Anda di halaman 1dari 12

PERCOBAAN V

UJI BENNEDICT SEMI KUANTITATIF

DI SUSUN OLEH:

NAMA : NURUL BADRIYAH

STAMBUK : A 251 15 009

KELAS : A

KELOMPOK : 4

ASISTEN : FIKRI RIFALDI M KAMBOSI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2018
PERCOBAAN V
UJI BENNEDICT SEMI KUANTITATIF

I. TUJUAN
Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan kadar glukosa dalam urin
dengan pereaksi benerdict secara semi kuantitatif.

II. DASAR TEORI


Urine atau air seni adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang
kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin
diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring
oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga
beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktori.
Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih,
akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra. Urin terdiri dari air dengan bahan
terlarut berupa sisa metabolisme, garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan
materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial (Wulandari,
2012).
Sistem urine terdiri dari ginjal, ureter, kantong kemih dan uretra dengan
menghasilkan urin yang membawa serta berbagai produk sisa metabolisme untuk
dibuang. Ginjal juga berfungsi dalam pengaturan keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh dan merupakan tempat pembuangan hormon renin dan eritropitin.
Renin ikut berperan dalam pengaturan tekanan darah dan eritropitin berperan
dalam merangsang produksi sel darah merah. Urin juga dihasilkan oleh ginjal
berjalan melalui ureter ke kantung kemih melalui uretra (Yaner, 2011).
Urine dibentuk oleh ginjal dalam menjalankan sistem homeostatik. Sifat dan
susunan urin dipengaruhi oleh faktor fisiologis (misalkan masukan diet, berbagai
proses dalam tubuh, suhu, lingkungan, stress, mental, dan fisik) dan factor
patologis (seperti pada gangguan metabolisme misalnya diabetes mellitus dan
penyakit ginjal). Oleh karena itu pemeriksaan urine berguna untuk menunjang
diagnosis suatu penyakit. Pada penyakit tertentu, dalam urin dapat ditemukan zat-
zat patologik antara lain glukosa, protein dan zat keton (Yaner, 2011).
Proses eksresi merupakan suatu proses pengeluaran zat-zat sisa yang tidak
dipergunakan lagi. Zat ini berbentuk cairan contohnya urin, keringat dan air.
Fungsi utama organ eksresi adalah menjaga konsentrasi ion (Na+, K+, Cl-, Ca+ dan
H+), menjaga volume cairan tubuh (kandungan air), menjga konsentrasi
kandungan osmotik, membuang hasil akhir metabolism (urea, asam urat) dan
mengeluarkan substansi asing atau produk metabolismnya (Yaner, 2011).
Pemeriksaan terhadap adanya glukosa dalam urin termasuk pemeriksaan
penyaring. Gula mempunyai gugus aldehid dan keton bebas mereduksi ion kupri
dalam suasana alkalis menjadi koprooksida yang tidak larut dan berwarna merah.
Banyaknya endapan merah yang terbentuk sesuai dengan kadar gula yang terdapat
di urin. Analisa urin itu penting, karena banyak penyakit dan gangguan
metabolisme dapat diketahui dari perubahan yang terjadi didalam urin. Zat yang
dapat dikeluarka dalam keadaan normal tidak terdapat adalah glukosa, aseton,
albumin, darah dan nanah (Yaner, 2011).
Normalnya glukosa tidak ada atau ada tapi dalam jumlah yang sangat kecil di
dalam urin. Ketika tingkat glukosa dalam darah in melebihi batasan gula ginjal
(160-180 mg/dl) maka glukosa mulai nampak dalam urin. Kehadiran glukosa
dalam urin (glucosuria) merupakan indikasi adanya penyakit diabetes mellitus.
Jumlah urin dihasilkan seseorang oleh jumlah air yang dimimun, syarat, ADH
banyak garam yang harus dikeluarkan di dalam tubuh agar tekanan osmotiknya
stabil apada penderita diabetes mellitus pengeluaran glukosa yang diikuti
kenaikan volume urine (Mawar, 2012).
III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat B. Bahan
1. Pipet tetes 1. Urin laki-laki
2. Penjepit tabung 2. Urin perempuan
3. Gelas kimia 500 ml 3. Urin diabetes
4. Tabung reaksi 4. Larutan glukosa 0,3%, 1%, 5%
5. Rak tabung reaksi 5. Pereaksi reagen benedict
6. Stopwatch
7. Kertas label
8. Tissue
IV. PROSEDUR KERJA
Prosedur kerja pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
a) Glukosa dalam urin
1) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2) Memberi label pada masing-masing tabung reaksi yang digunakan.
3) Memasukkan pereaksi reagen benedict sebanyak 5 ml pada masing-
masing tabung reaksi.
4) Menambahkan 4 tetes urin kedalam masing-masing tabung reaksi.
5) Kemudian memanaskan selama 5 menit.
6) Setelah itu, bandingkan urin tersebut dengan tabel warna urin.
7) Mencatat hasil pengamatan kedalam tabel hasil pengamatan.
b) Glukosa
1) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2) Memberi label pada masing-masing tabung reaksi yang akan digunakan
3) Memasukkan 5 ml reagen benedict pada masing-masing tabung reaksi.
4) Menambahkan 4 tetes glukosa 0,3% pada tabung 1, menambahkan 4 tetes
glukosa 1% pada tabung 2, dan menambahkan 4 tetes glukosa 5% pada
tabung 3.
5) Kemudian memanaskan selama 5 menit.
6) Setelah itu membandingan dengan tabel warna urin.
7) Mencatat hasil pengamatan kedalam tabel hasil pengamatan.
V. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan yang diperoleh pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
No PEREAKSI TABUNG
1 2 3 4 5 6
1 Benedict 2,5 ml 2,5 ml 2,5ml 2,5 ml 2,5 ml 2,5 ml
Urin pria 4 tetes 0 0 0 0 0
Urin perempuan 0 4 tetes 0 0 0 0
Larutan glukosa 0 0 4 tetes 0 0 0
0,3%
Larutan glukosa 1% 0 0 0 4 tetes 0 0
Larutan glukosa 5% 0 0 0 0 4 tetes 0
DM 0 0 0 0 0 4 tetes
2 warna biru Hijau biru Merah merah Hijau
kekuningan bata
kadar 0% <0,5% 0,5- 1% 2% 0,5%
1,0%
VI. PEMBAHASAN
Urine atau air seni adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang
kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin
diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring
oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga
beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktori.
Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih,
akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra. Urin terdiri dari air dengan bahan
terlarut berupa sisa metabolisme, garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan
materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial (Wulandari,
2012).
Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan kadar glukosa dalam urin
dengan pereaksi benerdict secara semi kuantitatif (Pembina mata kuliah biokimia
lanjut, 2018).
Prinsip dasar Uji Benedict adalah untuk membuktikan adanya gula pereduksi.
Gula pereduksi adalah gula yang mengalami reaksi hidrolisis dan bisa diurai
menjadi sedikitnya dua buah monosakarida. Karateristiknya tidak bisa larut atau
bereaksi secara langsung dengan Benedict, contohnya semua golongan
monosakarida, sedangkan gula non pereduksi struktur gulanya berbentuk siklik
yang berarti bahwa hemiasetal dan hemiketalnya tidak berada dalam
kesetimbangannya, contohnya fruktosa dan sukrosa. Dengan prinsip berdasarkan
reduksi Cu2+ menjadi Cu+ yang mengendap sebagai Cu2O berwarna merah bata.
Untuk menghindari pengendapan CuCO3 pada larutan natrium karbonat (reagen
Benedict), maka ditambahkan asam sitrat. Larutan tembaga alkalis dapat direduksi
oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau monoketon bebas, sehingga
sukrosa yang tidak mengandung aldehid atau keton bebas tidak dapat mereduksi
larutan Benedict (Yaner, 2011).
Prinsip kerja dari uji benedict semi kuantitatif ini adalah pereaksi benedict
yang mengandung kuprisulfat dalam suasana basa akan tereduksi oleh gula yang
mempunyai gugus aldehid atau keton bebas (misal oleh glukosa). Dalam suasana
Alkalis sakarida akan membentuk enidid yang mudah teroksidasi. Semua
monosakarida dan diskarida kecuali Sukrosa dan trekalosa akan bereaksi positif
bila dilakukan uji Benedict. Larutan-larutan tembaga yang alkalis bila direduksi
oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas akan
memebentuk cupro oksida (Cu2O) yang berwarna hijau merah orange atau merah
bata dan adanya endapan merah bata pada dasar tabung reaksi (Mawar, 2012).
Prosedur kerja pada percobaan ini terdapat 2 perlakuan yaitu sebagai berikut :
a) Glukosa dalam urin
Prosedur kerja yang dilakukan pada perlakuan ini adalah pertama-tama
memberi label pada masing-masing tabung reaksi. Kemudian memasukkan reagen
benedict sebanyak 5 ml kedalam masing-masing tabung reaksi. Lalu
menambahkan 4 tetes urin yang berbeda pada masing-masing tabung reaksi yang
digunakan. Pereaksi benedict berfungsi sebagai pereaksi yang digunakan untuk
menentukan kadar glukosa yang terkandung dalam urine. Glukosa yang ada dalam
urine ditandai dengan berubahnya larutan menjadi merah bata setelah dipanaskan.
Pereaksi bennedict akan bereaksi dengan gugus aldehid pada glukosa, kecuali
aldehid dalam gugus aromatik dan alpha hidroksi keton. Oleh karena itu,
meskipun fruktosa bukanlah gula pereduksi, namun karena memiliki gugus alpha
hidroksi keton, maka fruktosa akan berubah menjadi glukosa dan mannosa dalam
suasana basa dan memberikan hasil positif dengan pereaksi benedict
(Timbangnusa, 2013).
Hasil yang diperoleh dari perlakuan ini adalah saat proses pemanasan selama 5
menit yang diperoleh pada tabung urin perempuan yaitu larutan awalnya larutan
berwarna biru berubah menjadi larutan berwarna hijau kekuningan* dan
membandingkan urin tersebut dengan tabel warna urin sehingga diperoleh kadar
glukosa <0,5%, pada tabung urin laki-laki diperoleh adalah awalnya berwarna
biru berubah menjadi larutan berwarna biru jernih dan membandingkan urin
tersebut dengan tabel warna urin sehingga diperoleh kadar glukosa 0%, pada
tabung urin diabetes militus diperoleh adalah awalnya larutan berwarna biru
berubah menjadi larutan berwarna hijau kekuningan** dan membandingkan
dengan tabel urin sehingga diperoleh kadar glukosa 0,5-1,0%.
b) Glukosa
Prosedur kerja pada perlakuan ini yaitu pertama-tama memberi label pada
tabung reaksi. Kemudian memasukkan reagen benerdict sebanyak 5 ml kedalam
masing-masing tabung reaksi. Lalu menambahkan 4 tetes urin glukosa 0,3% pada
tabung 1, menambahkan 4 tetes urin glukosa 1% pada tabung 2, dan
menambahkan 4 tetes glukosa 5% pada tabung 3. Setelah itu dipanaskan selama 5
menit. Tujuan dilakukannya pemanasan tersebut adalah untuk mempercepat reaksi
antara logam Cu dalam pereaksi benedict dengan glukosa dalam urin. Terakhir,
membandingkan urin tersebut dengan tabel warna urin. Tujuan membandingkan
dengan tabel warna urin yaitu untuk menentukan kadar glukosa yang terkandung
didalam urin.
Hasil yang diperoleh dari perlakuan ini adalah setelah menambahkan 4 tetes
glukosa 0,3%, 1%, dan 5% pada masing-masing tabung reaksi hasil yang
diperoleh yaitu larutan berwarna biru. Warna biru yang merupakan warna khas Cu
yang terdapat dalam pereaksi benedict. Pereaksi benedict yang mengandung
kuprisulfat dalam suasana basa akan tereduksi oleh gula yang mempunyai gugus
aldehid atau keton bebas (misal oleh glukosa), yang dibuktikan dengan
terbentuknya kuprooksida berwarna merah. Lalu dilakukan proses pemanasana
selama 5 menit, hasil yang diperoleh yaitu larutan berwarna biru jernih. Setelah
itu, membandingkan urin tersebut dengan tabel warna urin sehingga diperoleh
pada masing-masing tabung reaksi kadar glukosa 0%.
Warna yang terbentuk dari masing-masing tabung reaksi dikarenakan
konsentrasi glukosa dalam larutan, dimana makin besar kadar glukosa maka
banyak endapan orange atau merah yang terbentuk. Namun jika tidak terbentuk
endapan orange atau merah menandakan bahwa konsentrasi rendah karena hanya
sedikit glukosa yang mereduksi kuprisulfat dan kemudian tertutup warnanya
dengan pereaksi benedict yang berwarna biru (Mawar, 2012).
Faktor – faktor yang mempengaruhi jumlah atau keadaan urine yaitu
diantaranya jumlah air yang diminum, keadaan sistem syaraf, hormon ADH,
banyaknya garam yang harus dikeluarkan dari darah agar tekanan menjadi
osmotic, pada penderita diabetes melitus pengeluaran glukosa diikuti kenaikan
volume urine (Wulandari, 2012).
Kadar glukosa akan meningkat seiringan dengan pencernaan dan penyerapan
glukosa dari makanan. Pada individu sehat dan normal, kadar tersebut tidak
melebihi sekitar 140 mg/dL, karena jaringan akan menyerap glukosa dari darah
dan menyimpannya untuk digunakan kemudian atau mengoksidasinya untuk
menghasilkan energi. Setelah makanan dicerna dan diserap, maka kadar glukosa
darah akan (Mawar, 2012).
Konsekuensi kelebihan atau kekurangan glukosa yang berbahaya dalam
keadaan normal dihindari karena tubuh mampu mengatur kadar glukosa darahnya.
Sewaktu konsentrasi glukosa darah mendekati rentang puasa normal yaitu 80-100
mg/dL atau sekitar 2 jam setelah makan, terjadi pengaktifan proses glikogenolisis
di hati. Glikogen hati merupakan sumber utama glukosa selama beberapa jam
pertama puasa. Kemudian glukoneogenesis suatu proses yang terjadi di hati
berasal dari jaringan lain. Otot yang teraktivasi dan sel darah merah menghasilkan
laktat melalui glikolisis, otot juga memberi asam amino melalui penguraian
protein dan terjadi pembebasan gliserol melalui mobilisasi simpanan triasilgliserol
di jaringan adipose (Mawar, 2012).
Uji bennedict ini pada dasarnya ditujukan untuk mendeteksi adanya glukosa,
asam homogentisat dan substansi reduktor lainnya (misalnya vitamin C) dalam
urin, sesuai dengan mekanisme reaksi yaitu reduksi tembaga sulfat. Glukosa urine
positif tidak selalu berarti diabetes mellitus (DM), walaupun memang penyakit ini
yang paling sering memberi hasil positif pada uji glukosa urine (Mawar, 2012).
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan tujuan percobaan dan hasil pengamatan, maka dapat
disimpulkan nahwa penentuan kadar glukosa dalam urin dapat dilakukan dengan
uji benedict secara semi kuantitatif. Prinsip kerja dari uji benedict semi kuantitatif
adalah pereaksi benerdict yang menggunakana kuprisulfat dalam suasana basa
akan tereduksi oleh gula yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas (missl
oleh glukosa). Dalam suasana alkalis sukarida akan memebentuk enidiol yang
mudah teroksidasi.
Dari uji benedict semi kuantitatif yang dilakukan, maka diperoleh:
- Urin perempuan mengandung glukosa sebanyak <5,0% (+)
- Urin lakilaki mengandung glukosa sebanyak 0%
- Urin diabetes militus mengandung glukosa sebanyak 0,5-1,0% (++).
DAFTAR PUSTAKA

Mawar. (2012). Laporan Uji Bennedict Semi Kuantitatif. [Online] Tersedia:


http://www.mawarchemistry09.blogspot.com/2012/06/laporan-
ujibennedict-semikuantitatif. html (18 mei 2018).
Pembina Mata Kuliah biokimia lanjut. (2018). Penuntun Praktikum Biokimia
Lanjut. Palu: Universitas Tadulako.
Timbangnusa, K. (2013). Uji Bennedict Semi Kuantitatif. [Online] Tersedia:
http://www.kerenitabio.blogspot.com/2013/06/uji-
bennedictsemikuantitatif.html (18 mei 2018).
Wulandari, G. (2012). Analisis Urine. [Online] Tersedia:
http://www.gianwulandari.wordpress.com/2012/04/21/analisis-urine/ (18
mei 2018).
Yaner, Y.Y. (2011). Pemeriksaan Glukosa Urine (Bennedict Semi Kuantitatif).
[Online] Tersedia:
http://www.yoriyovitayaner280106/2011/04/biokimia.html (18 mei
2018).

Anda mungkin juga menyukai