I. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk menentukan kadar glukosa dalam
urine dengan pereaksi benedict secara semi kuantitatif.
II. Dasar Teori
Urine atau air seni adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang
kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin
diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring
oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga
beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktori.
Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih,
akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra. Urin terdiri dari air dengan bahan
terlarut berupa sisa metabolisme, garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan
materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial (Wulandari,
2012).
Sistem urine terdiri dari ginjal, ureter, kantong kemih dan uretra dengan
menghasilkan urin yang membawa serta berbagai produk sisa metabolisme untuk
dibuang. Ginjal juga berfungsi dalam pengaturan keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh dan merupakan tempat pembuangan hormon renin dan eritropitin.
Renin ikut berperan dalam pengaturan tekanan darah dan eritropitin berperan
dalam merangsang produksi sel darah merah. Urin juga dihasilkan oleh ginjal
berjalan melalui ureter ke kantung kemih melalui uretra (Yaner, 2011).
Proses eksresi merupakan suatu proses pengeluaran zat-zat sisa yang tidak
dipergunakan lagi. Zat ini berbentuk cairan contohnya urin, keringat dan air.
Fungsi utama organ eksresi adalah menjaga konsentrasi ion (Na+, K+, Cl-, Ca++ dan
H+), menjaga volume cairan tubuh (kandungan air), menjga konsentrasi
kandungan osmotik, membuang hasil akhir metabolism (urea, asam urat) dan
mengeluarkan substansi asing atau produk metabolismnya (Yaner, 2011).
Prinsip kerja dari uji benedict semi kuantitatif ini adalah pereaksi benedict
yang mengandung kuprisulfat dalam suasana basa akan tereduksi oleh gula yang
mempunyai gugus aldehid atau keton bebas (misal oleh glukosa). Dalam suasana
Alkalis sakarida akan membentuk enidid yang mudah teroksidasi. Semua
monosakarida dan diskarida kecuali Sukrosa dan trekalosa akan bereaksi positif
bila dilakukan uji Benedict. Larutan-larutan tembaga yang alkalis bila direduksi
oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas akan
memebentuk cupro oksida (Cu2O) yang berwarna hijau merah orange atau merah
bata dan adanya endapan merah bata pada dasar tabung reaksi (Mawar, 2012).
Normalnya glukosa tidak ada atau ada tapi dalam jumlah yang sangat kecil
di dalam urin. Ketika tingkat glukosa dalam darah in melebihi batasan gula ginjal
(160-180 mg/dl) maka glukosa mulai nampak dalam urin. Kehadiran glukosa
dalam urin (glucosuria) merupakan indikasi adanya penyakit diabetes mellitus.
Jumlah urin dihasilkan seseorang oleh jumlah air yang dimimun, syarat, ADH
banyak garam yang harus dikeluarkan di dalam tubuh agar tekanan osmotiknya
stabil apada penderita diabetes mellitus pengeluaran glukosa yang diikuti
kenaikan volume urine (Mawar, 2012).
Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin
seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan
dalam urin orang yang sehat. Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa
seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh.Urin atau air seni adalah cairan
yng diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh
melalui proses urinasi. Dari urin kita bisa memantau penyakit melalui perubahan
warnanya (Wulandari, 2012).
Analisa urine yang teratur meliputi test berikut: warna kejernihan, bau,
berat jenis dan adanya sustansi lain. Hal-hal yang mempengaruhi warna yaitu
keseimbangan cairan, makanan, obat-obatan dan penyakit. Jernih atau keruhnya
urine menunjukkan kadar air di dalam tubuh. Vitamin B dapat mengenbalikan
warna kuning cerah urine. Urine tidak normal memiliki bau yang sangat
menyengat. Berat jenis urine menunjukkan sejumlah substansi yang terkandung di
dalamnya. Makin tinggi berat jenis maka semakin banyak mater atau partikel yang
terkandung didalamnya. Protein dan gula biasanya tidak ditemukanan di dalam
urine. Glukosa dapat ditemukan pada urine jika terjadi kerusakab pada ginjal
(Wulandari, 2012).
III. Alat dan Bahan
a. Alat b. Bahan
1. Tabung reaksi 1. Urine wanita normal
2. Rak tabung reaksi 2. Urine laki-laki normal
3. Pipet tetes 3. Urin DM
4. Penangas listrik 4. Larutan glukosa 0,3%
5. Gelas kimia 500 mL 5. Larutan glukosa 1%
6. Penjepit tabung 6. Larutan glukosa 5%
7. Stopwatch 7. Pereaksi benedict
8. Aquades
IV. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan dalam percobaan ini adalah sebagai
berikut:
V. Hasil Pengamatan
Larutan/Pereaks Tabung
i 1 2 3 4 5 6
Benedict 2,5 Ml 2,5 mL 2,5 mL 2,5 mL 2,5 mL 2,5 mL
Urine Wanita 4 tetes 0 0 0 0 0
Urine Laki-laki 0 4 tetes 0 0 0 0
Glukosa 0,3% 0 0 4 tetes 0 0 0
Glukosa 1% 0 0 0 4 tetes 0 0
Glukosa 5% 0 0 0 0 4 tetes 0
Urine DM 0 0 0 0 0 4 tetes
Warna Biru Biru
Hijau Jingga Merah Merah
jernih jernih
Kadar 0 0 <0,5 1,0-2,0 >2,0 >2,0
Prinsip kerja dari uji benedict semi kuantitatif ini adalah pereaksi benedict
yang mengandung kuprisulfat dalam suasana basa akan tereduksi oleh gula yang
mempunyai gugus aldehid atau keton bebas (misal oleh glukosa). Dalam suasana
Alkalis sakarida akan membentuk enidid yang mudah teroksidasi. Semua
monosakarida dan diskarida kecuali Sukrosa dan trekalosa akan bereaksi positif
bila dilakukan uji Benedict. Larutan-larutan tembaga yang alkalis bila direduksi
oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas akan
memebentuk cupro oksida (Cu2O) yang berwarna hijau merah orange atau merah
bata dan adanya endapan merah bata pada dasar tabung reaksi (Mawar, 2012).
Pada percobaan ini urin yang digunakan adalah urin laki-laki, urin
perempuan dan urin diabetes malitus. Pertama-tama yang dilakukan adalah
menyiapkan 6 buah tabung reaksi kemudian memasukkan masing-masing 2,5 mL
perekasi benedict ke dalam masing-masing tabung tersebut. Pereaksi benedict
berfungsi sebagai pereaksi yang digunakan untuk menentukan kadar glukosa yang
terkandung dalam urine. Glukosa yang ada dalam urine ditandai dengan
berubahnya larutan menjadi merah bata setelah dipanaskan. Pereaksi bennedict
akan bereaksi dengan gugus aldehid pada glukosa, kecuali aldehid dalam gugus
aromatik dan alpha hidroksi keton. Oleh karena itu, meskipun fruktosa bukanlah
gula pereduksi, namun karena memiliki gugus alpha hidroksi keton, maka
fruktosa akan berubah menjadi glukosa dan mannosa dalam suasana basa dan
memberikan hasil positif dengan pereaksi benedict (Timbangnusa, 2013).
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh dari tiap tabung reaksi yaitu
berupa warna endapan maka dapat ditentukan kadar glukosa yang terkandung
dalam larutan dari masing-masing tabung maka diperoleh kadar glukosa dari
masing-masing larutan yaitu, untuk tabung I dan tabung II kadar glukosanya <0
%, untuk tabung III mangandung kadar glukosa sekitar <0,5%, untuk tabung IV
mengandung kadar glukosa sekitar 1,0-2,0%, sedangkan untuk tabung V dan VI
mengandung kadar glukosa sekitar >2,0%. Dari hasil pengamatan tersebut dapat
diketahui bahwa untuk sampel urin yang terdapat pada tabung I dan II tidak
mengandung glukosa, hal ini menunjukan bahwa urin tersebut termasuk dalam
urin normal. Dan untuk sampel urin yang terdapat pada tabung VI terdapat kadar
glukosa >2,0%. Hal ini menunjukkan bahwa sampel urin yang digunakan tidak
termasuk dalam urin normal karena telah mengandung glukosa yang banyak
(kandungan glukosanya tinggi). Sedangkan untuk hasil yang diperoleh untuk
tabung , III, IV dan V sesuai dengan kadar glukosa yang ditambahkan pada tabung
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA