Kelompok 3
Tutor : Dr. Kartono Ichwani, Sp.BK
Anggota : M. Rizki Pahlevi (2012730060)
Bangun Cholifah N. (2016730117)
Cika Hanandiya (2016730118)
Haniyathu Thoyibah (2016730122)
Mahmilta S. Kafilila (2016730129)
Mentari Sekar Putri (2016730130)
Popy Anggraeni (2016730134)
Satria Dano Novriandi (2016730136)
Vaniannisa Azzahra (2016730138)
Landasan Teori
Urin mengandung hasil proses metabolism dalam tubuh, baik fisiologik maupun
patologik. Karena itu pemeriksaan urin berguna untuk membuat diagnose atau
mengikuti perjalanan penyakit atau gangguan metabolism tersebut. Berhubung dengan
hal itu, kadang kadang perlu untuk menetapkan jumlah suatu zat dalam urin, dan untuk
itu dilakukan pemeriksaan urin 24 jam.
Pemakaian zat pengawet untuk urin yang akan diperiksa secara kimia atau
mikroskopik penting, karena pada keadaan normal akan terjadi perubahan – perubahan
pada urin tersebut oleh kerja bakteri, yang akan mempengaruhi nilai pemeriksaan.
Sebagai contoh urea akan berubah menjadi ammonium karbonat. Gula akan
dipecah menjadi CO2 dan H2O. Urin akan menjadi keruh dan terjadi pemecahan zat – zat
yang membentuk sedimen.
Untuk menghindari perubahan – perubahan ini dipakai zat – zat pengawet yang
tidak atau sedikit pengaruhnya terhadap zat – zat dalam urin, misalnya toluene atau
formaldehida.
Cara Kerja :
Hasil Pengamatan
Percobaan dilakukan menggunakan urin salah satu anggota kelompok yaitu Satria Dano.
Setelah hydrometer dimasukkan kedalam urinometer yang berisi urin maka hydrometer
terbeut akan mengapung dan menunjukan angka 15ml. Di karenakan suhu ruangan saat
kami melakukan percobaan > 20°C maka kami harus melakukan koreksi dengan rumus :
Berat urin terbaca + Suhu ruangan saat itu - 20 = Berat Jenis Sesungguhnya
3000
3000
Uji Glukosa
Landasan Teori
Glukosa terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen dalam
hati dan otot rangka. Kadar glukosa dipengaruhi oleh 3 macam hormon yang dihasilkan
oleh kelenjar pankreas. Hormon-hormon itu adalah : insulin, glukagon, dan somatostatin.
Glukosa mempunyai sifat mereduksi. Ion cupri direduksi menjadi cupro dan mengendap
dalam bentuk merah bata. Semua larutan sakar yang mempunyai gugusan aldehid atau
keton bebas akan memberikan reaksi positif. Na sitrat dan Na karbonat (basa yang tidak
begitu kuat) berguna untuk mencegah pengendapan Cu++ . Sukrosa memberikan reaksi
negative karena tidak mempunyai gugusan aktif (aldehid/keton bebas).
Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang terbentuk dari karbohidrat
dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan otot rangka.
Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula pereduksi. Gula
pereduksi meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa dan
maltosa. Uji benedict menggunakan larutan fehling ataupun benedict yang berfungsi
memeriksa kehadiran gula pereduksi dalam suatu cairan.
Larutan benedict yang mengandung tembaga alkalis akan direduksi oleh gula yang
mempunyai gugus aldehida dengan membentuk kuprooksida yang berwarna hijau, kuning
atau merah. Fehling yang terdiri dari campuran CuSO4 dan asam tartat dan basa, akan
direduksi gula pereduksi sehingga Cu akan menjadi Cu2O yang berwarna merah bata.
Uji Benedict dapat dilakukan pada urine untuk mengetahui kandungan glukosa. Urine
yang mengandung glukosa dapat menjadi tanda adanya penyakit diabetes. Sekali urine
diketahui mengandung gula pereduksi, test lebih jauh mesti dilakukan untuk memastikan
jenis gula pereduksi apa yang terdapat dalam urine. Hanya glukosa yang
mengindikasikan penyakit diabetes.
B. Test Benedict
Cara Kerja :
Interpretasi
Hasil Pengamatan
Hasil yang didapatkan dari percobaan ini dengan sampel urin salah satu anggota
Kelompok yaitu Bangun warna tidak berubah atau tetap biru.
UJI PROTEIN
Landasan Teori
Protein adalah sumber asam amino yang mengandung unsur C,H,O dan N . Protein
sangat penting sebagai sumber asam amino yang digunakan untuk memnbangun struktur
tubuh. Selain itu protein juga bisa digunakan sebagai sumber energi bila terjadi defisiensi
energi dari karbohidrat dan/atau lemak. Sifat-sifat protein beraneka ragam, dituangkan
dalam berbagai sifatnya saat bereaksi dengan air, beberapa reagen dengan pemanasan
serta beberapa perlakuan lainnya.
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam
terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau
cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi. Biasanya, hanya
sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus yang diserap oleh tubulus ginjal dan
diekskresikan ke dalam urin. Normal ekskresi protein biasanya tidak melebihi 150 mg/24
jam atau 10 mg/dl urin. Lebih dari 10 mg/dl didefinisikan sebagai proteinuria. Adanya
protein dalam urine disebut proteinuria.
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan proteinuria adalah : penyakit ginjal
(glomerulonefritis, nefropati karena diabetes, pielonefritis, nefrosis lipoid), demam,
hipertensi, multiple myeloma, keracunan kehamilan (pre-eklampsia, eklampsia), infeksi
saluran kemih (urinary tract infection). Proteinuria juga dapat dijumpai pada orang sehat
setelah kerja jasmani, urine yang pekat atau stress karena emosi.
C. Test Heller
Cara Kerja :
Hasil yang didapatkan dari percobaan denga sampel urin salah satu anggota kelompok
yaitu Bangun adalah tidak terbentuknya cincin putih atau test Heller negative.
D. Test Koagulasi
Cara Kerja :
Interpretasi
Hasil Pengamatan
Hasil yang didapatkan dari percobaan menggunakan sampel urin salah satu anggota
kelompok yaitu Bangun menunjukan tidak adanya endapan atau presipitat.
Uji Zat – Zat Keton
Landasan Teori
Benda keton terdiri dari 3 senyawa yaitu aseton, asam eseto asetat dan asm β-
hidroksibutirat yang merupakan produk metabolisme lemak dan asam lemak yang berlebihan.
Benda keton diproduksi ketika karbohidrat tidak dapat digunakan untuk maenghasilkan energi
yang disebabkan oleh : gangguan metabolisme karbohirat (misalnya Diabetes Mellitus),
kurangnya asupan karbohidrat (kelaparan , diet tidak seimbang : tinggi lemak rendah
karbohidrat), gangguan absorbsi karbohidrat, gangguan mobilisasi glukoma, sehingga tubuh
mengambil simpanan asam lemak untuk dibakar.
Peningkatn kadar keton dalam darah akan menimbulkan ketosis sehingga dapat
menghabiskan cadangan basa (misal bikarbonat, HCO3) dalam tubuh dan menyebabkan asidosis.
Pada ketoasidosis diabetik keton serum meningkat hingga mencapai lebih dari 50 mg/dL. Keton
memiliki struktur kecil dan dapat diekskresikan kedalam urin. Namun kenaikan kadarnya
pertama kali tampak pada plasma atau serum, kemudian baru urin. Ketonuria terjadi akibat
ketosis. Benda keton yang dijumpai di urin terutama adalah aseton dan asam aseto asetat.
Cara Kerja
1. Tuangkan 5 mL urin Kristal ammonium sulfat pekat
2. Tambahkan 2 – 3 tetes Na-nitroprusida 5 %
3. 1 -2 tetes ammonium hidroxida pekat.
4. Campurkan dan biarkan selama 30 menit.
Interpretasi
Terbentuknya warna ungu menunjukan adanya zat – zat keton, sedangkan warna coklat
belum tentu menunjukan adanya zat – zat keton.
Hasil Pengamatan
Pada percobaan ini kelompok kami menggunakan dua sampel urin yaitu urin Dano dan
Urin bangun. Hasil yang didapatkan setelah menunggu selama 30 menit tidak
terbentuknya warna ungu maka dapat disimpulkan tidak adanya zat – zat keton dalam
kedua sampel urin tersebut.