Anda di halaman 1dari 11

Model Pembelajaran Konsep: Concept attainment, Ekspositori

Model pembelajaran konsep menekankan pada proses


pengembangan keterampilan berpikir siswa. Model pembelajaran
konsep dapat ditingkatkan dengan menggunakan salah satu alternatif
model pembelajaran Concept Attainment dimana model ini dirancang
untuk menata atau menyusun data sehingga konsep-konsep penting
dapat dipelajari secara tepat dan efisien. Model pembelajaran ini
memiliki pandangan bahwa para siswa tidak hanya dituntut untuk
mampu membentuk konsep melalui proses mengklafikasi data akan
tetapi mereka juga dapat membentuk susunan konsep dengan
kemampuannya sendiri. Pada prinsipnya, model pembelajaran Concept
Attainment adalah suatu strategi mengajar yang menggunakan data
untuk mengajarkan konsep kepada siswa, dimana guru mengawali
pengajaran dengan cara menyajikan data atau contoh, kemudian guru
meminta kepada siswa untuk mengamati data atau contoh tersebut.
Model pembelajaran konsep memiliki hubungan yang erat dengan
model pembelajaran ekspositori dimana model pembelajaran ini, guru
memberikan penjelasan kepada siswa tentang fakta data atau informasi
yang penting, dan guru berperan aktif didalamnya.

Kata kunci : model pembelajaran, pembelajaran konsep, Concept


Attainment, ekspositori.

PEMBAHASAN
Definisi Model Pembelajaran Secara Umum
Pengertian model pembelajaran secara umum adalah suatu cara atau teknik
penyajian sistematis yang digunakan oleh guru dalam mengorganisasikan
pengalaman proses pembelajaran agar tercapai tujuan dari sebuah pembelajaran.
Definisi model pembelajaran yang lebih singkat merupakan suatu pendekatan
yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran bisa juga
diartikan sebagai seluruh rangkaian penyajian materi yang meliputi segala aspek
sebelum, sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala
fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam
proses belajar mengajar.

Pengertian Model Pembelajaran Menurut Para Ahli


Berikut merupakan penjelasan mengenai pengertian model pembelajaran menurut
pendapat para ahli selengkapnya.
1. Menurut Dahlan
Pengertian model pembelajaran adalah rencana atau pola yang digunakan dalam
menyusun kurikulum, mengatur materi pengajaran dan memberi petunjuk pada
pengajar di kelas dalam setting pengajaran atau setting lainnya.
Tiap model mengajar yang dipilih haruslah mengungkapkan berbagai realitas
yang sesuai dengan situasi kelas dan macam pandangan hidup, yang dihasilkan
dari kerjasama guru dan murid.
2. Menurut Joyce
Joyce berpendapat bahwa setiap model mengarahkan kita dalam merancang
pembelajaran untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.
3. Menurut Trianto
Model pembelajaran merupakan pendekatan yang luas dan menyeluruh serta dapat
diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajarannya, sintaks (pola urutannya),
dan sifat lingkungan belajarnya.
Ciri-Ciri Model Pembelajaran
Berikut merupakan beberapa ciri-ciri dan karakteristik model pembelajaran secara
umum dan lengkap.
 Rasional teoritik yang logis yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangnya.
 Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar.
 Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil.
 Lingkungan belajar yang duperlukan agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai.
Demikianlah pengertian model pembelajaran menurut para ahli beserta arti dan
definisinya secara umum. Dijelaskan juga apa saja ciri-ciri model pembelajaran.
Semoga bisa menjadi referensi dan menambah wawasan dalam memahami
definisi model pembelajaran yang benar.
Model Pembelajaran Konsep
Model pembelajaran konsep dikembangkan oleh Bruner (Joyce, 2010:32).
Bruner, Goodnow, dan Austin (1967) dalam Joyce (2010:125) menyatakan bahwa
pembelajaran konsep merupakan proses menvariasi dan mendaftar sifat-sifat yang
dapat digunakan untuk membedakan contoh-contoh yang tepat dengan contoh
yang tidak tepat dari berbagai kategori.
Model pembelajaran konsep ini didesain untuk menganalisis konsep,
mengembangkan konsep, pengajaran konsep dan untuk menolong siswa menjadi
lebih efektif dalam mempelajari konsep-konsep. Model pembelajaran konsep
merupakan metode yang efisien untuk mempresentasikan informasi yang telah
terorganisir dari suatu topik yang luas menjadi topik yang lebih mudah dipahami
untuk setiap stadium perkembangan konsep. Model pembelajaran konsep ini
dapat memberikan suatu cara menyampaikan konsep dan mengklarifikasi konsep-
konsep serta melatih siswa menjadi lebih efektif pada pengembangan konsep.
Joyce (2010:128) mengatakan bahwa pengajaran konsep menyediakan
kemungkinan–kemungkinan untuk menganalisis proses-proses berpikir siswa dan
membantu mereka mengembangkan strategi-strategi yang lebih efektif. Dari
pernyataan Joyce tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran pencapaian
konsep menekankan pada proses mengembangkan keterampilan berpikir siswa.

Concept Attaintment

Concept Attainment adalah model pembelajaran yang dirancang untuk menata


atau menyusun data sehingga konsep-konsep penting dapat dipelajari secara tepat
dan efisien. Model pembelajaran ini memiliki pandangan bahwa para siswa tidak
hanya dituntut untuk mampu membentuk konsep melalui proses mengklafikasi
data akan tetapi mereka juga dapat membentuk susunan konsep dengan
kemampuannya sendiri. Menurut Dadang (2015 :213), Pembentukan konsep, yang
dasarnya dari model induktif yang telah dideskripsikan sebelumnya, merupakan
proses yang mengharuskan siswa menentukan pondasi dasar saat mereka akan
melakukan kategorisasi, maka pencapaian konsep mengharuskan mereka
menggambarkan sifat-sifat dari suatu kategori yang sudah terbentuk dalam pikiran
orang lain dengan cara membandingkan dan membedakan contoh (disebut
exemplars/contoh positif) yang berisi karateristik-karateristik itu dengan contoh-
contoh yang tidak berisi karateristik ini (disebut contoh positif/contoh negatif).
Penggunaan model pembelajaran Concept Attainment diawali dengan pemberian
contoh-contoh aplikasi konsep yang akan diajarkan, kemudian dengan mengamati
contoh-contoh dan menurunkan definisi dari konsepkonsep tersebut. Hal yang
paling utama yang mesti diperhatikan oleh seorang guru dalam penggunaan model
pembelajaran ini adalah pemilihan contoh yang tepat untuk konsep yang
diajarkan, yaitu contoh tentang hal-hal yang akrab dengan siswa. Pada prinsipnya,
model pembelajaran Concept Attainment adalah suatu strategi mengajar yang
menggunakan data untuk mengajarkan konsep kepada siswa, dimana guru
mengawali pengajaran dengan cara menyajikan data atau contoh, kemudian guru
meminta kepada siswa untuk mengamati data atau contoh tersebut. Atas dasar
pengamatan ini akan terbentuk abstraksi. Model pembelajaran Concept
Attainment ini dapat membantu siswa pada semua tingkatan usia dalam
memahami tentang konsep dan latihan pengujian hipotesis. Ada dua peran pokok
guru dalam pembelajaran model pencapaian konsep yang perlu diperhatikan,
adalah : (1) Menciptakan suatu lingkungan sedemikian hingga siswa merasa bebas
untuk berpikir dan menduga tanpa rasa takut dari kritikan atau ejekan, (2)
Menjelaskan dan mengilustrasikan bagaimana model pencapaian konsep itu
seharusnya berlangsung, membimbing siswa dalam proses itu, membantu siswa
menyatakan dan menganalisis hipotesis, dan mengartikulasi pemikiran-pemikiran
mereka. Aunnurrahman (2012: 158) menyatakan bahwa dalam pembelajaran,
model pencapaian konsep untuk membangun sebuah konsep maka diharapkan
siswa dapat mengingat kembali konsep sebelumnya yang telah dipelajari
sebelumnya serta dapat membangun sebuah keterkaitan antara konsep yang baru
dengan konsep sebelumnya. Guru juga menyajikan contohcontoh tambahan
seperlunya.Ada tiga tugas penting yang harus diperhatikan guru selama aktivitas
pencapaian konsep, yaitu mencatat, menguji, dan menyajikan data tambahan.
Berdasarkan defenisi-defenisi diatas dapat dipahami bahwa Model pembelajaran
Concept Attainment merupakan suatu model pembelajaran yang efisien untuk
mempresentasikan informasi yang telah terorganisir dari suatu topik yang luas
menjadi topik yang lebih mdah dipahami untuk tingkatan perkembangan konsep.
Model pembelajaran Concept Attainment ini dapat memberikan suatu cara
menyampaikan konsep dan mengklafikasi konsep-konsep melatih siswa menjadi
efektif dari pengembangan konsep. Menurut Andrew (1997) langkah-langkah
Concept Attainment adalah sebagai berikut: (1) Pastikan kita mempunyai 10
contoh soal benar dan 10 contoh salah sebelum memulai pembelajaran, (2)
Tampilkan contoh benar dulu secara jelas, (3) Lanjutkan penampilan 2 atau lebih
pada contoh-contoh benar dan contoh-contoh salah, (4) Setelah 6 sampai 8
contoh, tes lisan kepada para siswa untuk menentukan contoh berikutnya benar
atau salah, (5) Lanjutkan dengan 3 atau 4 contoh yang lain, jika siswa tidak yakin
dengan jawabannya letakkan pada kegiatan netral, (6) Setelah sekitar 6 contoh-
contoh benar, tanyakan kepada siswa “Apa ciri-ciri dari contoh yang benar?”.
Daftarkan ciri-ciri tersebut dimana para siswa dapat melihatnya. Daftar komentar
siswa meskipun salah sekalipun, (7) Tes kembali ciri-ciri tersebut dengan contoh-
contoh yang lain dan proses kembali contoh-contoh yang telah netral. Kemudian
revisi kembali ciri-ciri tersebut dan buanglah ciri-ciri yang tidak penting, (8)
Namailah konsep tersebut, (9) Hubungkanlah konsep tersebut dengan sifat-sifat
atau ciri-ciri dengan memuat aturan, (10) Siswa menambah identitas dengan label
“ya” dan “tidak” pada contoh-contoh (11) Siswa menggeneralisasikan contoh-
contoh dari konsep tersebut, (12) Siswa menganalisa pemikiran mereka sendiri
dengan memberi pertanyaan, misal ; Apakah ada yang berubah pendapatnya?.
Langkah-langkah tersebut akan lebih baik jika dikolaborasikan dengan model-
model pembelajaran konstekstual, sehingga peningkatan kompetensi lebih matang
baik dalam pemahaman konsep maupun pemecahan masalah. Penerapan model
pembelajaran pencapaian konsep dalam pembelajaran meliputi tiga tahapan pokok
(Joyce Bruce, 2009: 136) : (1) Presentasi data dan identifikasi konsep, yaitu
meliputi kegiatan a. Guru menyajikan contoh-contoh yang telah dilabeli b. Siswa
membandingkan ciri-ciri positif dan negatif dari contoh yag dikemukakan c.
Siswa menyimpulkan dan menguji hipotesis d. Siswa memberikan arti sesuai
dengan ciri-ciri esensial, (2) Menguji pencapaian konsep yang meliputi beberapa
kegiatan a. Siswa mengidentifikasi tambahan contoh yang tidak dilabeli b. Guru
mengkonfirmasikan hipotesis, konsep nama dan defenisi sesuai dengan ciri-ciri
esensial c. Siswa membuat contoh-contoh, (3) Menganalisa kemampuan berfikir
strategis yang meliputi: a. Siswa mendeskripsikan pemikiran-pemikiran mereka b.
Siswa mendiskusikan hipotesis dan atribut-atribut c. Siswa mendiskusikan bentuk
dan jumlah hipotesis Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Concept
Attainment yang dikemukakan Rino (2014:12).
Kelebihan model Concept Attainment, sebagai berikut:
1. Guru langsung memberikan presentasi informasi-informasi yang akan
memberikan ilustrasi-ilustrasi tentang topik yang kan diajari oleh siswa, sehingga
siswa mempunyai parameter dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Concept Attainment melatih konsep siswa, menghubungkan pada kerangka
yang ada, dan menghasilkan pemahaman materi yang lebih mendalam.
3. Concept Attainment meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa
Adapun Kekurangan model Concept Attainment adalah sebagai berikut:
1. Siswa yang memiliki kemampuan pemahaman rendah akan kesulitan untuk
mengikuti pembelajaran, karena siswa akan diarahkan untuk menyelesaikan
masalah-masalah yang diajukan.
2. Tingkat keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh penyaian data yang
disajikan oleh guru.

Ekspositori

Kata ekspositori berasal dari kata eksposisi yang berarti memberi penjelasan
(Sunaryo,1989). Dalam proses belajar mengajar, ekspositori berarti guru memberi
penjelasan kepada siswa tentang fakta, data atau informasi yang penting yang lain
(Sunaryo,1989). Pembelajaran ini menunjukkan bahwa guru bereperan aktif, lebih
banyak melakukan aktivitas dibandingkan siswanya, karena guru telah mengelola
dan mempersiapkan bahan ajar secara tuntas, sedangkan siswanya berperan lebih
pasif tanpa banyak melakukan pengolahan bahan, karena menerima bahan ajar
yang disampaikan guru (Suyanti,2010). Secara garis besar prosedurnya ialah: (1)
persiapan (preparation) yaitu guru menyiapkan bahan selengkapnya secara
sistematik dan rapi; (2) pertautan (aperception) bahan terdahulu yaitu guru
bertanya atau memberikan uraian singkat untuk mengarahkan perhatian siswa
kepada materi yang telah diajarkan; (3) penyajian (presentation) terhadap bahan
yang baru, yaitu guru menyajikan dengan memberikan ceramah atau menyuruh
siswa membaca bahan yang telah dipersiapkan diambil dari buku teks tertentu
atau ditulis oleh guru; (4) evaluasi (resitation) yaitu guru bertanya dan siswa
menjawab sesuai dengan bahan (Suyanti,2010).

Menurut Wina Sanjaya (2010: 179), “Model pembelajaran ekspositori adalah


model pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara
verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa
dapat menguasai materi pelajaran secara optimal”. Wina Sanjaya (2010: 185)
menyatakan model ekspositori memiliki 5 langkah yaitu: (1) Persiapan
(preparation); (2) Penyajian (presentation); (3) Menghubungkan (correlation);
(4) Menyimpulkan (generalization); dan (5) Penerapan (aplication). Hanya saja
kegiatan guru berbicara pada model pembelajaran ekspositori ini hanya dilakukan
pada saat-saat tertentu saja, seperti pada awal pembelajaran, menerangkan materi,
memberikan contoh soal. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan
mengefektifkan model pembelajaran ini adalah untuk mengaktifkan siswa dalam
proses belajar baik di sekolah maupun diluar sekolah dengan cara memberikan
tugas. Selain itu model ini dimaksud untuk melihat tingkat pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran yang telah disampaikan oleh guru. Di dalam model
pembelajaran ekspositori terdapat kegiatan demonstrasi yang bisa dirancang guru
sesuai dengan materi pembelajaran dengan tujuan agar siswa dapat menggali
pemahamannya sendiri tentang materi yang akan diberikan. Kegiatan siswa tidak
hanya mendengarkan, membuat catatan, atau memperhatikan saja, tetapi
mengerjakan soal-soal latihan, mungkin dalam kegiatan ini siswa saling bertanya.
Terdapat banyak latihan soal yang akan diberikan, sehingga siswa dapat mahir
dalam pengerjaan latihan. Dalam pengerjaan soal latihan siswa dapat mengerjakan
bersama dengan temannya, dan seorang siswa diminta mengerjakan di papan tulis.
Saat kegiatan siswa mengerjakan latihan, kegiatan guru memeriksa pekerjaan
siswa secara individual dan menjelaskan kembali secara individual. Apabila
dipandang masih banyak pekerjaan siswa belum sempurna kegiatan tersebut
diikuti penjelasan secara klasikal. Berdasarkan rangkaian kegiatan di atas dapat
dikatakan bahwa kegiatan di atas termasuk kedalam suatu kegiatan belajar
mengajar yang setiap kegiatan tersebut memiliki suatu metode pembelajaran.
Menurut Herman Hudoyo (1998: 133) metode ekspositori dapat meliputi
gabungan metode ceramah, metode drill, metode tanya jawab, metode penemuan
dan metode peragaan. Pentatito Gunawibowo (1998: 6.7) dalam pembelajaran
menggunakan metode ekspositori, pusat kegiatan masih terletak pada guru.
Dibandingkan metode ceramah, dalam metode ini dominasi guru sudah banyak
berkurang. Tetapi jika dibandingkan dengan metode demonstrasi, metode ini
masih nampak lebih banyak. Kegiatan guru berbicara pada metode ekspositori
hanya dilakukan pada saat-saat tertentu saja, seperti pada awal pelajaran,
menerangkan materi dan membimbing siswa dalam memahami materi serta
memberi contoh soal. Dalam metode ekspositori siswa tidak hanya mendengar
dan membuat catatan saja, tetapi juga mengerjakan soal-soal latihan dan bisa
bertanya kalau tidak mengerti. Guru dapat memeriksa pekerjaan siswa secara
individual, atau menjelaskan kembali kepada siswa secara individual atau klasikal.
Pada metode ekspositori siswa belajar lebih aktif daripada metode ceramah. Siswa
mengerjakan latihan soal sendiri atau juga dapat berdiskusi dengan temannya.
Menurut David P. Ausubel dalam Pentatito Gunowibowo (1998: 6.7)
menyebutkan bahwa metode ekspositori merupakan cara mengajar yang paling
efektif dan efisien dalam menanamkan belajar bermakna. Selanjutnya Dimyati
dan Mudjiono (1999: 172) mengatakan metode ekspositori adalah memindahkan
pengetahuan, keterampilan , dan nilai-nilai kepada siswa. Peran guru yang
terpenting adalah: (1) Penyusunan program pembelajaran; (2) Pemberi fasilitas
belajar yang baik; (3) Membimbing siswa dalam pemerolehan informasi yang
benar; dan (4) Penilaian pemerolehan informasi. Sedangkan peranan siswa yang
paling terpenting adalah: (1) Mencari informasi yang benar; (2) Pemakai media
dan sumber yang benar; dan (3) Menyelesaikan tugas sehubungan dengan
penilaian guru. Terdapat beberapa karakteristik model pembelajaran ekspositori.
Pertama, model pembelajaran ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan
materi pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama
dalam melakukan model pembelajaran ini. Kedua, biasanya materi pelajaran yang
disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta,
konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk
berpikir ulang. Ketiga, tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi
pelajaran itu sendiri. Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa
diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan
kembali materi yang telah diuraikan. Dalam penggunaan model pembelajaran
ekspositori terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru.
Menurut Wina Sanjaya (2010: 181-183) terdapat empat prinsip dalam penggunaan
model pembelajaran ekspositori, yaitu : (1) Berorientasi pada tujuan; (2) Prinsip
komunikasi; (3) Prinsip kesiapan; (4) Prinsip berkelanjutan. Adapun prosedur
pelaksanaan model pembelajaran ekspositori menurut Wina Sanjaya (2010: 183-
184) yaitu : (1) Rumusan tujuan yang ingin dicapai; (2) Kuasai materi pelajaran
dengan baik; (3) Kenali medan dan berbagai hal yang dapat mempengaruhi proses
penyampaian Adapun langkah-langkah penerapan dalam penggunaan model
pembelajaran ekspositori menurut Wina Sanjaya (2010: 185-190) terdapat lima
langkah yaitu: (1) Persiapan (Preparation); (2) Penyajian (Presentation); (3)
Menghubungkan (Corellation); (4) Menyimpulkan (Generalization); dan (5)
Penerapan (Aplication) Dengan model pembalajaran ekspositori, terdapat
beberapa keunggulan dan kelemahan di dalam menggunakan model pembelajaran
ini. Keunggulan model pembelajaran ekspositori menurut Sanjaya (dalam Beni S.
Ambarjaya 2012: 86-87), yaitu: a. Dengan model pembelajaran ekspositori, guru
bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran. Dengan demikian, ia
dapat mengetahui sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang
disampaikan. b. Model pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila
materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas. Sementara itu, waktu yang
dimiliki untuk belajar terbatas. c. Melalui model pembelajaran ekspositori selain
siswa dapat mendengar melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran
juga sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan
demontrasi). d. Keuntungan lain adalah model pembelajaran ini bisa digunakan
untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar. Disamping itu model
pembelajaran ekspositori juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan model
pembelajaran ekspositori menurut Sanjaya (dalam Beni S. Ambarjaya 2012: 86-
87), yaitu : a. Model pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap
siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik, untuk
siswa yang tidak memiliki kemampuan seperti itu perlu digunakan model
pembelajaran yang lain. b. Model pembelajaran ini tidak mungkin dapat melayani
perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, pengetahuan, minat, bakat,
serta perbedaan gaya belajar. c. Karena model pembelajaran lebih banyak
diberikan melalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan kemampuan siswa
dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan
berpikir kritis. d. Keberhasilan model pembelajaran ekspositori sangat tergantung
pada apa yang dimiliki guru seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri,
semangat, antusiasme, motivasi, dan berbagai kemampuan seperti kemampuan
bertutur (berkomunikasi) dan kemampuan mengelola kelas, tanpa itu sudah pasti
proses pembelajaran tidak mungkin berhasil.

Suyanti, Retno Dwi. 2010. Strategi Pembelajaran Kimia.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Arifin, Mulyati, dkk. 2005. Strategi pembelajaran Kimia. Malang: UM Press.

Arifin, Mulyati, dkk. 2003. Strategi Belajar Mengajar Kimia. Malang: JICA.

Sunaryo. 1989. Strategi Belajar Mengajar dalam Pengajaran Ilmu pengetaahuan


Sosial. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan.

Putri, D, P.(2017). Model Pembelajaran Concept Attainment dalam


Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika. Jurnal Tatsqif 15(1).
Retrieved from
http://ejurnal.iainmataram.ac.id/index.php/tatsqif/article/view/1319

Ambarjaya, B.S. (2012). Psikologi Pendidikan & Pengajaran (Teori & Praktek).
Yogyakarta : CAPS.
Astuti, Novita Puji. 2013. Efektivitas Model Pembelajaran Ekspositori untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pokok bahasan Ayat Jurnal
Penyesuaian. Pontianak: Universitas Tanjungpura.

Wina Sanjaya. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta : Kencana.

Bruce, Joyce, dkk. (2009). Models of Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ridwan, (2008). Ketercapaian Prestasi Belajar. Ridwan202.wordpress.com.

Supardan Dadang. (2015). Pembelajaran Presfekstif Dan Kurikulum Pelaksanaan


Concept Attainmnet. Bandung: Bumi Aksara.

Rino Ridwan. (2014). Kelabihan Model Concept Attainment,


http:/ejournal.unp.ac.id/index.php/pek/article/download/460/260
kelebihan model cencept attainment.

Anda mungkin juga menyukai