Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Urin atau bisa juga disebut sebagai air seni atau air kencing adalah cairan sisa dari hasil
metabolisme tubuh yang di ekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari
dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-
molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan
tubuh. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih,
akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.
Fungsi utama urin itu sendiri adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-
obatan dari dalam tubuh. Selain itu urin tidak hanya merupakan cairan buangan yang
dikeluarkan oleh tubuh tetapi juga dapat digunakan untuk mendeteksi adanya suatu
penyakit atau infeksi yang terjadi didalam tubuh seseorang maka hal tersebut mendasari
pemeriksaan urin.

1.2 Tujuan
1 Mahasiswa dapat melakukan skrining terhadap fungsi ginjal dengan cara urinalisis
2 Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan status hidrasi pada seseorang
3 Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil pemeriksaan yang diperoleh
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang dieksresikan oleh ginjal yang
kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Ekskresi urin
diperlukan unutk membuanga molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal
dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh (Ismail, 2012).
Pembentukan urine yaitu ginjal memproduksi urine yang mengandung zat sisa
metabolik dan mengatur komposisi cairan tubuhtubuh melalui tiga proses utama filtrasi
glomerulus, reabsorpsi tubulus,dan sekresi tubulus Komposisi urin terdiri dari 95% air
danmengandung zat terlarut. Di dalam urin terkandung bermacam-macam zat, antara lain
(1) zat sisa pembongkaran protein sepertiurea, asam ureat, dan amoniak, (2) zat warna
empedu yangmemberikan warna kuning pada urin, (3) garam, terutama NaCl, dan(4) zat-
zat yang berlebihan dikomsumsi, misalnya vitamin C, danobat–obatan serta juga kelebihan
zat yang yang diproduksi sendirioleh tubuh misalnya hormon (Sloane, 2003).
Urinalisis merupakan pemeriksaan terhadap bahan yang berasal dari cairan tubuh
manusia berupa air kencing atau urine secara fisik, kimia, dan mikroskopis. Tujuan dari
urinalisis secara umum adalah mendeteksi kelainan ginjal, saluran kemih, serta mendeteksi
kelainan-kelainan di berbagai organ tubuh lain seperti hati, saluran empedu, dan lain – lain
(Gandasoebrata, 2013).
Urinalisis mencakup pemeriksaan makroskopik, mikroskopis dan kimia (Hardjoeno
dan Fitriani, 2007). Pemeriksaan makroskopik meliputi tes warna, kejernihan, dan berat
jenis urine. Pemeriksaan mikroskopis untuk melihat unsur sedimen dalam urine.
Pemeriksaan kimia meliputi tes protein, glukosa, keton, darah, pH, bilirubin, urobilinogen,
nitrit, dan leukosit estrase (Mundt dan Shanahan, 2011).
Semua parameter kimia dapat diperiksa dengan lebih sederhana dan cepat dengan
menggunakan strip reagen atau dipstick. Prinsip pemeriksaan kimia urine metode strip
adalah mencelupkan strip kedalam spesimen urine. Dipstick akan menyerap urine dan
terjadi reaksi kimia yang kemudiaan akan mengubah warnanya dengan jenis dan tingkat
tertentu dalam hitungan detik atau menit. Warna yang terbentuk dibandingkan dengan
bagan warna masing-masing parameter strip untuk menentukan hasil tes. Jenis dan tingkat
perubahan warna tiap parameter memberikan infomasi jenis dan kadar zat-zat kimia
tertentu yang ada dalam urine (Gandasoebrata, 2013).
Di dalam tubuh glukosa didapat dari hasil akhir pencemaan amilum, sukrosa, maltosa
danlaktosa. Glukosa darah merupakan bahan bakar utama yang akan diubah menjadi energi
atautenaga dan juga merupakan hasil yang paling besar (Baron, 1990). Sebagai sumber
energi,glukosa ditranspor dari sirkulasi darah kedalam seluruh sel-sel tubuh untuk
dimetabolisme.Sebagian glukosa yang ada dalam sel diubah menjadi energi melalui proses
glikolisis dansebagian lagi melalui proses glikogenesis diubah menjadi glikogen, dimana
setiap saat dapatdiubah kembali menjadi glukosa bila diperlukan. Glukosuria (kelebihan
gula dalam urin) terjadikarena nilai ambang ginjal terlampaui atau daya reabsorbsi tubulus
yang menurun. Glukosuriaumumnya berarti diabetes mellitus. Namun, glukosuria dapat
terjadi tidak sejalan dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah, oleh karena itu
glukosuria tidak selalu dapat dipakaiuntuk menunjang diagnosis diabetes mellitus. Untuk
pengukuran glukosa urine, reagen stripdiberi enzim glukosa oksidase (GOD), peroksidase
(POD) dan zat warna.
Metode yang digunakan dalam strip reagen untuk deteksi protein adalah kolorimetri.
Indikator yang digunakan pada berbagai strip reagen dan perubahan warna yang dihasilkan
dapat berbeda tergantung produsen strip reagen ( Mundt dan Shanahan, 2011).
Pemeriksaan rutin terhadap bilirubin urin dalam strip reagen menggunakan reaksi
diazo. Bilirubin bereaksi dengan garam diazoniu dalam suasana asam menghasilkan
azodye, dengan warna mulai dari coklat atau merah. Reaksi warna strip reagen untuk
bilirubin lebih sulit diinterpretasikan daripada reaksi strip reagen untuk analit lainnya dan
mudah dipengaruhi oleh pigmen lain yang ada dalam urine (Strasinger dan Lorenzo, 2008).
Tes skrining urobilinogen didasarkan pada reaksi aldehid Erlich, dimana urobilinogen
beraksi dengan senyawa diazonium (p-dimethylaminobenzaldehyde) dalam suasana asam
membentuk warna merah azo. Namun, adanya bilirubin dapat mengganggu pemeriksaan
karena membentuk warna hijau (Mundt dan Sahanahan, 2011).
Kebanyakan merk strip reagen menggunakan dua macam indikator (indikator ganda),
yaitu metil merah dan bromtimotil biru, dan bereaksi dengan ion H+ memberikan warna
jingga, hijau, dan biru seiring dengan peningkatan pH. Strip reagen mengukur rentang pH
5,0 sampai 9,0 dengan estimasi pengukuran 0,5 sampai 1, tergantung produsen strip reagen
(Riswanto, dan Rizki, 2015).
Penetapan berat jenis urin menggunakan strip reagen lebih praktis, cepat, dan tepat
daripada metode konvensional. Strip mengandung tiga bahan utama, yaitu polielektrolit,
substansi indkator dan buffer. Pembacaan dilakukan dalam interval 0,005 dari berat jenis
1,000 sampai 1,030. Urine yang mengandung glukosa atau urea tinggi menyebabkan berat
jenis cenderung tinggi dan protein sedang atau ketoasidosis dapat menyebabkan berat jenis
cenderung rendah (Riswanto, dan Rizki, 2015).
Pemeriksaan dengan strip reagen mendeteksi eritrosit, hemoglobin bebas, maupun
mioglobin, namun reaksi sensitive terhadap hemoglobin dan mioglobin daripada eritrosit.
Pad reagen diresapi dengan kromogen tetrametilbenzidin dan peroksida. Adanya eritrosit
utuh akan memberikan reaksi berupa bintik – bintik hijau, sedangkan hemoglobin bebas
dan mioglobin akan memberikan warna hijau atau hijau- biru tua (Mundt dan Shanahan,
2011).
Strip reagen berisi sodium nitroprusid (nitroferisianida) dan buffer basa yang bereaksi
dengan keton urine membentuk warna ungu atau merah marum. Sampel urine untuk
pemeriksaan benda keton adalah urine acak atau sewaktu. Hasil pemeriksaan keton
dilaporkan secara kualitatif (negatif, 1+, 2+, 3+) atau semikuantitatif (negatif, 5, 15, 40, 80,
160 mg/dL) (Riswanto, dan Rizki, 2015).
Dasar tes kimia nitrit adalah kemampuan bakteri tertentu untuk mereduksi nitrat (NO3)
menjadi nitrit (NO2). Nitrit terdeteksi oleh reaksi Greiss, dimana nitrit pada pH asam
bereaksi dengan amina aromatik (asam p-arsanilat atau sulfanilamide) membentuk
senyawa diazonium yang kemudian bereaksi dengan tetrahidrobenzoquinolin
menghasilkan warna azo yang merah muda (Strasinger dan Lorenzo, 2008).
Uji strip reagen mendeteksi esterase leukosit yang ditemukan dalam granula azurofilik
leukosit granulositik (neutrofil, eosinofil dan basofil ), serta monosit dan makrofag.
Prinsipnya adalah aksi esterase leukosit memecah ester yang diresapkan dalam pad reagen
membentuk senyawa aromatik. Segera setelah hidrolisis ester, reaksi azocoupling terjadi
antara senyawa aromatik yang dihasilkan dan garam azodium yang disediakan dalam pad
tes menghasilkan warna azo dari krem sampai ungu (Riswanto, dan Rizki, 2015).
BAB III
METODE
3.1.Alat dan Bahan
Alat : Bahan :
1. Reagenstrip 1. Beaker glass
2. Tisu 2. Tabung reaksi 10 ml
3. Indikator warna 3. Urin
3.2.Prosedur Kerja
1. Siapkan semua peralatan yang akan digunakan
2. Tempatkan sampel urin segar dalam suatu wadah beaker glass, lalu pindahkan
ke tabung reaksi
3. Reagentstrip (reagent strip) dicelupkan maksimal satu detik ke dalam tabung
reaksi lalu reagent strip diangkat sambil menyapukannya pada pinggiran cup untuk
membuang urin yang berlebih dari reagent strip.
4. Ikuti petunjuk pembacaan waktu untuk setiap reaksi
5. Amati setiap perubahan warna pada reagent strip dan bandingkan dengan skala
warna yang biasanya terdapat pada wadah/botol reagent strip.
6. Interpretasikan hasil untuk setiap parameter (protein, glukosa, eritrosit, leukosit,
nitrit, keton, urobilinogen, bilirubin, bobot jenis, dan pH).
7. Cocokkan warna urin yang ditampung dengan gambar 1:

Gambar 1 Warna Urin Berdasarkan Tingkat Hidrasi


8. Catat dan masukkan dalam tabel
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum Urinalisis


Tabel pengamatan
No. Parameter Probandus
1 Leukosit 70+
2 Nitrogen -
3 Protein 15 (0,15) ±
4 Glukosa -
5 Keton -
6 Urobilinogen 0,2 (3,5)
7 Bilirubin 1 (17) +
8 Eritrosit -
9 Hb -
10 Berat jenis 1,015
11 pH 6,5
12 Status Hidrasi 2

1. Apakah yang mempengaruhi kadar leukosit, nitrogen, protein, glukosa, keton,


urobilinogen, bilirubin, eritrosit, Hb, berat jenis, pH, dan status hidrasi dalam
urin seseorang?
Jawaban :
 Leukosit : dipengaruhi oleh adanya infeksi, peradangan, atau penyakit
dalam tubuh. Jika kadarleukosit dalam urine terlalu tinggi, maka hal
tersebut bisa menandakan bahwa ada penyakit di dalam tubuh.
 Nitrogen : dipengaruhi oleh nitrat hasil konsumsi protein seseorang.
 Protein : dipengaruhi olah raga, stres atau diet yang tidak seimbang
dengan daging.
 Glukosa : tinggi rendahnya kadar glukosa dipengaruhi sekresi hormon
insulin dan glukagon sebagai peranan terpenting dalam metabolisme.
Kadar glukosa juga dipengaruhi oleh mengonsumsi obat dan suplemen.
 Keton : kadar keton dipengaruhi oleh lemak yang dipecah oleh tubuh.
 Urobilinogen : kadar urobilinogen dipengaruhi oleh ada atau tidaknya
penyakit pada hati.
 Bilirubin : dipengaruhi oleh ada atau tidaknya penyakit pada hati.
 Eritrosit : dipengaruhi oleh ada atau tidaknya darah pada urine.
 Hb : dipengaruhi oleh kecukupan dan metabolisme zat besi.
 Berat jenis : dipengaruhi oleh jumlah zat yang terlarut dalam urine atau
yang terbawa oleh urine, fungsi pemekatan ginjal, dan produksi urine
itu sendiri
 pH : dipengaruhi oleh makanan yang dimakan, penyakit, diet, dan obat
yang diminum. pH urin yang basa sepanjang hari kemungkinan oleh
adanya infeksi. Urin dengan pH yang selalu asam dapat menyebabkan
terjadinya batu asam urat.
 Status hidrasi : status hidrasi urine dipengaruhi oleh kandungan amonia,
dimana kadar amonia dalam urin sebanding dengan jumlah konsumsi
cairan. Semakin sedikit konsumsi cairan maka warna urin menjadi
semakin pekat, sebaliknya semakin banyak konsumsi cairan maka
warna urin menjadi semakin bening
2. Apa yang dapat anda simpulkan dari pengamatan urin?
Berdasarkan pemeriksaan yang kami lakukan menunjukkan bahwa
4.2 Pebahasan
Pada praktikum ini dilakukan pemeriksaan urin secara kimia menggunakan reagent
strip. Pemeriksaan urin dengan menggunakan reagent strip mempunyai beberapa
keuntungan yaitu mudah dilakukan, cepat dan biaya relatif murah. Akan tetapi, reagent
strip tidak dapat dijadikan informasi yang akurat tentang adanya kelainan karena analisis
urin reagent strip ini merupakan tes secara kualitatif. Untuk membuktikan adanya kelainan
harus dilakukan tes lebih lanjut lagi.Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini adalah
untuk mengevaluasi fungsi ginjal dengan cara urinalisis dan menginterpretasikan hasil
pemeriksaan yang diperoleh. Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien
untuk tujuan diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai
jenis penyakit ginjal, memantau perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan
tekanan darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap status kesehatan umum.
Sampel yang kami gunakan dalam praktikum ini adalah urin wanita. Sampel urin yang
digunakan untuk uji haruslah dalam keadaan segar. Artinya, reagent strip langsung
dicelupkan ke dalam urin yang baru keluar dari tubuh. Alasannya karena ada kemungkinan
urin mengalami perubahan jika tidak segera dilakukan pengujian. Dimana perubahan ini
akan mempengaruhi hasil pemeriksaan.
Reaksi diinterpretasikan dengan membandingkan warna yang dihasilkan pada strip
reagen dengan bagan warna yang disediakan oleh produsen. Kuat/lemahnya warna yang
dihasilkan berhubungan dengan konsentrasi zat dalam urine. Tergantung pada tes yang
dilakukan, hasilnya dilaporkan sebagai 1) konsentrasi (miligram per desiliter); 2)
kecil/sedikit/trace, sedang, atau besar; 3) menggunakan sistem plus (1+, 2+, 3+, 4+); atau
4) positif, negatif, atau normal. Berat jenis dan pH adalah pengecualian, hasilnya
dilaporkan dalam satuan masing-masing (Strasinger dan Lorenzo, 2008).
Dalam praktikum ini, kami menginterpretasikan hasil berdasarkan parameter sebagai
berikut :
1. Leukosit
Pada tes leukosit pemeriksaan ini berdasarkan adanya reaksi esterase yang
merupakan enzim pada granula azurofil atau granula primer dari granulosit dan
monosit. Esterase akan menghidrolisis derivate ester naftil. Naftil yang dihasilkan
bersama dengan garam diazonium akan menyebabkan perubahan warna dari coklat
muda menjadi warna ungu. Banyaknya esterase menggambarkan secara tidak langsung
jumlah leukosit di dalam urine.
Pada pemeriksaan kimia/ carik-celup didapatkan hasil negatif untuk urin
normal, trace (15 leukosit/µL), +/small (70 leukosit/µL), ++/ moderate (125
leukosit/µL), dan +++/large (500 leukosit/µL). Dari hasil praktikum, diketahui kadar
leukosit sampel adalah 70+ yang artinya sedikit terdapat leukosit.
2. Nitrogen
Nitrit akan bereaksi dengan benzokinolin pada pH asam menghasilkan warna
merah azo. Berdasarkan teori, kehadiran nitrit dalam urin merupakan indikator dari
penyakit infeksi saluran kemih dan nitrit hadir dengan bakteri gram negatif yang dapat
menghasilkan enzim nitrat reduktase. Nitrat yang terdapat dalam urin akan mengalami
reduksi oleh bakteri yang mempunyai enzim reduktase menjadi nitrit. Sehingga hasil
positif dari pemeriksaan urin nitrit menujukkan adanya aktivitas bakteri yang
menghasilkan enzim reduktase, sebaliknya pemeriksaan urin nitrit dengan hasil negatif
dapat mengekslusi adanya infeksi bakteri.
Tes nitrit urin adalah test yang dapat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
bakteri urin. Tes ini berdasarkan kenyataan bahwa sebagian besar bakteri penyebab
infeksi saluran kemih dapat mereduksi nitrat menjadi nitrit. Di dalam urin orang normal
terdapat nitrat sebagai hasil metabolisme protein, yang kemudian jika terdapat bakteri
dalam jumlah yang signifikan dalam urin (Escherichia coli, Enterobakter, Citrobacter,
Klebsiella, Proteus) yang megandung enzim reduktase, akan mereduksi nitrat menjadi
nitrit. Hal ini terjadi bila urin telah berada dalam kandung kemih minimal 4 jam. Pada
semua sampel menunjukan hasil negatif yang artinya urin tidak terdapat nitrit.
3. Protein
Indikator yang digunakan tetrabromfenol biru didapar dengan asam sampai pH
3 atau tetraklorofenol tetrabromosulfoftalein. Daerah ini berwarna kuning jika protein
negatif tetapi akan berubah menjadi hijau tergantung pada konsentrasi protein yang ada.
Sampel urin yang diuji menunjukkan kadar protein sebesar kurang lebih
15mg/dL. Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus yang
diserap oleh tubulus ginjal dan diekskresikan ke dalam urin. Dengan menggunakan
spesimen urin acak (random) atau urin sewaktu, protein dalam urin dapat dideteksi
menggunakan strip reagen (dipstick). Normal ekskresi protein biasanya tidak melebihi
150 mg/24 jam atau 10 mg/dl urin. Lebih dari 10 mg/dl didefinisikan sebagai
proteinuria. Sejumlah kecil protein dapat dideteksi pada urin orang yang sehat karena
perubahan fisiologis. Selama olah raga, stres atau diet yang tidak seimbang dengan
daging dapat menyebabkan proteinuria transien.
4. Glukosa
Reagent strip untuk glukosa dilekati dua enzim, yaitu glukosa oksidase (GOD)
dan peroksidase (POD), serta zat warna (kromogen) seperti orto-toluidin yang akan
berubah warna biru jika teroksidasi. Zat warna lain yang digunakan adalah iodide yang
akan berubah warna coklat jika teroksidasi.
Pemeriksaan glukosa dalam urin berdasarkan pada glukosa oksidase yang akan
menguraikan glukosa menjadi asam glukonat dan hidrogen peroksida. Kemudian
hidrogen peroksida ini dengan adanya peroksidase akan mengkatalisis reaksi antara
kalium iodida dengan hidrogen proksidase menghasilkan H2O dan On (O nascens). O
nascens akan mengoksidasi zat warna kalium iodida dalam waktu 10 detik membentuk
warna biru muda, hijau sampai coklat.
Pada uji dengan strip hasil yang diperoleh berupa: negatif, trace(100 mg/dl),
+1(250 mg/dl), +2(500 mg/dl), +3(1000 mg/dl), +4(<2000 mg/dl). Pada sampel yang
diuju ditunjukkan bahwa tidak ada glukosa/negative glukosa dalam urine.
5. Keton
Pemeriksaan keton dengan pereaksi nitroprussida berdasarkan prinsip tes lugol,
yaitu dalam suasana basa, asam asetoasetat akan bereaksi dengan Na. nitroprussida
menghasilkan warna ungu.
Badan keton terdiri dari 3 senyawa, yaitu aseton, asam aseotasetat, dan asam β-
hidroksibutirat, yang merupakan produk metabolisme lemak dan asam lemak yang
berlebihan. Badan keton diproduksi ketika karbohidrat tidak dapat digunakan untuk
menghasilkan energi. Peningkatan kadar keton dalam darah akan menimbulkan ketosis
sehingga dapat menghabiskan cadangan basa (misalnya bikarbonat, HCO3) dalam
tubuh dan menyebabkan asidosis. Pada ketoasidosis diabetik, keton serum meningkat
hingga mencapai lebih dari 50 mg/dl.
Uji ketonuria dengan strip reagen (Ketostix atau strip reagen multitest) lebih
sensitif terhadap asam asetoasetat daripada aseton. Berdasarkan reaksi antara asam
asetoasetat dengan senyawa nitroprusida. Warna yang dihasilkan adalah coklat muda
bila tidak terjadi reaksi, dan warna ungu untuk hasil yang positif. Hasil yang diperoleh
berupa negatif, trace(5 mg/dl), +1(15 mg/dl), +2(40 mg/dl), +3(80 mg/dl), +4(160
mg/dl). Pada sampel urin yang diuji hasilnya adalah negatif keton.
6. Urobilinogen
Empedu, yang sebagian besar dibentuk dari bilirubin terkonjugasi mencapai
area duodenum, tempat bakteri usus mengubah bilirubin menjadi urobilinogen.
Sejumlah besar urobilinogen berkurang di feses, sejumlah besar kembali ke hati melalui
aliran darah; di sini urobilinogen diproses ulang menjadi empedu, dan kira-kira
sejumlah 1% diekskresikan oleh ginjal ke dalam urin.
Peningkatan ekskresi urobilinogen dalam urine terjadi bila fungsi sel hepar
menurun atau terdapat kelebihan urobilinogen dalam saluran gastrointestinal yang
melebehi batas kemampuan hepar untuk melakukan rekskresi. Urobilinogen meninggi
dijumpai pada : destruksi hemoglobin berlebihan (ikterik hemolitika atau anemia
hemolitik oleh sebab apapun), kerusakan parenkim hepar (toksik hepar, hepatitis
infeksiosa, sirosis hepar, keganasan hepar), penyakit jantung dengan bendungan kronik,
obstruksi usus, mononukleosis infeksiosa, anemia sel sabit. Urobilinogen urine
menurun dijumpai pada ikterik obstruktif, kanker pankreas, penyakit hati yang parah
(jumlah empedu yang dihasilkan hanya sedikit), penyakit inflamasi yang parah,
kolelitiasis, diare yang berat.
Hasil positif juga dapat diperoleh setelah olahraga atau minum atau dapat
disebabkan oleh kelelahan atau sembelit. Orang yang sehat dapat mengeluarkan
sejumlah kecil urobilinogen.
Dalam praktikum ini, kadar urobilinogen pada urin sampel adalah 0,2 (3,5)
EU/dL yang artinya negatif.
7. Bilirubin
Bilirubin diuji dengan garam diazonium (2-6 diclorobenzene-diazonium
floroborat) dalam suasana asam membentuk azobilirubin yang berwarna merah violet.
Bilirubin yang dapat dijumpai dalam urine adalah bilirubin direk (terkonjugasi),
karena tidak terkait dengan albumin, sehingga mudah difiltrasi oleh glomerulus dan
diekskresikan ke dalam urine bila kadar dalam darah meningkat. Bilirubinuria dijumpai
pada ikterus parenkimatosa (hepatitis infeksiosa, toksik hepar), ikterus obstruktif,
kanker hati (sekunder), CHF disertai ikterik.
Secara normal, bilirubin tidak dijumpai di urin. Bilirubin terbentuk dari
penguraian hemoglobin dan ditranspor ke hati, tempat bilirubin berkonjugasi dan
diekskresi dalam bentuk empedu. Bilirubin terkonjugasi (bilirubin direk) ini larut dalam
air dan diekskresikan ke dalam urin jika terjadi peningkatan kadar di serum. Bilirubin
tak terkonjugasi (bilirubin indirek) bersifat larut dalam lemak, sehingga tidak dapat
diekskresikan ke dalam urin.
Pada tes bilirubin sampel urin menunjukan hasil bilirubin 1(17)+. Maka bila
dalam urine ditemukan adanya peningkatan kadar bilirubin yang berlebih, dapat diduga
pasien tersebut menunjukkan adanya gangguan pada hati (kerusakan sel hati) atau
saluran empedu.
8. Eritrosit
Uji ini berdasarkan aktivitas pseudoperoxidatif hemoglobin yang mana katalisis
reaksi dari dispropil benzene dihidroperoksid dan 3,3’,5,5’-tetrametilbenzidin, hasilnya
mulai dari orange sampai hijau.
Pada tes darah, sampel urin menunjukan hasil negatif. Tetapi bila di dalam urin
terdapat kandungan eritrosit adalah wajar, karena memang tubuh membuang sel-sel
darah merah yang sudah mati keluar dari tubuh salah satunya melalui urin. Namun, bila
jumlahnya sangat banyak di atas batas normal maka bisa saja pasien memiliki
kerusakan pada bagian glomerulus di ginjal yang berfungi untuk menyaring zat-zat
penting dari dalam darah.
9. Hb
Karena Hb merupakan bagian dari erytrosit, maka bila ditemukan jumlah
eritrosit dalam urine diatas batas normal, maka bisa saja pasien mengalami kerusakan
ginjal tepatnya pada bagian glomerulus.
10. Berat Jenis
Berat jenis (yang berbanding lurus dengan osmolalitas urin yang mengukur
konsentrasi zat terlarut) mengukur kepadatan urin serta dipakai untuk menilai
kemampuan ginjal untuk memekatkan dan mengencerkan urin. Berat jenis urine yang
rendah persisten menunjukkan gangguan fungsi reabsorbsi tubulus. Pada uji ini akan
terjadi perubahan warna reagen dari biru hijau ke hijau kekuningan tergantung pada
konsentrasi ion dalam urine
Berdasarkan hasil percobaan, diperoleh berat jenis urine sampel adalah 1,015.
Bila dibandingkan dengan berat jenis urin normal yaitu antara 1,003-1,030, maka
sampel urin masih dalam batas normal. Hal ini menandakan tidak terjadi gangguan
fungsi reabsorpsi tubulus. Selain itu, Berat jenis urin herhubungan erat dengan diuresa,
makin besar diuresa makin rendah berat jenisnya dan sebaliknya. Makin pekat urin
makin tinggi berat jenisnya, jadi berat jenis bertalian dengan faal pemekat ginjal. Urin
yang mempunyai berat jenis 1,020 atau lebih, menunjukkan bahwa faal pemekat ginjal
baik. Keadaan ini dapat dijumpai pada penderita dengan demam dan dehidrasi.
Sedangkan berat jenis urin kurang dari 1,009 dapat disebabkan oleh intake cairan yang
berlebihan, hipotermi, alkalosis dan kegagalan ginjal yang menahun. Berat jenis yang
rendah ini bisa disebabkan oleh banyak minum, udara dingin, dan diabetes insipidus.
Berat jenis yang tinggi disebabkan oleh dehidrasi, proteinuria, dan diabetes mellitus.
11. pH
Pada tes pH sampel urin menunjukan pH normal, karena pH urine normal
berkisar dari 5-7. pH bervariasi sepanjang hari, dipengaruhi oleh konsumsi makanan;
bersifat basa setelah makan, lalu menurun dan menjadi kurang basa menjelang makan
berikutnya. Urine pagi hari (bangun tidur) adalah yang lebih asam. Obat-obatan tertentu
dan penyakit gangguan keseimbangan asam-basa jug adapt mempengaruhi pH urine.
Urine yang diperiksa haruslah segar, sebab bila disimpan terlalu lama, maka pH akan
berubah menjadi basa. Urine basa dapat memberi hasil negatif atau tidak memadai
terhadap albuminuria dan unsure-unsur mikroskopik sedimen urine, seperti eritrosit,
silinder yang akan mengalami lisis. pH urine yang basa sepanjang hari kemungkinan
oleh adanya infeksi. Urine dengan pH yang selalu asam dapat menyebabkan terjadinya
batu asam urat.
12. Status Dehidrasi
Cara paling sederhana untuk mengetahui status dehidrasi adalah dengan
memeriksa warna dan jumlah air seni. Jika air seni sangat gelap dan sedikit, maka tubuh
membutuhkan lebih banyak air. Jika air seni bewarna jernih, tubuh berada dalam
keseimbangan air yang normal (Clark, 1996).
Warna urine sampel yang diuji berdasarkan warna urine terletak pada nomor
dua yang artinya tubuh responden terhidrasi dengan baik. Jika warna urine berada pada
nomor 1-3 termasuk pada terhidrasi baik, jika warna urine berada pada nomor 4-6
termasuk dalam dehidrasi ringan, dan jika warna urine berada pada nomor 7-8 berarti
mengalami kekurangan cairan(dehidrasi berat).
BAB V
PENUTUP

Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk tujuan diagnosisinfeksi
saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal,memantau
perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan tekanan darah tinggi(hipertensi), dan
skrining terhadap status kesehatan umum. Hasil urine probandus rata-rata baik dan masih
dalam kategori normal.
Lampiran
Daftar pustaka
Riswanto dan Mohammad Rizki. 2015. Urinalisis. Jakarta : Pustaka Rasmedia.

Gandasoebrata, R. 2013. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : PT Dian Rakyat.

Mundt, L.A. dan Shanahan, K., 2011. Graff’s Textbook of Urinalysis and Body Fluids. Edisi
Kedua. The Point Lippincott Willian dan Wilkins. Philadelphia, United States

Strasinger, S.K. and M.S. Di Lorenzo. 2008. Urinalysis and Body fluids. F.A. Davis company.

Anda mungkin juga menyukai