KELOMPOK 3
FARMASI F
Disusun oleh :
Annisa Zaidira Shafa Ariadne (201710410311135)
Vita Maulidya Aristawaty (201810410311266)
Aisyah Bidarina Kartono (201810410311275)
*Ariqdhia Faisal Rafi (201810410311278)
*Annisa Firdaus Ramadhini (201810410311297)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia yang di berikan, sehingga laporan praktikum Biokimia yang berjudul Pemeriksaan
Glukosa Urine Test Benedict (Semi Kwantitatif) ini bisa terselesaikan dengan baik. Adapun
laporan ini kami susun sebagai bagian dari tugas praktikum Biokimia.
Laporan biokimia “Pemeriksaan Glukosa Urine Test Benedict (Semi Kwantitatif)” ini
telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga
dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Kami selaku penyusun menyadari bahwa laporan praktikum ini belumlah dikatakan
sempurna. Untuk itu, kami dengan sangat terbuka menerima kritik dan saran dari pembaca
sekalian. Semoga laporan praktikum ini bermanfaat untuk kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1 Tujuan Percobaan.............................................................................................................4
1.2 Prinsip Percobaan.............................................................................................................4
1.3 Dasar Teori.......................................................................................................................4
BAB II ALAT BAHAN DAN PROSEDUR.............................................................................7
2.1 Alat dan Bahan.................................................................................................................7
2.2 Prosedur Kerja..................................................................................................................7
BAB III HASIL PENGAMATAN.............................................................................................8
3.1 Hasil Pengamatan.............................................................................................................8
3.2 Pembahasan......................................................................................................................9
3.3 Pertanyaan Diskusi.........................................................................................................12
BAB IV PENUTUP.................................................................................................................13
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14
LAMPIRAN.............................................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
Benedict adalah reagen yang berwarna biru jernih (karena mengandung kupri, Cu ++)
tetapi ketika dicampurkan lalu dipanaskan hingga mendidih dengan suatu substrat yang
mengandung glukosa di rantai kimianya, ion kupri akan direduksi menjadi Cu + atau kupro
lalu dioksidasi menjadi Cu2O. Hasil oksidasi ini akan menghasilkan substrat yang berwarna
orange-kecoklatan yang tidak bisa dilarutkan di air.
Kocok ad homogen
Tabung A
(Urin Normal + Pereaksi biru kehijauan
Benedict)
Tabung B
(Urin Patologis + Pereaksi kuning pucat
Benedict)
Tabung C
warna kuning
(Urin Patologis + Pereaksi
sedikit pekat
Benedict)
Tabung D
kuning terang mendekati
(Urin Patologis + Pereaksi
Benedict) warna jingga
Tabung E
(Urin Patologis + Pereaksi warna jingga
Benedict)
3.2 Pembahasan
Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat)
pereduksi. Gula pereduksi meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida
seperti laktosa dan maltosa. Uji benedict dapat dilakukan pada urine untuk mengetahui
kandungan glukosa. Urine yang mengandung glukosa dapat menjadi tanda adanya penyakit
diabetes. Sekali urine diketahui mengandung gula pereduksi, test lebih jauh mesti
dilakukan untuk memastikan jenis gula pereduksi apa yang terdapat dalam urine. Hanya
glukosa yang mengindikasikan penyakit diabetes. Gula yang mempunyai gugus aldehid
atau keton bebas mereduksi ion kupri dalam suasana alkalis menjadi kuprooksida yang
tidak larut dan berwarna merah. Banyaknya endapan merah yang terbentuk sesuai dengan
kadar gula yang terdapat di dalam urin. Tujuan dari praktikum ini untuk melihat kandungan
glukosa pada urine normal dan urine patologis dengan melihat perubahan warna yang
terjadi. Warna yang terbentuk sesuai dengan kadar gula yang terdapat di dalam urin.
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui prinsip pemeriksaan glukosa pada urine
dengan metode test benedict. Pada praktikum kali ini digunakan uji benedict semi
kuantitatif yang artinya bukan sebagi acuan untuk mengetahui jumlah sesungguhnya
glukosa dalam urin. Bahan-bahan yang digunakan yakni urin normal pada tabung A dan
urin patologis pada tabung B, C, D dan E serta reagen benedict sebagai pereduksi tes ada
tidaknya glukosa dalam urine.
Urin atau air seni adalah produk sisa metabolisme hasil filtrasi plasma darah di
glomelurus ginjal. Setelah proses filtrasi, cairan akan melewati tubulus untuk dilakukan
penyerapan kembali ion-ion yang masih terlarut sehingga pada proses miksi yang
diekskresikan adalah berupa urin sesungguhnya. Ekskresi urin diperlukan untuk menjaga
homeostasis cairan tubuh. Dari 180 liter darah yang masuk ke ginjal, hanya 1-2 liter saja
yang dapat berupa urin (Tarwoto & Wartonah, 2010). Urin terdiri dari 95% air dan 5% zat
padat terutama ureum dan natrium klorida dengan pH sedikit asam ± 6,0 dan memiliki
berat jenis spesifik 1,010 – 1,030 (Wilson, 2003). Glukosa urin normal ialah nol. Tubuh
mempertahankan kadar glukosa dalam darah yang konstan, yaitu sekitar 80-100 mg/dl bagi
dewasa dan 80-90 mg/dl bagi anak.
Prinsip dari uji benedict yakni glukosa dalam urine akan akan memberikan elektron
untuk ditangkap oleh tembaga, kemudian mereduksi kuprisulfat (dalam benedict) menjadi
kuprosulfat yang akan menyebabkan salah satu elektronnya berpindah dan teroksidasi
sehingga terjadi perubahan warna. Hasil ini akan menghasilkan substrat yang berwarna
orange-kecoklatan yang tidak bisa dilarutkan di air.
PERUBAHAN
SAMPEL GAMBAR PENILAIAN KADAR
WARNA
Tabung A
(Urin Normal + biru kehijauan + 0 / < 0,5%
Pereaksi Benedict)
Tabung B
(Urin Patologis + kuning pucat ++ 0,5%-1,0%
Pereaksi Benedict)
Tabung C
warna kuning
(Urin Patologis + ++ 0,5%-1,0%
sedikit pekat
Pereaksi Benedict)
Tabung E
(Urin Patologis + warna jingga +++ 1,0%-2,0%
Pereaksi Benedict)
Hasil pengamatan yang diperoleh adalah untuk tabung A diperoleh warna biru
kehijauan, tabung B diperoleh warna kuning pucat, tabung C warna kuning sedikit pekat ,
tabung D warna kuning terang mendekati jingga dan tabung E diperoleh warna jingga.
Warna yang terbentuk pada dari masing-masing tabung reaksi dikarenakan kadar glukosa
dalam urine, dimana makin besar kadar glukosa maka semakin pekat warna yang terbentuk.
Namun jika tidak terbentuk warna orange atau merah menandakan bahwa kadar rendah
karena baru sedikit glukosa yang mereduksi kuprisulfat dan kemudian tertutup warnanya
dengan pereaksi benedict yang berwarna biru.
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh dari tiap tabung reaksi yaitu berupa
warna larutan maka dapat ditentukan kadar glukosa yang terkandung dalam larutan dari
masing-masing tabung dengan membaca table penafsiran. Dan berdasarkan table
penafsiran maka diperoleh kadar glukosa dari masing-masing larutan yaitu, untuk tabung A
urine normal mengandung kadar glukosa sekitar <0,5 %. Urine patologis yang berada pada
tabung B,C, D, dan E kadarnya semakin meningkat sehingga warna pengujian glukosa pada
urin pun berbeda. Pada tabung B dihasilkan warna kuning pucat yang bermakna memiliki
kadar kisaran 0,5-1,0%. Sedangkan di tabung C terdapat warna kuning yang agak lebih
pekat dari tabung B maka kadarnya tetap berkisar 0,5-1,0%. Tabung D diperoleh warna
kuning terang mendekati warna jingga lebih pekat dari tabung B dan C memberi makna
0,5-1,0% dan pada tabung E dihasilkan warna jingga yang memiliki kadar 1,0-2,0%.
Glukosa urin positif tidak selalu berarti diabetes melitus, walaupun memang
penyakit ini yang paling sering memberi hasil positif pada uji glukosa urin. Adapun
kemungkinan yang dapat terjadi adalah adanya penyakit ginjal (glomerulonefritis, nefritis
tubular, sindroma Fanconi), adanya penyakit hepar dan keracunan logam berat, atau adanya
faktor farmakologis (indometasin, isoniazid, asam nikotinat, diuretik tiazid, karbamazepin).
3.3 Pertanyaan Diskusi
1. Apakah praktikum kali ini bersifat kuantitatif? Jelaskan alasannya
Test benedict ini bersifat semi kuantitatif, sebab dalam mengambil sebuah
kesimpulan berdasarkan table penafsiran yang dilihat dari warna larutan setelah
dilakukan pemanasan. Dalam hal ini tidak dilakukan pengukuran dan perhitungan
dengan suatu parameter/alat yang sudah terstandarisasi. Test ini tidak dapat digunakan
sebagai acuan untuk menentukan glukosa dalam urine.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Prinsip kerja dari uji benedict semi kuantitatif ini adalah ketika pereaksi benedict
dicampurkan lalu dipanaskan hingga mendidih dengan suatu substrat yang mengandung
glukosa di rantai kimianya, ion kupri akan direduksi menjadi Cu + atau kupro lalu dioksidasi
menjadi Cu2O. Hasil oksidasi ini akan menghasilkan substrat yang berwarna orange-
kecoklatan. Kadar glukosa yang diperoleh dalam urine normal dengan menggunakan
pereaksi benedict secara semi kuantitatif adalah berkisar antara 0 - 0,5 % dan urine
patologis berkisar 0,5 % - 2 %.
DAFTAR PUSTAKA