Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM PENENTUAN KADAR GLUKOSA

DARAH

Disusun untuk memenuhi tugas :

MATA KULIAH : BIOKIMIA

Oleh :

Roma Diansyah (211030700289)

STIKES WIDYA DARMA HUSADA TANGERANG

Jl. Pajajaran No. 1 Pamulang Barat, Kec. Pamulang, Kota Tangerang Selatan Banten 15417
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada umumnya orang Indonesia tidak dapat meninggalkan kebiasaan makan nasi
yang merupakan makanan pokok. Bahkan, ada yang merasa belum makan kalau belum
makan nasi. Makanan yang mengandung atau terbuat dari tepung seperti nasi, ketan,
mi, bihun, singkong, ubi, kentang, roti, serta berbagai kue juga merupakan sumber gula
(glukosa). Karena itu, penderita diabetes harus waspada ketika mengkonsumsi makanan
tersebut.
Kadar gula darah yang berlebihan disebabkan oleh tidak sempurnanya proses
metabolisme zat makanan dalam sel tubuh. Zat gizi dan sari makanan diserap di usus
halus dan dibawa darah ke dalam sel. Di dalam sel, sari-sari makanan tersebut diubah
menjadi energi atau pun zat lain yang diperlukan tubuh.
Jika proses pengangkutan zat gula darah (glukosa) kedalam sel terganggu, maka
glukosa tidak dapat terserap kedalam sel dan tertinggal di dalam darah. Inilah yang
menyebabkan kadar gula darah menjadi tinggi. Penyerapan glukosa ke dalam sel
dibantu oleh sejenis hormon yang disebut insulin.
Untuk memelihara kadar gula darah yang normal dalam tubuh di makanan yang
dikonsumsi dengan membatasi konsumsi makanan yang manis-manis dan asupan
karbohidrat.
Kadar glukosa darah dipengaruhi oleh faktor endogen dan eksogen. Faktor endogen
yaitu humoral factor seperti hormon insulin, glukagon, kortisol, sistem reseptor di otot
dan sel hati. Faktor eksogen antara lain jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi
serta aktivitas fisik yang dilakukan. Seiring arus globalisasi menyebabkan terjadinya
perubahan pola hidup yang cenderung mengacu pada gaya hidup tidak sehat. Konsumsi
makanan siap saji (junk food) dan makanan instan semakin meningkat di kalangan
masyarakat Indonesia terutama pada daerah-daerah yang mengalami akulturasi. Selain
itu, karena terjadinya peningkatan kesibukan kerja menyebabkan adanya
kecenderungan untuk mengurangi aktivitas fisik seperti olah raga.
Perubahan pola hidup ini tidak hanya dapat kita jumpai pada masyarakat perkotaan
saja tetapi sudah mulai merambah ke daerah pinggiran kota yang merupakan
masyarakat semi-urban. Kurangnya kesadaran masyarakat akan kesehatan dapat
memperburuk kondisi kesehatan mereka dan memicu terjadinya berbagai penyakit
kronis seperti DM. Selama ini diagnosis DM hanya diperoleh dari masyarakat/ pasien
yang datang ke pusat-pusat kesehatan seperti puskesmas atau rumah sakit. Upaya
deteksi dini terhadap penyakit ini seperti skrining kadar gula darah belum pernah
dilakukan. Perlunya deteksi dini dilakukan adalah untuk pengendalian dan mencegah
terjadinya komplikasi.
Menyadari hal ini, deteksi dini terhadap penyakit-penyakit kronis seperti DM sangat
perlu dilakukan terhadap masyarakat yang mempunyai faktor risiko baik karena pola
hidup tidak sehat dan faktor keturunan. Deteksi dini terhadap DM dapat dilakukan
melalui skrining dengan pemeriksaan kadar gula darah sewaktu. Selain itu,
keberhasilan dalam pencegahan timbulnya DM dan pengendalian kadar gula darah pada
penderita DM tergantung pada prilaku masyarakat. Perubahan prilaku menuju pola
hidup sehat dalam rangka pencegahan dan pengendalian DM yang benar akan dapat
diwujudkan apabila masyarakat mempunyai pengetahuan yang cukup tentang DM.
Oleh karena itu, selain melalui skrining untuk deteksi dini, juga dapat dilakukan
penyuluhan DM sehingga masyarakat mempunyai pengetahuan yang cukup tentang
DM.

1.2 Tujuan

1. Tujuan praktikum kali ini, adalah untuk menetapkan diagnosa, mengetahui adanya
glukosa didalam darah, mengetahui penyebab penyakit DM serta mengetahui akibat
dan gejala yang ditimbulkan apabila kadar gula darah tinggi atau rendah.
2. Untuk mengetahui kadar hemoglobin didalam darah dengan menggunakan metode
sahli
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Glukosa


Glukosa, suatu gula monosakarida, karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai
sumber tenaga utama dalam tubuh. Glukosa merupakan prekursor untuk sintesis semua
karbohidrat lain di dalam tubuh seperti glikogen, ribose dan deoxiribose dalam asam nukleat,
galaktosa dalam laktosa susu, dalam glikolipid, dan dalam glikoprotein dan proteoglikan
( Murray R. K. et al., 2003).

2.2 Metabolisme Glukosa


Glukosa, fruktosa dan galaktosa masuk melalui dinding usus halus kedalam aliran
darah. Fruktosa dan galaktosa akan diubah dalam tubuh menjadi glukosa. Glukosa merupakan
hasil akhir dari pencernaan dan diabsorbsi secara keseluruhan sebagai karbohidrat. Kadar
glukosa dalam darah bervariasi dengan daya penyerapan, akan menjadi lebih tinggi setelah
makan dan akan menjadi turun bila tidak ada makanan yang masuk selama beberapa jam.
Glikogen dapat lewat dengan bebas keluar dan masuk ke dalam sel dimana glukosa dapat
digunakan semata mata sebagai sumber energi. Glukosa disimpan sebagai glikogen di dalam
sel hati oleh insulin (suatu hormon yang disekresi oleh pankreas). Glikogen akan diubah
kembali menjadi glukosa oleh aksi dari glukogen (hormon lain yang disekresi oleh pankreas)
dan adrenalin yaitu suatu hormon yang disekresi oleh kelenjar adrenalin. ( Jan Tambayong,
2001).

2.3 Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar gula darah melonjak atau berlebihan,
yang akhirnya akan menjadi penyakit yang disebut Diabetes Melitus (DM) yaitu suatu
kelainan yang terjadi akibat tubuh kekurangan hormone insulin, akibatnya glukosa tetap
beredar di dalam aliran darah dan sukar menembus dinding sel. Keadaan ini biasanya
disebabkan oleh stress, infeksi, dan konsumsi obat-obatan tertentu. Hiperglikemia ditandai
dengan poliuria, polidipsi, dan poliphagia, serta kelelahan yang parah dan pandangan yang
kabur. (Nabyl, 2009).

2.4 Hipoglikemia
Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana kadar
glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidak seimbangan
antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan. Sindrom
hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita merasa pusing, lemas,
gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung meningkat
dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia). (Nabyl, 2009).

2.5 Cara Mengukur Tingkat Gula Darah


Ada tiga cara untuk mengukur tingkat gula darah:
a. Tes gula darah sewaktu : Tes ini mengukur glukosa dalam darah yang diambil kapan
saja, tanpa memperhatikan waktu makan.
b. Tes gula darah puasa : Tes ini memakai contoh darah yang diambil saat perut kosong,
setelah kita tidak makan atau minum apa pun (kecuali air putih) selama sedikitnya
delapan jam.
c. Tes toleransi glukosa : Tes ini dimulai dengan tes gula darah puasa. Kemudian kita
diberikan minuman yang manis yang mengandung gula dengan ukuran tertentu.
Tingkat gula darah lalu diukur dengan memakai beberapa contoh darah yang diambil
pada jangka waktu yang tertentu.

2.6 Penentuan Glukosa Darah


Glukosa darah dapat ditentukan dengan berbagai cara baik secara kimiawi maupun
secara enzimatik. Secara umum metode penentuan glukosa darah dapat ditentukan dengan
berbagai cara yaitu:
a. Metode kimia
1) Metode oksidasi-reduksi
Metode ini, protein serum dan senyawa-senyawa pereduksi non glukosa
diendapkan misalnya dengan penambahan larutan seng klorida dan barium
hidroksida. Selanjutnya glukosa dioksidasi dalam suasana basa dan dengan
pemanasan menggunakan suatu oksida, misalnya tembaga (II) hidroksida
menghasilkan tembaga (I) oksida yang sebanding dengan konsentrasi glukosa.
Tembaga (I) oksida yang dihasilkan akan mereduksi larutan asam dari arseno
molibdat menjadi arseno molibdat biru, suatu senyawa berwarna dengan intensitas
warna sebanding dengan kadar glukosa darah. Prinsip reaksi penentuan dengan
memakai tembaga (II) oksida adalah :

Glukosa + Cu2+ campuran asam-asam gula + Cu2O


Cu2O + asam molibdat + 4H+ 2Cu2+ + arseno molibdat biru

2) Metode kondensasi
Pada metode kondensasi, glukosa dikondensasikan dengan orto-toluidin dengan
pemanasan dalam asam asetat glasial membentuk glukosilamin dan kemudian
membentuk basa schiff yang mempunyai warna hijau. Basa schiff yang berwarna
hijau tersebut serapannya sebanding dengan kadar glukosa darah. Prinsip
reaksinya adalah sebagai berikut :

D-glukosa + orto-toluidin glukosilamin basa Schiff


(-H2O warna hijau )

b. Metode enzimatis
1) Metode glukosa oksidase
Pada metode glukosa oksidase, glukosa dengan adanya oksigen akan dioksidasi
oleh enzim glukosa oksidase membentuk asam glukoronat dan hidrogen
peroksida. Selanjutnya hidrogen peroksida yang terbentuk akan mengoksidasi
kromogen yang dikatalisis oleh enzim peroksidase sehingga membentuk
kromogen teroksidasi yang berwarna. Jumlah produk berwarna yang terbentuk
sesuai dengan kadar glukosa darah. Prinsip reaksinya sebagai berikut :

Glukosa + O2 + H2O →asam glukoronat + H2O2


H2O2 + kromogen → kromogen yang teroksidasi + H2O

Kromogen yang sering digunakan adalah orto-toluidin yang memberikan warna biru.

2) Metode heksokinase
Pada metode heksokinase, glukosa dengan adanya ATP difoforilasi oleh enzim
heksokinase menghasilkan glukosa-6-fosfat dan ADP. Selanjutnya glukosa-6-
fosfat dengan NADP oleh enzim glukosa-6-fosfat dehidrogenase diubah
menjadi 6- fosfoglukonat dan NADPH. NADPH yang terbentuk dapat diukur
serapannya dan sebanding dengan kadar glukosa darah.

Glukosa + ATP → glukosa-6-fosfat + ADP


Glukosa-6-fosfat + NADP → 6-fosfoglukonat + NADPH

2.7 Tanda dan Gejala Diabetes mellitus


Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang penderita DM atau kencing manis
yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula
darah mencapai nilai 160-180 mg/dl dan air seni penderita kencing manis yang mengandung
gula, sehingga urin sering dikerubuti semut.
Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini
meskipun tidak semua dialami oleh penderita yaitu:
a. Jumlah urin yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
b. Sering atau cepat merasa haus (Polydipsia)
c. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
d. Frekuensi urin meningkat (Glycosuria)
e. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
f. Kesemutan atau mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan dan kaki
g. Cepat lelah dan lemah disetiap waktu
h. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
i. Apabila luka atau tergores (korengan) lambat penyembuhannya
j. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit
Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang tidak
sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala kencing manis dapat berkembang
dengan cepat dari waktu ke waktu dalam hitungan minggu atau bulan, terutama
padaseorang anak yang menderita penyakit diabetes mellitus tipe 1. Lain halnya pada
penderita diabetes mellitus tipe 2, umumnya mereka tidak mengalami berbagai gejala
diatas. Bahkan mereka mungkin tidak mengetahui telah menderita kencing manis.

Penyebab Diabetes mellitus


Penyebab DM dikelompokkan dalam 3 jenis yaitu:
a. Ketidakseimbangan suhu
b. Ketidakseimbangan angin (misal faktor genetik, trauma, infeksi, tumor, kurang olah
raga, stress psikis)
c. Toksoid (misal pola hidup dan pola makan yang salah). Toksoid, menjadi penyebab
mayoritas DM di dunia. Ketiganya menyebabkan penurunan fungsi pankreas yang
berakibat rendahnya kualitas dan kuantitas insulin yang dihasilkan.

2.8 Klasifikasi Diabets mellitus


DM diklasifikasikan menjadi 2 yaitu primer dan sekunder. DM primer
adalah penyebabnya tidak diketahui pasti, ada dua jenis:
1. DM tipe 1/ autoimun DM (ada dua jenis : DM tergantung insulin dan DM tak
tergantung insulin).
2. DM tipe 2/ non autoimun DM (ada tiga jenis: yang tergantung insulin, yang tak
tergantung insulin dan yang menyerang anak muda/MODY).
DM sekunder adalah DM yang disebabkan oleh berbagai gangguan seperti penyakit
pankreas, abnormalitas hormon, obat-obatan. abnormalitas reseptor insulin, genetis. Secara
sederhana DM cukup dibagi 2 yang tergantung insulin serta yang tidak tergantung insulin
dan 90% diabetes adalah tipe yang tidak tegantung insulin. Mulai terdeteksi rata-rata diatas
umur 40 tahun, terutama pada orang-orang yang kelebihan berat badan dan memiliki pola
makan yang salah.

Komplikasi Diabetes mellitus


a) Nefropati Diabetik yakni penurunan fungsi ginjal dengan tanda awal ditemukannya
protein di urin, bisa mencapai 200 mg/menit (normal 15 mg/menit).tekanan darah
naik secara bertahap. Muncul gejala gagal ginjal kronis seperti mual, muntah, nafsu
makan turun, gangguan konsentrasi hingga gangguan kesadaran hingga koma ,
anemia, kejang dan perdarahan selaput lendir mulut.
b) Neuropati Diabetik, kondisi rusaknya saraf dengan gejala kesemutan di kaki dan
tangan, berkurangnya sensasi terhadap getaran dan nyeri hingga tidak sadar kalau
kakinya tertusuk paku atau terluka, rasa panas seperti terbakar diujung tubuh misal
di kantong zakar, rasa nyeri seperti disayat di ujung jari kaki, sulit membedakan
temperatur panas dan dingin, otot lengan atas dan tungkai atas lemah, mata jereng,
disfungsi ereksi sementara atau menetap.
c) Retinopati Diabetik. Kadar gula darah yang tinggi menyebabkan mata menjadi
sembab. Penglihatan berangsur berkurang. Lensa mata menjadi keruh atau katarak,
pandangan berkabut, retina mata rusak.
d) Hipoglikemi. Kondisi sangatrendahnya kadar gula dalam darah di bawah 50 mg/dl
dengan gejala keringat dingin di wajah, gemetar, lemas, lapar, mual, tekanan darah
turun, gelisah, jantung berdebar, sakit kepala, kesemutan di jari tangan dan bibir
yang bila tak segera diatasi bisa menyebabkan kejang dan koma. Penyebab
hipoglikemi adalah pemakaian obat diabet dengan dosis tinggi, puasa terlalu lama,
setelah minum obat tidak atau terlambat makan, penggunaan obat diabet jangka
lama pada manula tua sedang sakit berat, gangguan fungsi ginjal, hepatitis berat,
kadar insulin tinggi pada tumor. Mengatasinya mudah, cukup minum manis, minum
madu atau 2 sendok makan glukosa murni.
e) Kelainan kulit. Indra perasa menjadi tumpul, tidak bisa merasakan merasakan
sesuatu, pasokan darah dan oksigen menurun sehingga luka mudah meluas dan sulit
sembuh. Muncul bentol kecil dimata kaki, kaki, lengan atas, timbul gelembung di
punggung atau telapak kaki. Muncul jaringan granulasi merah di dada dan lengan
atas.

2.8 Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)


Tes toleransi glukosa oral dilakukan pada kasus hiperglikemia yang tidak jelas,
glukosa sewaktu 140-200 mg/dl, atau glukosa puasa antara 110-126 mg/dl atau bila ada
glukosuria yang tidak jelas sebabnya. Uji ini dapat diindikasikan pada penderita yang
gemuk dengan riwayat keluarga DM, pada penderita penyakit vaskular, atau neurologik
atau infeksi yang tidak jelas sebabnya. TTGO juga dapat diindikasikan untuk diabetes pada
kehamilan. Banyak diantara ibu-ibu yang sebelum hamil menunjukkan gejala, tetapi
menderita gangguan metabolisme glukosa pada waktu hamil. Penting untuk menyelidiki
dengan teliti metabolisme glukosa pada waktu hamil.

2.9 Pengertian Hemoglobin (Hb)


Hemoglobin adalah metalprotein pengangkut oksigen yang mengandung besi dalam
sel merah dalam darah mamalia dan hewan lainnya. Molekul hemoglobin terdiri dari
globin, apoprotein dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi
(Wikipedia, 2007).
Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas (daya
gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam sel
darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru- paru ke jaringan-
jaringan (Evelyn, 2009).

Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah.


Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan
sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah.
Hemoglobin adalah kompleks protein-pigmen yang mengandung zat besi.
Kompleks tersebut berwarna merah dan terdapat didalam eritrosit. Sebuah molekul
hemoglobin memiliki empat gugus haeme yang mengandung besi fero dan empat rantai
globin (Brooker, 2001).
Hemoglobin adalah suatu senyawa protein dengan Fe yang dinamakan conjugated
protein. Sebagai intinya Fe dan dengan rangka protoperphyrin dan globin (tetra phirin)
menyebabkan warna darah merah karena Fe ini.
Eryt Hb berikatan dengan karbondioksida menjadi karboxy hemoglobin dan
warnanya merah tua. Darah arteri mengandung oksigen dan darah vena mengandung
karbondioksida (Depkes RI dalam Widayanti, 2008).
Menurut William, Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk bulat yang
terdiri dari 4 subunit. Setiap subunit mengandung satu bagian heme yang berkonjugasi
dengan suatu polipeptida. Heme adalah suatu derivat porfirin yang mengandung besi.
Polipeptida itu secara kolektif disebut sebagai bagian globin dari molekul hemoglobin
(Shinta, 2005).

2.10 Kadar Hemoglobin (Hb)


Kadar hemoglobin ialah ukuran pigmenrespiratorik dalam butiran-butiran darah
merah (Costill, 1998). Jumlah hemoglobin dalam darah normal adalah kira-kira 15 gram
setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasanya disebut “100 persen” (Evelyn, 2009). Batas
normal nilai hemoglobin untuk seseorang sukar ditentukan karena kadar hemoglobin
bervariasi diantara setiap suku bangsa. Namun WHO telah menetapkan batas kadar
hemoglobin normal berdasarkan umur dan jenis kelamin (WHO dalam Arisman, 2002).

Kelompok Umur Batas Nilai Hemoglobin (gr/dl)


Anak 6 bulan - 6 tahun 11,0
Anak 6 tahun - 14 tahun 12,0
Pria dewasa 13,0
Ibu hamil 11,0
Wanita dewasa 12,0
Sumber : WHO dalam arisman 2002

Batas Normal Kadar Hb Setiap Kelompok Umur

kelompok Umur Hb (gr/ 100ml)


Anak 6 bulan sampai 6 tahun 11
6 – 14 tahun 12
Dewasa Laki-laki 13
Wanita 12
Wanita hamil 11
Sumer : Depkes RI. 1999 (Zarianis,2006)
2.11 Guna Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin di dalam darah membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan
tubuh dan membawa kembali karbondioksida dari seluruh sel ke paru-paru untuk
dikeluarkan dari tubuh. Mioglobin berperan sebagai reservoir oksigen : menerima,
menyimpan dan melepas oksigen di dalam sel-sel otot. Sebanyak kurang lebih 80% besi
tubuh berada di dalam hemoglobin (Sunita, 2001).
Menurut Depkes RI adapun guna hemoglobin antara lain :
1. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringan-jaringan
tubuh.
2. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh jaringan-jaringan
tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar.

2.12 Faktor-Faktor Mempengaruhi Kadar Hemoglobin


Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin adalah :
1. Kecukupan Besi dalam Tubuh
Menurut Parakkasi, Besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin, sehingga anemia
gizi besi akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dan kandungan
hemoglobin yang rendah. Besi juga merupakan mikronutrien essensil dalam memproduksi
hemoglobin yang berfungsi mengantar oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, untuk
dieksresikan ke dalam udara pernafasan, sitokrom, dan komponen lain pada sistem enzim
pernafasan seperti sitokrom oksidase, katalase, dan peroksidase. Besi berperan dalam
sintesis hemoglobin dalam sel darah merah dan mioglobin dalam sel otot. Kandungan ±
0,004 % berat tubuh (60-70%) terdapat dalam hemoglobin yang disimpan sebagai ferritin
di dalam hati, hemosiderin di dalam limpa dan sumsum tulang (Zarianis, 2006).

2. Metabolisme Besi dalam Tubuh


Menurut Wirakusumah, Besi yang terdapat di dalam tubuh orang dewasa sehat
berjumlah lebih dari 4 gram. Besi tersebut berada di dalam sel-sel darah merah atau
hemoglobin (lebih dari 2,5 g), myoglobin (150 mg), phorphyrin cytochrome, hati, limpa
sumsum tulang (> 200-1500 mg). Ada dua bagian besi dalam tubuh, yaitu bagian
fungsional yang dipakai untuk keperluan metabolik dan bagian yang merupakan cadangan.
Hemoglobin, mioglobin, sitokrom, serta enzim hem dan nonhem adalah bentuk besi
fungsional dan berjumlah antara 25-55 mg/kg berat badan. Sedangkan besi cadangan
apabila dibutuhkan untuk fungsi-fungsi fisiologis dan jumlahnya 5-25 mg/kg berat badan.
Ferritin dan hemosiderin adalah bentuk besi cadangan yang biasanya terdapat dalam hati,
limpa dan sumsum tulang. Metabolisme besi dalam tubuh terdiri dari proses absorpsi,
pengangkutan, pemanfaatan, penyimpanan dan pengeluaran (Zarianis, 2006).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan bahan


A. Alat
 tes tube
 blood lancet
 kapas alcohol 70 %
 penangas air
 tabung reaksi
 alat glukotest (nesco)
 haemometer

B. Bahan
 zink sulfat 0,45 %
 NaOH 0,1 N
 k3Fe (CN)6 0,005 N
 KI
 asetil acid
 amilum
 Na2S2O3 0,005 N
 Tricloroacetat
 serum sampel
 serum standar glukosa
 darah kapiler
 reagen ortotoluidin

C. Cara kerja
 Pembuatan Larutan Standar Glukosa
1. Timbang 50 mg glukosa dan masukkan kedalam labu ukur 50 ml
2. Adkan dengan aquadest sampai tanda batas

 Pemeriksaan gula darah (Metode orthotoluidin)

Zat Sampel Standar Blanko

Larutan tricloroasetat 1,0 ml 1,0 ml -

Serum sampel 0,1 ml - -

Standar glukosa - 0,1 ml -

Campurlah baik-baik dan sentrifuge 10 menit /500 rpm filtratnya pipetkan kedalam tabung
sebagai berikut :
Zat Sampel Standar Blanko
Filtrat serum sampel 0,5 ml - -
Filtrat standar glukosa - 0,5 ml -
Larutan tricloroasetat - - 0,5 ml
Pereaksi warna 3,0 ml 3,0 ml 3,0 ml
ortotoluidin

Campurkan baik – baik dan panaskan dalam air mendidih, kemudian segera
dinginkan , setelah dingin baca absorban dari sampel dan standar terhadap blanko. absorbance
maxsimun 630 nm dan filter 578 nm.

 Uji glukosa darah metode enzimatis ( dengan alat glukotest nesco)


1. Jari tangan yang akan ditusuk ( jari 2,3,4) dipilih salah satu dan bersihkan
dengan alkohol 70 %, biarkan kering
2. Tusuk ujung jari dengan blood lancet, darah yang keluar pertama dihapus
dengan tissue dan darah selanjutnya dipakai untuk pemeriksaan dengan
memasukkan darah pada strip glukotes nesco, biarkan beberapa menit dan
alat akan terbaca secara otomatis.
 Pemeriksaan Hemoglobin (Metode Sahli)
1. Masukkan 5 tetes HCl 0,1 N kedalam tabung pengencer hemometer
2. Isaplah darah kapiler dengan pipet hemoglobin sampai garis tanda 20 µl
3. Hapuslah darah yang melekat pada sebelah luar ujung pipet
4. Masukkan darah kedalam tabung pengencer homogenkan dengan cara
mengangkat pipet itu sedikit, lalu isap HCL yang jernih kedalam pipet 2
atau 3 kali untuk membersihkan darah yang masih tertinggal didalam
pipet
5. Tambahkan setetes demi tetes aquadest , tiap kali diaduk dengan batang
pengaduk yang tersedia. dan warna yang terbentuk disamakan dengan
standar warna yang ada
6. Bacalah kadar hemoglobin dengan gram / 100 ml darah.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Hasil pengamatan

KEL Hb Ast As Cs Glukotest


12,3 g/dl 122 mg/dl
1 0,195 1,215 623,07
14 g/dl 118 mg/dl
9,2 g/dl 87 mg/dl
2 0,268 1,017 379,48
10,2 g/dl 90 mg/dl
9 g/dl 137 mg/dl
3 0,228 0,997 437,28
8,2 g/dl 74 mg/dl
9,8 g/dl 92 mg/dl
4 0,198 1,039 524,74
10,4 g/dl 118 mg/dl
12,6 g/dl 112 mg/dl
5 0,105 0,,785 747,61
9,6 g/dl 155 mg/dl

Kadar gula darah metode enzimatis dengan glukotest :


kelompok IV:
1. Riyan Sulaiman ( 92 g/dl)
2. Andi Halim ( 118 g/dl)
3. Maulida Rahmi ( 118 g/dl)
4. Aldillah Nasriana Putri (92 g/dl)
5. Deswita Anggraini (91 g/dl)
6. Erine Febrian (91 g/dl)

Perhitungan Cs = As/ Ast x (st) mg %

St =
50 ml/50 ml
100 ml/100ml
100 mg%
Kelompok I =
Cs = As/ Ast x (st) mg %
Cs = 1,215/ 0,195 x 100 mg % = 623,07 mg %
Kelompok II =
Cs = As/ Ast x (st) mg %
Cs = 1,017 / 0,268 x 100 mg % = 379,47 mg %
Kelompok III =
Cs = As/ Ast x (st) mg %
Cs = 0,997/ 0,228 x 100 mg % = 524 ,74 mg %
Kelompok IV =

Cs = As/ Ast x (st) mg %

Cs = 1,039 / 0,198 x 100 mg % = 524,74 mg %

Kelompok V =
Cs = As/ Ast x (st) mg %
Cs = 0,785 / 0,105 x 100 mg % = 747,61 mg %

4.2 Pembahasan
Gula darah terdiri dari glukosa, fruktosa dan galaktosa. Glukosa merupakan
monosakarida yang paling dominan dan digunakan sebagai bahan bakar. Kadar gula darah
bergantung pada waktu pengukuran (sebelum atau sesudah makan), jenis makanan dan
metode yang digunakan dalam pemeriksaanya.
Kadar glukosa darah dipengaruhi oleh faktor endogen dan eksogen. Faktor endogen
yaitu humoral factor seperti hormon insulin, glukagon, kortisol, sistem reseptor di otot
dan sel hati. Faktor eksogen antara lain jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi serta
aktivitas fisik yang dilakukan. Seiring arus globalisasi menyebabkan terjadinya perubahan
pola hidup yang cenderung mengacu pada gaya hidup tidak sehat.
Bila level gula darah menurun terlalu rendah, berkembanglah kondisi yang bisa fatal
yang disebut hipoglikemia. Gejala-gejalanya adalah perasaan lelah, fungsi mental yang
menurun, rasa mudah tersinggung, dan kehilangan kesadaran. Bila levelnya tetap tinggi,
yang disebut hiperglikemia, nafsu makan akan tertekan untuk waktu yang singkat.
Hiperglikemia dalam jangka panjang dapat menyebabkan masalah-masalah kesehatan yang
berkepanjangan pula yang berkaitan dengan diabetes, termasuk kerusakan pada mata,
ginjal, dan saraf. Peningkatan rasio gula darah disebabkan karena terjadi percepatan laju
metabolisme glikogenolisis dan glukoneogenesis yang terjadi pada hati.
Pada praktikum dilakukan pemeriksaan glukosa darah dengan menggunakan sampel
darah kapiler dan serum sampel darah yang telah ditambahkan dengan reagen kit glukosa.
Kadar glukosa serum sewaktu (kapan saja, tanpa mempertimbangkan makan terakhir)
sebesar ≥ 200 mg/dl, kadar glukosa plasma/serum puasa yang mencapai > 126 mg/dl, dan
glukosa plasma/serum 2 jam setelah makan (post prandial) ≥ 200 mg/dl biasanya menjadi
indikasi terjadinya diabetes mellitus.
Diabetes mellitus atau penyakit gula atau kencing manis adalah penyakit yang
ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal (hiperglikemia) akibat tubuh
kekurangan insulin.
Pada praktikum ini, kami menggunakan gula darah sewaktu sebagai pemeriksaan
glukosa. Glukosa darah sewaktu adalah gula darah yang diambil pada waktu yang tidak
ditentukan. Sedangkan Metode yang digunakan adalah metode non enzimatis dan metode
enzimatis. Metode non enzimatis salah satunya adalah dengan metode ortotoluidin dan
metode enzimatis dengan menggunakan glukotest (nesco).
Pada pemeriksaan glukosa darah non enzimatis ( metode ortotoluidin) pada kelompok
4 didapatkan hasil pemeriksaan yaitu 524, 74 mg %. Sedangkan metode enzimatis
didapatkan kadar glukosa darah menggunakan darah kapiler yaitu 92 mg/dl dan 118 mg/dl.
Berdasarkan pada literature, metode non enzimatis kurang efektif untuk menentukan kadar
gula darah dikarenakan selain glukosa, zat-zat lain selain glukosa ikut terbaca seperti
fruktosa, laktosa, galaktosa dan vitamin C. Sedangkan metode enzimatis spesifik untuk
glukosa dan lebih teliti . Pada praktikum ini, metode enzimatis didapatkan kadar yang
normal pada glukosa darah sewaktu dan adanya glukosa yang normal .Hal ini menunjukkan
bahwa praktikan tersebut tidak ditemukan indikasi penyakit diabetes mellitus, karena kadar
glukosa darah sewaktu tidak ≥ 200 mg/dl.
Penetapan Hb metode Sahli didasarkan at as pembentukan hematin asam setelah
darah ditambah dengan larutan HCl 0.1N kemudian diencerkan dengan aquadest.
Pengukuran secara visual dengan mencocokkan warna larutan sampel dengan warna batang
gelas standar. Metode ini memiliki kesalahan sebesar 10-15%, sehingga tidak dapat untuk
menghitung indeks eritrosit.
Terdapat bermacam-macam cara untuk menetapkan kadar hemoglobin tetapi yang
sering dikerjakan di laboratorium adalah yang berdasarkan kolorimeterik visual cara Sahli
dan fotoelektrik cara sianmethemoglobin atau hemiglobinsianida. Cara Sahli kurang baik,
karena tidak semua macam hemoglobin diubah menjadi hematin asam misalnya
karboksihemoglobin, methemoglobin dan sulfhemoglobin. Selain itu alat untuk
pemeriksaan hemoglobin cara Sahli tidak dapat distandarkan, sehingga ketelitian yang
dapat dicapai hanya ±10%.
Pada praktikum ini, kami memeriksa hb dengan metode sahli, dan didapatkan kadar
Hb yaitu Aldillah nasriana putri yaitu 9,8 g/dl dan erine febrian yaitu 10,4 g/dl.
Berdasarkan hasil tersebut didapatkan kadar Hb yang kurang normal. (pada wanita normal
12 -14 g/dl). Hal ini belum tentu bahwa kedua praktikan kekurangan hb. Faktor yang
mempengaruhi adalah metode pemeriksaan yang digunakan bahwa metode sahli
membuktikan bahwa ketelitian hanya ±10%. Cara sianmethemoglobin adalah cara yang
dianjurkan untuk penetapan kadar hemoglobin di laboratorium karena larutan standar
sianmethemoglobin sifatnya stabil, mudah diperoleh dan pada cara ini hampir semua
hemoglobin terukur kecuali sulfhemoglobin. Pada cara ini ketelitian yang dapat dicapai ±
2%.
Berhubung ketelitian masing-masing cara berbeda, untuk penilaian basil sebaiknya
diketahui cara mana yang dipakai. Nilai rujukan kadar hemoglobin tergantung dari umur
dan jenis kelamin. Pada bayi baru lahir, kadar hemoglobin lebih tinggi dari pada orang
dewasa yaitu berkisar antara 13,6 - 19, 6 g/dl. Kemudian kadar hemoglobin menurun dan
pada umur 3 tahun dicapai kadar paling rendah yaitu 9,5 - 12,5 g/dl. Setelah itu secara
bertahap kadar hemoglobin naik dan pada pubertas kadarnya mendekati kadar pada dewasa
yaitu berkisar antara 11,5 - 14,8 g/dl. Pada pria dewasa kadar hemoglobin berkisar antara
13 - 16 g/dl sedangkan pada wanita dewasa antara 12 - 14 d/dl, Pada wanita hamil terjadi
hemodilusi sehingga untuk batas terendah nilai rujukan ditentukan 10 g/dl, Pada keadaan
fisiologik kadar hemoglobin dapat bervariasi.
Kadar hemoglobin meningkat bila orang tinggal di tempat yang tinggi dari
permukaan laut. Pada ketinggian 2 km dari permukaan laut, kadar hemoglobin kira- kira 1
g/dl lebih tinggi dari pada kalau tinggal pada tempat setinggi permukaan laut. Tetapi
peningkatan kadar hemoglobin ini tergantung dari lamanya anoksia, juga tergantung dari
respons individu yang berbeda-beda. Kerja fisik yang berat juga dapat menaikkan kadar
hemoglobin, mungkin hal ini disebabkan masuknya sejumlah eritrosit yang tersimpan
didalam kapiler-kapiler ke peredaran darah atau karena hilangnya plasma. Perubahan sikap
tubuh dapat menimbulkan perubahan kadar hemoglobin yang bersifat sementara. Pada
sikap berdiri kadar hemoglobin lebih tinggi dari pada berbaring. Variasi diurnal juga telah
dilaporkan oleh beberapa peneliti, kadar hemoglobin tertinggi pada pagi hari dan terendah
pada sore hari.
BAB VI
KESIMPULAN

6.1 Kesimpulan
1. Kadar glukosa darah dipengaruhi oleh faktor endogen dan eksogen. Faktor
endogen yaitu humoral factor seperti hormon insulin, glukagon, kortisol; sistem
reseptor di otot dan sel hati. Faktor eksogen antara lain jenis dan jumlah
makanan yang dikonsumsi serta aktivitas fisik yang dilakukan.
2. Diabetes mellitus adalah penyakit metabolisme dengan kadar gula darah yang
tinggi. Dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin
sesuai kebutuhan tubuh.
3. Pada pemeriksaan glukosa darah non enzimatis ( metode ortotoluidin) pada
kelompok 4 didapatkan hasil pemeriksaan yaitu 524, 74 mg %. Sedangkan
metode enzimatis didapatkan kadar glukosa darah menggunakan darah kapiler
yaitu 92 mg/dl dan 118 mg/dl dan kadar yang normal pada glukosa darah
sewaktu dan adanya glukosa yang normal .Hal ini menunjukkan bahwa
praktikan tersebut tidak ditemukan indikasi penyakit diabetes mellitus, karena
kadar glukosa darah sewaktu tidak ≥ 200 mg/dl.
4. Cara sahli ini bukanlah cara yang teliti. Kelemahan metode ini berdasarkan
kenyataan bahwa kolorimetri visual tidak teliti, bahwa hemati asam itu bukanlah
merupakan larutan sejati dan bahwa alat itu tidak dapat distandarkan. Cara ini
juga kurang baik karena tidak semua macam hb diubah menjadi hematin asam,
umpamanya karboxyhemoglobin, methemoglobin dan sulfahemoglobin.
DAFTAR PUSTAKA

Febrian, Erine. 2014. Laporan Praktikum Biokimia Klinik Pemeriksaan Glukosa Darah.
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau. Diunduh pada tanggal 13 Desember 2021 jam 09.30
WIB.

Anonim. 2012. Buku Penuntun Praktikum Patologi Klinik. UHAMKA Press.

Ganong w. 2003. Fisiologi kedokteran edisi 14. Jakarta: penerbit buku kedokteran egc.

Girindra a. 1993. Biokimia. Jakarta: pt. Gramedia pustaka utama.

K. Murray dan robert, dkk. 2003. Biokimia harper. Jakarta: penerbit buku kedokteran egc.

Lehninger al. 1982. Dasar-dasar biokimia jilid 1. Suhartono mt, penerjemah. Jakarta:
erlangga.

Ophart c.e. 2003 .virtual chembook. Jakarta: elmhurst college. Poedjiadi a.


1994. Dasar-dasar biokimia. Jakarta: penerbit ui-press.

Sloane e. 2004. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Penerbit buku. Jakarta: penerbit buku
kedokteran egc.

Sudarmaji, s, dkk. 1989. Analisa bahan makanan dan pertanian. Yogyakarta: penerbit
liberty.

Winarno. 2002. Kimia pangan dan gizi. Jakarta: pt. Gramedia pustaka utama

Anda mungkin juga menyukai