partikel berdimensi berdimensi atom dan molekul molekul sampai
partikel-partikel partikel-partikel yang ukurannya ukurannya diukur dalam
milimeter. Oleh karena itu, cara yang paling mudah untuk penggolongan sistem
penggolongan sistem terdispers terdispers adalah ber adalah berdasarkan
dasarkan garis tengah partikel partikel rata-rata rata-rata dari bahan terdispers.
Umumnya dibuat tiga golongan ukuran, yaitu dispersi molekuler, dispersi
koloid, dan dispersi kasar (Martin et al, 2008).
Suspensi adalah disperse zat padat di dalam air. Zat yang terdispersi
memiliki ukuran yang cukup besar. Padatan ini merupakan gabungan dari
molekul-molekul zat terdispersi (Sutresna, 2007).
Contoh dispersi kasar adalah dispersi pasir di dalam air, air kopi, air
sungai, campuran minyak dengan air, campuran tepung gandum dengan air,
dan lain-lain (Ridwan, 2012).
Suatu suspensi yang dapat diterima mempunyai kualitas tertentu yang
diinginkan :
1. Zat yang tersuspensi tersuspensi (disuspensikan) (disuspensikan) tidak boleh
cepat mengendap mengendap.
2. Partikel-partikel Partikel-partikel tersebut tersebut walaupun walaupun
mengendap mengendap pada dasar wadah tidak boleh membentuk
membentuk suatu gumpalan gumpalan padat tapi harus dengan cepat
terdispersi terdispersi kembali menjadi suatu campuran homogen bila
kembali menjadi suatu campuran homogen bila wadahny wadahnya
dikocok.
3. Suspensi tersebut tidak boleh terlalu kental untuk dituang dengan mudah
dari bobotnya. ( Martin et al, 1993).
System pembentukkan suspense ada dua, yaitu system flokulasi dan
system deflokulasi. Dalam system flokulasi, partikel flokulasi terikat lemah,
cepat mengendap dan pada penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah
tersuspensi kembali. Sedangkan partikel deflokulasi mengendap perlahan dan
akhirnya membentuk sedimen, akan menjadi agregasi dan akhirnya terbentuk
cake yang keras dan sukar tersuspensi kembali (Syamsuni, 2007).
Dua parameter yang berguna yang bisa diturunkan dari peyelidikan
sedimentasi adalah volume sedimentasi dan derajat flokulasi. Colume
sedimentasi (F) didefinisikan sebagai perbandingan dari volume akhir dari
endapan (Vu) terhadap volume awal dari suspense (Vo) sebelum mengendap.
Vu
F=
Vo
Derajat flokulasi (β) adalah rasio volume akhir sediaan suspense
flokulasi dengan volume akhir sediaan suspense deflokulasi dan dapat
dirumuskan dengan persamaan :
Volume akhir suspensi flokulasi
β=
Volume akhir suspensi deflokulasi
III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
1. Mortir dan stamper
2. Gelas ukur 100 ml
3. Batang pengaduk
4. Magnetic stirrer
5. Pemanas
6. Corong gelas
B. Bahan
1. CMC Na
2. Aquadest
3. Paracetamol

IV. CARA KERJA


1. Pembuatan suspensi
Paracetamol

 Digerus tablet paracetamol menggunakan mortir dan


stemper
 Ditimbang serbuk paracetamol yang telah di gerus
sebanyak 2.500 mg
 Ditimbang suspending agent ( CMC Na) sebanyak 1
gram dan 1,5 gram
 Disiapkan aquadest hangat
 Disuspensikan dengan alat homogenizer paracetamol
dengan CMC Na sebanyak 2 sediaan dengan CMC Na 1
gram dan 1,5 gram

Suspensi paracetamol
2. Pengamatan sedimentasi sediaan

Suspensi paracetamol

 Diamati dan dicatat volume sedimentasi dengan


interval waktu 0, 15, 30, 60 menit dan 24 jam

Hasil sedimentasi (cm)

3. Tentukan redispersibilitas suspensi setelah 24 jam

V. HASIL DAN PENGOLAHAN DATA


A. Pembuatan Sediaan suspensi paracetamol
Formula
Zat Aktif Sediaan 1 Sediaan 2
Paracetamol CMC Na 1% CMC Na 1,5 %

B. Perhitungan Formulasi
1. Sediaan 1
 Paracetamol sebanyak 125 mg/ cth
 Aquadest ad 100 ml
125 mg
x 100 ml = 2.500 mg  2,5 gram
5 ml
 Suspending agent ( CMC Na 1%)
1
x 100 ml = 1 gram
100
2. Sediaan 2
 Paracetamol sebanyak 125 mg/ cth
 Aquadest ad 100 ml
125 mg
x 100 ml = 2.500 mg  2,5 gram
5 ml
 Suspending agent ( CMC Na 1,5%)
1,5
x 100 ml = 1 gram
100
C. Data Pengamatan
Waktu Sediaan 1 ( CMC Na Sediaan 2 ( CMC
1%) Na 2%)
0 menit 0 cm 0 cm
15 menit 0 cm 0 cm
30 menit 0 cm 0 cm
45 menit 0 cm 0 cm
60 menit 0 cm 0 cm
24 jam 0,9 cm 1 cm
Redispersibilitas 0,009 cm/ml 0,01 cm/ml
26 detik 32 detik

D. Perhitungan derajat flokulasi (β)


volume akhir flokulasi
β=
volume akhir suspen si deflokulasi

1. Sediaan 1 ( Paracetamol + CMC Na 1%)


Diketahui :
 Flokulasi = 0,9 cm
 Deflokulasi = 100 ml
Penyelesaian :
0,9 cm
β= = 0,009 cm/ml
100 ml
2. Sediaan 2 ( Paracetamol + CMC Na 1,5%)
Diketahui :
 Flokulasi = 1 cm
 Deflokulasi = 100 ml
Penyelesaian :
1 cm
β= = 0,01 cm/ml
100 ml
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini tentang sistem dispersi yang bertujuan untuk
mampu membuat sediaan suspensi dan emulsi yang baik dan dapat
menetapkan parameter evaluasinya, praktikum kali ini yaitu berdasarkan
hukum stokes sedimentasi yang terjadi berkaitan erat dengan ukuran partikel
dan zat terdispersi dan bergantung pada viskositas fase terdispersi, dilakukan
pengujian volume sedimentasi sedimentasi pada sediaan sediaan suspensi
yang menggunakan menggunakan zat aktif paracetamol karena paracetamol
menurut litelatur memiliki kelarutan yaitu Larut dalam 70 bagian air.
Paracetamol dan air tidak akan bercampur hal ini disebabkan karena tegangan
permukaan yang ada di antara paracetamol dan air terlalu tinggi sehingga
membuat kedua senyawa tersebut tidak bisa bercampur. Zat yang tidak
bercampur ini bersifat tidak stabil. Untuk itu untuk mencampurkan
paracetamol dengan air atau senyawa lain paracetamol dengan air atau
senyawa lain yang tidak larut dengan paracetamol dibutuhkan suspending
agent atau surfaktan yang bisa menurunkan tegangan permukaan antara kedua
zat sehingga sehingga dapat bercampur. Suspending agent yang digunakan
kali ini adalah CMC Na dengan masing masing formula yang berbeda
sebanyak 2 sediaan dengan konsentrasi 1% dan 1,5%. Pembuatan sediaan
dengan formula yang berbeda adalah berfungsi untuk melihat perbandingan
antara 2 sediaan dengan konsentrasi suspending agent yang berbeda.
Pembuatan sediaan suspensi paracetamol dilakukan yang pertama ialah
dengan menggerus tablet paracetamol menggunakan mortir dan stemper ad
homogen. Lalu ditimbang serbuk paracetamol yang telah di gerus sebanyak
2,5 gram, selanjutnya ditimbang suspending agent (CMC Na) sebanyak 1
gram dan 1,5 gram. Selanjutnya disiapkan aquadest hangat, lalu di
suspensikan menggunakan alat homogenizer paracetamol dengan CMC Na
dan aquadest ke dalam botol 100 ml.
Setelah itu, sampel didiamkan dalam interval waktu tertentu sehingga
dapat diamati sedimentasinya. Fenomena sedimentasi ini terjadi karena
partikel-partikel di dalam suspensi suspensi ini memiliki kecenderungan
untuk bergabung (bersatu). Kecenderungan ini disebabkan karena gaya van
der Waals yang lemah sehingga membentuk suatu endapan. Pada tabel
pengamatan pengamatan dapat dilihat bahwa ada beberapa suspensi yang
dalam interval waktu tertentu tidak mengalami peningkatan sedimentasi. Hal
ini menandakan proses sedimentasi yang terjadi sudah maksimal.
Pada sediaan pertama dengan suspending agent CMC Na 1% didapatkan
volume sedimentasi pada jam ke 24 sebesar 0,9 cm dengan hasil derajat
flokulasi (β) yaitu 0,009 cm/mL. Pada sediaan kedua dengan suspending
agent 1,5% didapatkan volume sedimentasi pada jam ke 24 sebesar 1 cm
dengan hasil derajat flokulasi (β) yaitu 0,01 cm/mL. Berdasarkan literatur
dijelaskan bahwa volume sedimentasi harus ± 1 cm yang berarti untuk
sediaan pertama belum memenuhi syarat sedangkan untuk sediaan kedua
telah memenuhi syarat.
Selain mengamati sedimentasi, pada percobaan kali ini juga diamati proses
redispersibilitas yaitu kemampuan suatu suspensi yang pada awalnya
membentuk endapan atau cake dapat kembali lagi terdispersi hingga
membentuk sediaan yang homogen. Untuk menguji kemampuan suspensi
dalam redispersibilitas, botol yang berisi suspensi dan terdapat endapan
dikocok kembali hingga endapan yang terbentuk kembali terdispersi dan larut
kembali.
Pada pengamatan redispersibilitas yang dilakukan selama 24 jam dengan
menggunakan stopwatch lalu dihitung waktu pengocokan yang diperlukan
agar sampel suspensi homogen kembali. Pada percobaan yang dilakukan,
didapatkan waktu redispersibilitas pada sediaan 1 adalah 26 detik dan untuk
sediaan 2 adalah 32 detik.

VII.KESIMPULAN
1. Pada sediaan 1 dengan suspending agent CMC Na 1% didapatkan volume
sedimentasi sebesar 0,9 cm yang berdasarkan literatur tidak memenuhi
syarat dan hasil derajat flokulasi (β) sebesar 0,009 cm/mL.
2. Pada sediaan 2 dengan suspending agent CMC Na 1,5% didapatkan
volume sedimentasi sebesar 1 cm yang berdasarkan literatur telah
memenuhi syarat dan hasil derajat flokulasi (β) sebesar 0,01 cm/mL.
3. Hasil redispersibilitas untuk sediaan 1 didapatkan waktu selama 26 detik
dan pada sediaan 2 didapatkan waktu selama 32 detik untuk sediaan
tersebut kembali homogen.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Martin, A., 1993, Farmasi Fisika : Bagian Larutan dan Sistem Dispersi,
Gadjah mada University press, Yogyakarta.
Petrucci, R. H., 1985, General Chemistry, Principles and Application,
4th Ed., Collier Mac Inc., New York.
Ridwan. 2012. Pengertian dan Jenis Larutan dalam Sistem Dispersi
serta contohnya.
Sutresna, N. 2007. Cerdas Belajar Kimia. Bandung : Grafindo Media
Pertama.

Lampiran

Penimbangan CMC Na 1 Penimbangan CMC Na


gram (1%) 1,5 gram (1,5%)
Penghomogenan suspensi Suspensi paracetamol +
dengan alat homogenizer CMC Na 1%

Suspensi paracetamol + Pengukuran volume


CMC Na 1,5% sedimentasi sediaan 1

Pengukuran volume
sedimentasi sediaan 2

Anda mungkin juga menyukai