Anda di halaman 1dari 2

4.

TITIK DIDIH ETANOL

Etanol disebut juga etil alcohol merupakan kelompok alcohol dengan rumus kimia C2H5OH
atau CH3CH2OH. Etanol memiliki sifat tidak berwarna, volatile dan dapat bercampur dengan air
(Kartika dkk., 1997). Dalam dunia perdagangan yang disebut alcohol adalah etanol atau etil
alcohol atau metal karbinol (Rama, 2008).

Percobaan titik didih pada etanol yang cair dan tidak berwarna pada tekanan udara 742
mmHg menghasilkan titik didih pengamatan sebesar 73°C, sedangkan etanol memiliki titik didih
78,37°C pada tekanan udara normal (1 atm/ 760 mmHg). Percobaan ini sesuai dengan teori
bahwa semakin rendah tekanan uap, maka titik didih cairan juga semakin rendah. Etanol
memiliki factor koreksi sebesar 0,34, sehingga titik didih terkoreksi pada etanol dapat dihitung
dengan perhitungan sebagai berikut.

( 760−P ) (760−742 )
TDterkoreksi=TDpengamatan+ x faktor koreksi=73 ° C + x 0,34
10 10

18
¿ 73 ° C + x 0,34
10

¿ 73,61° C

Etanol memiliki 2 atom karbon dalam rantainya, sedangkan methanol hanya memiliki 1
atom karbon. Titik didih alcohol meningkat seiring meningkatnya jumlah atom karbon. Oleh
karena itu, titik didih etanol lebih tinggi daripada titik didih metanol. Gaya yang bekerja pada
etanol adalah ikatan hydrogen antarmolekul dan gaya London. Untuk senyawa yang berisomer
seperti alkohol, berlaku ketentuanya itu senyawa yang memiliki gaya lain selain gaya London,
maka gaya antarmolekulnya selalu lebih kuat dibandingkan senyawa yang hanya memiliki gaya
London (Effendy, 2017:363). Setiap molekul etanol hanya dapat membentuk 2 ikatan hydrogen
antarmolekul, sedangkan air dapat membentuk 4 ikatan hydrogen antarmolekul. Hal ini
menyebabkan gaya antarmolekul pada etanol lebih lemah dibandingkan gaya antarmolekul pada
air. Sebagai akibatnya titik didih etanol lebih rendah dari pada titik didih air (Effendy,
2017:339).

5. TITIK DIDIH AIR


Percobaan titik didih pada air pada tekanan udara 742 mmHg menghasilkan titik didih
pengamatan sebesar 92°C, sedangkan air memiliki titik didih 100°C pada tekanan udara normal
(1 atm/ 760 mmHg). Percobaan ini sesuai dengan teori bahwa semakin rendah tekanan uap,
maka titik didih cairan juga semakin rendah. Air memiliki factor koreksi sebesar 0,37, sehingga
titik didih terkoreksi pada air dapat dihitung dengan perhitungan sebagai berikut.

( 760−P ) (760−742 )
TDterkoreksi=TDpengamatan+ x faktor koreksi=92 ° C + x 0,37
10 10

18
¿ 92 ° C + x 0,37
10

¿ 92,66 ° C

Pada tekanan 1 atm air membeku pada 0°C dan mendidih pada 100°C, sedangkan pada
suhu 25°C air berfase cair. Hal ini disebabkan oleh adanya ikatan hydrogen antarmolekul yang
sangat kuat selain itu, air dapat membentuk 4 ikatan hydrogen antarmolekul (Effendy,
2017:362). Oleh karena itu, air memiliki ikatan hydrogen antarmolekul paling besar daripada
senyawa lainnya, sehingga air juga memiliki titik didih yang lebih besar.

Kenaikantemperaturakanmemperbesarjarakantarmoleku-molekulbaikdalamfasepadat, cair,
maupun gassehinggakekuatangayaantarmolekulberkurang.

Adanyaikatanhidrogenintramolekuldalamsuatumolekulakanmemperlemahikatan hydrogen
antarmolekul yang dapatdibentukolehnya.

Senyawa-senyawa yang berisomer yang dapatmembentukikatanhidrogenantarmolekul,


makagayaantarmolekulnyasellaulebihkuatdaripadaisomernya

Anda mungkin juga menyukai