Anda di halaman 1dari 16

PEMERIKSAAN GLUKOSA URINE

TEST BENEDICT
(SEMI KUANTITATIF)
KELOMPOK 1 (KELAS E)
RIMBHA PUTRI LESTARI 201710410311114
AZRUL CHOLIS AZZAHABI 201710410311131
SHAFELIA NATA AJI KUSUMA 201710410311156
ARIFA KHARIMATUL FUAD 201710410311184
PUTRI ANASSTASYA WIDJANARKO 201610410311125
Tujuan

Mengetahui prinsip pemeriksaan glukosa


pada urine dengan test benedict.
Dasar Teori
Urine atau air seni adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk
membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga
homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin
sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter
menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra. Urin terdiri dari air
dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme, garam terlarut, dan materi organik. Cairan
dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial.
Urine dibentuk oleh ginjal dalam menjalankan sistem homeostatik. Sifat dan susunan urin
dipengaruhi oleh faktor fisiologis (misalkan masukan diet, berbagai proses dalam tubuh,
suhu, lingkungan, stress, mental, dan fisik) dan factor patologis (seperti pada gangguan
metabolisme misalnya diabetes mellitus dan penyakit ginjal). Oleh karena itu pemeriksaan
urine berguna untuk menunjang diagnosis suatu penyakit. Pada penyakit tertentu, dalam
urin dapat ditemukan zat-zat patologik antara lain glukosa, protein dan zat keton.
Pemeriksaan terhadap adanya glukosa dalam urin termasuk pemeriksaan

penyaring. Gula mempunyai gugus aldehid dan keton bebas mereduksi ion kupri

dalam suasana alkalis menjadi koprooksida yang tidak larut dan berwarna merah.

Banyaknya endapan merah yang terbentuk sesuai dengan kadar gula yang

terdapat di urin. Analisa urin itu penting, karena banyak penyakit dan gangguan

metabolisme dapat diketahui dari perubahan yang terjadi didalam urin. Zat yang

dapat dikeluarka dalam keadaan normal tidak terdapat adalah glukosa, aseton,

albumin, darah dan nanah.


Prinsip kerja dari uji benedict semi kuantitatif ini adalah pereaksi benedict yang mengandung kuprisulfat
dalam suasana basa akan tereduksi oleh gula yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas (misal
oleh glukosa). Dalam suasana Alkalis sakarida akan membentuk enidid yang mudah teroksidasi. Semua
monosakarida dan diskarida kecuali Sukrosa dan trekalosa akan bereaksi positif bila dilakukan uji
Benedict. Larutan-larutan tembaga yang alkalis bila direduksi oleh karbohidrat yang mempunyai gugus
aldehid atau keton bebas akan memebentuk cupro oksida (Cu2O) yang berwarna hijau merah orange
atau merah bata dan adanya endapan merah bata pada dasar tabung reaksi. Uji benedict adalah uji
kimia untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat) pereduksi. Gula pereduksi meliputi semua jenis
monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa dan maltosa. Uji benedict dapat dilakukan pada
urine untuk mengetahui kandungan glukosa. Urine yang mengandung glukosa dapat menjadi tanda
adanya penyakit diabetes mellitus. Sekali urine diketahui mengandung gula pereduksi, tes yang lebih
jauh mesti dilakukan untuk memastikan jenis gula pereduksi apa yang terdapat dalamurine. Hanya
glukosa yang mengindikasikan penyakit diabetes mellitus. Urine yang terlalu banyak mengandung
glukosa dapat menimbulkan penyakit diabetes mellitus. Penyakit diabetes mellitus (DM) yang juga
dikenal sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis
yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem
metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai
kebutuhan tubuh.
Alat

Penjepit kayu
Tabung reaksi Beakerglass

Gelas ukur Hotplate

Pipet
Rak tabung reaksi
Bahan

A. 2,5 ml pereaksi benedict kualitatif


B. Urine normal dan patologis
(masing-masing 4 tetes)
Prosedur kerja
Nyalakan hotplate
Didihkan urine dan pereaksi benedict
Siapkan urine yang akan diperiksa beserta kualitatif yang telah dicampur tersebut di
semua alat dan bahan yang diperlukan atas hotplate dengan menggunakan
1 4 bantuan beakerglass yang berisi air

Siapkan glass ukur lalu ukurlah


pereaksi benedict kualitatif sebanyak
2 2,5 ml, lalu dimasukan kedalam tabung 5 Biarkan menjadi dingin perlahan-lahan
reaksi

Teteskan urine sebanyak 4 tetes


kedalam tabung reaksi yang telah berisi
3 2,5 ml pereaksi benedict kualitatif 6 Lakukan pengamatan dan catat hasil
percobaan.
Gambar hasil

Gambar 1 : Sebelum dipanaskan


Gambar 2 : Sesudah dipanaskan
Gambar hasil

Gambar 3 : Urin Patologis Gambar 4 : Urin Patologis Gambar 5 : Urin Patologis Gambar 6 : urin Patologis
A B A (kelompok lain) B (kelompok lain)
Pembahasan

Praktikum kali ini memeriksa kadar glukosa dalam urin dengan uji Benedict secara semi
kuantitatif. Uji Benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat)
pereduksi. Gula pereduksi meliputi semua jenis monosakarida salah satunya adalah
glukosa. Sehingga uji Benedict dapat dilakukan pada urine untuk mengetahui kandungan
glukosa. Urine yang mengandung glukosa dapat menjadi tanda adanya penyakit
diabetes.
Pertama-tama yang dilakukan adalah menyiapkan 3 buah tabung reaksi kemudian
memasukkan masing-masing 2,5 ml perekasi benedict ke dalam tabung reaksi yang telah
disiapkan tersebut. Selanjutnya ditambahkan 4 tetes urin ke dalam tabung I yang berisi
urin normal, ditambahkan 4 tetes urin yang sudah ditambahkan larutan glukosa 0,5%
kedalam tabung II, lalu ditambahkan 4 tetes urin yang ditambahkan larutan glukosa 2%
ke dalam tabung III. Setelah semua bahan dimasukkan kedalam masing-masing tabung,
panaskan tabung reaksi tersebut sampai mendidih didalam beaker glass yang diletakkan
diatas hotplate, kemudian amati endapan yang terbentuk dan perubahan warna yang
terjadi.
Lanjutan

Adapun hasil pengamatan yang diperoleh adalah warna keempat larutan tersebut adalah pada
tabung I yang berisi urin normal, didapatkan warna biru atau dengan kata lain tidak terjadi
perubahan warna setelah dilakukan pemanasan. Hasil ini bisa didapatkan karena dalam urin
tidak terkandung glukosa, sehingga walaupun sudah dipanaskan, proses reduksi ion Cu++
yang terkandung dalam reagen Benedict tidak dapat terjadi dan mengakibatkan tidak adanya
perubahan warna.

Pada tabung II yang berisi urin patologis A, didapatkan perubahan warna menjadi hijau tosca.
Hasil ini bisa didapatkan karena didalam urin terkandung glukosa sekitar kurang dari 0,5%.
Glukosa yang terkandung didalam urin inilah yang menyebabkan terjadinya perubahan warna,
karena ketika dipanaskan glukosa memberikan elektronnya kepada ion Cu++ sehingga
tereduksi menjadi ion Cu+, lalu Cu+ dioksidasi menjadi Cu2O, hal inilah yang menyebabkan
perubahan warna pada larutan ini.
Lanjutan

Pada tabung III yang berisi urin patologis B, didapatkan perubahan warna dari biru menjadi
hijau setelah dipanaskan dan terdapat endapan berwarna merah bata di bagian bawah tabung
reaksi. Hasil ini bisa didapatkan karena didalam urin terkandung glukosa sekitar 2% Glukosa
yang terkandung didalam urin inilah yang menyebabkan terjadinya perubahan warna, karena
ketika dipanaskan glukosa memberikan elektronnya kepada ion Cu++ sehingga tereduksi
menjadi ion Cu+, lalu Cu+ dioksidasi menjadi Cu2O, hal inilah yang menyebabkan perubahan
warna pada larutan ini. Perubahan warna yang terjadi pada urin patologis B lebih pekat karena
konsentrasi kandungan glukosa didalamnya lebih tinggi dari urin patologis A.
Kesimpulan

2
4
3
Urin normal tidak mengandung
1 glukosa.
Kadar glukosa yang diperoleh
Kadar glukosa yang diperoleh dalam dalam urin patologis B dengan
urin patologis A dengan menggunakan menggunakan pereaksi
pereaksi benedict secara semi benedict secara semi
kuantitatif adalah sekitar <0,5%. kuantitatif adalah sekitar >2%.
Untuk menentukan kadar
glukosa dalam urin secara
semi kuantitatif dapat .
dilakukan Uji Benedict.
That’s all. Thank you! 
Any Questions?

Anda mungkin juga menyukai