Anda di halaman 1dari 6

I.

HALAMAN JUDUL
Judul praktikum
: pemeriksaan zat
abnormal/patologis dalam urin
Tanggal praktikum
: 08 April 2015
Kelompok
: VI (enam)
Nama praktikan
: Dwi fitria anggraini
Dosen pembimbing : dr.Sri Wahyuni,M.Sc

II.

PRINSIP PERCOBAAN
Proses reduki ion cupri (Cu2+) menjadi ion Cupro ( Cu)
oleh karbohidrat yang memiliki gugus aldehid dan
keton bebas dan dengan pemanasan akan terbentuk
endapan Cu2O berwarna merah bata.
Protein jika dipanaskan akan mengalami
presipitasi(pengendapan). Asam asetat encer akan
melarutkan presipitat selain protein.

III.

IV.

TUJUAN PRAKTIKUM
Melihat ada tidaknya karbohidrat atau zat yang bisa
mereduksi Benedict dalam urin dan melihat ada atau
tidaknya protein dalam urin.
DASAR TEORI
Pemeriksaan untuk mendeteksi adanya glukosa
dalam urine dengan menggunakan reagen (missal :
benedict, fehling, nylander)
Dinyatakan negative (-)
perubahan warna, tetap biru
ada glukosa)

apabila tidak ada


sedikit kehijauan (tidak

Warna

Penilaian

Kadar (%)

Biru/hijau keruh
Hijau/kuning hijau

(-)
+

< 0,5

Kuning/kuning

++

0,5 1,0

kehijauan
Jingga
Merah

+++
++++

1,0 2
>2

Normal : urine reduksi negative

Reduksi + dalam urine memnunjukan adanya


hiperglikemia di atas 170 mg%, karena nilai ambang
batas ginjal untuk absorbsi glukosa adalah 170 mg%.
reduksi (+) disertai hiperglikemia menandakan
adanya penyakit diabetes mellitus.
Nilai Glukosa Kuantitatif Urine
Pemeriksaan untuk mengukur jumlah glukosa dalam
gram/24 jam dengan menggunakan reagen benedict
kuantitatif.
Glukosa Normalnya glukosa tidak ada atau ada tapi
dalam jumlah yang sangat kecil di dalam urin.
Ketika tingkat glukosa dalam darah ini melebihi
batasan gula ginjal (160-180 mg/dl) maka glukosa
mulai nampak dalam urin.
Kehadiran glukosa dalam urin (glucosuria)
merupakan indikasi adanya penyakit diabetes
mellitus.
KANDUNGAN DALAM URINE
1. Air sebanyak 95 %
2.

Urea, asam ureat dan ammonia

3.

Zat warna empedu (Bilirubin dan Biliverdin)

4.

Garam mineral, terutama NaCl (Natrium Chlorida)

5.

Zat-zat bersifat racun seperti sisa obat dan hormon.

GLUKOSA
Glukosa terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan
disimpan sebagai glikogen dalam hati dan otot rangka. Kadar
glukosa dipengaruhi oleh 3 macam hormon yang dihasilkan
oleh kelenjar pankreas. Hormon-hormon itu adalah : insulin,
glukagon, dan somatostatin.
Glukosa mempunyai sifat mereduksi. Ion cupri direduksi
menjadi cupro dan mengendap dalam bentuk merah bata.
Semua larutan sakar yang mempunyai gugusan aldehid atau
keton bebas akan memberikan reaksi positif. Na sitrat dan Na
karbonat (basa yang tidak begitu kuat) berguna untuk

mencegah pengendapan Cu++ . Sukrosa memberikan reaksi


negative karena tidak mempunyai gugusan aktif (aldehid/keton
bebas).
Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan
gula pereduksi. Gula pereduksi meliputi semua jenis
monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa dan
maltosa. Uji benedict menggunakan larutan fehling ataupun
benedict yang berfungsi memeriksa kehadiran gula pereduksi
dalam suatu cairan.
Uji benedict lebih peka karena benedict dapat dipakai untuk
menafsir kadar glukosa secara kasar, karena dengan berbagai
kadar glukosa memberikan warna yang berlainan.
Untuk mengetahui adanya monosakarida dan disakarida
pereduksi dalam urin, sample urin ditambahkan sedikit pereaksi
benedict. Dipanaskan dalam waterbath selamaa 4-10 menit.
Selama proses ini larutan akan berubah warna menjadi biru
(tanpa adanya glukosa), hijau, kuning, orange, merah dan
merah bata atau coklat (kandungan glukosa tinggi). Uji
Benedict dapat dilakukan pada urine untuk mengetahui
kandungan glukosa. Urine yang mengandung glukosa dapat
menjadi tanda adanya penyakit diabetes. Sekali urine diketahui
mengandung gula pereduksi, test lebih jauh mesti dilakukan
untuk memastikan jenis gula pereduksi apa yang terdapat dalam
urine. Hanya glukosa yang mengindikasikan penyakit diabetes.
PROTEIN
Protein adalah sumber asam amino yang mengandung unsur
C,H,O dan N . Protein sangat penting sebagai sumber asam
amino yang digunakan untuk memnbangun struktur tubuh.
Selain itu protein juga bisa digunakan sebagai sumber energi
bila terjadi defisiensi energi dari karbohidrat dan/atau lemak.
Sifat-sifat protein beraneka ragam, dituangkan dalam berbagai
sifatnya saat bereaksi dengan air, beberapa reagen dengan
pemanasan serta beberapa perlakuan lainnya.
3

Normal ekskresi protein biasanya tidak melebihi 150 mg/24


jam atau 10 mg/dl urin. Lebih dari 10 mg/dl didefinisikan
sebagai proteinuria. Adanya protein dalam urine disebut
proteinuria.
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan proteinuria
adalah : penyakit ginjal (glomerulonefritis, nefropati karena
diabetes, pielonefritis, nefrosis lipoid), demam, hipertensi,
multiple myeloma, keracunan kehamilan (pre-eklampsia,
eklampsia), infeksi saluran kemih (urinary tract infection).
Proteinuria juga dapat dijumpai pada orang sehat setelah kerja
jasmani, urine yang pekat atau stress karena emosi.
V.

VI.

ALAT DAN BAHAN


1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
3. Pipet ukur
4. Waterbath
5. Urin
6. Larutan benedict

PROSEDUR KERJA PERCOBAAN


a. Campurkan 2,5 ml pereaksi benedict dengan
4 tetes urin
b. Panaskan selama 5 menit dalam waterbath
atau didihkan dia atas api kecil selama 1 menit
c. Biarkan menjadi dingin, perhatikan hasil yang
didapatkan (perubahan warna dan endapan)
d. Untuk menunjukkan adanya protein atau tidak,
masukkan 5 mL urin kedalam tabung reaksi
e. Kemudian panaskan dalam waterbath
mendidih selama 5 menit
4

f. Tambahkan asam asetat encer tetes demi tetes


(5-8 tetes)
g. Perhatikan endapan yang terbentuk apakah
hilang atau bertambah banyak setelah
penambahan asetat encer
VII.

HASIL PERCOBAAN SELAMA PRAKTIKUM


Uji glukosa :

Dari hasil percobaan didapatkan urin positif 3 +++


berwarna jingga kadar 1,0-2
Uji protein :

Dari hasil percobaan didapatkan bahwa uji protein


dalam urin hasilnya positif, yaitu urine mengalami
kekeruhan atau berwarna putih. Artinya urine
mengandung protein.

VIII.

PEMBAHASAN

Urine dikatakan normal jika warna urine pada tabung reaksi


setelah ditambahkan larutan benedict kemudian dipanaskan
adalah kuning keputihan . Jika terdapat kandungan protein
dalam urine, maka ginjal mengalami kelainan atau gangguan
akibat terdapat kebocoran pada ginjal bagian glomerulus yang
berfungsi sebagai penyerapan senyawa yang dibutuhkan oleh
tubuh, termasuk protein. Jika pada urine terdapat glukosa, maka
ginjal bagian tubulus tidak berfungsi. Pada ginjal normal,
5

glukosa dan asam amino meresap melalui peristiwa difusi pada


daerah tubulus.

IX.

KESIMPULAN
Dari hasil percobaan didapatkan bahwa uji protein
dalam urin hasilnya positif, yaitu urine mengalami
kekeruhan atau berwarna putih. Artinya urine
mengandung protein.
Urin yang mengandung glukosa akan berubah
warna menjadi jingga atau merah bata bila
dilakukan pemanasan.

X.

DAFTAR PUSTAKA
Ganong, W. F. 2003. Buku Ajar
FisiologiKedokteranGanong.Edisi 22,.
Jakarta: EGC
Pedoman Praktikum Biokimia oleh dr. Sri
Wahyuni,M.Sc
Scanlon, Valerie C. dan Tina Sanders.
2000. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Pearce,Evelyn.1983.Anatomi Fisiologi
untuk Paramedis.Jakarta : PT.Gramedia

Anda mungkin juga menyukai