URINALISIS
Kelompok 1
Ervina Novitasari 31118001
Gina Nur Fitria M.P 31118004
Cindi Kartika 31118005
Mutia Ambar Permatasari 31118020
Mega Oktaviani 31118022
Maram Nurani 31118037
Rangga Dwi Muharram 31118048
F. Prosedur Percobaan
Basahi seluruh permukaan reagen Kelebihan urin pada bagian belakang carik
carik celup dengan sampel urin dihilangkan dengan cara menyimpan carik
dan tarik carik dengan segera, tersebut pada kertas agar menyerap urin
kelebihan urin diketukkan pada di bagian tersebut.
bagian bibir wadah urin.
G. Hasil Pengamatan
No Analit yang Hasil Hasil Hasil
Diamati Urinalisis Urinalisis Urinalisis
(Kelompok 1) (Kelompok 2) (Kelompok 3)
1. LEU (Leukocytes) 15 + 70 + -
2. NIT (Nitrite) - - -
3. URO 0.2 (3.5) 0.2 (3.5) 0.2 (3.5)
(Urobillinogen)
4. PRO (Protein) 15 (0.15) + 15 (0.15) + 15 (0.15) +
5. pH 6.0 6.0 6.0
6. BLO (Blood) - - -
7. SG (Specific 1.030 1.015 1.020
Gravity)
8. KET (Ketone) - - -
9. BIL (Billirubin) 1 (17) + 1 (17) + -
10. GLUE (Glucose) - - -
Organoleptik
Organoleptik Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3
Bau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau
Warna Kuning pekat Kuning pudar Kuning pekat
H. Pembahasan
Pada praktikum kali ini praktikan melakukan pengujian “urinalisis” dengan
metode carik celup. Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan kimia.
Hasil yang diperoleh untuk pemeriksaan fisik, sampel urin yang diperoleh
yaitu, pada kelompok 1 bau : tidak berbau dan warna : kuning pekat, pada kelompok 2
bau : tidak berbau dan warna : kuning pudar dan pada kelompok 3 bau : tidak berbau
dan warna : kuning pekat.
Pengujian yang selanjutnya yaitu pemeriksaan kimia, pemeriksaan kimia urin
dapat dilakukan dengan uji dipstik yaitu dengan menggunakan reagen strip (Strasinger
dan Lorenzo, 2008). Uji kimia yang tersedia pada reagen strip umumnya adalah ph,
protein, glukosa, bilirubin, urobilinogen, berat jenis, darah, keton, nitrit dan leukosit
esterase (Mundit dan Shanahan, 2011).
Tes leukosit, tes ini dapat mendeteksi esterase yang terdapat dalam sel darah
putih granulosit (neutrofil, eosinophil, dan basofil) dan monosit (Strasinger dan
Lorenzo, 2008). Hasil tes leukosit esterase, pada kelompok 1 menunjukan hasil 15+,
pada kelompok 2 menunjukan hasil 70+ , dan pada kelompok 3 menunjukkan hasil
negatif (-). Pada kelompok 1 dan kelompok 2 terdapat peningkatan temuan leukosit di
urin yang mengindikasikan adanya infeksi saluran kemih. Tetapi, dapat pula karena
semua sampel urin yang digunakan berasal dari wanita, karena pada wanita jumlah
leukosit bisa lebih tinggi dibanding laki – laki karena adanya kontaminasi dari vagina.
Sedangkan pada kelompok 3 menunjukkan hasil yang negatif (-) sehingga dapat
dikatakan tidak ada infeksi pada saluran ginjal dan sampel termasuk ke dalam urin
normal. Prinsip pada pemeriksaan LE (leukosit) adalah asam karbonat ester yang
berasal dari granulosit akan membentuk indoxyl. Indoxyl akan teroksidasi jika
bereaksi dengan garam diazonium dan dan membentuk warna ungu (Strasinger dan
Lorenzo, 2008).
Asam indoksil kaarbonik ester + indoksil leukosit indoksil
Esterase
Asam indoksil + garam diazonium asam azodye ungu
Tes nitrit, hasil yang diperoleh dari semua kelompok adalah negatif (-), artinya
tidak ada infeksi bakteri gram negatif dan tidak terdapat bakteri dalam urin. Di dalam
urin normal terdapat nitrat sebagai hasil metabolisme protein, nitrat dapat mengalami
reduksi jika terdapat bakteri dalam jumlah yang signifikan dalam urine (Sudiono,
Iskandar, Halim et al. 2006). Contoh bakteri yangb biasa terdapat dalam urin adalah
Escherichia coli, Enterobakter, Citrobacter, Klebsiella, dan Proteus. Bakteri – bakteri
tersebut mengandung enzim reduktase sehingga mereduksi nitrat menjadi nitrit. Hal
ini terjadi apabila urin telah berada dalam kandung kemih minimal 4 jam. Spesimen
terbaik untuk pemeriksaan nitrit adalah urin pagi yang diperiksa dalam keadaan segar,
karena penundaan pemeriksaan dapat mengakibatnkan bakteri berkembang biak diluar
saluran kemih, sehingga nitrit yang dihasilkan lebih banyak dan mempengaruhi hasil
pemeriksaan (Strasinger dan Lorenzo, 2008).
Asam para-arsanilic + NO2 asam garam diazonium
Garam diazonium + tetrahydrobenzoquinolon asam merah muda
Tes protein, hasil yang diperoleh dari semua kelompok adalah 15 (0.15) +,
diduga kemungkinan adanya kerusakan pada glomerulus. Normalnya ekskresi protein
urin tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl dalam setiap satu spesimen. Jika
kadar protein lebih dari 10 mg/ml didefinisikan sebagai proteinuria (Strasinger dan
Lorenzo, 2008). Proteinuria dapat menjadi tanda awal kerusakan pada ginjal dan
muncul sebelum gejala klinis terlihat (Mundt dan Shanahan, 2011). Sebagian kecil
protein plasma disaring di glomerulus yang diserap oleh tubulus ginjal dan
diekskresikan ke dalam urin. Dengan menggunakan spesimen urin sewaktu, protein
dalam urin dapat dideteksi menggunakan strip reagen. Prinsip uji disptik ini yaitu
mendeteksi protein dengan indikator bromphenol biru, yang sensitif terhadap albumin
tetapi kurang sensitif terhadap globulin, protein Bence-Jones, dan mikroprotein karena
albumin menyerap ion hidrogen dan indikator (Strasinger dan Lorenzo, 2008).
Tes ph, urin pagi pada seseorang yang sehat akan menunjukkan ph 5-6 (lebih
asam dari urin lainnya) dan dapat menjadi lebih basa bergantung pada makanan yang
dikonsumsi (Strasinger dan Lorenzo, 2008). Hasil pengamatan yang diperoleh untuk
ph dari kelompok urin yang di uji yaitu 6,0 dan termasuk ke dalam ph urin normal.
Methyl merah + H- Bromthymol biru-H-
(merah-jingga -> kuning) (hijau -> biru)
Prinsip dari pengukuran ph adalah uji disptik ini adalah kombinasi indikator methyl
red dan bromthymol blue yang terkandung pada strip memungkinkan perubahan
warna strip dari jingga hingga kuning sesuai dengan ph urin (Sudiono, Iskandar,
Halim et al. 2006).
Tes darah, hasil pengamatan untuk darah semua kelompok menujukan hasil
yang negatif (-), artinya sampel urin termasuk normal dan tidak ada heamturia atau
rabdomiolisis yang terjadi pada kondisi patologi klinik pasien. Hematuria
berhubungan dengan kerusakan pada ginjal atau organ genitourinari lainnya yang
berdarah akibat trauma atau kerusakan organ lainnya. Hematuria dapat disebabkan
penyakit glomerulus, tumor, trauma, pielonefritis, atau terapi antikoagulan.
Hemoglobinuria terjadi karena lisisnya sel darah merah pada traktus urinarius,
biasanya berasal dari hemolisis intravaskular. Myoglobinuria dinyatakan jika dalam
urin terdapat myoglobin yang menyebabkan urin berwarna merah kecoklatan dan
jernih. Myoglobinuria dapat dihubungkan dengan kerusakan otot seperti pada trauma,
koma yang panjang, peminum alkohol dan penyalahgunaan obat-obatan (Strasinger
dan Lorenzo, 2008). Prinsip pemeriksaan darah dalam urin adalah dengan
menggunakan pseudoperoksidase dari hemoglobin untuk mempercepat reaksi antara
hidrogen peroksidase dan kromogen tetramethylbenzidine untuk menghasilkan
kromogen teroksidasi yang berwarna hijau kebiruan (Mundit dan Shanahan, 2011).
H2O2 + kromogen hemoglobin kromogen teroksidase + H2O
Peroxidase
Tes bobot jenis, hasil pengamatan menunjukkan pada kelompok 1 sebesar
1.030, pada kelompok 2 sebesar 1.015 dan pada kelompok 3 sebesar 1.020. Angka
tersebut termasuk ke dalam BJ normal dalam rentang 1.005-1.035. Nilai BJ uri 1.005-
1.035 masih dianggap normal pada urin sewaktu dengan fungsi ginjal normal. Nilai
rujukan untuk urin pagi adalah 1.015 – 1.025, sedangkan dengan pembatasan
minimum selama 12 jam nilai normal > 1.022 dan selama 24 jam bisa mencapai >
1.026. nilai BJ yang tidak normal menandakan kerusakan tubulus dalam memekatkan
urin. Nilai BJ urin yang rendah dan persisten menunjukkan gangguan fungsi
reabsorbsi tubulus (Strasinger dan Lorenzo, 2008).
Tes keton, hasil yang diperoleh dari semua kelompok menunjukkan hasil
negatif (-) yang menandakan sampel urin tersebut termasuk urin normal. Benda keton
yang dapat dijumpai di urin adalah aseton, asam asetoasetat, dan beta-hidroksibutirat.
Pada urin normal tidak ditemukan keton karena semua metabolisme lemak menjadi
karbondiaoksida dan air. Badan keton diproduksi untuk menghasilkan energi saat
karbohidrat tidak dapat digunakan atau saat asupan karbohidrat kurang (Strasinger dan
Lorenzo, 2008). Prinsip dari pemeriksaan keton dalam urin adalah dengan prinsip tes
legal yaitu menggunakan sodium nitroprusid (nitroferrisianida) yang akan bereaksi
dengan keron. Pada reaksi ini, asam asetoasetat pada suasana basa akan bereaksi dan
menghasilkan warna ungu. Tes ini tidak dapat mengindentifikasi beta-hidroksibutirat
dan sedikit sensitif terhadap aseton jika terdapat glissin (Strasinger dan Lorenzo,
2008; Hohenberger dan Kimling, 2004).
Aseton asetat + sodium nitroprusid + (glisin) -> ungu
Tes bilirubin
Tes Glukosa
I. Kesimpulan
J. Referensi
Strasinger, S K. and Lorenzo, M. S. D. 2008. Urinalysis and Body Fluid. Edisi 5.
Philadelphia : F. A. Davis Company.
Mundt, A. L. dan Shanahan, K. 2011. Graff’s Textbook of Routine Urinalysis and
Body Fluids. Edisi 2. Philadephia : Lippincott Williams and Wilkins.
K. Lampiran