GINJAL
Kelompok 2
Ekskresi adalah proses pengeluaran sisa metabolisme yang dapat dikerjakan oleh
paru-paru, kulit, saluran pencernaan, dan ginjal. Ginjal merupakan salah satu organ tubuh
yang memiliki fungsi utama sebagai pengekskresi sisa metabolisme tubuh seperti ureum,
kreatinin, dan asam urat (Syuryani et al. 2021). Ginjal mampu menyaring darah yang
masuk dari pembuluh darah untuk mengambil zat-zat yang dapat meracuni tubuh dan
membuang zat tersebut melalui urin (Sugiarta et al. 2019). Ginjal dapat mengalami
penurunan kinerja yang mengakibatkan tidak dapat menyaring pembuangan elektrolit
tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia dalam tubuh seperti kalium dan
natrium.
Fungsi ginjal yang terganggu dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan ginjal
dalam mencuci darah dari zat-zat yang beracun ataupun dari sisa metabolisme. Apabila
tidak dikeluarkan, maka zat-zat tersebut akan menumpuk dalam darah yang menimbulkan
gejala klinik sebagai sindrom uremik (Yulianto et al. 2017). Penyakit ginjal akut adalah
suatu kondisi di mana ginjal secara tiba-tiba tidak dapat menyaring limbah dari darah.
Gagal ginjal akut berkembang dengan cepat dalam beberapa jam atau hari dan mungkin
berakibat fatal. Penyakit ini paling umum terjadi pada orang yang sakit kritis dan sudah
dirawat di rumah sakit. Sedangkan, penyakit ginjal kronis adalah kelainan struktur ginjal
atau penurunan fungsi ginjal secara progresif atau menetap secara lama. Penyakit ginjal
kronis ditandai dengan menurunnya fungsi ginjal dalam mempertahankan cairan tubuh
dalam keadaan diet normal (Sugiarta et al. 2019).
Terdapat beberapa parameter klinis pada pengujian ginjal diantaranya serum
kreatinin, kadar ureum, laju filtrasi glomerulus (GFR), dan Blood Urea Nitrogen (BUN).
Adapun beberapa tes tambahan untuk pemeriksaan ginjal, yaitu biopsi ginjal, tes
kandungan albumin dalam darah, tes kandungan elektrolit dalam darah dan urin, stetoskopi
atau ureoskopi. Serum kreatinin merupakan hasil pemecahan jaringan otot. Kadar kreatinin
dalam darah yang lebih besar dari nilai normal mengindikasikan adanya gangguan fungsi
ginjal. Kadar kreatinin normal pada dewasa berkisar 0,5-1,1 mg/dL.
Praktikum percobaan mengenai ginjal bertujuan untuk mempelajari ada atau
tidaknya gangguan ginjal melalui proses pemeriksaan biokimia darah melalui reaksi
beberapa kerja enzim yang terlibat dalam pembentukan produk metabolisme protein, selain
itu,untuk mempelajari peran pelarut organik dan anorganik dalam menganalisis komposisi
batu urin.
METODE
Praktikum Mata Kuliah Teknik Analisis Untuk Kimia Klinis mengenai cairan tubuh
(efusi) dilakukan pada hari Senin 4 Maret 2024 pukul 08.15-11.30 yang bertempat di
Laboratorium GG KIM 02 Kampus Cilibende Sekolah Vokasi IPB University.
Praktikum mengenai Vitamin C dibutuhkan beberapa alat dan bahan. Alat yang
digunakan pada praktikum mengenai ginjal diantaranya fotometer, mikropipet 1000
mikroliter dan 200 mikroliter, tabung reaksi, Mortar dan pestle, lakmus merah, kertas
saring, vortex gelas piala, pipet tetes, dan penangas air. Bahan yang digunakan yaitu
Pereaksi R1, R2 dan R3, larutan viall, serum darah, aquadestillata, larutan HCl dan NaOH
encer, KMnO4 0,01N, HNO3 pekat, Pbhasetat 5%, H2SO4 encer, larutan NaCO3, NH4OH3
pekat, dan asam fosfo wolframat.
Prosedur Percobaan
Ureum adalah salah satu senyawa kimia yang dapat menentukan kenormalan fungsi
pada ginjal. Ureum merupakan produk akhir dari metabolisme asam amino yang disintesis
dari amonia, karbon dioksida, dan nitrogen yang dikeluarkan oleh ginjal (Suryawan et al.
2016). Ureum merupakan salah satu produk dari pemecahan protein dalam tubuh yang
disintesis di hati dan 95% dibuang oleh ginjal dan sisanya 5% dalam feses. Adapun nilai
normal untuk kadar ureum pada hewan berkisar 15,0 - 36,0 mg/dL (Marhaeniyanto et al.
2019). Penentuan kadar ureum dapat dilakukan dengan metode kolorimetri atau enzimatik.
Secara enzimatik prinsip penentuan kadar ureum pada serum darah yang mengandung urea
akan terhidrolisis oleh enzim urease menghasilkan amonia yang kemudian amonia bereaksi
dengan a-ketoglutarate dan NADH dengan katalis GLDH. Kemudian dilakukan penentuan
+
Blangko 0,822 -
Standar 634,38 -
Hasil kadar ureum dari percobaan memiliki nilai sebesar 82,82 mg/dL jika
dibandingkan dengan kadar ureum normal sebesar 15,0 - 36,0 mg/dL, kadar hasil percobaan
yang didapat berada di atas nilai normal dan dapat diidentifikasi bahwa tingginya kadar
ureum sampel serum darah yang yang di uji disebabkan oleh kandungan pakan konsentrat
yang terlalu tinggi sehingga meningkatkan ketersediaan protein ransum yang membuat
menurunnya fungsi pada ginjal. Hasil analisis pengujian yang didapat bahwa sampel batu
ginjal hanya mengandung fosfat dikarenakan pada saat penambahan NaOH tidak terbentuk
endapan yang menandakan tidak adanya oksalat dalam sampel. Berdasarkan pengujian
garam organik, setelah penambahan NH4OH tidak terbentuk warna lembayung serta setelah
penambahan asam fosfo wolframat tidak terbentuk presipitat berwarna biru yang
menunjukan sampel batu ginjal negatif terhadap urate.
DAFTAR PUSTAKA
Djasang S, dan Saturiski M. 2019. Studi hasil pemeriksaan ureum dan asam urat pada
penderita tuberkulosis paru yang mengkonsumsi obat anti tuberkulosis (OAT) fase
intensif. Jurnal Media Analis Kesehatan. 10(1): 59-71.
Fauzi A, Putra MM. 2016. Nefrolitiasis. Majority. 5(2): 69-73.
Handayani NMS. 2020. Analisis kadar kalsium oksalat pada batu ginjal. International
Journal of Applied Chemistry Research. 2(1): 2549-3671.
Haryadi, Kania TD, Anggunan, Uyun D. 2020. Ct-scan non kontras pada pasien batu
saluran kemih. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada.11(1): 284-291.
Hasanah U. 2016. Mengenal penyakit batu ginjal. Jurnal Keluarga Sehat Sejahtera. 14(28):
76-85.
Kamil, Putri AAEN. 2022. Pemeriksaan ureum dan kreatinin menggunakan automated
chemistry analyzer biolis 24i premium di RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda. Jurnal Teknologi Laboratorium Medik Borneo. 2(1): 45-53.
Loho IKA, Rambert GI, Wowor MF. 2016. Gambaran kadar ureum pada pasien penyakit
ginjal kronik stadium 5 non dialisis. Jurnal e-Biomedik. 4(2): 1-6.
Marhaeniyanto E, Susanto S, Siswanto B, Murti AT. 2019. Profil darah kambing
peternakan etawa jantan muda yang disuplementasi daun tanaman dalam konsentrat.
Ciastech. 1(1): 209-216.
Martoharsono. 2015. Biofarmaka Jilid 3. Yogyakarta(ID): UGM Press.
Rahayu D, Sugiarto KSD. 2015. Penentuan kadar mineral seng (Zn) dan fosfor (P) dalam
nugget ikan gabus (Channa striata)-rumput laut merah (Eucheuma spinosum).
Sains dan Seni ITS. 4(2): 2337–3520.
Suryawan DGA, Arjani IAMS, Sudarmanto IG. 2016. Gambaran kadar ureum dan kreatinin
serum pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisis di RSUD
Sanjiwani Gianyar. Meditory. 4(2): 145-153.
Syuryani N, Arman E, Putri GE. 2021. Perbedaan kadar ureum sebelum dan sesudah
hemodialisa pada penderita gagal ginjal kronik. Jurnal Kesehatan Saintika
Meditory. 4(2): 117-129.
Sugiarta KA, Cholissodin I, Santoso E. 2019. Optimasi k-nearest neighbor menggunakan
bata algorithm untuk klasifikasi penyakit ginjal kronis. Jurnal Pengembangan
Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer. 3(10): 10301-10308.
Raffe MA, Sexena AC, Baghel M, Suvarna A (2014). Surgical management of cystic calculi
and testicular tumour in dog. Journal of Advanced Veterinary Research. 4(4): 189-
190.
Wardhani P, Cipka H, Restijono M, Hari E, Hermawan IP, Desiandura K, Sulangi VY.
2022. Operasi pengangkatan batu kandung kemih pada anjing mini pomeranian.
Jurnal Acta Veterinaria Indonesiana. 1(1): 59-64.
Yulianti ID, Wulandari DK, Sardz I. 2015. Analisis kalsium, kalium, dan natrium dalam
buah merah (Pandanus baccan) asal kabupaten poso sebagai alternatif peluruh batu
ginjal. Jurnal Akademika Kimia. 4(1): 50-55.