Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN LENGKAP

PERCOBAAN V

UJI BENNEDICT SEMI KUANTITATIF

NAMA : APRIANTI TJAURA

STAMBUK : A251 16 196

KELAS :C

KELOMPOK : 4

ASISTEN : FITRIANI MANDASARI, S. Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2019
PERCOBAAN V
Uji Benedict Semi Kuantitatif
I. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk menentukan kadar glukosa dalam
berbagai sampel melalui Uji Benedict Semi Kuantitatif.
II. Dasar Teori
Adanya glukosa dalam urine dapat di nyatakan berdasarkan sifat glukosa
yang dapat mereduksi ion-ion logam tertentu dalam larutan alkali. Uji ini tidak
spesifik terhadap glukosa, tapi pada gula lain yang mempunyai sifat mereduksi
dapat memberikan hasil yang positif. Gugus aldehid atau keton bebas gula akan
mereduksi kuprioksida dalam pereaksi benedict menjadi kuprioksida yang
berwarna. Dengan uji ini dapat diperkirakan secara kasar (semikuantitatif) kadar
gula dalam urine (Wulandari, 2012).
Urine atau air seni adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang
kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi
urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang
disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada
juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana komunikasi
olfaktori. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung
kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra. Urin terdiri dari air dengan
bahan terlarut berupa sisa metabolisme, garam terlarut, dan materi organik.
Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial
(Wulandari, 2012).
Sistem urine terdiri dari ginjal, ureter, kantong kemih dan uretra dengan
menghasilkan urin yang membawa serta berbagai produk sisa metabolisme untuk
dibuang. Ginjal juga berfungsi dalam pengaturan keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh dan merupakan tempat pembuangan hormon renin dan
eritropitin. Renin ikut berperan dalam pengaturan tekanan darah dan eritropitin
berperan dalam merangsang produksi sel darah merah. Urin juga dihasilkan oleh
ginjal berjalan melalui ureter ke kantung kemih melalui uretra (Yaner, 2011).
Urine dibentuk oleh ginjal dalam menjalankan sistem homeostatik. Sifat
dan susunan urin dipengaruhi oleh faktor fisiologis (misalkan masukan diet,
berbagai proses dalam tubuh, suhu, lingkungan, stress, mental, dan fisik) dan
factor patologis (seperti pada gangguan metabolisme misalnya diabetes mellitus
dan penyakit ginjal). Oleh karena itu pemeriksaan urine berguna untuk
menunjang diagnosis suatu penyakit. Pada penyakit tertentu, dalam urin dapat
ditemukan zat-zat patologik antara lain glukosa, protein dan zat keton (Yaner,
2011).
Proses eksresi merupakan suatu proses pengeluaran zat-zat sisa yang tidak
dipergunakan lagi. Zat ini berbentuk cairan contohnya urin, keringat dan air.
Fungsi utama organ eksresi adalah menjaga konsentrasi ion (Na+, K+, Cl¬, Ca2+
dan H+), menjaga volume cairan tubuh (kandungan air), menjga konsentrasi
kandungan osmotik, membuang hasil akhir metabolism (urea, asam urat) dan
mengeluarkan substansi asing atau produk metabolismnya (Yaner, 2011).
Pemeriksaan terhadap adanya glukosa dalam urin termasuk pemeriksaan
penyaring. Gula mempunyai gugus aldehid dan keton bebas mereduksi ion kupri
dalam suasana alkalis menjadi koprooksida yang tidak larut dan berwarna merah.
Banyaknya endapan merah yang terbentuk sesuai dengan kadar gula yang
terdapat di urin. Analisa urin itu penting, karena banyak penyakit dan gangguan
metabolisme dapat diketahui dari perubahan yang terjadi didalam urin. Zat yang
dapat dikeluarka dalam keadaan normal tidak terdapat adalah glukosa, aseton,
albumin, darah dan nanah (Yaner, 2011).
Prinsip kerja dari uji benedict semi kuantitatif ini adalah pereaksi benedict
yang mengandung kuprisulfat dalam suasana basa akan tereduksi oleh gula yang
mempunyai gugus aldehid atau keton bebas (misal oleh glukosa). Dalam suasana
Alkalis sakarida akan membentuk enidid yang mudah teroksidasi. Semua
monosakarida dan diskarida kecuali Sukrosa dan trekalosa akan bereaksi positif
bila dilakukan uji Benedict. Larutan-larutan tembaga yang alkalis bila direduksi
oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas akan
memebentuk cupro oksida (Cu2O) yang berwarna hijau merah orange atau merah
bata dan adanya endapan merah bata pada dasar tabung reaksi (Mawar, 2012).
Normalnya glukosa tidak ada atau ada tapi dalam jumlah yang sangat kecil
di dalam urin. Ketika tingkat glukosa dalam darah in melebihi batasan gula ginjal
(160-180 mg/dl) maka glukosa mulai nampak dalam urin. Kehadiran glukosa
dalam urin (glucosuria) merupakan indikasi adanya penyakit diabetes mellitus.
Jumlah urin dihasilkan seseorang oleh jumlah air yang dimimun, syarat, ADH
banyak garam yang harus dikeluarkan di dalam tubuh agar tekanan osmotiknya
stabil apada penderita diabetes mellitus pengeluaran glukosa yang diikuti
kenaikan volume urine (Mawar, 2012).
Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin
seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan
dalam urin orang yang sehat. Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa
seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh.Urin atau air seni adalah cairan
yng diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh
melalui proses urinasi. Dari urin kita bisa memantau penyakit melalui perubahan
warnanya (Wulandari, 2012).
Analisa urine yang teratur meliputi test berikut: warna kejernihan, bau,
berat jenis dan adanya sustansi lain. Hal-hal yang mempengaruhi warna yaitu
keseimbangan cairan, makanan, obat-obatan dan penyakit. Jernih atau keruhnya
urine menunjukkan kadar air di dalam tubuh. Vitamin B dapat mengenbalikan
warna kuning cerah urine. Urine tidak normal memiliki bau yang sangat
menyengat. Berat jenis urine menunjukkan sejumlah substansi yang terkandung
di dalamnya. Makin tinggi berat jenis maka semakin banyak mater atau partikel
yang terkandung didalamnya. Protein dan gula biasanya tidak ditemukanan di
dalam urine. Glukosa dapat ditemukan pada urine jika terjadi kerusakab pada
ginjal (Wulandari, 2012).
III. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu :
A. Alat B. Bahan
1. Tabung reaksi 1. Pereaksi benedict
2. Gelas ukur 10 mL 2. Larutan Glukosa 0,3 %
3. Pipet tetes 3. Larutan Glukosa 1 %
4. Penangas listrik 4. Larutan Glukosa 5 %
5. Rak tabung reaksi 5. Urine normal laki-laki
6. Penjepit tabung reaksi 6. Urine normal perempuan
7. Tissue 7. Urine penderita diabetes
8. Gelas kimia 500 mL 8. Aquades
9. Kawat kasa
10. Kertas label
IV. Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan ini yaitu
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada percobaan
2. Memasukkan masing-masing 2,5 mL pereaksi bennedict ke dalam 6 buah
tabung reaksi.
3. Menambahkan 4 tetes larutan glukosa 0.3% ke dalam tabung I, larutan
glukosa 1% ke dalam tabung II, larutan glukosa 5% ke dalam tabung III,
urine perempuan ke dalam tabung IV, urine laki-laki ke dalam tabung V
dan urine penyakit diabetes ke dalam tabung VI.
4. Mengocok masing-masing tabung selama beberapa detik.
5. Memanaskan tiap tabung menggunakan penangas listrik selama ± 10 menit,
kemudian mendinginkannya.
6. Mengamati warna endapan yang terbentuk pada tiap tabung.
7. Mencatat hasil pengamatan pada tabel hasil pengamatan
V. Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan yang diperoleh pada percobaan ini yaitu:
No. Perlakuan Hasil
1. Tabung 1
 2,5 mL pereaksi Benedict + 4 tetes  Biru
glukosa 0,3%
 dipanaskan  Merah
 didinginkan  Merah (++++)
 kadar  >2,0 %
2. Tabung 2
 2,5 mL pereaksi Benedict + 4 tetes  Biru
glukosa 1 %
 dipanaskan  Merah
 didinginkan  Merah (++++)
 kadar  > 2,0 %
tabung 3
3.
 2,5 mL pereaksi Benedict + 4 tetes  Biru
glukosa 5 %
 dipanaskan  Merah
 didinginkan  Merah (++++)
 kadar  > 2,0 %
tabung 4
4.
 2,5 mL pereaksi Benedict + 4 tetes  Biru
urine perempuan
 dipanaskan  Biru
 didinginkan  Kuning hijauan (+)
 kadar  < 0,5 %
5. tabung 5
 2,5 mL pereaksi Benedict + 4 tetes  Biru
urine laki-laki
 dipanaskan  Biru
 didinginkan  Kuning hijauan (+)
 kadar  < 0,5 %
6. tabung 6
 2,5 mL pereaksi Benedict + 4 tetes  Biru
urine penderita diabetes
 dipanaskan  Biru
 didinginkan  Kuning kehijauan (++)
 0,5-1,0 %
 kadar
VI. Pembahasan
Adanya glukosa dalam urine dapat di nyatakan berdasarkan sifat glukosa
yang dapat mereduksi ion-ion logam tertentu dalam larutan alkali. Uji ini tidak
spesifik terhadap glukosa, tapi pada gula lain yang mempunyai sifat mereduksi
dapat memberikan hasil yang positif. Gugus aldehid atau keton bebas gula akan
mereduksi kuprioksida dalam pereaksi benedict menjadi kuprioksida yang
berwarna. Dengan uji ini dapat diperkirakan secara kasar (semikuantitatif)
kadar gula dalam urine (Wulandari, 2012).
Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk menentukan kadar glukosa dalam
berbagai sampel melalui Uji Benedict Semi Kuantitatif. (Penuntun Praktikum
Biokimia Lanjut, 2019).
Prinsip kerja dari uji benedict semi kuantitatif ini adalah pereaksi benedict
yang mengandung kuprisulfat dalam suasana basa akan tereduksi oleh gula
yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas (misal oleh glukosa). Dalam
suasana Alkalis sakarida akan membentuk enidid yang mudah teroksidasi.
Semua monosakarida dan disakarida kecuali Sukrosa dan trekalosa akan
bereaksi positif bila dilakukan uji Benedict. Larutan-larutan tembaga yang
alkalis bila direduksi oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau
keton bebas akan memebentuk cupro oksida (Cu2O) yang berwarna hijau merah
orange atau merah bata dan adanya endapan merah bata pada dasar tabung
reaksi (Mawar, 2012).
Perlakuan pertama yaitu menyiapkan 6 buah tabung reaksi yang masing-
masing dimasukkan pereaksi bennedict sebanyak 2,5 mL. Kemudian, pada
tabung 1 ditambahkan larutan glukosa 0.3% sebanyak 4 tetes, tabung 2 larutan
glukosa 1%, tabung 3 larutan glukosa 5%, tabung 4 urine perempuan, tabung 5
urine laki-laki dan tabung 6 urine penyakit diabetes juga sebanyak 4 tetes.
Urine atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh
ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi.
Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah
yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh
(Wulandari, 2012).
Pereaksi bennedict berfungsi sebagai pereaksi yang digunakan untuk
menentukan kadar glukosa yang terkandung dalam urine. Glukosa yang ada
dalam urine ditandai dengan berubahnya larutan menjadi merah bata setelah
dipanaskan. Pereaksi bennedict akan bereaksi dengan gugus aldehid pada
glukosa, kecuali aldehid dalam gugus aromatik dan alpha hidroksi keton. Oleh
karena itu, meskipun fruktosa bukanlah gula pereduksi, namun karena memiliki
gugus alpha hidroksi keton, maka fruktosa akan berubah menjadi glukosa dan
mannosa dalam suasana basa dan memberikan hasil positif dengan pereaksi
benedict. Selanjutnya tabung yang berisi larutan tersebut dikocok selama
beberapa detik, fungsi pengocokan adalah agar larutan tersebut bercampur dan
dipanaskan menggunakan penangas listrik selama ± 10 menit. Proses
pemanasan ini bertujuan untuk mempercepat reaksi antara logam Cu dalam
pereaksi bennedict dengan glukosa yang terkandung pada masing-masing
tabung reaksi. Adapun hasil yang diperoleh yaitu untuk tabung 1 larutan
berwarna merah (++++) tanpa adanya endapan dengan kadar glukosanya yaitu
>2,0%. Untuk tabung 2 yaitu warna merah (++++) tanpa adanya endapan
dengan kadar glukosanya >2,0%. Untuk tabung 3 berwarna merah (+++)
dengan kadar glukosa yaitu >2,0%. Untuk tabung 4 yaitu warna kuning hijauan
(+) dengan kadar glukosa yaitu <0,5%. Untuk tabung 5 membentuk warna
kuning hijauan dengan kadar <0,5%. Sedangkan untuk tabung 6 yaitu warna
kuning kehijauan (++) dengan kadar glukosanya yaitu 0,5-1,0% (Wulandari,
2012).
Terbentuknya warna-warna endapan tersebut sesuai dengan konsentrasi
glukosa yang terkandung di dalam larutan. Dimana, semakin besar kadar
glukosa maka semakin banyak pula endapan yang terbentuk. Hal ini juga
disebabkan karena konsentrasi glukosa yang semakin tinggi sehingga
menyebabkan banyak glukosa yang mereduksi kuprioksida sehingga bereaksi
positif dengan pereaksi bennedict sehingga menyebabkan banyak terbentuk
endapan. Gula yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas mereduksi ion
kupri dalam suasana alkalis menjadi kuprooksida yang tidak larut dan berwarna
merah. Banyaknya endapan merah yang terbentuk sesuai dengan kadar gula
yang terdapat di dalam urine. Komposisi urine berubah sepanjang proses
reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap
kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa
mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih
atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung
di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Sehingga dari hasil
pengamatan tersebut, dapat diketahui bahwa kadar glukosa terbanyak terdapat
pada tabung 1, 2 dan 3 (Yaner, 2011).
Kadar glukosa akan meningkat seiringan dengan pencernaan dan
penyerapan glukosa dari makanan. Pada individu sehat dan normal, kadar
tersebut tidak melebihi sekitar 140 mg/dL, karena jaringan akan menyerap
glukosa dari darah dan menyimpannya untuk digunakan kemudian atau
mengoksidasinya untuk menghasilkan energi. Konsekuensi kelebihan atau
kekurangan glukosa yang berbahaya dalam keadaan normal dihindari karena
tubuh mampu mengatur kadar glukosa darahnya. Sewaktu konsentrasi glukosa
darah mendekati rentang puasa normal yaitu 80-100 mg/dL atau sekitar 2 jam
setelah makan, terjadi pengaktifan proses glikogenolisis di hati. Glikogen hati
merupakan sumber utama glukosa selama beberapa jam pertama puasa.
Kemudian glukoneogenesis suatu proses yang terjadi di hati berasal dari
jaringan lain. Otot yang teraktivasi dan sel darah merah menghasilkan laktat
melalui glikolisis, otot juga memberi asam amino melalui penguraian protein
dan terjadi pembebasan gliserol melalui mobilisasi simpanan triasilgliserol di
jaringan adipose (Mawar, 2012).
Uji bennedict ini pada dasarnya ditujukan untuk mendeteksi adanya
glukosa, asam homogentisat dan substansi reduktor lainnya (misalnya vitamin
C) dalam urin, sesuai dengan mekanisme reaksi yaitu reduksi tembaga sulfat.
Glukosa urine positif tidak selalu berarti diabetes mellitus (DM), walaupun
memang penyakit ini yang paling sering memberi hasil positif pada uji
glukosa urine. DM (diabetes mellitus) merupakan salah satu penyakit kronis
yang memerlukan penatalaksanaan jangka panjang. DM merupakan penyakit
yang menular, dimana gejala penderitanya yaitu gatal-gatal atau bisul,
gangguan ereksi, keputihan, pusing dan berkurangnya ketahanan tubuh serta
kadar glukosa penderita penyakit DM biasanya berkisar antara 1,0-2,0 atau
bisa lebih sesuai dengan kadar glukosa pada masing-masing penderita
(Rifana, 2014).
VII. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang ada, dapat disimpulkan bahwa kadar
glukosa dari beberapa sampel urine dengan menggunakan pereaksi benedict
secara semi kuantitatif yaitu:
1. Glukosa 0.3% kadarnya >2.0%
2. Glukosa 1% kadarnya >2.0%
3. Glukosa 5% kadarnya >2.0%
4. Urin perempuan kadarnya <0.5%
5. Urine laki-laki kadarnya <0.5%
6. Urine penderita diabetes kadarnya 0.5-1.0%
DAFTAR PUSTAKA

Mawar. (2012). Laporan Uji Bennedict Semi Kuantitatif.


(http://www.mawarchemistry09.blogspot.com/2012/06/laporan-ujibennedict-
semi-kuantitatif.html). Diakses pada tanggal 15 April 2019
Riawan, S. (1990). Kimia Organik. Jakarta: Aksara
Rifana. (2014). Uji Glukosa Urine dengan Pereaksi Benedict. (http://smart-
fresh.blogspot.com/2012/06/tes-glukosa-urine-fehling-benedict.html). Diakses
pada tanggal 15 April 2019
Staf Pengajar Biokimia Lanjut. (2019). Penuntun Praktikum Biokimia Lanjut.
Palu: UNTAD
Timbangnusa, K. (2013). Uji Bennedict Semi Kuantitatif. (http://www.kerenita-
bio.blogspot.com/2013/06/uji-bennedict-semi-kuantitatif.html)
Diakses pada tanggal 15 April 2019
Wulandari, G. (2012). Analisis Urine.
(http://www.gianwulandari.wordpress.com/2012/04/21/analisis-urine/)
Diakses pada tanggal 15 April 2019
Yaner, Y.Y. (2011). Pemeriksaan Glukosa Urine (Bennedict Semi Kuantitatif).
(http://www.yoriyovitayaner280106/2011/04/biokimia.html) Diakses pada
tanggal 15 April 2019

Anda mungkin juga menyukai