Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA II

“UJI KELARUTAN”

Anggota Kelompok :

Dhanty Dwina Normatika 201710410311009

Rizki Amalia Listiani 201710410311059

Aisha Maulidya Sari 201710410311081

Wafa’ Makkiyah 201710410311090

Khoiri Umi Sa’adah 201710410311098

Chintya Ayu Oktavia 201710410311165

Zaqina Erin Setya Fazri 201710410311213

Nur Adibah 201710410311238

Handrea Mulya 201710410311246

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan praktikum farmasi
fisika II tentang Uji Kelarutan. Kami berharap Laporan praktikum ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan mengenai Uji Kelarutan. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan praktikum ini terdapat kekurangan. Oleh
sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan praktikum
yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.

Semoga laporan praktikum ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan praktikum yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Malang, 26 Desember 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2
1.3 Tujuan............................................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Umum ..................................................................................................................... 3
BAB III METODE KERJA
3.1 Alat dan Bahan ................................................................................................................. 5
3.2 Skema Kerja .................................................................................................................... 7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan ............................................................................................................. 9
4.2 Perhitungan Kadar Parasetamol Terlarut ......................................................................... 9
4.3 Pembahasan .................................................................................................................... 12
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 16
5.2 Saran ............................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut didalam larutan
jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Larutan memainkan peranan penting dalam
kehidupan sehari-hari. Di alam kebanyakan reaksi berlangsung dalam larutan air, tubuh
menyerap mineral, vitamin dan makanan dalam bentuk larutan. Sejalan dengan pesatnya
perkembangan penelitian di bidang obat, saat ini tersedia berbagai pilihan obat, sehingga
diperlukan pertimbangan yang cermat dalam pemilihan obat untuk mengobati suatu
penyakit, kelarutan sangat besar pengaruhnya terhadap pembuatan obat dimana bahan-
bahan dapat dicampurkan menjadisuatu larutan sejati, larutan koloid, dan dispersi kasar.

Data kelarutan suatu zat dalam air sangat penting untuk diketahui dalam pembuatan
sediaan farmasi. Sediaan farmasi cairan seperti sirup, eliksir, obat tetes mata, injeksi dan
lain-lain dibuat dengan menggunakan pembawa air. Bahkan untuk sediaan obat lainnya
seperti suspense, tablet atau kapsul yang diberikan secara oral, data ini tetap diperlukan
karena didalam saluran cerna obat harus dapat melarut dalam cairan saluran cerna yang
komponen utamanya adalah air agar dapat diabsorpsi.

Pada umumnya obat baru dapat diabsorpsi dari saluran cerna dalam keadaan telarut
kecuali kalau transport obat melalui mekanisme pinositosis. Oleh karena itu salah satu
cara untuk meningkatkan ketersediaan hayati suatu sediaan adalah dengan menaikkan
kelarutan zat aktifnya di dalam air.Faktor - faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan
suatu adalah suhu, pH, jenis pelarut, bentuk dan ukuran partikel, konstanta dielektrik
bahan pelarut dan penambahan surfaktan. Dalam bidang farmasi kelarutan sangat penting,
karena dapat mengetahui dan dapat membantu dalam memilih medium pelarut yang
paling baik untuk obat atau kombinasi obat membantu mengatasi kesulitan-kesulitan
tertentu yang timbul pada waktu pembuatan larutan farmasetis (dibidang farmasi) dan
lebih jauh lagi dapat bertindak sebagai standar atau uji kelarutan.

Oleh karena itu, percobaan kelarutan sangat penting dilakukan agar kita dapat
mengetahui usaha - usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kelarutan suatu obat yang
dapat mempermudah absorpsi obat didalam tubuh manusia.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang ditentukan dalam praktikum uji kelarutan ?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat ?
3. Bagaimana usaha dalam meningkatkan kelarutan zat aktif dalam pembuatan
sediaan cair ?

1.3 Tujuan
1. Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif
2. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat.
3. Menjelaskan usaha-usaha yang dapat digunakan untuk meningkatkan kelarutan
zat aktif dalam pembuatan sediaan cair.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Umum


Kuantitatif :
Kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut didalam larutan jenuhnya
pada suhu dan tekanan tertentu.

Kualitatif :
Interaksi spontan dari dua atau lebih senyawa membentuk dispersi molecular yang
homogen.
Kelarutan senyawa dalam pelarut polar seperti air, sebagian besar disebabkan oleh
polaritas pelarut, yaitu momen dipolnya. Pelarut polar melarutkan senyawa-senyawa
ionik dan senyawa polar lainnya. Disamping momen dipol ikatan hidrogen antara
senyawa dengan pelarut ternyata berpengaruh dominan pada proses pelarutan senyawa
polar dalam air.
Kelarutan senyawa polar juga ditentukan oleh struktur senyawa tersebut, yaitu
perbandingan antara gugus polar dan gugus non polar dalam senyawa. Apabila ada
gugus polar tambahan dari dalam molekul senyawa, seperti pada propilenglikol dan
gliserin, maka kelarutannya dalam pelarut polar semakin meningkat.
Pelarut semi-polar seperti propilenglikol dan etanol, dapat menginduksi molekul
secara non-polar dengan derajat polarisasi tertentu,sehingga dapat larut dalam pelarut
tersebut.
Dengan demikian, untuk memperkirakan kelarutan suatu senyawa perlu
diperhatikan berbagai sifat yang menyebabkan terjadinya interaksi timbal balik antar
senyawa dengan pembawa seperti : polaritas, tetapandielektrik, asosiasi, solvasi dan
sebagainya. Timbulnya sifat-sifat tersebut tergantung pada struktur molekul senyawa.

Untuk zat-zat yang kelarutannya tidak diketahui dengan pasti, nilai kelarutannya
digambarkan dalam kompedia farmasi dengan menggunakan istilah yang diperlihatkan
table berikut :

3
Istilah kelarutan hampiran menurut Farmakope Indonesia edisi V sebagai berikut :

Jumlah bagian pelarut yang


Istilah Kelarutan diperlukan untuk melarutkan 1
bagian zat
Sangat mudah larut Kurang dari 1
Mudah larut 1 sampai 10
Larut 10 sampai 30
Agak sukar larut 30 sampai 100
Sukar larut 100 sampai 1000
Sangat sukar larut 1000 sampai 10000
Praktis tidak larut Lebih dari 10000

4
BAB III

METODE KERJA

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu spektrofotometer Uv-
Vis, waterbath shaker, erlenmeyer, labu ukur (25 ml dan 50 ml), pipet volume 1,0
ml, mikropipet, gelas beker, batang pengaduk, filter holder, membrane filter 0,45
𝜇m.

3.1.2 Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu parasetamol (p.g),
Gliserin (p.g), propilenglikol (p.g), aquades (air suling).

3.1.3 Cara Kerja

A. Penentuan Kelarutan
1. Ke dalam erlenmeyer 100 ml diisi pelarut sebanyak 50,0 ml
2. Timbang parasetamol ± 1,5 gram, dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang
telah berisi pelarut (1)
3. Gelas erlenmeyer ditempatkan pada waterbath shaker yang telah dilengkapi
dengan penangas air pada suhu konstan (35 ± 0,5°C)
4. Dikocok pada kecepatan dan suhu konstan sampai diperoleh larutan
parasetamol jenuh (dikocok selama 1 jam)
5. Setelah tercapai kesetimbangan larutan jenuh, pengocokan dihentikan dan
didiamkan selama 10 menit.
6. Diambil larutan bagian atas dengan semprit injeksi sebanyak 1 ml lalu
disaring menggunakan filter holder yang telah dilengkapi membran filter 0,45
µm dipasang, semprit injeksi ditekan dan larutan ditampung ke dalam labu
ukur 25,0 ml dan di encerkan secara kuantitatif.
7. Dipipet 1,0 ml larutan dari labu ukur 25,0 ml dengan pipet volume,
dimasukkan ke dalam labu ukur 50,0 ml dan diencerkan secara kuantitatif.

5
8. Ditentukan kadarnya dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang 244 nm.
9. Ditentukan kadar parasetamol dengan menggunakan kurva baku yang
tersedia.
B. Pembuatan Larutan Baku Parasetamol
1. Buat larutan parasetamol dengan kadar 2,0 sampai 10,0 ppm
2. Amati dengan spektrofotometer pada panjang gelombang maksimum (244
nm)
3. Buat kurva baku (kadar vs absorban) dan gaya regresi y = bx+a
Kurva baku parasetamol (𝜆 max = 243,0)
Kadar Absorbansi
2,096 0,1356
5,240 0,3441
8,384 0,5395
10,480 0,6722
20,960 1,4065
Persamaan garis y = 0,06740𝑥 – 0,01610 (r = 0,99928)

6
3.2 Skema Kerja
1. Pembuatan Larutan Paracetamol Jenuh

Ditimbang 1,5 gram Masukkan dalam Erlenmeyer Diambil larutan

100,0 ml bagian atas 1 ml

(+) Aquadest 50 ml dengan spuit yang

Panaskan dalam waterbath sudah dipasang

shaker selama 1 jam. Setelah membran filter

itu, pengocokan di hentikan

dan di diamkan selama 10 menit

Dipipet 1,0 ml larutan dari labu ukur 25,0 ml dengan

pipet volume

Dimasukkan labu ukur 25,0 ml,

(+) aquadest ad garis


tanda

dimasukkan ke labu ukur 50,0 ml,


(+) aquadest ad garis tanda, diukur di spektrofotometer

2. Pembuatan Larutan Propilenglikol 5%, 10% dan 15%

Kalibrasi beakerglass 2,5 ml, Masukkan propilenglikol (+) sedikit aquades untuk
5 ml, 7,5 ml dalam beakerglass ad garis memudahkan menuang
tanda kalibrasi (+)

Masukkan Erlenmeyer 100 ml

(+) aquadest ad tanda batas

ad 50 ml

7
3. Pembuatan Larutan Parasetamol dengan Pelarut Proplenglikol

Ditimbang parasetamol Masukkan dalam masing-masing pelarut


1,5 gr sebanyak 3 kali propilenglikol 5%, 10% dan 15%

Masukkan Masukkan dalam waterbath


dalam labu Diambil larutan shaker selama 1 jam, setelah
ukur 25,0 ml, dengan spuit itu pengocokan dihentikan
(+) aqudest ad yang dipasang dan didiamkan selama 10
garis tanda, membrane filter menit
kocok ad sebanyak 1,0
homogen ml

Diukur di
spektrofotometer
Dipipet masing- Masukkan dalam

masing 1,0 ml labu ukur 50,0 ml

(+) Aquadest ad garis

tanda kocok ad homogen

4. Pembuatan Larutan Paracetamol dengan tween

8
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Kadar Kadar X
No Pelarut Absorban Kelarutan
(ppm) pengenceran

1 Air + Paracetamol 0,231 3,6662 4582,75 ppm 1 : 218,21

2 Propilen glikol 5% 0,865 13,0727 16340,875 1 : 61,20


ppm

3 Propilen glikol 10% 1,094 16,4703 20587,88 1 : 48,57


ppm

4 Propilen glikol 15% 1,356 20,3576 25447 ppm 1 : 39,30

5 Tween 0,25% 0,430 6,6187 16340,875 1 : 120,87


ppm

6 Tween 0,5% 0,815 12,3309 15413,63 1 : 64,88


ppm ppm

4.2 Perhitungan Kadar Parasetamol Terlarut


1. Air
y = 0,06740𝑥 – 0,01610
0,231 = 0,06740 𝑥 - 0,01610
0,2471 = 0,06740 𝑥
0,9351 = 0,0674 𝑥
𝑥 = 3,6662 ppm
Kadar 𝑥 Pengenceran = 3,6662 ppm × 1250 = 4582,75 ppm
Perhitungan Kelarutan

9
4582,75 𝑚𝑔 4,58275 𝑔
=
1000 𝑚𝑙 1000 𝑚𝑙

4,58275 𝑔 1 𝑔
=
1000 𝑚𝑙 𝑥

𝑥 = 218,21 ml

2. Propilen glikol 5%
y = 0,06740𝑥 - 0,01610
0,865 = 0,06740 𝑥 - 0,01610
0,8811 = 0,0674 𝑥
x = 13,0727 ppm
Kadar X Pengenceran = 13,0727 ppm × 1250 = 16340,875 ppm

Perhitungan Kelarutan
16340,875𝑚𝑔 16,340875 𝑔
=
1000𝑚𝑙 1000𝑚𝑙
16,340875 𝑔 1𝑔
=
1000𝑚𝑙 𝑥

𝑥 = 61,20 ml

3. Propilen glikol 10%


y = 0,06740𝑥 - 0,01610
1,094 = 0,06740 𝑥 - 0,01610
1,1101 = 0,06740 𝑥
𝑥 = 16,4703 ppm
Kadar X Pengenceran = 16,4703 ppm × 1250 = 20587,88 ppm
Perhitungan Kelarutan
20587,88 𝑚𝑔 20,58788𝑔
=
1000𝑚𝑙 1000𝑚𝑙
20,58788 𝑔 1𝑔
=
1000𝑚𝑙 𝑥

𝑥 = 48,57 ml

10
4. Propilen glikol 15%
y = 0,06740𝑥 - 0,01610

1,356 = 0,06740 𝑥 - 0,01610


1,3721 = 0,06740 𝑥
𝑥 = 20,3576 ppm
Kadar 𝑥 Pengenceran = 20,3576 ppm × 1250 = 25447 ppm
Perhitungan Kelarutan
25447 𝑚𝑔 25,447 𝑔
=
1000𝑚𝑙 1000𝑚𝑙
25,447 𝑔 1𝑔
=
1000𝑚𝑙 𝑥

𝑥 = 39,30 ml

5. Tween 0,25%
y = 0,06740𝑥 - 0,01610
0,430 = 0,06740𝑥 - 0,01610
0,4461 = 0,06740𝑥
x = 6,6187 ppm
Kadar 𝑥 Pengenceran = 6,6187 ppm × 1250 = 8273,38 ppm

Perhitungan Kelarutan

8273,38 𝑚𝑔 8,27338 𝑔
=
1000𝑚𝑙 1000𝑚𝑙
8,27338 𝑔 1𝑔
=
1000𝑚𝑙 𝑥

𝑥 = 120,87 ml

6. Tween 0,5%
y = 0,06740𝑥 - 0,01610
0,815 = 0,06740𝑥 - 0,01610
0,8311 = 0,06740x
x = 12,3309 ppm
Kadar 𝑥 Pengenceran = 12,3309 ppm × 1250 = 15413,63 ppm

11
Perhitungan Kelarutan

15413,63 𝑚𝑔 15,41363 𝑔
=
1000𝑚𝑙 1000𝑚𝑙
15,41363 𝑔 1𝑔
=
1000𝑚𝑙 𝑥

𝑥 = 64,88 ml

4.3 Pembahasan
Larutan adalah campuran homogen antara zat pelarut dan zat terlarut.Kelarutan adalah
kemampuan suatu zat melarut dalam pelarut tertentu.Larutan pada umumnya dibagi
menjadi tiga yaitu larutan jenuh adalah larutan yang zat terlarutnya dapat melarut dalam
zat pelarutnya dalam konsentrasi yang maksimal. Larutan lewat jenuh terjadi pada saat
zat terlarut sudah melewati batas maksimal zat pelarut untuk melarutkannya yang
biasanya ditandai dengan terbentuknya endapan. Lautan tak jenuh terjadi saat zat terlarut
belum mencapai batas maksimal zat pelarut untuk melarutkannya.

Pada praktikum ini dilakukan beberapa percobaan yaitu pertama pada kelarutan
parasetamol secara kuantitatif dimana cara kerjanya adalah dimasukkan ± 1,5 gram
parasetamol ke dalam ke dalam erlenmeyer 100 ml diisi pelarut berupa air, propilenglikol
5%, propilenglikol 10% dan propilenglikol 15% sebanyak 50,0 ml kocok selama 1 jam
dengan waterbath shaker jika ada endapan yang larut selama pengocokan maka
tambahkan sejumlah tertentu parasetamol sampai diperoleh endapan yang tidak larut,
saring dengan filter holder dan dimasukkan dalam gelas ukur 25,0 ml. Kemudian dipipet
1,0 larutan paracetamol dalam labu ukur 25,0 ml. Dimasukkan dalam labu ukur 50,0 ml di
adkan dengan aquadest sampai garis tanda. Ditentukan kadar parasetamol yang terlarut
dalam larutan menggunakan spekrtometer UV-Vis. Didapatkan data sebagai berikut :

Kadar Kadar X
No Pelarut Absorban Kelarutan
(ppm) pengenceran

1 Air + Paracetamol 0,231 3,6662 4582,75 ppm 1 : 218,21

2 Propilen glikol 5% 0,865 13,0727 16340,875 1 : 61,20

12
ppm

3 Propilen glikol 10% 1,094 16,4703 20587,88 1 : 48,57


ppm

4 Propilen glikol 15% 1,356 20,3576 25447 ppm 1 : 39,30

5 Tween 0,25% 0,430 6,6187 16340,875 1 : 120,87


ppm

6 Tween 0,5% 0,815 12,3309 15413,63 1 : 64,88


ppm ppm

Dari data diatas diperoleh hasil paracetamol memiliki kelarutan paling tinggi dalam pelarut
propilenglikol 15%. Hal ini sesuai dengan teoritis yang terdapat dalam Farmakope Indonesia
bahwa paracetamol larut dalam 70 bagian air larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian
etanol (95%) P, dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9 bagian
propilenglikol P, larut dalam larutan alkali hidroksida.

13
TUGAS

1. Apa yang dimaksud dengan kelarutan dan sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi
kelarutan?
Jawab : kelarutan adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu untuk dapat larut dalam
jumlah tertentu pelarut pada temperature tertentu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah suhu, sifat dari pelarut dan
terlarut, consolvensi (zat penambah kelarutan), tekanan, ukuran molekul, pH.
2. Hitunglah perkiraan kelarutan paracetamol dalam propilenglikol 5%,10%,15% bila
diketahui kelarutan paracetamol dalam air adalah 1:70 dan dalam propilenglikol
adalah 1:9
Jawab :
a) Propilenglicol 5% = 2,5 ml
Air = 47,5 ml
1𝑔 𝑥
Kelarutan dalam propilenglikol = =
9 𝑚𝑙 2,5 𝑚𝑙
x = 0,2778 g
1𝑔 𝑥
kelarutan paracetamol dalam air = 70𝑚𝑙 = 47,5 𝑚𝑙

x = 0,6786 g

Total = 0,2778 g + 0,6786 g = 0,9564 g


956,4 𝑔 20 19128 𝑚𝑔
ppm = 𝑥 = = 19128 𝑝𝑝𝑚
50𝑚𝑙 20 1000 𝑚𝑙

b) Propilenglikol 10% = 5 ml
Air = 45 ml
1𝑔 𝑥
Kelarutan dalam propilenglikol = 9 𝑚𝑙 = 5 𝑚𝑙
x = 0,5556 g
1𝑔 𝑥
kelarutan paracetamol dalam air = 70𝑚𝑙 = 45 𝑚𝑙

x = 0,6429 g

total = 0,5556 g + 0,6429 g = 1,1985 g


1198,5 𝑚𝑔 𝑔 20 23970 𝑚𝑔
ppm = 𝑥 = = 23970 𝑝𝑝𝑚
50𝑚𝑙 20 1000 𝑚𝑙

c) Propilenglikol 15% = 7,5 ml


Air = 42,5 ml
1𝑔 𝑥
Kelarutan dalam propilenglikol = 9 𝑚𝑙 = 7,5 𝑚𝑙
x = 0,8333 g
1𝑔 𝑥
kelarutan paracetamol dalam air = 70𝑚𝑙 = 42,5 𝑚𝑙

x = 0,6071 g

14
total = 0,8333 g + 0,6071 g = 1,4404 g
1440,4 𝑚𝑔 𝑔 20 28,808 𝑚𝑔
ppm = 𝑥 = = 28,808 𝑝𝑝𝑚
50𝑚𝑙 20 1000 𝑚𝑙

15
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Semakin tinggi konsentrasi propilenglikol maka paracetamol akan semakin mudah
larut

5.2 Saran
Kurangnya komunikasi yang baik antara praktikan

16
DAFTAR PUSTAKA
Martin, A., 1993, Physical Pharmacy, 4th ed., Lea & Febiger, Philadelphia, London, p.324-
361

Florence A.T., and Attwood D., 1998, Physicochemical Principles of Pharmacy, 3rd Ed.
The Macmilan Press Ltd

17

Anda mungkin juga menyukai