Anda di halaman 1dari 5

Pembahasan Urinalisis merupakan tes yang dilakukan pada sample urin yang diambil untuk mengetahui kandungan dan

kadar yang terdapat di dalamnya, sehingga bisa mengetahui apakah air urin tersebut normal atau pun mengandung zat yang seharusnya tidak disekresikan urin. Hasil perhitungan volume urin yang tersedia dengan menggunakan gelas ukur didapatkan hasil 42 ml. Hal ini tidak bisa digunakan untuk mentukan jenis hewan dari urin ini, karena jumlah urin ini bukan pengumpulan dalam waktu 24 jam. Spesies Sapi Perah Kuda Babi Anjing Manusia Jumlah liter/hari 8,8 - 22,6 2,0 - 11,0 2,0 - 6,0 0,5 - 2,0 1,0 - 2,0 Rata-rata (liter) Jumlah mg/kg/hari 14,2 14 4,7 4,0 1,0 25-41 1,0 9-29

Warna urin yang tampak adalah kuning pucat. Warna ini merupakan warna urin normal, yang disebabkan oleh zat warna (pigmen) yang disebut urokrom. Urin ini juga jernih menunjukkan urin yang segar. Sebab penyimpanan urin terlalu lama akan menimbulkan kekeruhan. Berat jenis dari urin ini adalah 1,008. Skala yang ditunjukkan pada pembacaan urinometer adalah 1,004. Diketahui suhu ruangan 31oC. Spesies Kuda Domba Babi Kucing Variasi 1,02-1,050 1,015-1,045 1,010-1,030 1,020-1,040 Rata-rata 1,035 1,030 1,015 1,030 Spesies Sapi Kambing Anjing Manusia Variasi 1,025-1,045 1,015-1,045 1,015-1,045 1,015-1,030 Rata-rata 1,035 1,030 1,025 1,020

Uji yang dilakukan untuk mengetahui adanya kandungan protein pada urin adalah Uji Asam Sulfosalisilat dan Uji Heller. Prinsip dan prosedur Uji Heller sama dengan uji Robert, namun menggunakan reagen larutan asam nitrat pekat. Hasil yang didapatkan adanya cincin putih pada perbatasan kedua cairan ysng menunjukkan hasil positif.

Uji yang dilakukan untuk mengetahui adanya glukosa dalam urin dengan Uji Benedict. Dalam suasana Alkalis sakarida akan membentuk enidid yang mudah teroksidasi. Semua monosakarida dan diskarida kecuali Sukrosa dan trekalosa akan bereaksi positif bila dilakukan uji Benedict. Larutan-larutan tembaga yang alkalis bila direduksi oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas akan memebentuk cupro oksida (Cu2O) yang berwarna hijau merah orange atau merah bata dan adanya endapan merah bata pada dasar tabung reaksi. Warna Biru Hijau Hijau kekuningan Kuning kehijauan Coklat Merah bata Hasil Negatif Sangat sedikit +1 +2 +3 +4

Selain itu, hasil positif yang dihasilkan oleh uji Benedict tidak hanya karena urin mengandung glukosa. Namun bisa juga karena penyakit ginjal (glomerulonefritis, nefritis tubular, sindroma Fanconi, penyakit hepar dan keracunan logam berat, faktor farmakologis (indometasin, isoniazid, asam nikotinat, diuretik tiazid, karbamazepin), dan nutrisi parenteral total yang berlebihan (hiperalimentasi) dengan infus glukosa. Uji untuk mengetahui adanya empedu dalam urin dengan Uji Busa, Uji Gmelin, dan Uji Rosenbach. Prinsip Uji Busa adalah dengan mengocok urin di dalam tabung reaksi sekuat-kuatnya. Adanya busa yang sulit hilang dan urin berwarna kuning kehijauan atau kecoklatan menunjukkan urin positif mengandung empedu. Hasil Uji Busa yang dilakukan adalah busa lama hilang namun tidak ada warna kuning kehijauan atau kecoklatan, sehingga urin tidak mengandung empedu. Prinsip Uji Gmelin adalah zat empedu yang dioksidasi membentuk derivat-derivat yang berwarna. Hasil yang didapatkan pada uji urin ini adalah negatif karena tidak membentuk cincin hijau ungu. Uji Rosenbach merupakan uji modifikasi dari Uji Gmelin. Uji ini dengan cara menyaring urin menggunakan kertas saring, kemudian diteteskan asam nitrat. Hasil pada uji ini tidak terjadi warna di tepi tetesan asam sehingga menunjukkan hasil negatif.

Mendeteksi keberadaan keton dengan melakukan Uji Rothera. Prinsip uji ini adalah terbentuk warna ungu apabila terdapat asam diasetat dan aseton hasil penguraian Na-nitroprusida. Urin di sentrifuse selama 3-5 menit, kemudian dengan pipet ambil bagian sedimen di dasar. Teteskan pada object glass dan amati di bawah mikroskop. Hasil yang dapat teramati adalah adanya silinder hialin, silinder granular, calcium carbonat, cylinder seluler, sel epitel ginjal, urat, sel darah, dan calcium oxalate. Sel epitel ginjal memang seringkali berdegenerasi. Silinder hialin dibentuk hanya dari protein, mudah larut dalam urin alkalis, jarang ditemukan dalam sedimen urin hewan besar. Silinder granular sering ditemukan pada urin hewan. Uji menggunakan Strip Test dengan cara meneteskan urin pada Strip yang terdapat indikator-indikator yang akan terwarnai berdasarkan kandungan urin. Hasil yang didapatkan, yaitu Leu 15 +Nit Uro 0,2 Pro 100 pH 6,0 EH +SG 1,01 Ket Bil Glu >2000 Hasil tersebut menunjukkan tidak adanya peradangan, tidak mengandung nitrit, urobilinogen pada angka normal, kadar protein tinggi, pH asam, terdapat eritrosit, specific gravity pada batas referensi, tidak terdapat keton, tidak terdapat bilirubin, dan kandungan glukosa sangat tinggi. Parameter Specific Gravity Reference range pH value First morning urine 5 - 6 1.016 - 1.022 Physiological range 1.002 - 1.035 Range: 1.000 - 1.030 Range: 5 - 9 Reference range Practical detection limit

During the day Leukocytes Reference range Grey zone Nitrite Protein Albumin Glucose

4.8 - 7.4 < 10 Leu/l 10 - 20 Leu/l < 2 mg/dl 0.05 mg/dl (11 mol/l) 6 mg/dl 40 mg/dl (2.2 mmol/l) 10-25 Leu/l

First morning urine < 20 mg/dl During the day Ketones Acetoacetic acid Acetone Urobilinogen Bilirubin Blood Erythrocytes Hemoglobin 0 - 5 Ery/l < 5 mg/dl < 1 mg/dl < 0.2 mg/dl < 30 mg/dl

5 mg/dl (0.5 mmol/l) 40 mg/dl (7 mmol/l) 0.4 mg/dl (7mol/l) 0.5 mg/dl (9mol/l) 5 Ery/l 0.03 mg/dl Hb

www.wikipedia.com/strip_test

Diduga urin yang digunakan ini adalah urin karnivora, karena memiliki sifat asam. Hal ini karena dipengaruhi oleh pakan. Spesies Kuda Sapi Domba Babi Anjing Kucing Manusia Kesimpulan Sifat Urine Alkalis Alkalis Alkalis Asam / Alkalis Asam Asam Asam pH Urine 8,0 7,08,4 6-7 6-7 4,8-7,5

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada praktikum, pH urin yang bersifat asam dapat diduga merupakan urin hewan karnivora, yaitu kucing atau anjing. BJ urin yang cukup rendah dan uji glukosa yang menunjukkan hasil positif menunjukkan hewan diduga mengalami gangguan pada ginjal seperti nefritis interstisial kronis serta diabetes. Daftar Pustaka Chernecky CC & Berger BJ. Laboratory Tests and Diagnostic Procedure. Philadelphia: Saunders Elsevier, 2008.

Anda mungkin juga menyukai