Anda di halaman 1dari 29

ANALISIS TINJA

PENDAHULUAN

Analisis tinja merupakan salah satu pemeriksaan laboratorium yang sering diminta oleh
klinisi, baik sebagai pemeriksaan rutin maupun untuk tujuan diagnosis kelainan pencernaan.
Pemeriksaan ini memberikan informasi penting yang diperlukan dalam diagnosis banding
berbagai kelainan saluran cerna seperti maldigesti, malabsorbsi, perdarahan, infeksi, maupun
kelainan hati, empedu dan pancreas yang menyebabkan gangguan enzim pencernaan.
Analisis tinja meliputi pemeriksaan makroskopik, mikroskopik, kimia dan mikrobiologi.
Pemeriksaan makroskopik mencakup warna, konsistensi, bau, deteksi mukus atau darah. Pada
pemeriksaan mikroskopik dilaporkan adanya leukosit, sisa makanan seperti amilum, lemak, serat
daging, serat tumbuhan dan adanya telur parasit. Pemeriksaan kimia yang umumnya dilakukan
adalah pemeriksaan darah samar, urobilin.
Darah samar dalam tinja merupakan pemeriksaan yang sering dilakukan karena adanya
darah samar merupakan tanda paling awal dan paling sering pada kanker kolorektal. Analisis
tinja secara komprehensif bermanfaat bukan saja dalam mendeteksi adanya darah dalam tinja,
tetapi juga memberikan informasi dan evaluasi terhadap proses digesti, absorbsi serta fungsi
usus.
Hasil analisis tinja diharapkan dapat berperan dalam menentukan adanya berbagai
kelainan misalnya peningkatan ekskresi lemak (stearorrhea), menentukan jenis diare dan
penyebabnya.

PEMBENTUKAN TINJA

Tinja merupakan hasil proses pencernaan yang tidak diabsorbsi. Komposisi tinja terdiri
dari serat selulose, epitel usus, bakteri usus, sekresi saluran cerna misalnya enzim, pigmen
empedu, elektrolit dan air. Pada keadaan normal setiap hari diekskresi kira-kira 100-200 gram
tinja.
Makanan akan mengalami serangkaian proses pencernaan mulai dari ingesti yaitu
dikunyah, proses digesti yaitu sekresi enzim pencernaan ke saluran cerna dan proses absorbsi
yang berarti penyerapan zat nutrisi oleh dinding usus. Makanan yang melalui proses pencernaan
membutuhkan waktu 18-24 jam sebelum akhirnya diekskresi sebagai tinja. Sekitar 9000 ml
cairan berupa air, saliva, sekresi lambung, sekresi pankreas, sekresi usus dan empedu berperan
dalam proses pencernaan. Dari jumlah tersebut, sebagian besar akan direabsorbsi sehingga
jumlah cairan yang diekskresi dalam tinja menjadi hanya sekitar 150 ml.
Pada keadaan tertentu yang menyebabkan gangguan dalam reabsorbsi cairan atau terjadi
sekresi berlebihan akan menyebabkan diare (watery stool). Diare didefinisikan sebagai
peningkatan volum dan frekuensi buang air besar dengan konsistensi tinja cair. Ada 3 jenis diare
yaitu diare skretorik, diare osmotik dan diare akibat hipermotilitas usus.
Diare sekretorik terjadi akibat peningkatan sekresi cairan usus sedangkan diare osmotik
terjadi akibat ingesti cairan osmotik aktif seperti laktosa. Diare sekretorik biasanya disebabkan
mikroorganisme yang mengeluarkan enterotoksin. Enterotoksin akan menstimulasi sekresi usus
yang banyak mengandung elektrolit.
Diare osmotik umumnya disebabkan karena maldigesti atau malabsorbsi. Pada maldigesti
terjadi gangguan dalam proses pencernaan sehingga makanan tidak dapat diubah ke dalam
bentuk yang siap diabsorbsi, sedangkan malabsorbsi adalah gangguan dalam proses absorbsi zat
nutrisi yang sudah dicerna.
Sebaliknya dari diare, bila terjadi penurunan motilitas usus sehingga reabsorbsi air
meningkat, maka terjadi konstipasi.
Klasifikasi diare
Tipe Mekanisme Penyebab tersering
Diare sekretorik Peningkatan sekresi cairan  Organisme yang menghasilkan
usus yang menyebabkan enterotoksin (V. cholerae, Salmonella,
peningkatan jumlah cairan Shigella, E. coli, Clostridium,
dalam usus besar sehingga Staphylococcus, protozoa)
melampaui kemampuan  Gangguan mukosa (gastroenteritis
reabsorbsi virus, kolitis ulseratif, obat)
 Neoplasma
 Obat-obatan atau hormon (caffeine,
prostaglandin, vasoactive intestinal
peptide).

Diare osmotik Peningkatan jumlah cairan  Maldigesti (defisiensi laktase, defisiensi


osmotik aktif dalam lumen, lipase)
yang menyebabkan sekresi  Malabsorbsi non-elektrolit (penyakit
air dan elektrolit ke dalam mukosa usus).
usus sehingga melampui  Efek laksatif beberapa obat (antacid,
kemampuan reabsorbsi sorbitol, tetrasiklin, lincomycin)
usus besar.  Infestasi parasit (giardiasis,
strongyloidiasis).
Hipermotilitas usus Peningkatan motilitas usus  Diare sekretorik dan osmotik
yang berakibat penurunan  Aktivitas saraf parasimpatik
waktu pasase sehingga  Laksatif (castor oil)
proses reabsorbsi tidak  Emosi (stress)
sempurna  Obat kardiovaskuler (digitalis,
quinidine)

Fermentasi oleh bakteri usus akan menyebabkan terbentuknya gas. Beberapa jenis
karbohidrat yang tidak tercerna dengan baik akan dimetabolisme oleh bakteri usus membentuk
gas dalam jumlah banyak. Peningkatan jumlah gas akan menyebabkan tinja berbusa (foamy and
floating stool).1,3,4,5 Keadaan ini sering dijumpai pada penderita intoleransi laktosa dan
steatorrhea.1,5 Ekskresi lemak dalam tinja normal, <6 g/hari. Bila ekskresi lemak dalam tinja
meningkat >6 g/hari disebut sebagai steatorrhea, dengan karakteristik tinja berwarna pucat,
lengket, bulky ( besar sekali), spongy dan foul smelling (bau busuk).1,2,3,4,5

Tabel 2. Perbedaan diare dan steatorrhea1


Karakteristik Volum Frekuensi Penyebab Gejala klinik
tinja tinja defekasi
Diare Berair, bau Meningkat Meningkat Gangguan Ketidakseimbangan
normal absorbsi air air & elektrolit;
& elektrolit asidosis;
hipovolemia
Steatorrhea Lengket, Meningkat Normal Maldigesti Malnutrisi berat
foul odor atau atau badan turun
Konsistensi meningkat malabsorbsi
spongy lemak

PENGUMPULAN BAHAN
Pengumpulan bahan merupakan faktor penting dalam semua prosedur pemeriksaan
laboratorium. Selama 1-2 hari sebelum pemeriksaan tinja disarankan untuk tidak mengkonsumsi
obat-obatan seperti antasida, antidiare, antiparasit, antibiotik, laksan, vitamin C, zat besi dan lain-
lain.7
Bahan pemeriksaan tinja ditampung dalam wadah bersih, tidak dapat meresap, berlabel
identitas pada badan wadah penampung, bertutup rapat, tidak mudah pecah dan mudah dibawa.
Penderita diberikan penjelasan agar tinja tidak terkontaminasi dengan urin dan air toilet yang
mengandung sabun atau disinfektan. Selain itu, tinja tidak mengenai bagian luar wadah dan diisi
tidak terlalu penuh.1,2,4,5,6,7 Gas yang terkumpul dalam wadah dikeluarkan secara periodik dengan
cara membuka tutup wadah.1
Tinja yang menempel di sarung tangan pada waktu colok dubur, dapat dipindahkan ke
kertas saring untuk pemeriksaan makroskopik dan darah samar. Tinja sebaiknya diperiksa
dalam keadaan segar, kurang dari 1 jam setelah diambil 7, karena bila dibiarkan unsur dalam tinja
akan berubah.1
PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK
Warna
Tinja normal berwarna coklat yang berasal dari urobilinogen yang teroksidasi dalam usus
menjadi urobilin. Warna tinja yang abnormal dapat disebabkan karena sisa konsumsi makanan,
obat tertentu atau karena penyakit dalam saluran cerna.1,4
Tinja berwarna hitam seperti ter (tarry stool) biasanya disebabkan perdarahan saluran
cerna bagian atas.1,2,4,5,8 Bila terjadi perdarahan pada esofagus, lambung dan duodenum,
diperlukan waktu sekitar 3 hari untuk darah sampai dalam tinja. Selama waktu tersebut terjadi
pemecahan hemoglobin menjadi hematin asam oleh asam lambung sehingga tinja berwarna
hitam. Darah yang berasal dari saluran cerna bagian bawah memerlukan waktu lebih singkat
untuk sampai dalam tinja, dan tidak terkena asam lambung sehingga umumnya darah dalam tinja
berwarna merah.1,2,4,5
Pada tabel 3 dapat dilihat karakteristik makroskopik tinja.

Tabel 3. Karakteristik makroskopik tinja


Karakteristik Penyebab
Warna Clay-colored (warna tanah), Obstruksi poshepatik
abu-abu, kuning pucat, barium enema darah dari
putih merah saluran cerna bagian bawah
bit, zat warna makanan
obat-obatan,: rifampisin
bromsulfonftalein
Coklat normal
hitam darah dari saluran cerna atas
charcoal
terapi besi
bismuth
Hijau sayuran hijau : bayam
biliverdin (terapi antibiotik)

Konsistensi Berbentuk normal


Keras konstipasi
Lunak peningkatan cairan dalam
tinja
Berair diare, steatorrhea

Lain-lain Berbusa, floating peningkatan jumlah gas


dalam tinja
Lengket, spongy steatorrhea
mukus konstipasi kolitis, vilous
adenoma

Konsistensi
Pada keadaan normal konsistensi tinja agak lunak dan berbentuk. Konsistensi cair
bercampur darah dan lendir dapat disebabkan olah amubiasis, keganasan usus besar. Tinja
lengket dapat disebabkan karena banyak mengandung lemak, yang disebut sebagai
steatorrhea.1,2,4,5

Mukus
Mukus atau lendir merupakan suatu zat gelatin yang tidak dijumpai pada tinja normal.1,3,8
Adanya lendir dalam tinja dikaitkan dengan adanya rangsangan dalam dinding usus misalnya
gangguan pergerakan usus, atau beberapa penyakit seperti kolitis, disentri basiler, villous
adenoma dan inflamasi rektum.1,3,4,5,8 Bila lendir hanya terdapat pada bagian luar tinja, lokasi
iritasi mungkin terdapat pada usus besar. Sebaliknya bila lendir bercampur dengan tinja lokasi
iritasi terletak pada tempat yang lebih tinggi misalnya di usus halus.1 lendir bercampur dengan
darah sering ditemukan pada penderita keganasan saluran cerna.1,5

Bau
Bau tinja berasal dari hasil metabolisme bakteri usus.1,2,4 Bila terjadi perubahan
keseimbangan flora normal usus atau komposisi zat makanan yang dicerna berubah dapat terjadi
perubahan bau tinja. Pada steatorrhea biasanya tinja berbau asam.1,2,4

Lain-lain
Pada pemeriksaan makroskopik perlu diperhatikan juga adanya unsur lain dalam tinja
misalnya pus (nanah), cacing atau sisa makanan yang tidak tercerna. 1,3,7 Pus ditemukan pada
kolitis ulseratif kronik, disenteri basiler abses atau fistula yang berhubungan dengan kolon
sigmoid, rektum dan anus.1,3,5,7,8 untuk memastikan adanya pus diperlukan pemeriksaan
mikroskopik.
Untuk membedakan diare sekretorik dengan diare osmotik dapat dilakukan pengukuran
osmolalitas tinja, kadar natrium dan kadar kalium tinja. Kemudian dilakukan perhitungan
osmolalitas tinja :
Osmolalitas hitung = 2 x (Na+ tinja + K+ tinja)
Bila perbedaan antara osmolalitas ukur dengan osmolalitas hitung lebih dari 20 mOsm
per kg, kemungkinan adanya diare osmotik. 1 Berikut adalah algoritme yang dapat dipergunakan
untuk evaluasi diare dan steatorrhea.
Karakteristik tinja

berair Lengket, foul odor

Diare Steatorrhea

Leukosit Tinja Osmolalitas Tinja Lemak tinja

tak ada ada Normal Tinggi Normal Abormal

Parasit Kultur Diare Diare


Virus Tinja sekretori osmotik singkirkan
kelainan hepatobilier

tes absorbsi xylosa

Normal Abormal

Maldigesti Malabsorbsi

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan dengan cara memeriksa sejumlah kecil suspensi
1,2,4
tinja, kemudian dilakukan pewarnaan menggunakan eosin 2%, lugol dan sudan III.
Pemeriksaan ini dapat membantu menentukan penyebab diare dan sebagai penyaring terhadap
steatorrhea. Secara kualitatif dengan pewarnaan eosin 2% dapat dinilai adanya leukosit,
eritrosit, spora, telur parasit, serta sisa makanan yang tidak tercerna dengan baik seperti
serat daging dan serat tumbuhan. Untuk melihat sisa makanan berupa amilum, digunakan
lugol.1,2,3,4,6,7,8

Leukosit
Pada keadaan normal, tidak dijumpai leukosit dalam tinja. 1,4,7 Adanya leukosit dalam tinja
atau pus berperan pada diagnosis banding diare. Adanya leukosit lebih dari 3/lapangan pandang
besar (lpb) menunjukkan suatu keadaan inflamasi atau infeksi misalnya kolitis ulseratif, disentri
basiler, tuberkulosis usus, dan lain-lain. Untuk meningkatkan kemampuan identifikasi leukosit
pada sediaan basah, dapat dilakukan pewarnaan dengan Wright atau methylene blue.1,2

Lemak
Lemak dalam tinja terdiri dari trigliserida, asam lemak dan garam lemak (fatty acid
salt).1,2 adanya peningkatan lemak dalam tinja secara makroskopik, dapat dipastikan dengan
pemeriksaan mikroskopik menggunakan zat warna Sudan III, Sudan IV atau Oil Red O. Adanya
lemak tampak sebagai globul berwarna orange sampai merah.1,2,4
Untuk pemeriksaan digunakan 2 kaca obyek. Pada kaca obyek pertama diteteskan
suspensi tinja dan ditambahkan beberapa tetes etanol 95%, kemudian diteteskan zat warna lalu
ditutup dengan kaca penutup dan diperiksa menggunakan mikroskop cahaya. Tinja normal
mengandung <60 globul/lpb. Pemeriksaan ini mendeteksi adanya lemak netral (trigliserida)
dalam tinja.1,2
Pada kaca obyek yang kedua suspensi tinja ditambahkan asam asetat 36%, tambahkan
zat warna, tutup dengan kaca tutup dan dipanaskan. Penambahan asam asetat ditujukan untuk
menghidrolisis garam lemak menjadi asam lemak dan pemanasan bertujuan agar zat warna
dapat diabsorbsi oleh asam lemak.1,2
Pemeriksaan dengan kaca obyek kedua ini mendeteksi jumlah lemak total dalam tinja,
karena seluruh lemak yang ada akan terwarnai. Pada keadaan normal dijumpai <100 globul/lpb
dengan ukuran globul <4 μm atau sekitar separuh ukuran eritrosit. Peningkatan jumlah dan
ukuran globul yang besar mencapai 40-80 μm, menandakan suatu steatorrhea.1
Penilaian terhadap hasil pemeriksaan lemak tinja pada kedua kaca obyek bermanfaat
dalam membedakan maldigesti dengan malabsorbsi. Peningkatan jumlah lemak total pada
kaca obyek kedua menunjukkan suatu malabsorbsi. Sebaliknya peningkatan jumlah lemak
netral, menandakan suatu maldigesti.1

Serat sisa makanan


Untuk melihat adanya serat sisa makanan, baik serat daging atau serat tumbuhan,
dilakukan pemeriksaan suspensi tinja dengan larutan eosin 10% dalam alkohol.1,2,4
Beberapa penelitian menunjukkan korelasi yang baik antara ditemukannya peningkatan jumlah
serat daging dengan maldigesti.3,9,10 Pada keadaan normal tidak ditemukan serat daging dalam
tinja dan bisa dijumpai 1-4 serat tumbuhan/lpb.3

PEMERIKSAAN KIMIA

pH
Pemeriksaan pH tinja berhubungan dengan konsumsi serat, produksi asam lemak rantai
pendek dan rantai panjang serta dikaitkan kepentingannya dengan kanker kolon. 3,10 Pada keadaan
normal pH tinja berkisar antara 7-8. pH asam dikaitkan dengan adanya fermentasi karbohidrat
dalam usus akibat defisiensi disakarida.1,2 Telah dilaporkan hubungan antar pH alkali tinja
dengan penurunan asam lemak rantai pendek terutama asam butirat.3 Peningkatan pH tinja
disertai berkurangnya asam lemak rantai pendek (short chain fatty acid/SCFA) menunjang
adanya proses pencernaa yang tidak sempurna.3,7,8,10

Uji reduksi
Uji reduksi dilakukan dengan mencampur 4 tetes suspensi tinja dengan 2,5 mL larutan
Benedict, dipanaska sampai mendidih. Dilihat perubahan warna yang terjadi sama seperti pada
pemeriksaan reduksi pada urin. Pemeriksaan ini dapat digunakan sebagai penyaring adanya
intoleransi karbohidrat. Uji reduksi positif disertai penurunan pH tinja 5-6 dapat merupakan
petanda adanya intoleransi karbohidrat.2,11
Darah samar
Adanya darah dalam tinja dengan jumlah yang banyak dapat dilihat secara makroskopik.
Bila jumlah darah sedikit dan tidak terlihat secara makroskopik, diperlukan pemeriksaan darah
samar.1,2,4 Pemeriksaan ini dianggap penting karena >50% kasus keganasan saluran cerna
merupakan keganasan kolorektal. Adanya darah samar tinja yang positif, merupakan gejala awal
dan paling sering ditemukan pada keganasan saluran cerna.1,3,4,7,8 Walaupun demikian, diagnosis
dini disertai terapi adekuat memberikan prognosis yang baik.1
Pada keadaan normal, kurang dari 2,5 mL darah/hari keluar bersama tinja, yang setara
dengan 2 mg hemoglobin per gram tinja. 1 adanya peningkatan ekskresi darah dalam tinja harus
diikuti dengan pemeriksaan lebih lanjut. Pada umumnya perdarahan saluran cerna terjadi secara
intermiten dan darah tertutup oleh tinja. Oleh sebab itu perlu diambil beberapa bagian dari tinja
yang sama untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang dapat dipercaya.1,2,4
Pemeriksaan darah samar tinja berdasarkan atas aktivitas pseudoperoksidase
hemoglobin yang bereaksi dengan hidrogen peroksida untk mengoksidasi suatu indikator
tidak berwarna menjadi komponen yang berwarna. Sebagai indikator pada umumnya
digunakan benzidin, ortho-toluidin dan guaiac. 1,2,4,5 Saat ini benzidine sudah jarang digunakan
karena bersifat karsinogenik.1,2

Pseudo- O
Hemoglobin H2O2 indikator warna
Peroksidase
Gambar 2. Reaksi perubahan hemoglobin memberikan warna
Reaksi oksidasi ini sensitif untuk mendeteksi adanya darah. Namun demikian adanya zat
lain dalam tinja seperti mioglobin, klorofil yang berasal dari sayuran, serat hewan dan
1,2,4
beberapa bakteri usus dapat menyebabkan reaksi positif palsu. Oleh sebab itu interpretasi
hasil pemeriksaan darah samar harus dilakukan dengan hati-hati pada orang tanpa pembatasan
diet tertentu.1

PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGI
Pada keadaan normal, E.coli, Laktobacillus sp, Bifidobacteria merupakan flora normal
yang terdapat dalam usus.3,8 Mikroorganisme tersebut berperan dalam membantu proses
pencernaan hingga proses penyerapan zat yang diperlukan dapat berlangsung optimal. Selain itu
flora normal juga berperan dalam mencegah kolonisasi oleh mokroorganisme patogen.3,5,7
Perubahan dalam komposisi flora normal usus sering terjadi bersama dengan diare.
Beberpa mikroorganismeyang sering menjadi penyebab diare adalah Aeromonas, Salmonella,
Shigella, Staphylococcus aureus, Klebsiella, proteus, Pseudomonas dan sebagainya. Beberapa
mikroorganisme dilaporkan sebagai petunjuk adanya ketidakseimbangan flora usus yaitu
Enterobacter, Streptococcus beta hemolyticua dan mucoid E. Coli.3,5,7
Selain kultur tinja untuk mencari mikroorganisme patogen yang dicurigai menjadi
penyebab, pewarnaa Gram dapat dilakukan sebagai penyaring. Dilaporkan penggunaan ratio,
pewarnaan Gram untuk menilai adanya keseimbangan flora usus. Pada keadaan normal, 70-80%
kuman Gram negatif dan 20-30% kuman Gram positif.3

DAFTAR PUSTAKA
1. Brunzel NA. Fundamentals of urine body fluid analysis. 2 nd ed. Philadelphia: Saunders;
2004.p 281-92.
2. Strasinger SK. Urinalysis and body fluids. 3nd ed Philadelphia: Davis: 1994.p 198-204.
3. Barrie S.Comprehensive digestive stool analysis. Availabeble from: http://www. Healthy.
Net/library/books/textbook/section2/cdsa.pdf
4. Bauer JD.Stool analysis. In: Bauer JD. Clinikal laboratory methods. 9th ed. St. Louis:
Mosby; 1982.p 790-9.
5. Heisig DG., Threatte GA., Henry JB. Laboratory diagnosis of gastrointestinal and pancraetic
disorder. In: Henry JB. Clinical diagnosis and management by laboratory methods. 20th ed.
Philadelphia: Saunders; 2001.p. 462-76
6. Stool test. Available from: http://www.kidshealth.org/parent/general/sick/labtest8.html
7. Jan Nissl RN. Stool analysis. Available from:
http://www.my.webmd.com/hw/lab_tests/aa80714.asp last update: April 29, 2004.
8. Gary farr. The comprehensive Digestive stool analysis. Available from:
http://www.becomehealthynow.com/ebookprint.php?id=1162. June 25, 2004.
9. Lankisch PG. Exocrine pancreatic function tests. Gut 23. 1998.p 777-98.
10. Walker ARP, Walker BF and Walker AJ. Faecal pH, dietary fibre intake and proneness to
colon cancer in four South African population. Br J Cancer 53. 1986.p 489-95.
11. Wirawan R.

PEMERIKSAAN DARAH DALAM TINJA

PENDAHULUAN
Pemeriksaan tinja diperlukan untuk mendapatkan informasi kelainan saluran cerna seperti
maldigesti dan malabsorbsi, investasi bakteri, virus dan parasit, kelainan hati, saluran empedu
dan penyakit pankreas yang dapat menyebabkan penurunan aktivitas enzim saluran cerna.
Pemeriksaan tinja bermanfaat pula untuk menentukan adanya sisa makanan seperti lemak,
amilum, serat dan dapat membedakan bermacam-macam kelainan yang dapat menimbulkan
diare. Selain itu pada pemeriksaan tinja diperlukan pula penetapan darah di dalam tinja.
Pemeriksaan tinja meliputi pemeriksaan makroskopis, mikroskopis, kimia dan imunologi.
Pemeriksaan makroskopis meliputi seperti konsistensi, adanya lendir, darah dan bau. Pada
pemeriksaan mikroskopis dilaporkan adanya leukosit, eritrosit, lemak, serat dan telur parasit.
Sedangkan pada pemeriksaan kimia dilakukan pemeriksaan adanya darah samar dengan metode
pseudoperoksidase-peroksidase dan pemeriksaan imunokimia dengan metode
imunokromatografi, serta pemeriksaan Apt yang dipakai untuk menentukan adanya darah
yang berasal dari muntahan atau tinja neonatus.
Oleh karena itu untuk menetapkan adanya perdarahan di dalam tinja dapat dilakukan
pemeriksaan makroskopis, mikroskopis dengan mencari adanya eritrosit, pemeriksaan kimia uji
darah samar dengan metode pseudoperoksidase-peroksidase dan pemeriksaan hemoglobin fetal
dengan Apt test serta pemeriksaan imunokimia dengan metode imunokromatografi.

PENGAMBILAN BAHAN

Bahan dapat diambil dengan berbagai cara seperti pemeriksaan colok dubur dengan
menggunakan sarung tangan dan kemudian bahan tinja yang diperoleh diletakkan pada kerta
saring. Selain itu tinja dapat ditempatkan dalam penampung yang bertutup rapat, mempunyai
label yang dilengkapi dengan identitas pasien, umumnya dipakai penampung dari plastik.
Pengumpulan tinja tidak boleh bercampur urin dan harus dikerjakan secepat mungkin.
Pengambilan bahan sebaiknya diambil pada beberapa segmen dari tinja. Terdapatnya serat
daging atau tumbuhan harus dihindari untuk mencegah terjadinya reaksi positif palsu. Perlu
diperhatikan penggunaan obat yang mungkin mengganggu hasil pemeriksaan darah samar
seperti vitamin C dosis tinggi, dan preparat besi.

PENYIMPANAN REAGENSIA
Reagensia harus disimpan di dalam botol asli, dalam keadaan tertutup rapat dan
dipergunakan sebelum masa kadaluwarsa. Suhu penyimpanan perlu diperhatikan yaitu 15-
300C atau 59-860F dan tidak boleh terkena cahaya matahari. Selain itu reagensia tidak boleh
disimpan dalam keadaan lembab dan botol tertutup rapat setelah pengambilan reagensia.

PEMANTAPAN KUALITAS
Setiap kali pemeriksaan, reagensia untuk pemeriksaan darah harus dikontrol dengan tinja
normal untuk kontrol negatif dan tinja berdarah untuk kontrol positif.

PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS TINJA


Tinja yang mengandung darah akan tampak secara makroskopis berwarna merah terang
yang meliputi permukaan tinja. Keadaan ini dijumpai bila perdarahan terjadi pada saluran
cerna bagian bawah. Pada perdarahan yang terjadi di saluran cerna bagian atas, darah akan
bercampur dengan tinja dan asam lambung menimbulkan warna gelap /hitam yang disebut
melena. Selain itu warna hitam pada tinja dapat pula disebabkan oleh darah yang tertelan
karena perdarahan terjadi di dalam rongga mulut atau hidung. Adanya darah di dalam tinja
dapat diketahui bila perdarahan lebih dari 50-100 mL/hari. Tinja yang berwarna merah terang
selain disebabkan oleh perdarahan juga dapat disebabkan oleh makanan seperti bit atau tomat.
Tinja yang berwarna merah gelap dapat pila disebabkan oleh penggunaan kopi, coklat
berlebihan atau berwarna hitam disebabkan oleh zat besi, bismuth suboxide, charcoal atau
makanan yang mengandung darah.

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK TINJA

Pada pemeriksaan tinja secara mikroskopik untuk melihat eritrosit dipakai larutan eosin
2% dalam larutan NaCl 0,9%. Suspensi tinja diletakkan di atas kaca obyek kemudian diteteskan
1-2 tetes larutan eosin. Sediaan dilihat di bawah mikroskop dengan pembesaran 10x45 dengan
kondensor diturunkan; eritrosit tampak sebagai unsur yang berbentuk bulat, berdinding satu lapis
tanpa inti. Pada perdarahan saluran cerna bagian atas mungkin didapatkan pemeriksaan darah
samar berhasil positif, tetapi tidak dijumpai eritrosit dalam sediaan mikroskopik.
PEMERIKSAAN KIMIA
Pemeriksaan Darah Samar
Sering perdarahan di dalam tinja tidak tampak secara makroskopik. Oleh karena itu
diperlukan pemeriksaan darah samar di dalam tinja. Menurut Brunzel dalam keadaan normal
dikeluarkan kurang dari 2,5 mL darah di dalam tinja per hari, menurut Rockey tinja normal
mengandung 0,5-1,5 mL darah/hari, keadaan tersebut sesuai dengan <2 miligram hemoglobin per
gram tinja. Perdarahan yang terdapat di dalam tinja mungkin disebabkan oleh perdarahan dari
gusi, luka pada lambung atau duodenum, inflamasi saluran cerna, tumor jinak atau ganas,
hemorroid dan fisura anal.
Pemeriksaan darah samar tinja didasarkan pemeriksaan pseudoperoksidase-peroksidase.
Prinsip pemeriksaan tersebut adalah :
pseudoperoksidase
H2O2 + indikator oksidasi indikator + H2O
(tidak berwarna) atau peroksidase (warna)

Pada pemeriksaan ini dipakai indikator benzidin, o-tolidin atau guaiac. Hemoglobin
bersifat peroksidase yang dapat merubah indikator tidak berwarna menjadi berwarna.
Pseudoperoksidase-peroksidase dapat disebabkan oleh mioglobin yang terdapat dalam ikan dan
daging, peroksidase bakteri, buah serta sayuran. Benzidin merupakan indikator yang paling
sensitif. Sedangkan Benzididn dan o-tolidin bersifat karsinogen. Oleh karena itu kedua indikator
tersebut tidak dipakai lagi. Akhir-akhir ini banyak guaiac yang kurang sensitif bila dibanding
dengan benzidin atau o-tolidin.
Bermacam faktor di bawah ini dapat mempengaruhi hasil pemeriksaann darah samar.
Positif palsu Negatif palsu
Warna merah dari daging atau ikan Vitamin C> 500 mg/hari
Sayuran, * seperti Iturnips (lobak), brokoli, Terlalu banyak tinja dipakai
Cauliflower (kembang kol), horseradish, Terlalu sedikit tinja dipakai
Buah, * seperti cantaloupe (melon), pisang, Kontaminasi dengan zat kimia dari toilet
pear, plum
Peroksedase bakteri usus
Obat, seperti aspirin, obat yang
merangsang saluran cerna dan preparat besi
*Sayuran dan buah yang dimasak dapat merusak aktivitas peroksidase

Pasien dalam pengobatan aspirin, indometasin, fenilbutason, steroid dan non steroid anti
inflamasi dapat mempunyai efek samping menimbulkan perdarahan pada saluran cerna.
Sebaiknya abat tersebut dihentikan 4 hari sebelum pengambilan bahan dilakukan. Pemberian
vitamin C dosis tinggi sebaiknya dihentikan 2 hari sebelum pengambilan bahan pemeriksaan.
Pengobatan dengan suppositoria harus dihentikan dahulu. Empat hari sebelum pengambilan
bahan pemeriksaan jangan makan bahan mentah seperti daging, ikan, kol, brokoli, kembang kol,
lobak dan semangka karena makanan tersebut dapat menimbulkan reaksi positif palsu.
Menurut Rockey prinsip pemeriksaan darah samar dengan menggunakan substrat guaiac
adalah pembentukan hematin asam yang bersifat sebagai peroksidase menimbulkan oksidasi
terhadap asam guaiackonat yang dengan penambahan reagen H2O2 akan membentuk struktur
quinone yang berwarna biru. Warna biru ini akan timbul setelah 30 detik; bila di dalam tinja
didapatkan peroksidase berarti uji guaiac positif.

PEMERIKSAAN TINJA

PENDAHULUAN
Pemeriksaan tinja bukan merupakan pemeriksaan rutin. Biasanya pemeriksaan tinja
dilakukan/diminta berdasarkan adanya gangguan saluran cerna. Tinja sebaiknya diperiksa dalam
keadaan segar. Bahan pemeriksaan tinja tersebut harus dianggap bahan yang mungkin
menimbulkan infeksi, sehingga pemeriksa harus hati-hati dalam bekerja.

Komposisi Tinja:
Komposisi tinja normal tergantung jumlah dan jenis makanan. Walaupun saluran cerna
berfungsi dengan optimal, namun tetap tidak dapat memproses dan mengabsorbsi seluruh intake
makanan.

SAMPLING
1. Cara mendapatkan sampel
Sampel sebaiknya dari defikasi spontan. Pada pemeriksaan yang sangat diperlukan, tinja
boleh diambil dengan ”rectal toucher”.
Pilih bagian tinja yang memberi kemungkinan adanya kelainan, misalnya bagian yang
bercampur darah atau lendir, dsb.
2. Macam Sampel
A. Sampel sewaktu
B. Sampel 24 jam, digunakan untuk pemeriksaan kuantitatif zat tertentu dalam tinja.
Pengumpulan sampel 24 jam dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Penderita diberi makanan yang dicampur dengan 2 gram ”charcoal” sampai bersih/bebas
dari charcoal baik secara makroskopis maupun mikroskopis.
Normal waktu penampungan sampel kira-kira 24 jam sampai 48 jam.
3. Kuantitas tinja
Normal : 300 sampai 400 gram tinja dan dapat meningkat sampai 800 gram pada diet
tertentu.

Volume tinja meningkat pada keadaan sebagai berikut:


a. Diet karbohidrat
b. Insutiensi pancreas
c. ”Coeliac disease”
d. Enteritia
e. Sprue
4. Pengiriman sampel:
Untuk mengirim tinja digunakan penampung yang terbuat dari kaca atau plastik yang tidak
dapat tembus. Bila tinja keras, dapat dikirim dengan karton yang dilapisi paraffin.
Penampung bermulut lebar.

Pemeriksaan tinja terdiri atas :


1. Pemeriksaan makroskopis
2. Pemeriksaan Mikroskopis
3. Pemeriksaan Kimiawi.

1. Pemeriksaan Makroskopis.
Bentuk dan konsistensi
Warna dan bau
Darah dan lendir
2. Pemeriksaan Mikroskopis
Sel-sel darah dan epitel
Sisa-sisa makanan
a. Pati/amylum
b. Protein
c. Lemak
2.3. Parasit dan kristal
3. Pemeriksaan Kimiawi
3.1. Darah samar
3.2. Bilirubin
3.3. Urobilin
1. Pemeriksaan Makroskopis
Cara kerja :
Amati sampel yang akan diperiksa dan laporkan yang tampak. Bila kurang jelas, tinja dapat
diratakan pada kaca obyek dan amati dengan teliti komponen apa yang tampak misalnya:
Sisa makanan, parasit, benda asing.

Bentuk dan konsistensi


Normal : silinder, padat/lembek sampai keras
Abnormal :
Bentuk dan konsistensi Klinis
Cair Enteritis
Pensil Stenosis rectum
Kecil-kecil dan keras Spasme colon
Viscous hitam Perdarahan saluran cerna
Viscous merah segar Perdarahan saluran cerna bawah

Warna dan Bau


a. Warna
Normal : coklat muda sampai coklat tua oleh karena oksidasi urobilinogen
Abnormal :
Warna Klinis
Purulen, darah+, Lendir+ Colitis ulserosa
Putih Steatorrhea
Hijau Klorofil
Merah segar, jumlah >> Keganasan/Hemorrhoid
Keabuan Lemak tak tercerna
Seperti dempul / acholik Obstruksi empedu
Hitam Melena

b. Bau (Tergantung diet dan retensi tinja dalam usus)


Bau normal tinja disebabkan oleh indol, skatol dan asam butirat. Intensitas bau
tergantung aktifitas pembusukan protein dan daging oleh kuman usus. Diet
mempengaruhi bau, pada vegetarian bau kurang tajam dibanding diet susu.
Bau Normal:
Bau busuk : terjadi akibat pembusukan protein yang tidak dicerna dan dirombak
oleh kuman usus.
Tengik : Terjadi akibat perombakan zat lemak dengan pelepasan asam
lemak
Asam keras : akibat peragian zat gula/karbohidrat yang tidak dicerna misal pada
diare.
Darah dan Lendir
a. Darah :
Bila tinja terdapat darah, ini selalu abnormal.
Normal : darah (-)
Darah (+) : menunjukkan adanya rangsangan atau ada iritasi pada usus.
Darah segar : berasal dari usus bagian distal
Darah hitam/coklat : berasal dari usus bagian proksimal
b. Lendir
Adanya lendir pada tinja berarti adanya rangsangan atau radang dinding usus.
Lokasi Klinis
Pada bagian luar tinja Iritasi colon
Tercampur tinja Usus proksimal
Lendir saja Intususepsi
Lendir dan nanah Disentri, Ileocolitis

2. Pemeriksaan Mikroskopis
Hal-hal yang harus dilakukan sebelum mengerjakan pemeriksaan:
a. Pilih sampel yang dicurigai adanya kelainan dan dikerjakan dari beberapa bagian daerah
seluruh tinja.
b. Bila sampel kering, ambil bagian tengah atau dilunakkan dulu dengan garam fisiologis.
c. Bila sampel lunak atau tak berbentuk langsung dibuat preparat.
d. Bila sampel cair, pusingkan dengan kecepatan 1500 rpm selama 5-10 menit dan buat
preparat dari sediaan yang terbentuk.

Tujuan pemeriksaan
1. Mencari protozoa dan telur cacing
2. mencari adanya sel-sel darah, sel ragi dan epitel
3. Mengetahui sisa-sisa makanan yang tak tercerna.

Alat dan Reagen


Alat : Kaca obyek dengan kaca penutup
Mikroskop
Pengaduk
Reagen : Digunakan bermacam reagen seperti:
1. Eosin 1-2% 4. Sudan III
2. Lugol 1-2% 5. Garam Fisiologis (rutin)
3. asam asetat 10% dan 30%
4.
Cara kerja :
1. Letakkan sedikit sampel yang dicurigai adanya kelainan pada kaca obyek, campur dengan
reagen.
2. Tututp dengan kaca penutup dan baca di bawah mikroskop dengan perbesaran 100X dan
400 X

Sel-sel darah dan epitel


Digunakan reagen Eosin 1-2% 1 tetes.
Hasil pemeriksaan :
a. Sel Epitel
Bila sel berasal dari saluran cerna bagian proksimal dinding sel sebagian atau seluruhnya
sudah rusak. Sel asal bagian distal saluran cerna dinding masih utuh.
Arti Klinis :
Normal : ditemukan 1-2 sel epitel/LPK
Abnormal : ditemukan dalam jumlah banyak/bergerombal kemungkinan ada
radang saluran cerna atau rangsangan yang bertambah.
b. Makrofag
Sel besar dengan sitoplasma yang luas dinding sel tidak teratur dan mengandung vakuola
yang berisi sisa-sisa benda asing yang difagositosis misal bakteri. Sel ini mirip amuba
hanya tidak bergerak.
c. Leukosit
Ada yang berinti tunggal dan yang bersegmen. Selain diperiksa dengan eosin 1%,
leukosit dapat lebih jelas terlihat bila menggunakan reagen asam acetat 6%.
Normal : 1-2 sel leukosit/LPB
Abnormal : Bila ditemukan dalam jumlah yang banyak kemungkinan ada peradangan
saluran cerna misal ”
Colitis ulcerosa
Disentri basiler.
d. Eritrosit
Sel mempunyai ukuran kira-kira 7 mikron dan tidak berinti. Bila sel ini ditemukan dalam
tinja selalu menunjukkan keadaan yang patologis, dan berasal dari colon sampai anus
misal adanya fisura ini.

Sisa-sisa makanan
Kemungkinan ditemukan sisa-sisa makanan yang tak tercerna dengan sempurna misalnya
:
- Sisa sayuran : bentuk seperti sarang lebah, spiral atau serabut panjang yang berinti.
- Serabut otot : bentuk seperti pita dengan garis melintang
- Karbohodrat : bentuk heksagonal seperti kaca, dapat bergerombol atau satu- satu.
Untuk membuktikan bangunan tersebut sisa karbohidrat dapat digunakan
teknik pemeriksaan yang lain dengan menggunakan reagen lugol.

a. Pati/amylum
Cara pemeriksaan :
- Tinja dicampur dengan 1 tetes lugol 1-2%, tutup dengan kaca penutup.
- Panaskan di atas api
- Amati di bawah mikroskop akan tampak butiran-butiran berwarna biru.
b. Protein.
Cara pemeriksaan :
- Tinja dicampur dengan 1 tetes asam acetat 30%, tutup dengan kaca penutup.
- Amati di bawah mikroskop akan tampak serabut bengkak, homogen, warna
kuning muda.
c. Lemak
Bentuk mermacam-macam.
Lemak netral & asam lemak bebas : droplet atau plaque
Asam lemak : tipis tak berwarna, atau kristal bentuk jarum tak berwarna
Sabun : kristal cluster, kristal pendek dan tebal.

Metode pemeriksaan :
 Pemanasan
Cara pemeriksaan :
- Tinja dibuat preparat tipis, tutup dengan kaca penutup.
- Panaskan / bakar di atas pemenas spirtus.
- Amati di bawah mikroskop.
Interpretasi hasil :
- tetesan lemak (+) : feses mengandung asam lemak dan lemak netral.
 Asam asetat 30%
Untuk mendeteksi persabunan lemak.
Cara pemeriksaan :
- Tinja dicampur denga 1-2 tetes Asam asetat 30%, tutup dengan kaca penutup.
- Panaskan di atas api bunsen/pemanas spirtus yang kecil
- Amati di bawah mikroskop
Interpretasi hasil :
- lemak akan mengeluarkan sabun lemak dan membentuk butiran-butiran saat
dipanaskan.
- Tetesan/butiran lemak (+) ; feses mengandung sabun.
 Sudan III
Sudan III dalam alkohol
Cara pemeriksaan :
- Tinja dicampur dengan 2-3 tetes Sudan III, tutup dengan kaca penutup.
- Bakar di atas api bunsen/pemanas spirtus yang kecil.
- Amati di bawah mikroskop
Interpretasi hasil :
- Warna merah (+) : feses mengandung lemak netral dan asam lemak.
Sudan III dalam asam asetat
Digunakan untuk mendeteksi sabun dalam feses
Teknik pemeriksaan sama dengan Sudan III dalam alkohol
Interpretasi hasil :
- Warna merah (+) : feses mengandung sabun.

Parasit dan Kristal


a. Parasit : Kemungkinan ditemukan bermacam-macam.
- Telur cacing, larva cacing
- Amuba diperiksa dengan Eosin 2% dan bentuk kristalnya diperiksa dengan Lugol.
b. Kristal : Berbagai kristal dapat ditemukan dalam tinja.
- Normal : tripel fosfat; kalsium oksalat
- Abnormal : Charcot-Leyden; hematoidin

3. Pemeriksaan Kimiawi
Darah Samar
Metoda :
Bensidin basa
Hema test
Guaiac
Tujuan : untuk mendeteksi adanya darah (Hb) dalam tinja
 Metode Bensidin Basa
Alat dan reagen :
- Rak dan tabung reaksi
- Lampu spirtus
- Corong dan kertas saring
- Pengaduk
- Serbuk Benzidin basa (karsinogenik)
- Asam asetat glasial
- Perhidrol 3% atau garam fisiologis.

Prinsip kerja :
Hemoglobin mempunyai sifat-sifat peroksidasi yang akan menguraikan perhidrol dan
akan mengoksidasi menjadi zat yang berwarna hijau sampai biru tua.
Cara kerja :
1. Buat suspensi tinja dengan aquadest atau garam fisiologis kira-kira 10 ml,
panaskan sampai mendidih.
2. Dalam keadaan panas suspensi tinja disaring dan biarkan filtratnya menjadi
dingin.
3. Buat 3 ml larutan jenuh bensidin basa dalam asam asetat glasial pada tabung
reaksi yang lain.
4. Campur 2 ml filtrat (ad 2) ke dalam tabung (ad 3), kemudian campur dengan 1 ml
perhidrol 3%.
5. Amati perubahan warna dalam waktu 5 menit tepat.
Penilaian Hasil :
 Negatif : Tak tampak perubahan warna
 Positif 1 (1) : Terjadi warna hijau
 Positif 2 (++) : Warna biru kehijauan
 Positif 3 (+++) : Warna biru
 Positif 4 (++++) : Warna biru tua
Arti klinis : normal : negatif (norma darah keluar 2-2,5 mg/hari)
Abnormal : positif 1-4, tergantung banyaknya darah dalam tinja
Positif palsu : pada diet/mendapat obat yang mengandung zat besi dan adanya
aktifitas bakteri yang dapat mengahasilkan peroksida (dapat
dihilangkan dengan pemanasan)
Negatif palsu : Adanya reaksi Hb dengan asam askorbat akibat intake vitamin C lebih
dari 300 mg/hari

CATATAN
Sebelum test hindari makanan atau obat-obatan yang mengandung besi.
Hindari perdarahan gusi.
 Hema Test.
Prinsip pemeriksaan sama dengan benzidin basa.
Waktu pemeriksaan 2 menit.
Sensitifitas test ini 6 mg Hb/gr tinja.

Pemeriksaan Bilirubin
Alat dan regen :
- Alat seperti pemeriksaan darah samar
- Kertas saring
- Reagen Fouchet
- Barium Chlorida 10%
- Aquadest.
Prisip pemeriksaan :
Bilirubin dalam tinja aakan dioksidasi menjadi biliverdin yang berwarna hijau.
Cara Kerja:
1. Buat suspensi tinja dengan barium chlorida 10%, biarkan beberapa menit kemudian
saring.
2. Biarkan endapan pada kertas saring agak kering, kemudian tetesi dengan reagen
Fouchet.
3. Amati perubahan warna yang terjadi.
Penilaian Hasil :
Negatif (normal) : tak ada perubahan warna
Positif : timbul warna hijau sampai biru

Pemeriksaan Urobilin
Alat dan reagen :
 Mortir dan stamper
 Cawan Porselin
 Pipet
 Pengaduk
 Mercuri chlorida 10%
Prinsip pemeriksaan :
Urobilin tinja akan bereaksi dengan mercuri chlorida dan terbentuk senyawa warna
merah.

Cara kerja :
1. Campur 1 volume tinja dengan 1 volume mercuri chlorida 10% dalam mortir dengan
menggunakan stampernya.
2. Tuang ke cawan datar dan biarkan menguap 6-24 jam
3. Amati perubahan warna yang terjadi.
Penilaian :
Positif : bila timbul warna merah
CATATAN
Tinja normal selalu mengandung urobilin.

Arti klinis :
Urobilin menurun pada ikterus obstrektifus, negatif bila terjadi obstruksi total.
Penetapan ekskresi urobilin 24 jam lebih bermakna pada anemia hemolitik, ikterus
obstruktif dan ikterus hepatobiler.

Anda mungkin juga menyukai