Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA FARMASI
PEMERIKSAAN GLUKOSA URINE TEST BENEDICT (SEMI
KWANTITATIF)

Disusun oleh :
Kelompok 8
Farmasi B

Yesica Tiara Sari 201710410311129


Devy Aprilia 201710410311168
Jihan Fahira Almas 201710410311211
Zaqina Erin Setya Fazri 201710410311213
Nur Adibah 201710410311238

FAKULAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena penulis
dapat menyelesaikan makalah dalam bentuk bundel ini dengan “Pemeriksaan Glukosa Urine
Test Benedict (Semi Kwantitatif)” dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun sesuai materi perkuliahan yang terdapat di praktikum Biokimia
Iyang telah dilaksanakan untuk memenuhi hasil praktikum Biokimia. Materi-materi penulis
juga mengambil dari berbagai sumber pustaka dan beberapa website dari internet. Dengan
demikian, para pelajar farmasi dapat memperluas wawasannya, memahami, dan
mengaplikasikan isi makalah ini dalam kefarmasian.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak dalam penyusunan makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat membantu mahasiswa farmasi maupun pembaca lain
dalam memahami praktikum Biokimia. Kritik dan saran yang membangun selalu Penulis
harapkan demi membentuk sebuah bacaan/makalah yang lebih baik lagi.

Malang, 20 Mei 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
I. TUJUAN PRAKTIKUM....................................................................................................1
II. DASAR TEORI..................................................................................................................1
III. PROSEDUR PRAKTIKUM...........................................................................................4
IV. CARA KERJA................................................................................................................5
V. HASIL PENGAMATAN.....................................................................................................6
VI. PEMBAHASAN.............................................................................................................7
VII. KESIMPULAN.............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................11
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Mengetahui prinsip pemeriksaan glukosa pada urine dengan test benedict.

II. DASAR TEORI

Adanya glukosa dalam urine dapat di nyatakan berdasarkan sifat glukosa yang
dapat mereduksi ion-ion logam tertentu dalam larutan alkali. Uji ini tidak spesifik
terhadap glukosa, tapi pada gula lain yang mempunyai sifat mereduksi dapat
memberikan hasil yang positif. Gugus aldehid atau keton bebas gula akan mereduksi
kuprioksida dalam pereaksi benedict menjadi kuprioksida yang berwarna. Dengan uji
ini dapat diperkirakan secara kasar (semikuantitatif) kadar gula dalam urine
(Wulandari, 2012).
Urine atau air seni adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang
kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin
diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh
ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa
spesies yang menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urin disaring di
dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar
tubuh melalui uretra. Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa
metabolisme, garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin
berasal dari darah atau cairan interstisial (Wulandari, 2012).
Urine dibentuk oleh ginjal dalam menjalankan sistem homeostatik. Sifat dan
susunan urin dipengaruhi oleh faktor fisiologis (misalkan masukan diet, berbagai proses
dalam tubuh, suhu, lingkungan, stress, mental, dan fisik) dan factor patologis (seperti
pada gangguan metabolisme misalnya diabetes mellitus dan penyakit ginjal). Oleh
karena itu pemeriksaan urine berguna untuk menunjang diagnosis suatu penyakit. Pada
penyakit tertentu, dalam urin dapat ditemukan zat-zat patologik antara lain glukosa,
protein dan zat keton (Yaner, 2011).
Pemeriksaan terhadap adanya glukosa dalam urin termasuk pemeriksaan
penyaring. Gula mempunyai gugus aldehid dan keton bebas mereduksi ion kupri dalam
suasana alkalis menjadi koprooksida yang tidak larut dan berwarna merah. Banyaknya
endapan merah yang terbentuk sesuai dengan kadar gula yang terdapat di urin. Analisa
urin itu penting, karena banyak penyakit dan gangguan metabolisme dapat diketahui
dari perubahan yang terjadi didalam urin. Zat yang dapat dikeluarka dalam keadaan
normal tidak terdapat adalah glukosa, aseton, albumin, darah dan nanah (Yaner, 2011).
Prinsip kerja dari uji benedict semi kuantitatif ini adalah pereaksi benedict yang
mengandung kuprisulfat dalam suasana basa akan tereduksi oleh gula yang mempunyai
gugus aldehid atau keton bebas (misal oleh glukosa). Dalam suasana Alkalis sakarida
akan membentuk enidid yang mudah teroksidasi. Semua monosakarida dan diskarida
kecuali Sukrosa dan trekalosa akan bereaksi positif bila dilakukan uji Benedict.
Larutan-larutan tembaga yang alkalis bila direduksi oleh karbohidrat yang mempunyai
gugus aldehid atau keton bebas akan memebentuk cupro oksida (Cu2O) yang berwarna
hijau merah orange atau merah bata dan adanya endapan merah bata pada dasar tabung
reaksi (Mawar, 2012).
Reagen benedict adalah reagen kimia yang biasanya digunakan untuk mendeteksi
adanya gula pereduksi, tapi bahan pereduksi lainnya juga dapat memberikan hasil
positif. Gula pereduksi mencakup monosakarida dan beberapa disakarida, termasuk
laktosa dan maltosa. Larutan benedict dapat digunakan untuk menguji adanya glukosa
dalam urine. Beberapa gula seperti glukosa disebut gula pereduksi karena mereka
mampu mentransfer hidrogen (elektron) ke senyawa lain, proses yang disebut reduksi.
Ketika gula pereduksi dicampur dengan reagen benedict dan dipanaskan maka akan
menyebabkan reagen benedict berubah warna. Warna ini bervariasi dari hijau sampai
merah bata, tergantung pada jumlah dan jenis gula. (Atmojo, Andi Tri. 2002).
Ketika reagen benedict dicampurkan dan dipanaskan dengan glukosa, dimana
glukosa memiliki elektron untuk diberikan, tembaga (salah satu kandungan di reagen
benedict) akan menerima elektron tersebut dan mengalami reduksi sehingga terjadilah
perubahan warna. Selama proses ini Cu2+ tereduksi menjadi Cu+. Ketika Cu mengalami
reduksi, glukosa memberikan salah satu elektronnya dan dioksidasi. Karena glukosa
mampu mereduksi Cu pada benedict, maka glukosa disebut sebagai gula pereduksi.
Prinsip Reaksi

R + Cu2+ → R + Gugus
Cu2O (s)
Pemeriksaan glukosa urine dengan test
reduksi atau menggunakan benedict ini
memanfaatkan sifat glukosa sebagai pereduksi. Zat yang paling sering digunakan.
Untuk menyatakan adanya reduksi adalah yang mengandung garam cupri. Reagen
terbaik yang mengandung garam cupri adalah larutan Benedict. (R. Gandasoebrata,
2008).
Normalnya glukosa tidak ada atau ada tapi dalam jumlah yang sangat kecil di
dalam urin. Ketika tingkat glukosa dalam darah in melebihi batasan gula ginjal (160-
180 mg/dl) maka glukosa mulai nampak dalam urin. Kehadiran glukosa dalam urin
(glucosuria) merupakan indikasi adanya penyakit diabetes mellitus. Jumlah urin
dihasilkan seseorang oleh jumlah air yang dimimun, syarat, ADH banyak garam yang
harus dikeluarkan di dalam tubuh agar tekanan osmotiknya stabil apada penderita
diabetes mellitus pengeluaran glukosa yang diikuti kenaikan volume urine (Mawar,
2012).
Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang
penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang
yang sehat. Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-
obatan dari dalam tubuh.Urin atau air seni adalah cairan yng diekskresikan oleh ginjal
yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Dari urin kita
bisa memantau penyakit melalui perubahan warnanya (Wulandari, 2012).
III. PROSEDUR PRAKTIKUM
A. ALAT
- Tabung reaksi
- Tabung Ukur
- Pipet Ukur
- Rak Tabung Reaksi
- Penjepit Tabung Reaksi
- Api Bunsen
- Korek Api

B. BAHAN
- 2,5 ml Pereaksi Benedict Kwalitatif
- Urine Normal dan Patologis( A = kadar gula <0,5 % dan B = kadar gula 2 % )
(Masing-masing 4 tetes)

- 2,5 ml Pereaksi Benedict Kwalitatif Urin normal

Kadar gula <0,5 % Kadar gula 2%


IV. CARA KERJA
Siapkan Urine Normal dan Urine Patologis yang
akan diperiksa beserta semua alat & bahan yang
diperlukan

Siapkan 3 tabung ukur lalu ukurlah pereaksi


benedict kualitatif sebanyak 2,5 ml

2,5 ml Pereaksi Benedict Kualitatif tersebut


dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi

Teteskan Urine Normal dan Urine Patologis


sebanyak 4 tetes kedalam tabung reaksi yang telah
berisi 2,5 ml Pereaksi Benedict Kualitatif

Nyalakan Waterbath

Didihkan Urine dan Pereaksi Benedict Kualitatif


yang telah dicampur tersebut diatas waterbath

Biarkan menjadi dingin perlahan-lahan

Lakukan penafsiran & catat hasil percobaan


V. HASIL PENGAMATAN

Sebelum dipanaskan

Setelah dipanaskan
VI. PEMBAHASAN

Pada praktikum ini dilakukan pemeriksaan kadar glukosa urine dengan


metode benedict menggunakan urin normal dan urin patogen. Uji benedict adalah
uji kimia untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat) pereduksi. Gula pereduksi
meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa dan
maltosa. Pada uji Benedict, pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus aldehid, kecuali
aldehid dalam gugus aromatik, dan alpha hidroksi keton. Sukrosa (gula pasir)
tidak terdeteksi oleh pereaksi Benedict. Sukrosa mengandung dua monosakrida
(fruktosa dang lukosa) yang terikat melalui ikatan glikosidic sedemikian rupa
sehingga tidak mengandung gugus aldehid bebas dan alpha hidroksi keton.
Sukrosa juga tidak bersifat pereduksi. Uji Benedict dapat dilakukan pada urine untuk
mengetahui kandungan glukosa. Urine yang mengandung glukosa dapat
menjadi tanda adanya penyakit diabetes. Sekali urine diketahui mengandung gula
pereduksi, test lebih jauh harus dilakukan untuk memastikan jenis gula
pereduksi apa yang terdapat dalam urine. Hanya glukosa yang mengindikasikan
penyakit diabetes.
Pada uji Benedict, pereaksi ini berupa larutan yang mengandung
kupri sulfat, natrium karbonat dan natrium sitrat. Glukosa dapat mereduksi ion
Cu++ dari kuprisulfat menjadi ion Cu yang kemudian mengendap sebagai
(Cu2O). Adanya natrium karbonat dan natrium sitrat membuat pereaksi benedict
bersifat basa lemah. Dalam suasana alkalis, sakarida akan membentuk
enedid yang mudah teroksidasi. Semua monosakarida dan disakarida kecuali
sukrosa dan trekalosa akan bereaksi positif bila dilakukan uji benedict.
Larutan tembaga yang alkalis bila direduksi oleh karbohidrat yang mempunyai
gugus aldehid atau keton bebas akan membentuk Cupro Oksida(Cu2O) yang
berwarna hijau, merah orange atau merah bata dan adanya endapan merah bata pada
dasar tabung reaksi. Pereaksiini akan bereaksi dengan gugus aldehid, kecuali aldehid
dalam gugus aromatik, dan alpha hidroksi keton. Oleh karena itu, meskipun
fruktosa bukanlah gula pereduksi, namun karena memiliki gugus alpha
hidroksi keton, maka fruktosa akan berubah menjadi glukosa dan mannosa dalam
suasana basa dan memberikan hasil positif dengan pereaksi benedict.
Dalam keadaan normal, urine sama sekali tidak mengandung glukosa. Hal
ini karena urine mempunyai fungsi yaitu untuk membuang zat-zat sisa
yang sudah tidak diperlukan dalam tubuh. Sedangkan pada dasarnya,
glukosa merupakan suatu zat yang masih diperlukan oleh tubuh sebagai sumber
energi. Hormon insulin merupakan suatu hormon yangdihasilkan oleh pankreas
yang bertanggung jawab dalam mempertahankan kadar gula darah normal. Insulin
memasukkan gula ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau
disimpan sebagai cadangan energi. Namun, pada orang-orang tertentu pankreas
mereka tidak dapat menghasilkan hormone insulin yang cukup atau bahkan
tidak menghasilkan hormone insulin sama sekali yang mengakibatkan kadar gula
darah naik. Kadar gula dalam darah yang berlebihan dalam tubuh akan mengganggu
tekanan osmotik darah. Untuk itu gula yang berlebihan itu harus dikeluarkan
bersama urine. Adanya glukosa dalam urin dapat dinyatakan berdasarkan sifat glukosa
yang dapat mereduksi ion-ion logam tertentu dalam larutan alkalis. Uji ini
tidak hanya spesifik terhadap glukosa, gula lain yang mempunyai sifat
mereduksi dapat juga memberikan hasil yang positif. Gugus aldehid atau
keton bebas gula akan mereduksi kuprooksida dalam pereaksi benedict menjadi
kuprooksida yang berwarna.
Pada praktikum ini Metode benedict yang pertama kali dilakukan
adalah menyiapkan tabung reaksi yang bersih dan kering sejumlah 3 buah.
Setelah itu dipipet2,5 ml reagen benedict lalu dimasukkan ke dalam masing-masing
tabung. Tambahkan pada tabung 1 (4 tetes) urine normal, tabung 2 (4 tetes) urin
patogen A dan tabung 3 (4 tetes) urin patogen B, lalu masing-masing tabung dikocok
hingga bercampur rata. Seluruh tabung kemudian dipanaskan diatas waterbath.
Pemanasan bertujuan untuk mempercepat jalannya reaksi antara logam Cu
dalam pereaksi benedict dengan glukosa dalam urin, kemudian didinginkan dengan
perlahan. Angkat tabung, biarkan dingin selama 5 menit. Hasilnya dapat dilihat
dengan 5 macam tanda.

Kategori Kadar

Biru -

Hijau < 0,5%

Kuning 0,5% - 1,0%


Jingga 1,0% -2,0%

Merah > 2,0%


Pada percobaan yang telah dilakukan, perubahan warna pertama kali
didapatkan dari tabung 3 yang mengandung urin patogen B dan pereaksi benedict.
Larutan berubah menjadi berwarna hijau pekat dengan endapan jingga. Hal ini
menandakan bahwa dalam larutan di tabung ke 3 urinnya mengandung glukosa
dengan kadar sekitar 2% atau lebih banyak. Kemudian, perubahan warna selanjutnya
terjadi pada tabung ke 2 yang mengandung urin patogen A dan pereaksi benedict.
Larutan berubah menjadi berwarna hijau. Hal ini menandakan bahwa dalam larutan di
tabung ke 2 urinnya mengandung glukosa lebih rendah daripada tabung 3 dengan
kadar kurang dari 0,5% . Tabung ke 1 yang mengandung urin normal dan pereaksi
benedict tidak menunjukkan perubahan warna atau tetap berwarna biru sampai
pemanasan selesai. Hal tersebut membuktikan bahwa urin benar benar normal dan
tidak mengandung glukosa.
VII. KESIMPULAN

Dari praktikum yang telah kami lakukan dapat disimpulkan bahwa prinsip
kerja dari uji benedict semi kuantitatif ini adalah pereaksi benedict yang mengandung
kuprisulfat dalam suasana basa akan tereduksi oleh gula yang mempunyai gugus
aldehid atau keton bebas (misalnya oleh glukosa). Kadar glukosa tabung 3 lebih
tinggi yaitu sekitar sekitar 1,0% -2,0% dibandingkan tabung 2 dengan kadar glukosa
<0,5%. Hal ini dapat dibuktikan setelah pemanasan tabung 3 memiliki warna hijau
pekat dengan endapan jingga sedangkan tabung 2 memiliki warna hijau. Pada tabung
1 Tabung 1 yang berisi urin normal tidak mengalami perubahan warna(tetap berwarna
biru) setelah dipanaskan,hal tersebut membuktikan bahwa urin benar benar normal
dan tidak mengandung glukosa.
DAFTAR PUSTAKA

Mawar. (2012). Laporan Uji Bennedict Semi Kuantitatif.


Wulandari, G. (2012). Analisis Urine.
Yaner, Y.Y. (2011). Pemeriksaan Glukosa Urine (Bennedict Semi Kuantitatif).
Gandasoebrata, R . 2008. Penuntun Laboratorium Klinik Edisi 5. Dian rakyat : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai