Anda di halaman 1dari 26

PRAKTIKUM BIOLOGI

:
URINALIS
Dosen Pengampu : Erti Hamimi, S.Pd., M.Sc.
Anggota Kelompok 5
TUJUAN

1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kandunagn beberapa zat dalam urine


2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang sifat fisik urine
DASAR TEORI

Sistem ekskresi yaitu proses pengeluaran zat sisa dalam tubuh. Menurut Siti Zubaidah (2014), tubuh memiliki
mekanisme untuk membuang sampah-sampah yang tidak dibutuhkan. Pembuangan zat sisa dari dalam tubuh ditunjukkan
pada berbagai proses, yaitu pengeluaran keringat, pengeluaran urin, pengeluaran gas CO2 dan H2O, serta pengeluaran urea
dan cairan empedu.

Ginjal disebut juga ren berbentuk seperti biji kacang merah. Ginjal terletak di kanan dan kiri tulang pinggang, yaitu
di dalam rongga perut pada dinding tubuh bagian belakang (dorsal). Ginjal sebelah kiri letaknya lebih tinggi daripada ginjal
sebelah kanan. Posisi hati menyebabkan ginjal kanan terletak 1-2cm lebih rendah dibandingkan ginjal kiri. Masing-masing
ginjal memiliki berat 130-150gram dengan ukuran panjang 11cm, lebar 4-5cm, dan tebal 3cm
DASAR TEORI

Secara anatomis ginjal terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsusm ginjal (medula), dan
bagian rongga ginjal (pelvis renalis). Ginjal terdiri dari kesatuan nefron yang memiliki fungsi dan menyusun struktur dari
ginjal. Nefron dimulai dari glomerulus dan berakhir sampai dengan tubulus kontortus distal. Jumlah nefron pada tiap ginjal
sekitar 1.300.000 bahkan ada yang memperkirakan sampai 4.000.000. Nefron dalam ginjal tersusun oleh korpuskulum
renalis malphigi yang mengandung glomerulus, tubulus kontortus proksimal, loop Henle, dan tubulus kontortus distal.
Hasil akhir yang dikelurkan berupa urin. Enam bagian utama anatomi dan fungsional nefron meliputi kapiler- kapiler
glomerular, tubulus proksimal, lengkung henle, tubulus distal, tubulus pengumpul, dan apparatus juxtaglomerular.

Ginjal dalam tubuh manusia sebagai organ pengatur keseimbangan tubuh, menyaring darah yang mengandung
limbah sisa metabolisme dari sel, organ pembuangan zat – zat yang tidak berguna serta bersifat toksik dan mengatur
tekanan darah dimana ginjal mengambil bantuan dari berbagai hormon ginjal dan lainnya. Fungsi terpentingnya yaitu
mempertahankan bio kimiawi yang nnormal dalam tubuh, dengan cara mengekskresikan zat – zt yng tidak diperklukan
melalui proses filtrasi glomerulus, reabsorsi, dan sekresi tubulus.
DASAR TEORI

Sebelum menjadi urin didalm ginjal akan terjadi tiga macam proses yaitu

1. Penyaringan (Filtrasi)
Proses pembentukan urin diawali dengan penyaringan darah di kapiler glomerulus. Sel – sel kapiler glomerulus
yang berposi (podosit) tekanan dan permeabilitas yang tinggi pada glomerulus mempermudah proses penyaringan.
Selain penyaringan di glomerulus juga terjadi penyerapan kembali sel – sel darah, keeping darah, dan sebagian
besar protein plasma. Bahan – bahan kecil yang terlarut di dalam plasma darah, seperti glukosa, asam amino,
natrium, kalium, klorida, bikarbonat, dan urea dapat melewati filter dan menjadi bagian dari endapan. Hasil
penyaringan glomerulus disebut filtrat flomerulus atau urin primer, mengandung asam amino, glukosa, natrium,
kalium, dan garam – garam lainnya.
DASAR TEORI

2. Reabsorpsi
Bahan – bahan yang masih diperlukan di dalam urin primer akan diserap kembali di tubulus kontortus proksimal,
sedangkan di tubulus kontortus terjadi penambahan zat – zat sisa dan urea. Meresapnya zat pada tubulus ini melalui
du acara. Gula dan asam amino meresap melalui peristiwa difusi, sedangka air melalui peristiwa osmosis.
Penyerapan air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal. Subtransi yang masih diperlukan dikembalikan ke
darah. Zat amino, obat, obatan, kelebihan garam, dan bahan lain pad filtrat dikeluarkan bersama urin. Setelah terjadi
reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder, zat – zat yang masih diperlukan akan ditemukan lagi.
Sebaliknya, konsentrasi zat – zat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalny urea.
DASAR TEORI

3. Augmentasi
Proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus kontortus dista;. Dari tubulus – tubulus ginjal,
urin akan menuju rongga ginjal, selanjut nya menuju kantong kemih melalui saluran ginjal. Jika kantong kemih
telah penuh terisi urin, dinding kantong kemih akan tertekan sehingga timbul rasa ingin buang air kecil. Urin akan
keluar melalui uretra. Komposisinurin yang dikeluarkan melalui uretra ada;ah air, garam, urea, dan sisa substansi
lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi waran dan bau pada urin. (Nuari, dkk, 2017)
METODE

Alat

1. Sentrifugasi dan tabungnya 10. Lap flanel


2. Tabung reaksi 11. Kertas hisap
3. Pipet panjang 12. Lampu spirtus
4. Penjepit tabung reaksi 13. Korek api
5. Urinometer 14. Termometer
6. Tabung urinalis
7. Gelas benda
8. Gelas penutup
9. Mikroskop
METODE

Bahan

1. Urine segar
2. Larutan bennedict
3. Larutan NaOH 5%
4. Larutan CuSO4 1 %
5. Indikator universal
6. Asam sulfosalisilat
7. Reagen millon
8. Kristal sodium nitropiusside
9. Asam asetat
PROSEDUR
A. ANALISIS FISIK
1. WARNA
Mengamati contoh urine yang disediakan, warna urine dapat bervariasi

2. pH
Untuk menentukan pH, menggunakan indicator universal
PROSEDUR
B. ANALISIS KIMIA
1. GLUKOSA

● Dalam sebuah tabung reaksi, mencampurkan 8 tetes urin dengan 5 ml larutan bennedict
● Meletakkan tabung reaksi dalam air mendidih selama 5 menit
● Memindahkan dari pemanas dan membaca hasilnya sesusai dengan daftar warna dibawah
● Membandingkan warna yang dihasilkan dengan daftar dibawah dengan warna normal

● Hasil
PROSEDUR
2. PROTEIN
A. METODE REAGEN MILLON
● Menuangkan 3 ml supernatant urine ke dalam tabung reaksi
● Meneteskan 5 tetes reagen millon
● Bila mengandung protein akan terjadi warna lembayung
● Hasil
A. PIGMEN EMPEDU
● Mengisi separuh tabung reaksi dengan urin
● Mengocok tabung reaksi dengan baik dan benar
● Adanya buih berwarna kuning menunjukkan keberadaan pigmen empedu
● Hasil
ANALISIS
Pada percobaan urinalisis ini digunakan 2 analisis fisik dan analisis kimia. Analisis fisik meliputi percobaan
atau pengamatan terhadap warna dan PH urin. Sedangkan untuk analisis kimia meliputi percobaan untuk
mengetahui ada atau tidaknya glukosa dan protein dalam urine.
Untuk percobaan yang pertama yaitu analisis fisik warna didapati bahwa warna urine kuning gading sesuai
dengan tabel warna urine yang terdapat pada prosedur percobaan maka urine dikatakan normal. Untuk pengujian pH
urine digunakan indikator universal dan didapati pH urine yaitu 6, yang berarti bersifat asam lemah atau sedikit
asam sebab memiliki pH < 7.
Untuk percobaan yang ketiga yaitu terkait analisis kimia kandungan glukosa dalam urin, didapatkan hasil
sebelum percobaan urine yang dicampur 5 tetes larutan Benedict menjadi berwarna biru. Setelah dilakukan
pemanasan dalam air mendidih selama 5 menit campuran urine dan larutan Benedict berubah warna menjadi kuning
kehijauan yang menandakan dalam urine positif terkandung glukosa dengan kadar sebesar 1 +.
ANALISIS
Pada percobaan keempat yaitu analisis kimia protein dalam urine dilakukan dengan menambahkan reagen millon
sebanyak 5 tetes ke dalam 10 ml urine yang sudah disaring, didapatkan hasil bahwa urine menjadi kuning Lembayung.
Hal ini menandakan jika dalam urine terkandung protein. Warna Lembayung yang dihasilkan cukup mengkilat. Selain
itu, juga dilakukan uji pigmen empedu dalam urin dengan memasukkan urine ke dalam tabung reaksi hingga
setengahnya dan kemudian dilakukan pengocokan. Hasil yang didapatkan setelah pengocokan yaitu buih/gelembung
dalam urine yang menandakan bahwa urin tersebut mengandung pigmen empedu yang dihasilkan pada percobaan ini
tidak terlalu banyak dan kemudian hilang setelah beberapa saat setelah pengocokan.
PEMBAHASAN
Urine merupakan hasil ekskresi ginjal. Sesuai dengan dasar teori yang digunakan dari Nauri dkk (2017),
urine yang dikeluarkan melalui uretra mengandung air, garam, urea, dan substansi lain. Untuk mengetahui normal
atau tidaknya urine yang dihasilkan maka dilakukan urinalisis yaitu tes atau pengujian untuk mengetahui urine
normal atau tidak.
Dari analisis fisik warna dan pH urin dikatakan normal yaitu berwarna kuning gading dan ber pH 6 yang
mana bersifat sedikit asam. Berdasarkan sumber literatur yang dibaca nilai ph urine normal antara 4,7 – 7,5 dengan
rata-rata 6. Untuk itu, urin yang diuji tersebut masih dalam keadaan normal.
Penambahan Benedict sebanyak 5 tetes dalam urine pada pengujian glukosa bertujuan untuk mengetahui
adanya gula yang tereduksi atau tidak, melalui perubahan warna yang diberikan setelah pemanasan selama 5 menit.
Benedict sendiri terdapat Cuprisulfat dan Cuprosulfat yang akan direduksi glukosa dalam urin.
PEMBAHASAN
Didapatkan warna kuning kehijauan pada pengujian, sesuai dengan tabel perubahan warna maka urine
mengandung glukosa sebesar 1 + atau berdasarkan literatur kadar nya sekitar 0,5% sampai 1%. Kadar glukosa dari
urin yang diuji dapat dikatakan masih di ambang batas wajar/normal. Bisa saja terjadi karena kadar gula darah yang
cukup tinggi. Kemungkinan yang bisa terjadi saat seseorang memiliki kadar glukosa yang tinggi dalam urine yaitu
mempunyai penyakit diabetes atau kerusakan pada bagian tubulus kontortus proksimal.
Warna Lembayung yang timbul disebabkan penambahan reagen millon. Karena warna Lembayung nya tidak
tinggi atau sangat mengkilap urine dikatakan masih wajar /normal meskipun terdapat hasil positif protein.
Kemungkinan jika pada uji warna Lembayung nya sangat jelas atau mengkilap dapat dikatakan adanya kerusakan
pada bagian ginjal yaitu tubulus kontortus proksimal. Penyerapan/reabsorpsi tidak optimal yang mana sesuai dasar
teori yang digunakan substansi yang masih diperlukan (glukosa, asam amino/protein dsb) diserap kembali oleh
tubulus kontortus proksimal untuk dikembalikan ke dalam darah.
PEMBAHASAN
Hasil positif mengandung pigmen empedu pada urin yang diuji coba masih bisa dikatakan wajar sebab buih
yang dihasilkan dalam pengujian sedikit dan cepat hilang dalam beberapa saat setelah pengujian.
Dari uji uji tersebut dapat dikatakan zat yang tidak boleh terkandung dalam urine dengan jumlah yang besar
yaitu antara lain glukosa, protein, pigmen empedu titik hasil analisis fisik dan kimia bisa saja tidak atau kurang
akurat yang disebabkan oleh urin yang diuji tidak segar lagi atau disimpan terlalu lama (tidak segera dilakukan
pengujian). Lalu sifat-sifat urin antara lain berwarna kuning gading (normal), berbau, cair, dan ber pH sedikit asam.
BAHAN DISKUSI

1. Identifikasi dan jelaskan kandungan-kandungan zat dalam urine!

Jawab :

Kandungan zat dalam urine bergantung pada jenis makanan serta air yang
diminum. Urine normal berwarna jernih, transparan. Sedangkan warna urine
kuning berasal dari zat warna empedu. Urine normal terdiri dari air, urea,
asam urat, asam fosfat, asam laktat, garam-garam terutama garam dapur dan
zat yang berlebihan dalam darah misalnya vitamin c dan obat-obatan.
BAHAN DISKUSI
2. Jelaskan sifat-sifat fisik urine!
Jawab :
a. Jumlah urine, urine normal orang dewasa 1-2 L
b. Warna urine
- Kuning gading : pigmen urine normal
- Tidak berwarna : konsentrasi tereduksi
- Perak, warna susu : nanah, bakteri, selepitel
- Coklat berkabut : darah
- Kuning berbuih : naiknya pigemn melanin
a. Reaksi urine, rata-rata orang memiliki pH urine 6 atau relatif asam lemah atau
netral
BAHAN DISKUSI
3. Jelaskan bagaiaman cara analisis fisik urine dan analisis kimia!
Jawab :
a. Analisis fisik
Untuk menganalisis warna, kita hanya perlu mengamati urin tersebut lalu
melihat apa penyebab warna urinnya. Untuk berat jenisnya, kita dapat
menggunakan urinometer. Lalu untuk menentukan pH dapat menggunakan
indikator universal yang langsung ditempel di sampel urin.
b. Analisis kimia
Pada anlisis kimia meliputi kandungan yang terdapat pada urine seperti
glukosa, protein, dll. Untuk menentukan adanya glukosa dalam urine, kita
dapat mencampurkan 8 tetes urine dengan 5 mL larutan benedict lalu
diletakkan pada air mendidih selama 5 menit. Lalu diamati apakah ada
perubahan warna. Apabila tetap berwarna biru mengindikasikan urine tidak
mengandung flukosa.
BAHAN DISKUSI
Untuk pengujian protein, kita dapat menyaring urine terlebih dahulu kemudian urine
yang sudah disaring dimasukkan ke tabung reaksi sebanyak 3 mL. Lalu
ditambahkan 5 tetes reagen Millon. Apabila urin mengandung protein, warna urin
akan berubah menjadi lembayung. Untuk pengujian pigmen empedu, kita mengisi
setengah tabung reaksi dengan urine lalu dikocok dengan benar. Adanya buih
berwarna kuning menunjukkan adanya pigmen empedu.
BAHAN DISKUSI
4. Identifikasi kelebihan dan kelemahan dari masing-masing analisis urine secara
fisik maupun kimia
● Analisis fisik
- Kelebihan analisis ini lebih mudah dilakukan karena hanya menganalisis fisik
dari urine seperti warna pH dan lain-lain
-Kelemahan dibandingkan dengan analisis kimia data yang dihasilkan
cenderung lebih sederhana
● Analisis kimia
-Kelebihan analisis ini efektif untuk menentukan kandungan zat dalam suatu
benda
-Kelemahan waktu yang diperlukan untuk analisis kimia cenderung lebih lama
daripada analisis fisik
KESIMPULAN

Dari serangkaian percobaan yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa urine merupakan
bentuk dari ekskresi ginjal yang memiliki sifat fisik, berikut ciri-ciri sifat fisiknya yaitu berwarna
kuning gading (normal), cair, berwarna kuning gading, dan ber pH sedikit asam atau berpH basa.
Kandungan yang terdapat dalam urine yaitu air, garam, Urea, dan sisa substansi lain seperti
glukosa, pigmen empedu, vitamin C ,obat-obatan, dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, A. N., Tavip Dwi Wahyuni, B., Pranata, L., Damayanti, D., Pangkey, B. C., Indrawati, I., ... & Ernawati, N. (2022). Anatomi
Fisiologi. Yayasan Kita Menulis.
Bruno, L. (2019). Anatomi & Fisiologi untuk mahasiSwa kesehatan. In Journal of Chemical Information and Modeling (Vol. 53, Issue 9).
Marzuki, U. (2021). VISUALISASI OBJEK 3D UNTUK MATERI PELAJARAN SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA (Doctoral
dissertation, STMIK AKAKOM Yogyakarta).
Nuari, N. A., & Widayati, D. (2017). Gangguan pada sistem perkemihan & penatalaksanaan keperawatan. Deepublish.
Susilo, A., & Ismail, A. (2014). Pengaruh pemberian metanil yellow peroral dosis bertingkat selama 30 hari terhadap gambaran
histopatologi ginjal mencit BALB/C (Doctoral dissertation, Faculty of Medicine Diponegoro University).
Yunita, M. (2015). ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.“S” DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN (SINDROM NEFROTIK)
DI PAVILIUN SERUNI RSUD KABUPATEN JOMBANG (Doctoral dissertation, Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum).

Yosinta, Y., Hasnunidah, N., & ... (2018). Pengembangan Buku Penuntun Praktikum Sistem Ekskresi pada Manusia dengan Model
Argument Driven Inquiry (ADI). Jurnal Bioterdidik.
Zuliani, Z., Malinti, E., Faridah, U., Sinaga, R. R., Rahmi, U., Malisa, N., ... & Suwarto, T. (2021). Gangguan Pada Sistem Perkemihan.
Yayasan Kita Menulis.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai