“UJI KELARUTAN”
Anggota Kelompok :
2018
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan praktikum farmasi
fisika II tentang Uji Kelarutan. Kami berharap Laporan praktikum ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan mengenai Uji Kelarutan. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan praktikum ini terdapat kekurangan. Oleh
sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan praktikum
yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.
Semoga laporan praktikum ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan praktikum yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2
1.3 Tujuan............................................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Umum ..................................................................................................................... 3
BAB III METODE KERJA
3.1 Alat dan Bahan ................................................................................................................. 5
3.2 Skema Kerja .................................................................................................................... 7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan ............................................................................................................. 9
4.2 Perhitungan Kadar Parasetamol Terlarut ......................................................................... 9
4.3 Pembahasan .................................................................................................................... 12
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 16
5.2 Saran ............................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Data kelarutan suatu zat dalam air sangat penting untuk diketahui dalam pembuatan
sediaan farmasi. Sediaan farmasi cairan seperti sirup, eliksir, obat tetes mata, injeksi dan
lain-lain dibuat dengan menggunakan pembawa air. Bahkan untuk sediaan obat lainnya
seperti suspense, tablet atau kapsul yang diberikan secara oral, data ini tetap diperlukan
karena didalam saluran cerna obat harus dapat melarut dalam cairan saluran cerna yang
komponen utamanya adalah air agar dapat diabsorpsi.
Pada umumnya obat baru dapat diabsorpsi dari saluran cerna dalam keadaan telarut
kecuali kalau transport obat melalui mekanisme pinositosis. Oleh karena itu salah satu
cara untuk meningkatkan ketersediaan hayati suatu sediaan adalah dengan menaikkan
kelarutan zat aktifnya di dalam air.Faktor - faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan
suatu adalah suhu, pH, jenis pelarut, bentuk dan ukuran partikel, konstanta dielektrik
bahan pelarut dan penambahan surfaktan. Dalam bidang farmasi kelarutan sangat penting,
karena dapat mengetahui dan dapat membantu dalam memilih medium pelarut yang
paling baik untuk obat atau kombinasi obat membantu mengatasi kesulitan-kesulitan
tertentu yang timbul pada waktu pembuatan larutan farmasetis (dibidang farmasi) dan
lebih jauh lagi dapat bertindak sebagai standar atau uji kelarutan.
Oleh karena itu, percobaan kelarutan sangat penting dilakukan agar kita dapat
mengetahui usaha - usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kelarutan suatu obat yang
dapat mempermudah absorpsi obat didalam tubuh manusia.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang ditentukan dalam praktikum uji kelarutan ?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat ?
3. Bagaimana usaha dalam meningkatkan kelarutan zat aktif dalam pembuatan
sediaan cair ?
1.3 Tujuan
1. Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif
2. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat.
3. Menjelaskan usaha-usaha yang dapat digunakan untuk meningkatkan kelarutan
zat aktif dalam pembuatan sediaan cair.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kualitatif :
Interaksi spontan dari dua atau lebih senyawa membentuk dispersi molecular yang
homogen.
Kelarutan senyawa dalam pelarut polar seperti air, sebagian besar disebabkan oleh
polaritas pelarut, yaitu momen dipolnya. Pelarut polar melarutkan senyawa-senyawa
ionik dan senyawa polar lainnya. Disamping momen dipol ikatan hidrogen antara
senyawa dengan pelarut ternyata berpengaruh dominan pada proses pelarutan senyawa
polar dalam air.
Kelarutan senyawa polar juga ditentukan oleh struktur senyawa tersebut, yaitu
perbandingan antara gugus polar dan gugus non polar dalam senyawa. Apabila ada
gugus polar tambahan dari dalam molekul senyawa, seperti pada propilenglikol dan
gliserin, maka kelarutannya dalam pelarut polar semakin meningkat.
Pelarut semi-polar seperti propilenglikol dan etanol, dapat menginduksi molekul
secara non-polar dengan derajat polarisasi tertentu,sehingga dapat larut dalam pelarut
tersebut.
Dengan demikian, untuk memperkirakan kelarutan suatu senyawa perlu
diperhatikan berbagai sifat yang menyebabkan terjadinya interaksi timbal balik antar
senyawa dengan pembawa seperti : polaritas, tetapandielektrik, asosiasi, solvasi dan
sebagainya. Timbulnya sifat-sifat tersebut tergantung pada struktur molekul senyawa.
Untuk zat-zat yang kelarutannya tidak diketahui dengan pasti, nilai kelarutannya
digambarkan dalam kompedia farmasi dengan menggunakan istilah yang diperlihatkan
table berikut :
3
Istilah kelarutan hampiran menurut Farmakope Indonesia edisi V sebagai berikut :
4
BAB III
METODE KERJA
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu spektrofotometer Uv-
Vis, waterbath shaker, erlenmeyer, labu ukur (25 ml dan 50 ml), pipet volume 1,0
ml, mikropipet, gelas beker, batang pengaduk, filter holder, membrane filter 0,45
𝜇m.
3.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu parasetamol (p.g),
Gliserin (p.g), propilenglikol (p.g), aquades (air suling).
A. Penentuan Kelarutan
1. Ke dalam erlenmeyer 100 ml diisi pelarut sebanyak 50,0 ml
2. Timbang parasetamol ± 1,5 gram, dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang
telah berisi pelarut (1)
3. Gelas erlenmeyer ditempatkan pada waterbath shaker yang telah dilengkapi
dengan penangas air pada suhu konstan (35 ± 0,5°C)
4. Dikocok pada kecepatan dan suhu konstan sampai diperoleh larutan
parasetamol jenuh (dikocok selama 1 jam)
5. Setelah tercapai kesetimbangan larutan jenuh, pengocokan dihentikan dan
didiamkan selama 10 menit.
6. Diambil larutan bagian atas dengan semprit injeksi sebanyak 1 ml lalu
disaring menggunakan filter holder yang telah dilengkapi membran filter 0,45
µm dipasang, semprit injeksi ditekan dan larutan ditampung ke dalam labu
ukur 25,0 ml dan di encerkan secara kuantitatif.
7. Dipipet 1,0 ml larutan dari labu ukur 25,0 ml dengan pipet volume,
dimasukkan ke dalam labu ukur 50,0 ml dan diencerkan secara kuantitatif.
5
8. Ditentukan kadarnya dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang 244 nm.
9. Ditentukan kadar parasetamol dengan menggunakan kurva baku yang
tersedia.
B. Pembuatan Larutan Baku Parasetamol
1. Buat larutan parasetamol dengan kadar 2,0 sampai 10,0 ppm
2. Amati dengan spektrofotometer pada panjang gelombang maksimum (244
nm)
3. Buat kurva baku (kadar vs absorban) dan gaya regresi y = bx+a
Kurva baku parasetamol (𝜆 max = 243,0)
Kadar Absorbansi
2,096 0,1356
5,240 0,3441
8,384 0,5395
10,480 0,6722
20,960 1,4065
Persamaan garis y = 0,06740𝑥 – 0,01610 (r = 0,99928)
6
3.2 Skema Kerja
1. Pembuatan Larutan Paracetamol Jenuh
pipet volume
Kalibrasi beakerglass 2,5 ml, Masukkan propilenglikol (+) sedikit aquades untuk
5 ml, 7,5 ml dalam beakerglass ad garis memudahkan menuang
tanda kalibrasi (+)
ad 50 ml
7
3. Pembuatan Larutan Parasetamol dengan Pelarut Proplenglikol
Diukur di
spektrofotometer
Dipipet masing- Masukkan dalam
8
BAB IV
Kadar Kadar X
No Pelarut Absorban Kelarutan
(ppm) pengenceran
9
4582,75 𝑚𝑔 4,58275 𝑔
=
1000 𝑚𝑙 1000 𝑚𝑙
4,58275 𝑔 1 𝑔
=
1000 𝑚𝑙 𝑥
𝑥 = 218,21 ml
2. Propilen glikol 5%
y = 0,06740𝑥 - 0,01610
0,865 = 0,06740 𝑥 - 0,01610
0,8811 = 0,0674 𝑥
x = 13,0727 ppm
Kadar X Pengenceran = 13,0727 ppm × 1250 = 16340,875 ppm
Perhitungan Kelarutan
16340,875𝑚𝑔 16,340875 𝑔
=
1000𝑚𝑙 1000𝑚𝑙
16,340875 𝑔 1𝑔
=
1000𝑚𝑙 𝑥
𝑥 = 61,20 ml
𝑥 = 48,57 ml
10
4. Propilen glikol 15%
y = 0,06740𝑥 - 0,01610
𝑥 = 39,30 ml
5. Tween 0,25%
y = 0,06740𝑥 - 0,01610
0,430 = 0,06740𝑥 - 0,01610
0,4461 = 0,06740𝑥
x = 6,6187 ppm
Kadar 𝑥 Pengenceran = 6,6187 ppm × 1250 = 8273,38 ppm
Perhitungan Kelarutan
8273,38 𝑚𝑔 8,27338 𝑔
=
1000𝑚𝑙 1000𝑚𝑙
8,27338 𝑔 1𝑔
=
1000𝑚𝑙 𝑥
𝑥 = 120,87 ml
6. Tween 0,5%
y = 0,06740𝑥 - 0,01610
0,815 = 0,06740𝑥 - 0,01610
0,8311 = 0,06740x
x = 12,3309 ppm
Kadar 𝑥 Pengenceran = 12,3309 ppm × 1250 = 15413,63 ppm
11
Perhitungan Kelarutan
15413,63 𝑚𝑔 15,41363 𝑔
=
1000𝑚𝑙 1000𝑚𝑙
15,41363 𝑔 1𝑔
=
1000𝑚𝑙 𝑥
𝑥 = 64,88 ml
4.3 Pembahasan
Larutan adalah campuran homogen antara zat pelarut dan zat terlarut.Kelarutan adalah
kemampuan suatu zat melarut dalam pelarut tertentu.Larutan pada umumnya dibagi
menjadi tiga yaitu larutan jenuh adalah larutan yang zat terlarutnya dapat melarut dalam
zat pelarutnya dalam konsentrasi yang maksimal. Larutan lewat jenuh terjadi pada saat
zat terlarut sudah melewati batas maksimal zat pelarut untuk melarutkannya yang
biasanya ditandai dengan terbentuknya endapan. Lautan tak jenuh terjadi saat zat terlarut
belum mencapai batas maksimal zat pelarut untuk melarutkannya.
Pada praktikum ini dilakukan beberapa percobaan yaitu pertama pada kelarutan
parasetamol secara kuantitatif dimana cara kerjanya adalah dimasukkan ± 1,5 gram
parasetamol ke dalam ke dalam erlenmeyer 100 ml diisi pelarut berupa air, propilenglikol
5%, propilenglikol 10% dan propilenglikol 15% sebanyak 50,0 ml kocok selama 1 jam
dengan waterbath shaker jika ada endapan yang larut selama pengocokan maka
tambahkan sejumlah tertentu parasetamol sampai diperoleh endapan yang tidak larut,
saring dengan filter holder dan dimasukkan dalam gelas ukur 25,0 ml. Kemudian dipipet
1,0 larutan paracetamol dalam labu ukur 25,0 ml. Dimasukkan dalam labu ukur 50,0 ml di
adkan dengan aquadest sampai garis tanda. Ditentukan kadar parasetamol yang terlarut
dalam larutan menggunakan spekrtometer UV-Vis. Didapatkan data sebagai berikut :
Kadar Kadar X
No Pelarut Absorban Kelarutan
(ppm) pengenceran
12
ppm
Dari data diatas diperoleh hasil paracetamol memiliki kelarutan paling tinggi dalam pelarut
propilenglikol 15%. Hal ini sesuai dengan teoritis yang terdapat dalam Farmakope Indonesia
bahwa paracetamol larut dalam 70 bagian air larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian
etanol (95%) P, dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9 bagian
propilenglikol P, larut dalam larutan alkali hidroksida.
13
TUGAS
1. Apa yang dimaksud dengan kelarutan dan sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi
kelarutan?
Jawab : kelarutan adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu untuk dapat larut dalam
jumlah tertentu pelarut pada temperature tertentu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah suhu, sifat dari pelarut dan
terlarut, consolvensi (zat penambah kelarutan), tekanan, ukuran molekul, pH.
2. Hitunglah perkiraan kelarutan paracetamol dalam propilenglikol 5%,10%,15% bila
diketahui kelarutan paracetamol dalam air adalah 1:70 dan dalam propilenglikol
adalah 1:9
Jawab :
a) Propilenglicol 5% = 2,5 ml
Air = 47,5 ml
1𝑔 𝑥
Kelarutan dalam propilenglikol = =
9 𝑚𝑙 2,5 𝑚𝑙
x = 0,2778 g
1𝑔 𝑥
kelarutan paracetamol dalam air = 70𝑚𝑙 = 47,5 𝑚𝑙
x = 0,6786 g
b) Propilenglikol 10% = 5 ml
Air = 45 ml
1𝑔 𝑥
Kelarutan dalam propilenglikol = 9 𝑚𝑙 = 5 𝑚𝑙
x = 0,5556 g
1𝑔 𝑥
kelarutan paracetamol dalam air = 70𝑚𝑙 = 45 𝑚𝑙
x = 0,6429 g
x = 0,6071 g
14
total = 0,8333 g + 0,6071 g = 1,4404 g
1440,4 𝑚𝑔 𝑔 20 28,808 𝑚𝑔
ppm = 𝑥 = = 28,808 𝑝𝑝𝑚
50𝑚𝑙 20 1000 𝑚𝑙
15
BAB V
5.1 Kesimpulan
Semakin tinggi konsentrasi propilenglikol maka paracetamol akan semakin mudah
larut
5.2 Saran
Kurangnya komunikasi yang baik antara praktikan
16
DAFTAR PUSTAKA
Martin, A., 1993, Physical Pharmacy, 4th ed., Lea & Febiger, Philadelphia, London, p.324-
361
Florence A.T., and Attwood D., 1998, Physicochemical Principles of Pharmacy, 3rd Ed.
The Macmilan Press Ltd
17