Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM 7

PEMERIKSAAN GLUKOSA URINE


TEST BENEDICT (SEMI KWANTITATIF)

KELOMPOK 3
FARMASI F

Disusun oleh :
Annisa Zaidira Shafa Ariadne (201710410311135)
Vita Maulidya Aristawaty (201810410311266)
Aisyah Bidarina Kartono (201810410311275)
*Ariqdhia Faisal Rafi (201810410311278)
*Annisa Firdaus Ramadhini (201810410311297)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia yang di berikan, sehingga laporan praktikum Biokimia yang berjudul Pemeriksaan
Glukosa Urine Test Benedict (Semi Kwantitatif) ini bisa terselesaikan dengan baik. Adapun
laporan ini kami susun sebagai bagian dari tugas praktikum Biokimia.

Laporan biokimia “Pemeriksaan Glukosa Urine Test Benedict (Semi Kwantitatif)” ini
telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga
dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Kami selaku penyusun menyadari bahwa laporan praktikum ini belumlah dikatakan
sempurna. Untuk itu, kami dengan sangat terbuka menerima kritik dan saran dari pembaca
sekalian. Semoga laporan praktikum ini bermanfaat untuk kita semua.

Malang, 12 Mei 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1 Tujuan Percobaan.............................................................................................................4
1.2 Prinsip Percobaan.............................................................................................................4
1.3 Dasar Teori.......................................................................................................................4
BAB II ALAT BAHAN DAN PROSEDUR.............................................................................7
2.1 Alat dan Bahan.................................................................................................................7
2.2 Prosedur Kerja..................................................................................................................7
BAB III HASIL PENGAMATAN.............................................................................................8
3.1 Hasil Pengamatan.............................................................................................................8
3.2 Pembahasan......................................................................................................................9
3.3 Pertanyaan Diskusi.........................................................................................................12
BAB IV PENUTUP.................................................................................................................13
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14
LAMPIRAN.............................................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


Mengetahui prinsip pemeriksaan glukosa pada urine dengan test benedict.

1.2 Prinsip Percobaan

Benedict adalah reagen yang berwarna biru jernih (karena mengandung kupri, Cu ++)
tetapi ketika dicampurkan lalu dipanaskan hingga mendidih dengan suatu substrat yang
mengandung glukosa di rantai kimianya, ion kupri akan direduksi menjadi Cu + atau kupro
lalu dioksidasi menjadi Cu2O. Hasil oksidasi ini akan menghasilkan substrat yang berwarna
orange-kecoklatan yang tidak bisa dilarutkan di air.

Ketika reagen benedict dicampurkan dan dipanaskan dengan glukosa, dimana


glukosa memiliki electron untuk diberikan, tembaga (salah satu kandungan di reagen
benedict) akan menerima electron tersebut dan mengalami reduksi sehingga terjadilah
perubahan warna Selama proses ini Cu2+ tereduksi menjadi Cu+. Ketika Cu mengalami
reduksi, glukosa memberikan salah satu elektronnya dan dioksidasi. Karena glukosa
mampu mereduksi Cu pada benedict, maka glukosa disebut sebagai gula pereduksi.

1.3 Dasar Teori


Adanya glukosa dalam urine dapat di nyatakan berdasarkan sifat glukosa yang dapat
mereduksi ion-ion logam tertentu dalam larutan alkali. Uji ini tidak spesifik terhadap
glukosa, tapi pada gula lain yang mempunyai sifat mereduksi dapat memberikan hasil yang
positif. Gugus aldehid atau keton bebas gula akan mereduksi kuprioksida dalam pereaksi
benedict menjadi kuprioksida yang berwarna. Dengan uji ini dapat diperkirakan secara
kasar (semikuantitatif) kadar gula dalam urine (Wulandari, 2012).
Urine atau air seni adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian
akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk
membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga
homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin
sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter
menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra. Urin terdiri dari air
dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme, garam terlarut, dan materi organik. Cairan
dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial (Wulandari, 2012).
Sistem urine terdiri dari ginjal, ureter, kantong kemih dan uretra dengan
menghasilkan urin yang membawa serta berbagai produk sisa metabolisme untuk dibuang.
Ginjal juga berfungsi dalam pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh dan
merupakan tempat pembuangan hormon renin dan eritropitin. Renin ikut berperan dalam
pengaturan tekanan darah dan eritropitin berperan dalam merangsang produksi sel darah
merah. Urin juga dihasilkan oleh ginjal berjalan melalui ureter ke kantung kemih melalui
uretra (Yaner, 2011).
Urine dibentuk oleh ginjal dalam menjalankan sistem homeostatik. Sifat dan susunan
urin dipengaruhi oleh faktor fisiologis (misalkan masukan diet, berbagai proses dalam
tubuh, suhu, lingkungan, stress, mental, dan fisik) dan factor patologis (seperti pada
gangguan metabolisme misalnya diabetes mellitus dan penyakit ginjal). Oleh karena itu
pemeriksaan urine berguna untuk menunjang diagnosis suatu penyakit. Pada penyakit
tertentu, dalam urin dapat ditemukan zat-zat patologik antara lain glukosa, protein dan zat
keton (Yaner, 2011).
Proses eksresi merupakan suatu proses pengeluaran zat-zat sisa yang tidak
dipergunakan lagi. Zat ini berbentuk cairan contohnya urin, keringat dan air. Fungsi utama
organ eksresi adalah menjaga konsentrasi ion (Na+, K+, Cl-, Ca++ dan H+), menjaga volume
cairan tubuh (kandungan air), menjga konsentrasi kandungan osmotik, membuang hasil
akhir metabolism (urea, asam urat) dan mengeluarkan substansi asing atau produk
metabolismnya (Yaner, 2011).
Pemeriksaan terhadap adanya glukosa dalam urin termasuk pemeriksaan penyaring.
Gula mempunyai gugus aldehid dan keton bebas mereduksi ion kupri dalam suasana alkalis
menjadi koprooksida yang tidak larut dan berwarna merah. Banyaknya endapan merah
yang terbentuk sesuai dengan kadar gula yang terdapat di urin. Analisa urin itu penting,
karena banyak penyakit dan gangguan metabolisme dapat diketahui dari perubahan yang
terjadi didalam urin. Zat yang dapat dikeluarka dalam keadaan normal tidak terdapat adalah
glukosa, aseton, albumin, darah dan nanah (Yaner, 2011).
Prinsip kerja dari uji benedict semi kuantitatif ini adalah pereaksi benedict yang
mengandung kuprisulfat dalam suasana basa akan tereduksi oleh gula yang mempunyai
gugus aldehid atau keton bebas (misal oleh glukosa). Dalam suasana Alkalis sakarida akan
membentuk enidid yang mudah teroksidasi. Semua monosakarida dan diskarida kecuali
Sukrosa dan trekalosa akan bereaksi positif bila dilakukan uji Benedict. Larutan-larutan
tembaga yang alkalis bila direduksi oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau
keton bebas akan memebentuk cupro oksida (Cu2O) yang berwarna hijau merah orange
atau merah bata dan adanya endapan merah bata pada dasar tabung reaksi (Mawar, 2012).
Normalnya glukosa tidak ada atau ada tapi dalam jumlah yang sangat kecil di dalam
urin. Ketika tingkat glukosa dalam darah in melebihi batasan gula ginjal (160-180 mg/dl)
maka glukosa mulai nampak dalam urin. Kehadiran glukosa dalam urin (glucosuria)
merupakan indikasi adanya penyakit diabetes mellitus. Jumlah urin dihasilkan seseorang
oleh jumlah air yang dimimun, syarat, ADH banyak garam yang harus dikeluarkan di
dalam tubuh agar tekanan osmotiknya stabil apada penderita diabetes mellitus pengeluaran
glukosa yang diikuti kenaikan volume urine (Mawar, 2012).
Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang
penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang
yang sehat. Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-
obatan dari dalam tubuh.Urin atau air seni adalah cairan yng diekskresikan oleh ginjal yang
kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Dari urin kita bisa
memantau penyakit melalui perubahan warnanya (Wulandari, 2012).
BAB II
ALAT BAHAN DAN PROSEDUR

2.1 Alat dan Bahan


 Alat
a) 5 tabung reaksi yang sudah diberi label A, B, C, D dan E
b) 1 rak tabung reaksi
c) Pipet ukur
d) Beaker glass
e) Penangas air
 Bahan 0
30
a) Urine normal dan urine patologis (masing-masing 12 ml)
b) 2,5 ml pereaksi benedict kwalitatif
b
2.2 Prosedur Kerja

Siapkan 5 tabung reaksi dengan diberi label A, B, C, D, dan E

Masukkan 12 ml urin normal pada tabung A, sedangkan tabung B, C, D, dan


E dimasukkan 12 ml urin patologis dengan kadar yang semakin meningkat
dari B hingga E

Masukkan pereaksi benedict 2,5 ml pada semua tabung A, B, C, D, dan E

Kocok ad homogen

Panaskan di atas penangas air

Biarkan dingin perlahan-lahan

Amati perubahan warna


BAB III
HASIL PENGAMATAN

3.1 Hasil Pengamatan

SAMPEL GAMBAR PERUBAHAN WARNA

Tabung A
(Urin Normal + Pereaksi biru kehijauan
Benedict)

Tabung B
(Urin Patologis + Pereaksi kuning pucat
Benedict)

Tabung C
warna kuning
(Urin Patologis + Pereaksi
sedikit pekat
Benedict)

Tabung D
kuning terang mendekati
(Urin Patologis + Pereaksi
Benedict) warna jingga
Tabung E
(Urin Patologis + Pereaksi warna jingga
Benedict)

3.2 Pembahasan
Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat)
pereduksi. Gula pereduksi meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida
seperti laktosa dan maltosa. Uji benedict dapat dilakukan pada urine untuk mengetahui
kandungan glukosa. Urine yang mengandung glukosa dapat menjadi tanda adanya penyakit
diabetes. Sekali urine diketahui mengandung gula pereduksi, test lebih jauh mesti
dilakukan untuk memastikan jenis gula pereduksi apa yang terdapat dalam urine. Hanya
glukosa yang mengindikasikan penyakit diabetes. Gula yang mempunyai gugus aldehid
atau keton bebas mereduksi ion kupri dalam suasana alkalis menjadi kuprooksida yang
tidak larut dan berwarna merah. Banyaknya endapan merah yang terbentuk sesuai dengan
kadar gula yang terdapat di dalam urin. Tujuan dari praktikum ini untuk melihat kandungan
glukosa pada urine normal dan urine patologis dengan melihat perubahan warna yang
terjadi. Warna yang terbentuk sesuai dengan kadar gula yang terdapat di dalam urin.
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui prinsip pemeriksaan glukosa pada urine
dengan metode test benedict. Pada praktikum kali ini digunakan uji benedict semi
kuantitatif yang artinya bukan sebagi acuan untuk mengetahui jumlah sesungguhnya
glukosa dalam urin. Bahan-bahan yang digunakan yakni urin normal pada tabung A dan
urin patologis pada tabung B, C, D dan E serta reagen benedict sebagai pereduksi tes ada
tidaknya glukosa dalam urine.
Urin atau air seni adalah produk sisa metabolisme hasil filtrasi plasma darah di
glomelurus ginjal. Setelah proses filtrasi, cairan akan melewati tubulus untuk dilakukan
penyerapan kembali ion-ion yang masih terlarut sehingga pada proses miksi yang
diekskresikan adalah berupa urin sesungguhnya. Ekskresi urin diperlukan untuk menjaga
homeostasis cairan tubuh. Dari 180 liter darah yang masuk ke ginjal, hanya 1-2 liter saja
yang dapat berupa urin (Tarwoto & Wartonah, 2010). Urin terdiri dari 95% air dan 5% zat
padat terutama ureum dan natrium klorida dengan pH sedikit asam ± 6,0 dan memiliki
berat jenis spesifik 1,010 – 1,030 (Wilson, 2003). Glukosa urin normal ialah nol. Tubuh
mempertahankan kadar glukosa dalam darah yang konstan, yaitu sekitar 80-100 mg/dl bagi
dewasa dan 80-90 mg/dl bagi anak.

Prinsip dari uji benedict yakni glukosa dalam urine akan akan memberikan elektron
untuk ditangkap oleh tembaga, kemudian mereduksi kuprisulfat (dalam benedict) menjadi
kuprosulfat yang akan menyebabkan salah satu elektronnya berpindah dan teroksidasi
sehingga terjadi perubahan warna. Hasil ini akan menghasilkan substrat yang berwarna
orange-kecoklatan yang tidak bisa dilarutkan di air.

Pertama-tama yang dilakukan adalah menyiapkan 5 buah tabung reaksi kemudian


memasukkan 12 ml sampel urine normal pada tabung A, 12 ml urine patologis dengan
kadar yang semakin meningkat ke dalam tabung B, C, D dan E. Selanjutnya tambahkan
masing-masing 2,5 ml pereaksi benedict ke dalam tabung reaksi yang berbeda tersebut.
Perlakuan berikut yang dilakukan adalah memanaskan kelima tabung tersebut di atas
penangas air. Adapun tujuan dari dilakukannya pemanasan tersebut adalah untuk
mempercepat reaksi antara logam Cu dalam pereaksi benedict dengan glukosa dalam urin.
Setelah pemanasan kelima tabung reaksi tersebut didiamkan sampai terbentuk perubahan
berwarna.

PERUBAHAN
SAMPEL GAMBAR PENILAIAN KADAR
WARNA

Tabung A
(Urin Normal + biru kehijauan + 0 / < 0,5%
Pereaksi Benedict)

Tabung B
(Urin Patologis + kuning pucat ++ 0,5%-1,0%
Pereaksi Benedict)
Tabung C
warna kuning
(Urin Patologis + ++ 0,5%-1,0%
sedikit pekat
Pereaksi Benedict)

Tabung D kuning terang


(Urin Patologis + mendekati warna ++ 0,5%-1,0%
Pereaksi Benedict) jingga

Tabung E
(Urin Patologis + warna jingga +++ 1,0%-2,0%
Pereaksi Benedict)

Hasil pengamatan yang diperoleh adalah untuk tabung A diperoleh warna biru
kehijauan, tabung B diperoleh warna kuning pucat, tabung C warna kuning sedikit pekat ,
tabung D warna kuning terang mendekati jingga dan tabung E diperoleh warna jingga.
Warna yang terbentuk pada dari masing-masing tabung reaksi dikarenakan kadar glukosa
dalam urine, dimana makin besar kadar glukosa maka semakin pekat warna yang terbentuk.
Namun jika tidak terbentuk warna orange atau merah menandakan bahwa kadar rendah
karena baru sedikit glukosa yang mereduksi kuprisulfat dan kemudian tertutup warnanya
dengan pereaksi benedict yang berwarna biru.
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh dari tiap tabung reaksi yaitu berupa
warna larutan maka dapat ditentukan kadar glukosa yang terkandung dalam larutan dari
masing-masing tabung dengan membaca table penafsiran. Dan berdasarkan table
penafsiran maka diperoleh kadar glukosa dari masing-masing larutan yaitu, untuk tabung A
urine normal mengandung kadar glukosa sekitar <0,5 %. Urine patologis yang berada pada
tabung B,C, D, dan E kadarnya semakin meningkat sehingga warna pengujian glukosa pada
urin pun berbeda. Pada tabung B dihasilkan warna kuning pucat yang bermakna memiliki
kadar kisaran 0,5-1,0%. Sedangkan di tabung C terdapat warna kuning yang agak lebih
pekat dari tabung B maka kadarnya tetap berkisar 0,5-1,0%. Tabung D diperoleh warna
kuning terang mendekati warna jingga lebih pekat dari tabung B dan C memberi makna
0,5-1,0% dan pada tabung E dihasilkan warna jingga yang memiliki kadar 1,0-2,0%.
Glukosa urin positif tidak selalu berarti diabetes melitus, walaupun memang
penyakit ini yang paling sering memberi hasil positif pada uji glukosa urin. Adapun
kemungkinan yang dapat terjadi adalah adanya penyakit ginjal (glomerulonefritis, nefritis
tubular, sindroma Fanconi), adanya penyakit hepar dan keracunan logam berat, atau adanya
faktor farmakologis (indometasin, isoniazid, asam nikotinat, diuretik tiazid, karbamazepin).
3.3 Pertanyaan Diskusi
1. Apakah praktikum kali ini bersifat kuantitatif? Jelaskan alasannya
Test benedict ini bersifat semi kuantitatif, sebab dalam mengambil sebuah
kesimpulan berdasarkan table penafsiran yang dilihat dari warna larutan setelah
dilakukan pemanasan. Dalam hal ini tidak dilakukan pengukuran dan perhitungan
dengan suatu parameter/alat yang sudah terstandarisasi. Test ini tidak dapat digunakan
sebagai acuan untuk menentukan glukosa dalam urine.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Prinsip kerja dari uji benedict semi kuantitatif ini adalah ketika pereaksi benedict
dicampurkan lalu dipanaskan hingga mendidih dengan suatu substrat yang mengandung
glukosa di rantai kimianya, ion kupri akan direduksi menjadi Cu + atau kupro lalu dioksidasi
menjadi Cu2O. Hasil oksidasi ini akan menghasilkan substrat yang berwarna orange-
kecoklatan. Kadar glukosa yang diperoleh dalam urine normal dengan menggunakan
pereaksi benedict secara semi kuantitatif adalah berkisar antara 0 - 0,5 % dan urine
patologis berkisar 0,5 % - 2 %.
DAFTAR PUSTAKA

Mawar. (2012). Laporan Uji Bennedict Semi Kuantitatif.


(http://www.mawarchemistry09.blogspot.com/2012/06/laporan-uji bennedict-semi-
kuantitatif.html) Diakses pada tanggal 12 Mei 2020
Wulandari, G. (2012). Analisis Urine.
(http://www.gianwulandari.wordpress.com/2012/04/21/analisis-urine/) Diakses pada tanggal 12
Mei 2020
Yaner, Y.Y. (2011). Pemeriksaan Glukosa Urine (Bennedict Semi Kuantitatif).
(http://www.yoriyovitayaner280106/2011/04/biokimia.html) Diakses pada tanggal 12 Mei 2020
http://repository.unimus.ac.id/1520/3/BAB%20II.pdf
Jurnal Analis Medika Bio Sains Vol.5, No.2, September , 2018 ISSN: 2656-2456 (Online)
ISSN: 2356-4075 (Print). PENGARUH KADAR GLUKOSA URINE METODE BENEDICT,
FEHLING DAN STICK SETELAH DITAMBAHKAN VITAMIN C DOSIS TINGGI/ 1000
mg
http://jambs.poltekkes-mataram.ac.id/index.php/home/article/view/118
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/ea8b0f3a4b780a66d9c9237bbea4db4c.
pdf
http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/9468/1/Fitri%20Dian%20Puspa%20Nadeak
%20-%20Fulltext.pdf
http://repository.unimus.ac.id/1520/5/BAB%20IV.pdf
LAMPIRAN

Sebelum dipanaskan di atas penangas air

Setelah dipanaskan di atas penangas air

Anda mungkin juga menyukai